• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERIALISME DIALEKTIS DAN HISTORIS (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MATERIALISME DIALEKTIS DAN HISTORIS (1)"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

MATERIALISME DIALEKTIS DAN HISTORIS - J.W STALIN (September

1938)

Materialisme Dialektis adalah pandangan-dunia Partai Marxis-Leninis. Ia dinamakan materialisme dialektis sebab tjaranja mendekati gedjala2

alam, tjaranja mempeladjari dan memahami gedjala2 ini adalah dialektis,

sedangkan keterangannja (interpretasinja) mengenai gedjala2 alam,

pengertiannja mengenai gedjala2 ini, teorinja, adalah materialis.

Materialisme historis adalah perluasan prinsip2 materialisme

dialektis pada studi mengenai kehidupan masjarakat, pentrapan prinsip2 materialisme dialektis pada gedjala2 kehidupan masjarakat,

pada studi tentang masjarakat dan sedjarahnja.

Bila menguraikan metode dialektis mereka, biasanja Marx dan Engels menjebut Hegel sebagai ahli filsafat jang telah merumuskan tjiri2

(2)

mengembangkannja lebih djauh untuk dapat memberikan kepadanja bentuk ilmiah jang modern.

„Metode dialektis saja", kata Marx, „menurut dasarnja tidak sadja berlainan dari metode Hegel, tapi adalah lawannja jang langsung. Bagi Hegel, proses berfikir, jang, dengan nama 'Ide' olehnja malahan diubah mendjadi subjek jang berdiri-sendiri, adalah pentjipta (demiurge) dunia njata, dan dunia njata itu hanjalah bentuk luar, bentuk gedjala dari 'Ide'. Sebaliknja bagi saja, jang ideal itu, tidaklah lain daripada dunia materiil jang ditjerminkan oleh fikiran manusia, dan diwudjudkan mendjadi bentuk2

fikiran". (Karl Marx, Kapital, Djilid I, halaman XXX, George Allen & Unwin Ltd, 1938).

Bila menguraikan materialisme mereka, Marx dan Engels biasanja menjebut Feuerbach sebagai ahli filsafat jang memulihkan materialisme pada kedudukannja. Tetapi, hal ini tidak berarti bahwa materialisme Marx dan Engels adalah identik dengan materialisme Feuerbach. Sebenarnja, Marx dan Engels mengambil dari materialisme Feuerbach „inti-sarinja, mengembangkannja mendjadi teori filsafat-ilmiah dari materialisme dan membuang beban2nja jang idealis dan religius-etik. Kita tahu bahwa

Feuerbach, sungguhpun dia pada dasarnja seorang materialis, berkeberatan terhadap nama materialisme. Engels menerangkan lebih dari sekali bahwa „sekalipun dasarnja" materialis, Feuerbach „tetap terikat oleh belenggu2 idealis jang tradisionil" dan bahwa „idealisme jang

sesungguhnja dari Feuerbach mendjadi terang segera setelah kita sampai pada filsafatnja tentang agama dan etika". (Karl Marx, Pilihan Tulisae, Edisi Inggeris, Moskow 1946, Djilid I, halaman 373, 375.).

Dialektika berasal dari perkataan Junani dialego, artinja ber-tjakap2,

berdebat. Dalam zaman kuno dialektika adalah tjara mentjapai kebenaran dengan membeberkan kontradiksi2 dalam argumen seorang lawan dan

mengatasi kontradiksi2 ini. Dalam zaman kuno ada ahlifilsafat2 jang pertjaja

(3)

jang bertentangan adalah tjara jang terbaik untuk mentjapai kebenaran. Tjara berfikir jang dialektis ini kemudian diperluas sampai pada gedjala alam, dikembangkan mendjadi metode dialektis dalam memahami gedjala alam, jang memandang gedjala alam sebagai senantiasa dalam keadaan bergerak dan senantiasa mengalami perubahan, dan menganggap perkembangan alam sebagai akibat perkembangan kontradiksi2 dalam alam, sebagai akibat

saling-mempengaruhinja kekuatan jang bertentangan dalam alam.

Pada hakekatnja, dialektika adalah lawan jang langsung dari metafisika.

1) Tjiri2 pokok metode dialektis Marxis adalah sbb:

a) Berlawanan dengan metafisika, dialektika tidak memandang alam sebagai tumpukan segala sesuatu, tumpukan gedjala jang kebetulan sadja, tiada berhubungan, terpisah dan bebas satu sama lain, tetapi sebagai keseluruhan jang berhubungan dan utuh, dimana segalasesuatu, gedjala2

setjara organik adalah berhubungan, saling bergantung dan saling-menentukan.

Karena itu metode dialektis berpendapat bahwa tidak ada gedjala dalam alam jang bisa dimengerti djika ia diambil sendirian, terpisah dari gedjala2

disekelilingnja, karena sesuatu gedjala dalam suatu lapangan alam bisa tidak berarti bagi kita, bila ia tidak dipandang dalam hubungannja dengan keadaan2 disekitarnja, tetapi terlepas, dari keadaan2 itu; dan bahwa,

sebaliknja, sesuatu gedjala, bisa dimengerti dan diterangkan kalau dipandang dalam hubungannja jang takterpisahkan dengan gedjala2

disekelilingnja, sebagai gedjala jang ditentukan oleh gedjala2 disekitarnja.

(4)

Karena itu metode dialektis menghendaki supaja gedjala2 dilihat

bukan sadja dari sudut hubungan dan bergantungnja satu sama lain, tapi djuga dari sudut gerak, perubahan, perkembangan, kelahiran dan kematiannja.

Metode dialektis menganggap penting pertama-tama bukanlah apa jang pada saat tertentu kelihatannja tahan lama sekalipun sudah mulai akan mati, tetapi apa jang sedang tumbuh dan berkembang, sekalipun pada saat tertentu mungkin nampaknja tidak tahan lama, karena metode dialektis memandang sesuatu jang tiada terkalahkan hanjalah apa jang sedang tumbuh dan berkembang.

„Seluruh alam", kata Engels, „dari jang se-ketjil2nja sampai pada jang

sebesar2nja, dari sebutir pasir sampai pada matahari, dari protista (sel

hidup jang mula2— red.) sampai pada manusia, adalah dalam keadaan

senantiasa timbul dan lenjap, dalam keadaan senantiasa mengalir, dalam keadaan bergerak dan berubah jang tak henti2nja". (F. Engels,

Dialektika Alam).

Dari itu, dialektika, kata Engels, „memandang segala sesuatu beserta gambaran2 tanggapannja pada hakekatnja dalam hubungannja

satu sama lain, dalam rangkaiannja, dalam geraknja, dalam timbul dan lenjapnja" (F. Engels, Anti-Diihring).

c) Berlawanan dengan metafisika, dialektika tidak menganggap proses perkembangan sebagai proses pertumbuhan jang sederhana, dimana perubahan2 kwantitatif tidak membawa perubahan2 kwalitatif, melainkan

sebagai suatu perkembangan jang melalui perubahan2 kwantitatif jang

tidak berarti dan tidak kelihatan ke-perubahan2 jang terbuka dan

fundamentil, ke-perubahan2 kwalitatif; suatu perkembangan dimana

perubahan2 kwalitatif tidak terdjadi dengan ber-angsur2, melainkan

dengan tjepat dan mendadak, dalam bentuk lompatan dari satu keadaan kekeadaan lainnja; perubahan2 kwalitatif itu tidak terdjadi setjara

(5)

tumpukan perubahan2 kwantitatif jang tidak kelihatan dan berangsur2.

Karena itu metode dialektis berpendapat bahwa proses perkembangan tidak boleh diartikan sebagai gerak dalam lingkaran, sebagai ulangan biasa dari apa jang sudah terdjadi, tetapi sebagai gerak jang madju dan naik, sebagai peralihan dari keadaan kwalitatif jang lama kekeadaan kwalitatif jang baru, sebagai perkembangan dari jang sederhana kepada jang rumit, dari jang rendah kepada jang tinggi:

„Alam", kata Engels, „adalah batu-udjian dialektika, dan mengenai ilmu alam2 modern harus dikatakan bahwa ia telah memberikan bahan2 jang

banjak sekali dan jang saban hari bertambah banjak untuk batu-udjian ini, dan dengan demikian telah membuktikan bahwa pada achirnja proses alam itu adalah dialektis dan bukan metafisis, bahwa ia tidak bergerak dalam lingkaran jang selama2nja sama dan terus-menerus

diulangi, tetapi berdjalan melalui sedjarah jang njata. Dalam hal ini per-tama2 harus disebut nama Darwin, jang telah memberikan pukulan keras

kepada pengertian metafisis tentang alam dengan membuktikan bahwa dunia organik jang sekarang ini, tumbuh2an dan binatang2, dan oleh

karena itu djuga manusia, semuanja adalah hasil proses perkembangan jang telah berlangsung selama djutaan tahun". (F. Engels, Anti-Duhring).

Dalam menerangkan perkembangan dialektis sebagai peralihan dari perubahan2 kwantitatif ke-perubahan2 kwalitatif, Engels mengatakan :

„Dalam fisika………. tiap2 perubahan adalah suatu peralihan kwantitet

mendjadi kwalitet, sebagai akibat perubahan kwantitatif dari sesuatu bentuk gerak baik jang terkandung didalam suatu Benda ataupun jang diberikan kepadanja. Misalnja, suhu air mula2 tidak mempengaruhi keadaan tjairnja;

(6)

dan titik-didih jang pasti pada tekanan tertentu, selama kita dengan alat jang ada pada kita bisa menimbulkan suhu jang diperlukan itu; achirnja, tiap2 gas mempunjai titik-kritiknja, pada titik mana, dengan tekanan dan

penjedjukan jang setjukupnja, ia bisa diubah mendjadi keadaan tjair... Apa jang dinamakan konstante2 fisika (titik dimana satu keadaan

berubah mendjadi keadaan lain -- red.) dalam kebanjakan hal adalah tidak lain daripada sebutan2 (nama2) untuk titik2 pertemuan (knooppunten)

dimana penambahan atau pengurangan (perubahan) kwantitatif dad gerak menjebabkan perubahan kwalitatif dalam keadaan sesuatu benda, dan dimana, oleh karena itu, kwantitet berubah mendjadi kwalitet". (Dialektika Alam). Beralih ke soal kimia, Engels berkata seterusnja:

„Kimia bolehlah dinamakan ilmu tentang perubahan2 kwalitatif jang terdjadi

dalam benda sebagai akibat perubahan2 komposisi kwantitatif. Hal ini sudah

diketahui oleh Hegel... Ambillah zat asam (oxygen), sebagai tjontoh: kalau molekul itu terdiri dari tiga atom dan bukannja dua sebagai biasanja, maka kita mendapatkan ozon, suatu benda jang dalam bau dan reaksinja sangat berlainan dengan zat asam biasa. Dan apakah jang akan kita katakan tentang perbandingan2 jang berlainan dalam mana zat asam

bertjampur dengan nitrogen (stikstof) atau belerang, dan jang masing2

menghasilkan benda jang kwalitatif berbeda dari semua benda2 lainnja !"

(Dalam buku itu djuga).

Achirnja, dalam mengkritik Duhring, jang dengan sekuat2nja

mentjela Hegel, tetapi jang dengan diam2 memindjam daripadanja dalil

jang terkenal bahwa peralihan dari alam tak berperasaan keberperasaan, dari alam materi anorganik kealam kehidupan organik, adalah lompatan kesuatu keadaan baru, Engels mengatakan :

„Ini adalah djustru garis pertemuan Hegelian tentang ukuran perbandingan, dalam mana, pada titik2 pertemuan tertentu penambahan

atau pengurangan kwantitatif se-mata2 menimbulkan lontjatan

(7)

dimana titik-uap dan titik-beku adalah titik2 pertemuan dimana —

dibawah tekanan biasa — terdjadi lontjatan kekeadaan seluruhnja baru, dan dimana karena itu kwantitet berubah mendjadi kwalitet". (F. Engels, Anti Duhring).

d) Berlawanan dengan metafisika, dialektika berpendapat bahwa kontradiksi2 intern terdapat didalam segala sesuatu dan gedjala alam,

karena semuanja ini mempunjai segi2 negatif dan positifnja, masa

lampau dan masa depannja, sesuatu jang berangsur-angsur mati dan sesuatu jang berkembang; dan bahwa perdjuangan antara pertentangan2

ini, perdjuangan antara jang lama dengan jang baru, antara apa jang sedang mati dengan jang sedang lahir, antara apa jang sedang lenjap dengan jang sedang berkembang, merupakan inti-sari proses perkembangan, inti-sari perubahan2 kwantitatif ke-perubahan2 kwalitatif.

Dari itu metode dialektis berpendapat bahwa proses perkembangan dari jang lebih rendah ke jang lebih tinggi, terdjadi bukan sebagai pengembangan jang harmonis dari gedjala2, tetapi sebagai

pernjataan kontradiksi2 jang terdapat didalam segala sesuatu dan

didalam gedjala2, sebagai „perdjuangan" tendens2 jang berlawanan jang

berlangsung diatas dasar kontradiksi2 ini.

„Menurut artinja jang sebenarnja", kata Lenin, „dialektika adalah studi tentang kontradiksi didalam hakekat segala sesuatu itu sendiri". (Lenin, Bukutjatatan Filsafat, Edisi Rusia, hal. 263).

Dan selandjutnja :

Perkembangan adalah 'perdjuangan' dari jang bertentangan". (Lenin, Pilihan Tulisan2, Edisi Rusia, Djilid XIII, halaman 301).

Demikianlah dengan ringkas, tjiri2 pokok metode dialektis Marxis.

Mudahlah untuk mengerti betapa sangat pentingnja perluasan prinsip2 metode dialektis pada studi tentang kehidupan sosial dan

(8)

ini pada sedjarah masjarakat dan pada aktivitet2 praktis Partai

proletariat.

Kalau di dunia tidak ada gedjala2 jang terpisah, kalau semua

gedjala itu saling-berhubungan dan tergantung kepada satu sama lain, maka teranglah bahwa tiap sistim sosial dan tiap gerakan sosial dalam sedjarah harus dinilai tidak dari sudut „keadilan jang kekal" atau sesuatu ide lainnja jang sudah difikirkan terlebih dahulu, sebagai mana sering dilakukan oleh ahli2 sedjarah, melainkan dari sudut keadaan2

jang melahirkan sistim atau gerakan sosial itu dan dengan mana mereka itu berdjalin.

Sistim pemilikan-budak akan mendjadi tidak mempunjai arti, merupakan kebodohan dan tidak wadjar dalam keadaan2 modern. Tetapi

dalam keadaan2 sistim komune primitif jang sedang runtuh, sistim

pemilikan-budak itu adalah gedjala jang sepenuhnja bisa difahamkan dan wadjar, karena ia merupakan suatu kemadjuan dibandingkan dengan sistim komune primitif.

Tuntutan untuk republik burdjuis-demokratis pada waktu ada tsarisme dan masjarakat burdjuis, seperti, kita katakan sadja, di Rusia dalam tahun 1905, adalah tuntutan jang sepenuhnja bisa difahamkan, tepat dan revolusioner, karena pada waktu itu suatu republik burdjuis akan berarti suatu langkah madju. Tetapi sekarang, dalam keadaan2 di

URSS, tuntutan untuk republik burdjuis demokratis akan mendjadi tuntutan jang tidak mempunjai arti dan kontra-revolusioner, sebab republik burdjuis akan berarti suatu langkah mundur dibandingkan dengan republik Sovjet.

Segala sesuatu bergantung kepada keadaan, waktu dan tempat.

Djelaslah bahwa tanpa pendekatan berdasarkan sedjarah jang serupa ini terhadap gedjala2 sosial, maka adanja dan perkembangan

(9)

tjampur-baur kedjadian2 kebetulan dan suatu timbunan kesalahan2 jang

paling bodoh.

Seterusnja, djika dunia itu berada dalam keadaan senantiasa bergerak dan berkembang, djika hilang-lenjapnja jang lama dan tumbuhnja jang baru adalah hukum perkembangan, maka djelaslah bahwa tidak akan bisa ada sistim2 sosial jang „tidak bisa berubah",

tidak akan bisa ada „prinsip2 jang abadi" dari hak milik perseorangan

dan penghisapan, tidak akan bisa ada „ide2 jang abadi" tentang

pembudakan petani oleh tuan-tanah, buruh oleh kapitalis.

Dari itu sistim kapitalis bisa digantikan oleh sistim Sosialis, persis seperti pada satu waktu sistim feodal digantikan oleh sistim kapitalis.

Karena itu kita tidak boleh mendasarkan orientasi kita atas lapisan2 masjarakat jang tidak berkembang lagi, sekalipun pada waktu

sekarang ini mereka merupakan kekuatan jang berkuasa, tetapi atas lapisan2 jang sedang berkembang dan mempunjai hari depan

dimukanja, meskipun pada waktu ini mereka tidak merupakan kekuatan jang berkuasa.

Dalam tahun delapan puluhan abad jang lalu, dalam masa perdjuangan antara kaum Marxis dengan kaum Narodnik, proletariat di Rusia merupakan djumlah terketjil jang tidak berarti dari penduduk, sedang kaum tani perseorangan merupakan djumlah terbanjak jang luas dari penduduk. Akan tetapi proletariat sebagai klas sedang berkembang, sedangkan kaum tani sebagai klas sedang rontok. Dan djustru karena proletariat sebagai klas sedang berkembang, maka kaum Marxis mendasarkan orientasinja atas proletariat. Dan mereka tidak salah, sebab, sebagaimana kita ketahui, proletariat kemudian tumbuh dari kekuatan jang tidak berarti mendjadi kekuatan sedjarah dan politik jang nomor satu.

(10)

Selandjutnja, djika peralihan dari perubahan2 kwantitatif jang pelan2 ke

perubahan2 kwalitatif jang tjepat dan mendadak adalah hukum

perkembangan, maka teranglah bahwa revolusi2 jang dilakukan oleh klas2

jang tertindas adalah suatu gedjala jang sangat wadjar dan tidak bisa dihindarkan.

Karena itu peralihan dari kapitalisme ke Sosialisme dan pembebasan klas buruh dari penindasan kapitalisme tidak bisa dilaksanakan dengan perubahan2 jang pelan2, dengan 'reform2, tetapi hanja dengan suatu

perubahan kwalitatif atas sistim kapitalis, dengan revolusi.

Karena itu, supaja tidak membikin kesalahan dalam politik, kita harus mendjadi seorang revolusioner, bukan seorang reformis.

Seterusnja, djika perkembangan berlangsung dengan terbukanja kontradiksi2 intern, dengan bentrokan2 diantara kekuatan2 jang

berlawanan berdasarkan kontradiksi2 ini dan guna mengatasi kontradiksi2

ini, maka teranglah bahwa perdjuangan klas dari proletariat adalah suatu gedjala jang sangat wadjar dan tidak bisa dielakkan.

Dari itu kita tidak boleh menutup-nutupi kontradiksi2 dari sistim

kapitalis, tetapi menelandjangi dan membeberkannja; kita tidak boleh mentjoba mengekang perdjuangan klas itu tetapi melandjutkannja sampai pada achirnja.

Dari itu, supaja tidak membikin kesalahan dalam politik, kita harus mendjalankan politik klas proletar jang tidak kompromis, bukan politik reformis berupa penjesuaian kepentingan2 proletariat dengan kepentingan2

burdjuasi, bukan politik kaum kompromis tentang „pertumbuhan kapitalisme mendjadi Sosialisme".

Demikianlah metode dialektis Marxis djika diterapkan pada kehidupan sosial, pada sedjarah masjarakat.

(11)

2. Tjiri2 pokok materialisme filsafat Marxis adalah sebagai berikut:

a) Berlawanan dengan idealisme, jang menganggap dunia sebagai pendjelmaan suatu „ide jang mutlak", suatu „djiwa universil", „kesedaran", maka materialisme filsafat Marx berpendapat bahwa dunia menurut sifatnja sendiri adalah materiil, bahwa gedjala2 jang ber-matjam2 dari

dunia merupakan berbagai bentuk materi jang bergerak, bahwa saling-berhubungan dan saling-bergantungnja gedjala2, sebagaimana ditetapkan

oleh metode dialektis, adalah hukum perkembangan materi jang bergerak, dan bahwa dunia berkembang sesuai dengan hukum2 gerak materi dan

tidak memerlukan sesuatu „djiwa universil".

„Pandangan-dunia materialis tentang alam", kata Engels, „adalah se-mata2 penanggapan alam sebagaimana adanja, tanpa tambahan

sesuatupun dari luar". (F. Engels, Ludwig Feuerbach, Edisi Inggeris, Moskow 1934, hal. 79).

Berbitjara tentang pandangan2 materialis ahli filsafat kuno

Heraclitos jang berpendapat bahwa „dunia, kesatuan daripada seluruhnja, tidak ditjiptakan oleh sesuatu Tuhan atau seseorang manusia, tetapi dulu, sekarang dan seterusnja adalah suatu api jang hidup, menjala setjara sistimatis dan padam setjara sistimatis", Lenin menerangkan : „Suatu uraian jang baik sekali tentang dasar2 pertama materialisme dialektis".

(Lenin, Buku-tjatatan filsafat, Edisi Rusia, hal. 318).

b) Berlawanan dengan idealisme, jang menegaskan bahwa hanja kesedaran kitalah jang benar2 ada, dan bahwa dunia materiil, jang ada, alam, hanja

(12)

kesempurnaan jang tinggi, jaitu otak, dan otak adalah alat untuk berfikir; dan bahwa karena itu kita tidak bisa memisahkan fikiran dari materi tanpa membikin kesalahan besar. Engels mengatakan:

„Soal hubungan antara pemikiran dengan jang ada, hubungan antara djiwa dengan alam adalah soal jang terpenting dari seluruh filsafat………… Djawaban2 jang diberikan oleh ahli filsafat2 kepada soal ini membagi mereka

dalam dua kubu jang besar. Mereka jang menegaskan bahwa djiwa adalah jang primer daripada alam... merupakan kubu idealisme. Lain2nja, jang

menganggap alam sebagai jang primer, termasuk dalam berbagai aliran materialisme". (Karl Marx, Pilihan Tulisan2, Edisi Inggeris, Moskow 1946, Djilid I, hal. 366-367).

Dan seterusnja :

„Dunia jang materiil, jang bisa ditanggap dengan pantja-indera dalam mana termasuk diri kita sendiri, adalah satu2nja kenjataan……. Kesedaran

dan pemikiran kita, bagaimanapun djuga tampaknja seakan-akan diluar tanggapan pantja-indera, adalah hasil anggota tubuh djasmani jang materiil, jaitu otak. Materi bukanlah hasil kesedaran, tapi kesedaran itu sendiri hanjalah hasil jang tertinggi dari materi". (Karl Marx, Pilihan Tulisan2, Edisi Rusia, Djilid I, hal. 332).

Mengenai soal materi dan fikiran, Marx mengatakan :

„Tidaklah mungkin untuk memisahkan fikiran dari materi jang berfikir. Materi adalah subjek dari semua perubahan". (Dalam buku itu djuga, hal. 335).

Dalam menerangkan materialisme filsafat Marxis, Lenin mengatakan:

„Materialisme pada umumnja mengakui keadaan njata jang objektif (materi) sebagai terlepas dari kesedaran, perasaan, pengalaman ……….. Kesedaran adalah hanja refleksi dari keadaan, paling2, suatu refleksi jang

mendekati kebenaran (tjotjok, sungguh2 tepat) daripadanja". (Lenin,

(13)

„Materi jalah apa jang dengan mengenai pantjaindera kita, menghasilkan perasaan; materi jalah kenjataan objektif jang diberikan pada kita dalam perasaan.

Materi, alam, keadaan, djasmani — adalah primer, dan djiwa, kesedaran, perasaan, rohani — adalah sekunder". (Dalam buku itu djuga, hal. 145, 146).

„Gambaran dunia adalah gambaran bagaimana materi bergerak dan bagaimana 'materi berfikir'." (Dalam buku itu djuga, hal. 367).

„Otak adalah alat untuk berfikir". (Dalam buku itu djuga, hal. 152).

c) Berlawanan dengan idealisme, jang tidak mengakui kemungkinan untuk mengetahui dunia dan hukum2nja, jang tidak pertjaja akan kebenaran

pengetahuan kita, jang tidak mengakui kebenaran jang objektif, dan jang berpendapat bahwa dunia itu penuh dengan „benda-dalam dirinja" jang tidak akan bisa diketahui oleh ilmu, maka materialisme filsafat Marxis berpendapat bahwa dunia dan hukum2nja sepenuhnja bisa diketahui,

bahwa pengetahuan kita tentang hukum2 alam, jang diudji dengan

pertjobaan dan praktek, adalah pengetahuan jang benar jang mempunjai kekuatan kebenaran jang objektif, dan bahwa tidak ada sesuatu didunia ini jang tidak bisa diketahui, jang ada hanjalah hale jang belum diketahui, tetapi jang akan terbuka dan mendjadi diketahui dengan usaha2 ilmu ,dan

praktek.

Ketika mengkritik dalil Kant dan kaum idealis lainnja bahwa dunia tidak bisa diketahui dan bahwa ada „benda dalam-dirinja jang tidak dapat diketahui, dan ketika membela dalil materialis jang terkenal bahwa pengetahuan kita adalah pengetahuan jang benar, Engels me-nulis:

„Bantahan jang paling kena terhadap ini seperti djuga terhadap semua ide2 filsafat lainnja jalah praktek, jaitu experimen dan industri. Djika kita

(14)

menggunakannja untuk tudjuan2 kita sendiri, maka berachirlah sudah

'benda-dalam-dirinja' jang tidak bisa difahami dari Kant. Bahan2 kimia

jang dihasilkan dalam tubuh tumbuh2an dan binatang tetap merupakan

'benda-dalam-dirinja' sampai ilmu kimia organik mulai menghasilkannja satu demi satu; dengan demikian 'benda-dalam-dirinja' mendjadi benda untuk kita, seperti misalnja, alizarin, bahan tjat dari pohon Rubiatinetorum, jang tidak susah2 lagi menanam akar2 pohon tsb.

dikebun, tetapi menghasilkannja djauh lebih murah dan gampang dari tir arang-batu. Selama 300 tahun sistim tata surja menurut Copernikus adalah satu hipotese, dengan seratus, seribu atau sepuluh ribu lawan satu difihaknja, tetapi masih tetap merupakan satu hipoteste. Tetapi ketika Leverrier, dengan bahan2 jang diberikan oleh sistim ini, bukan

hanja menarik kesimpulan akan harus adanja suatu planit jang tidak diketahui tetapi djuga memperhitungkan kedudukan dilangit jang mesti ditempati oleh planit ini, dan ketika Gallilei benar2 menemukan planit

ini, maka terbuktilah kebenaran sistim Copernikus itu". (Karl Marx, Pilihan Tulisan2, Edisi Inggeris, Moskow 1946, Djilid I, hal. 368).

Dalam menuduh Bogdanov, Bazarov, Jusjkewitsj dan pengikut2

Mach lainnja dengan fideisme, dan dalam membela dalil materialis jang terkenal bahwa pengetahuan ilmiah kita tentang hukum2 alam adalah

pengetahuan jang benar, dan bahwa hukum2 ilmu itu merupakan

kebenaran jang objektif, Lenin mengatakan:

„Fideisme modern se-kali2 tidak menolak ilmu; jang ditolaknja hanjalah

'tuntutan jang berlebih-lebihan' dari ilmu, jaitu, tuntutannja akan kebenaran objektif. Djika kebenaran objektif itu ada (sebagaimana pendapat kaum materialis), djika ilmu2 alam sadjalah, jang

(15)

Demikianlah dengan singkat tjiri2 jang karakteristik dari materialisme

filsafat Marxis.

Mudahlah untuk difahamkan bagaimana amat sangat pentingnja perluasan prinsip2 materialisme filsafat pada studi tentang kehidupan

sosial, tentang sedjarah masjarakat, dan bagaimana amat sangat pentingnja pemakaian prinsip2 ini pada sedjarah masjarakat dan pada

aktivitet2 praktis Partai proletariat.

Kalau hubungan antara gedjala2 alam dan saling bergantungnja

gedjala2 itu adalah hukum2 perkembangan alam, maka kelandjutannja

jalah bahwa hubungan dan saling bergantungnja gedjala2 kehidupan

sosial adalah djuga hukum perkembangan masjarakat, dan bukan se -suatu jang kebetulan.

Maka itu, kehidupan sosial, sedjarah masjarakat, tidak lagi mendjadi timbunan „kedjadian2 kebetulan", melainkan mendjadi sedjarah

perkembangan masjarakat menurut hukum2 jang tetap, dan studi tentang

sedjarah masjarakat mendjadi suatu ilmu.

Maka itu aktivitet praktis Partai proletariat tidak boleh didasarkan atas keinginan2 jang baik dari „orang2 terkemuka", tidak atas tuntutan2

„akal", „moral jang universil", dli., melainkan atas hukum2

perkembangan masjarakat dan atas studi tentang hukum2 ini.

Selandjutnja, djika dunia dapat diketahui dan pengetahuan kita tentang hukum2 perkembangan alam adalah pengetahuan jang benar, jang

mempunjai kekuatan kebenaran objektif, maka menurut ini kehidupan sosial, perkembangan masjarakat, djuga bisa diketahui, dan bahwa bahan2

ilmu mengenai hukum2 perkembangan masjarakat adalah bahan2 jang

benar jang mempunjai kekuatan kebenaran2 objektif.

Maka itu ilmu tentang sedjarah masjarakat, sekalipun dengan segala kerumitan gedjala2 kehidupan sosial, bisa mendjadi ilmu jang djuga exak

(16)

perkembangan masjarakat untuk tudjuan2 praktis.

Maka itu Partai proletariat dalam aktivitet praktisnja tidak boleh membiarkan dirinja dituntun oleh motif2 jang kebetulan, tetapi harus oleh

hukum2 perkembangan masjarakat, dan oleh kesimpulan2 praktis hukum2 ini.

Maka itu Sosialisme diubah dari impian tentang haridepan jang lebih baik untuk kemanusiaan mendjadi ilmu.

Dari itu hubungan antara ilmu dan aktivitet praktis, antara teori dan praktek, kesatuannja, harus mendjadi bintang-pedoman Partai proletariat.

Seterusnja, djika alam, jang ada, dunia materiil, adalah primer, dan kesedaran, fikiran, adalah sekunder, akibat; djika dunia materiil merupakan kenjataan objektif jang adanja terlepas dari kesedaran manusia, sedangkan kesedaran adalah tjerminan (refleksi) kenjataan objektif ini, maka menurut ini kehidupan materiil masjarakat, keadaannja, adalah djuga primer, dan kehidupan kedjiwaannja sekunder, akibat, dan bahwa kehidupan material masjarakat adalah kenjataan objektif jang adanja terlepas dari kemauan manusia, sedangkan kehidupan kedjiwaan masjarakat adalah refleksi kenjataan objektif ini, suatu refleksi dari jang ada.

Dari itu sumber penjusunan kehidupan spirituil masjarakat, asal-mulanja ide2 sosial, teori2 sosial, faham2 politik dan badan2 politik, tidak

boleh ditjari dalam ide2, teori2, faham2 dan badan2 politik itu sendiri,

melainkan dalam sjarat2 kehidupan materiil masjarakat, dalam keadaan

sosial, jang refleksinja berupa fikiran2, teori2. faham2, dll.

Karena itu, kalau dalam berbagai zaman sedjarah masjarakat tampak berbagai ide2, teori2, faham2 sosial dan badan2 politik; kalau dalam sistim

pemilikan-budak kita djumpai ide2, teori2, faham2 sosial dan badan2 politik

tertentu, dalam feodalisme lain, dan dalam kapitalisme lain lagi, maka hal ini tidak bisa diterangkan dari „watak", „sifat2", ide2, teori2, faham2 dan

badan2 politik itu sendiri tetapi dari sjarat2 kehidupan materiil jang

(17)

ber-lainan.

Begitu keadaan suatu masjarakat, begitu sjarat2 kehidupan materiil

suatu masjarakat, begitu pulalah ide2, teori2, faham2 politik dan badan2

politik masjarakat itu.

Berhubungan dengan ini, Marx mengatakan:

„Bukanlah kesedaran manusia jang menentukan keadaannja, tetapi sebaliknja, keadaan sosial merekalah jang menentukan kesedaran mereka". (Karl Marx, Pilihan Tulisanf, Edisi Inggeris, Moskow 1946, Djilid I, hal. 300).

Makaitu, supaja tidak membilcin kesalahan dalam politik, supaja tidak djatuh kedalam kedudukan tukang2 mimpi jang kosong, Partai

proletariat tidak boleh mendasarkan aktivitet2nja atas „prinsip2 akal

manusia" jang abstrak, tetapi atas sjarat2 kongkrit dari kehidupan materiil

masjarakat, sebagai kekuatan jang menentukan dari perkembangan sosial; bukan atas keinginan2 jang baik dari „orang-orang besar", akan tetapi atas

kebutuhan2 jang njata dari perkembangan kehidupan materiil masjarakat.

Djatuhnja kaum utopis, termasuk kaum Narodnik, Anarkis dan kaum Sosialis-Revolusioner, adalah, antara lain, karena kenjataan bahwa mereka tidak mengakui rol primer jang dilakukan oleh sjarat2 kehidupan

materiil masjarakat dalam perkembangan masjarakat dan, karena tenggelam dalam idealisme, tidak mendasarkan aktivitet praktisnja atas kebutuhan2 perkembangan kehidupan materiil masjarakat, tetapi, dengan

terlepas dari dan tidak memperdulikan kebutuhan2 ini, atas „rentjana2

jang muluk2" dan „rentjana2 jang meliputi se-gala2nja" jang terpisah dari

kehidupan jang sebenarnja dari masjarakat.

Kekuatan dan vitalitet Marxisme-Leninisme terletak dalam kenjataan bahwa ia sungguh mendasarkan aktivitet praktisnja atas kebutuhan2

perkembangan kehidupan materiil masjarakat dan tidak pemah memisahkan dirinja dari kehidupan jang sebenarnja dari masjarakat.

(18)

teori-teori sosial, faham2 politik dan badan2 politik tidaklah penting dalam

kehidupan masjarakat, bahwa mereka tidak mempengaruhi setjara timbal-balik keadaan sosial, perkembangan sjarat2 materiil kehidupan masjarakat.

Kita telah membitjarakan barn tentang asalusul ide2, teori2, faham2 sosial

dan badan2 politik, tentang bagaimana mereka timbul, tentang kenjataan

bahwa kehidupan spirituil masjarakat adalah refleksi sjarat2 kehidupan

materiilnja. Mengenai arti ide2, teori2, faham2 sosial dan badan2 politik,

mengenai peranannja dalam sedjarah, materialisme historis djauh daripada menjangkainja, malahan menekankan peranan dan arti jang pen-ting dari faktor2 ini dalam kehidupan masjarakat, dalam sedjarahnja.

Ada berbagai matjam ide dan teori sosial. Ada ide2 dan teori2 lama

jang hidup melampaui zamannja dan jang mengabdi kepada kepentingan2

kekuatan2 jang sekarat dalam masjarakat. Artinja terletak dalam kenjataan

bahwa mereka merintangi perkembangan, merintangi kemadjuan masjarakat. Kemudian ada ide2 dan teori2 baru dan madju jang mengabdi

kepada kepentingan2 kekuatan2 jang madju dalam masjarakat. Artinja

terletak dalam kenjataan bahwa mereka mempermudah perkembangan, mempermudah kemadjuan masjarakat; dan semakin tepat mereka mentjerminkan kebutuhan2 perkembangan kehidupan materiil masjarakat

semakin besarlah artinja.

Ide2 dan teori2 sosial baru hanja lahir sesudah perkembangan

kehidupan materiil masjarakat memberikan tugas2 barn kepada masjarakat.

Tetapi sekali mereka timbul mereka mendjadi kekuatan jang paling perkasa jang mempermudah pelaksanaan tugas2 baru jang diletakkan oleh

perkembangan kehidupan materiil masjarakat, suatu kekuatan jang mempermudah kemadjuan masjarakat. Disinilah djustru nilai mengorganisasi, memobilisasi dan mengubah jang sangat besar dari ide2

baru, teori2 baru, faham2 politik barn dan badan2 politik baru,

menampak-kan dirinja. Ide2 dan teori2 sosial baru timbul djustru karena mereka perlu

(19)

jang mendesak dari perkembangan kehidupan materiil masjarakat tanpa aksi mereka jang mengorganisasi, memobilisasi dan mengubah. Lahir dari tugas2 baru jang diletakkan oleh perkembangan kehidupan materiil

masjarakat, maka ide2 dan teori2 sosial barn menembus djalan mereka,

mendjadi milik massa, memobilisasi dan mengorganisasi mereka melawan kekuatan2 jang sekarat dalam masjarakat, dan dengan demikian

memudahkan penggulingan kekuatan2 ini jang menghambat

perkembangan kehidupan materiil masjarakat.

Dengan demikian ide2, teori2 sosial dan badan2 politik, setelah lahir

atas dasar tugas2 jang mendesak dari perkembangan kehidupan materiil

masjarakat, perkembangan keadaan sosial, mereka itu sendiri kemudian memberikan pengaruhnja kembali atas keadaan sosial, atas kehidupan materiil masjarakat, mentjiptakan sarat! jang diperlukan untuk dengan sepenuhnja melaksanakan tugas2 jang mendesak dari kehidupan materiil

masjarakat, dan untuk memberikan kemungkinan bagi perkembangannja jang lebih djauh.

Bertalian dengan ini, Marx mengatakan :

„Teori mendjadi kekuatan materiil segera sesudah ia menguasai massa". (Zur Kritik der Hegelschen Rechtsphilosophie).

Maka itu, supaja bisa mempengaruhi sjarat2 kehidupan materiil

masjarakat dan mempertjepat perkembangan serta perbaikannja, Partai proletariat harus bersandar pada teori sosial jang sedemikian rupa, ide sosial jang sedemikian rupa jang dengan tepat mentjerminkan kebutuhan2

perkembangan kehidupan materiil masjarakat, dan jang karena itu bisa menggerakkan massa jang luas dari Rakjat dan bisa memobilisasi mereka dan mengorganisasi mereka mendjadi suatu tentara jang maha besar dari Partai proletariat, jang siap sedia untuk menghantjurkan kekuatan2

reaksioner dan melapangkan djalan bagi kekuatan2 jang madju dari

masjarakat.

(20)

disebabkan oleh kenjataan bahwa mereka tidak mengakui rol memobilisasi, mengorganisasi dan mengubah dari teori jang madju, dari ide2 jang madju dan, karena tenggelam dalam materialisme jang vulger,

membikin peranan faktor2 ini hampir mendjadi tidak berarti sama sekali,

dengan demikian membikin Partai mendjadi pasif dan tidak berdaja.

Kekuatan dan vitalitet Marxisme-Leninisme timbul dari kenjataan bahwa ia bersandar pada teori jang madju jang dengan tepat mentjerminkan kebutuhan2 perkembangan kehidupan materiil

masjarakat, bahwa ia mengangkat teori pada tingkatan jang selajaknja, dan bahwa ia menganggap mendjadi kewadjibannja untuk menggunakan sepenuhnja kekuatan memobilisasi, mengorganisasi dan mengubah dari teori ini.

Itulah djawaban jang diberikan oleh materialisme historis mengenai soal hubungan antara keadaan sosial dan kesedaran sosial, antara sjarat2

perkembangan kehidupan materiil dan perkembangan kehidupan spirituil masjarakat.

3) Materialisme Historis

Sekarang tinggal mendjelaskan soal berikut: apakah, dilihat dari sudut pendirian materialisme historis jang dimaksud dengan „sjarat2

kehidupan materiil masjarakat" jang pada tingkat terachir menentukan pisiognomi (wadjah) masjarakat, ide2nja, faham2nja, badan2 politiknja, dll?

Apakah, pada achirnja, „sjarat2 kehidupan materiil masjarakat" ini,

bagaimanakah tjiri2 chususnja?

Tidak bisa disangsikan lagi bahwa dalam pengertian „sjarat2

kehidupan materiil masjarakat", termasuk pertama2, alam jang

(21)

dalam perkembangan masjarakat? Apakah lingkungan geografi merupakan kekuatan pokok jang menentukan wadjah masjarakat, watak sistim sosial manusia, peralihan dari satu sistim ke sistim lainnja?

Materialisme historis mendjawab pertanjaan ini dengan sangkalan.

Memang tak dapat disangkal lagi bahwa lingkungan geografi merupakan salah satu sjarat jang tetap dan tak dapat ditiadakan dari perkembangan masjarakat, dan sudah tentu, mempengaruhi perkembangan masjarakat, mempertjepat atau memperlambat perkembangannja.

Akan tetapi pengaruhnja itu bukanlah pengaruh jang menentukan, karena perubahan2 dan perkembangan masjarakat itu berlangsung dengan

ukuran jang lebih tjepat jang tidak bisa dibandingkan dengan ketjepatan perubahan2 dan perkembangan lingkungan geografi. Dalam tempo tiga ribu

tahun di Eropa telah berganti ber-turut2 tiga sistim sosial jang berlainan:

sistim komune primitif, sistim pemilikan-budak dan sistim feodal. Dibagian timur Eropa, di URSS, malahan telah berganti empat matjam sistim sosial. Tetapi selama masa ini keadaan2 geografi di Eropa tidak berubah

samasekali, atau telah berubah begitu sedikitnja hingga geografi tidak memperhitungkan mereka. Dan ini memang sudah sangat sewadjarnja. Perubahan2 jang penting dalam lingkungan geografi membutuhkan

djutaan tahun, sedangkan beberapa ratus atau dua tiga ribu tahun sadja sudah tjukup untuk perubahan2 jang malahan sangat penting dalam sistim

masjarakat manusia.

Dengan ini teranglah bahwa lingkungan geografi tidak bisa mendjadi sebab pokok, sebab jang menentukan dari perkembangan sosial, karena sesuatu jang dalam tempo puluhan ribu tahun hampir tetap tidak berubah, tidak bisa mendjadi sebab pokok perkembangan sesuatu jang dalam tempo beberapa ratus tahun sadja mengalami perubahan2 jang fundamentil.

(22)

„sjarat2 kehidupan materiil masjarakat" djuga termasuk pertumbuhan

penduduk, padatnja penduduk pada tingkatan jang satu atau lainnja, karena manusia adalah elemen jang utama dari sjarat2 kehidupan materiil

masjarakat, dan tanpa adanja sedjumlah minimum manusia maka tidak akan bisa ada kehidupan materiil masjarakat. Apakah pertumbuhan penduduk tidak merupakan kekuatan pokok jang menentukan karakter sistim sosial manusia?

Materialisme historis mendjawab pertanjaan ini djuga dengan sangkalan.

Sudah tentu, pertumbuhan penduduk mempengaruhi perkembangan masjarakat, memudahkan atau menghambat perkembangan masjarakat, tetapi ia tidak bisa merupakan kekuatan pokok perkembangan masjarakat, dan pengaruhnja pada perkembangan masjarakat tidak bisa merupakan pengaruh jang menentukan sebab, pertumbuhan penduduk itu sendiri tidak memberikan kuntji untuk mendjawab pertanjaan mengapa sesuatu sistim sosial diganti djustru oleh sistim baru jang begini atau begitu dan tidak oleh jang lainnja, mengapa sistim komune primitif diganti djustru oleh sistim pemilikan-budak, sistim pemilikan-budak oleh sistim feodal, dan sistim feodal oleh sistim burdjuis, dan tidak oleh sesuatu sistim lainnja.

(23)

Amerika Serikat berada pada tingkat jang lebih tinggi daripada Belgia; dan mengenai URSS, Belgia ketinggalan satu zaman sedjarah sendiri dibelakang negeri ini, sebab di Belgia masih berlaku sistim kapitalis, sedangkan URSS telah menghapuskan kapitalisme dan telah mendirikan sistim Sosialis.

Dari sini teranglah bahwa pertumbuhan penduduk bukanlah, dan tidak bisa, merupakan kekuatan pokok perkembangan masjarakat, kekuatan jang menentukan karakter sistim sosial, wadjah masjarakat.

a) Maka apakah jang merupakan kekuatan pokok dalam keseluruhan sjarat2

kehidupan materiil masjarakat jang menentukan wadjah masjarakat, karakter sistim sosial, perkembangan masjarakat dari satu sistim kesistim Iainnja?

Kekuatan ini, menurut materialisme historis jalah tjara mendapatkan keperluan2 hidup jang dibutuhkan untuk hidupnja manusia, tjara memproduksi nilai-nilai materiil — makanan, pakaian, kasut, rumah, bahan bakar, perkakas2 produksi, dll. — jang tidak bisa dipisahkan untuk kehidupan

dan 'perkembangan masjarakat.

Untuk hidup manusia harus mempunjai pangan, sandang, kasut, tempat berlindung, bahan bakar, dsb; untuk mempunjai nilai2 materiil ini,

manusia harus menghasilkannja; dan untuk menghasilkannja, manusia harus mempunjai perkakas produksi dengan mana pangan, sandang, kasut, tempat berlindung, bahan bakar dll. dihasilkan; mereka harus bisa menghasilkan perkakas2 ini dan bisa menggunakannja.

Perkakas produksi dengan mana nilai2 materiil dihasilkan, manusia jang

menggunakan perkakas2 produksi dan melakukan produksi nilai2 materiil

berkat pengalaman produksi dan ketjakapan kerdja tertentu... semua elemen ini ber-sama2 merupakan tenaga' produktif masjarakat.

Akan tetapi tenaga2 produktif hanjalah merupakan satu segi dari

(24)

mereka gunakan untuk memproduksi nilai2 materiil. Segi lainnja dari

produksi, segi lainnja dari tjara produksi, jalah hubungan manusia satu sama lainnja dalam proses produksi, hubungan-hubungan manusia. Manusia melakukan perdjuangan melawan alam dan menggunakan alam untuk memproduksi nilai2 materiil tidak terpisah satu dengan lainnja, tidak sebagai

orang-orang jang terpisah2, tetapi ber-sama2, dalam grup2, dalam

masjarakat2. Oleh karena itu, produksi selamanja dan dalam segala keadaan

adalah produksi sosial. Dalam menghasilkan nilai2 materiil manusia

me-masuki hubungan timbal-balik matjam jang satu atau jang lain didalam produksi, memasuki satu atau lain matjam hubungan2 produksi. Hubungan2

ini bisa merupakan hubungan2 kerdjasama dan saling bantu antara manusia

jang bebas dari penghisapan ; hubungan2 ini bisa merupakan hubungan

penguasaan ; dan pengabdian ; dan achirnja, hubungan2 ini bisa merupakan

hubungan peralihan dari satu bentuk hubungan produksi kebentuk lainnja. Tetapi apapun djuga wataknja hubungan2 produksi itu, selamanja dan dalam

tiap2 sistim, mereka itu merupakan elemen produksi jang sama sangat

pentingnja seperti tenaga2 produktif masjarakat.

„Dalam produksi," kata Marx, „manusia bukan sadja bertindak terhadap alam tetapi djuga terhadap satu sama lain. Mereka berproduksi dengan bekerdja-sama menurut tjara tertentu dan sang menukarkan kegiatan mereka. Untuk berproduksi, mereka memasuki hubungan dan pertalian timbal-balik jang tertentu, dan hanja didalam hubungan dan pertalian kemasjarakatan inilah dilakukan pengaruh mereka atas alam, dilakukan produksi". (Karl Marx, Pilihan Tulisan, Edisi Inggris, Moskow 1946, Djilid I, hal. 211).

Oleh karena itu produksi, tjara produksi, meliputi kedua2nja, tenaga2

produktif masjarakat dan hubungan2 produksi dari manusia, dan dengan

demikian merupakan pendjelmaan kesatuan mereka dalam proses produksi nilai2 materiil.

(25)

berubah dan berkembang, dan bahwa, selandjutnja, perubahan2 dalam tjara

produksi tidak boleh tidak menimbulkan perubahan2 dalam seluruh sistim

sosial, ide2 sosial, pandangan2 politik dan badan2 politik — mereka

menimbulkan pembangunan kembali seluruh susunan sosial dan politik. Pada tingkat perkembangan jang berlainan, manusia menggunakan tjara produksi jang berlainan, atau, kalau dinjatakan setjara lebih sederhana, mempunjai tjara hidup jang berlainan. Dalam komune primitif terdapatlah satu tiara produksi, dalam sistim pemilikan-budak terdapat tjara produksi jang lain, dalam feodalisme tjara produksi jang lain lagi, dan seterusnja. Dan sesuai dengan itu sistim sosial manusia, kehidupan spirituil manusia, pandangan2

dan badan2 politik mereka ,djuga ber-lain2an.

Begitu tjara produksi masjarakat, begitu pulalah pada pokoknja masjarakat itu sendiri, ide2 dan teori2nja, pandangan2 dan badan2

Atau, kalau dinjatakan lebih sederhana, begitu tiara hidup manusia, begitu pulalah tjara berfikirnja.

Ini berarti bahwa sedjarah perkembangan masjarakat adalah per-tama2 sedjarah perkembangan produksi, sedjarah tjara2 produksi jang silih

berganti dalam masa ber-abad2 lamanja, sedjarah perkembangan tenaga2

produktif dan hubungan2 produksi dari manusia.

Dan itu sedjarah perkembangan sosial adalah djuga sedjarah kaum penghasil nilai2 materiil itu sendiri, sedjarah massa jang bekerdja jang

mendjadi kekuatan pokok dalam proses produksi dan jang melakukan produksi nilai2 materiil jang diperlukan untuk hidupnja masjarakat.

Dari itu, djika ilmu sedjarah hendak mendjadi ilmu jang sungguh2,

maka ia tidak bisa lebih lama lagi mendjadikan sedjarah perkembangan sosial sebagai perbuatan radja2 dan djenderal2, sebagai perbuatan

„penakluk2" dan „pendjadjah2" negara, tetapi per-tama2 harus

(26)

Dari itu kuntji untuk mempeladjari hukum2 sedjarah masjarakat tidak

boleh ditjari dalam fikiran manusia, dalam pandangan2 dan ide2

masjarakat, tapi dalam tjara produksi jang dipraktekkan oleh masjarakat dalam sesuatu periode sedjarah tertentu; ia harus ditjari dalam kehidupan ekonomi masjarakat.

Dari itu kewadjiban jang pertama dari ilmu sedjarah jalah mempeladjari dan menjingkap hukum2 produksi, hukum2 perkembangan

tenaga2 produktif serta hubungan2 produksi, hukum2 perkembangan

ekonomi masjarakat.

Dari itu, djika Partai proletariat hendak mendjadi Partai jang sungguh2,

maka ia harus per-tama2 menguasai pengetahuan tentang hukum2

perkembangan produksi, tentang hukum2 perkembangan ekonomi

masjarakat.

Dari itu, djika tidak hendak membikin kesalahan dalam politik, Partai proletariat baik dalam merentjanakan programnja maupun dalam aktivitet2

praktisnja harus pertama2 berpangkal pada hukum2 perkembangan produksi,

pada hukum2 perkembangan ekonomi masjarakat.

c) Tjiri jang kedua dan produksi jalah bahwa perubahan2 dan

perkembangannja selalu dimulai dengan perubahan2 dan perkembangan

tenaga2 produktif, dan pertama`', dengan perubahan2 dan perkembangan

perkakas2 produksi. Karena itu tenaga2 produktif adalah elemen produksi

jang paling mobil dan revolusioner. Mula2 tenaga2 produktif masjarakat

berubah dan berkembang, dan kemudian, bergantung kepada perubahan2

ini dan sesuai dengan mereka, berubahlah hubungan2 produksi dari

manusia, hubungan2 ekonomi mereka. Akan tetapi ini tidak berarti bahwa

hubungan2 produksi tidak mempengaruhi perkembangan tenaga2 produktif

dan bahwa jang tersebut belakangan ini tidak bergantung kepada jang pertama. Sedangkan perkembangan mereka bergantung kepada perkem-bangan tenaga2 produktif, hubungan2 produksi sebaliknja mempengaruhi

(27)

memperlambatnja. Dalam hubungan ini perlu ditjatat bahwa hubungan2

produksi tidak bisa terlalu lama ketinggalan dibelakang dan berada dalam keadaan jang bertentangan dengan pertumbuhan tenaga2 produktif,

karena tenaga2 produktif bisa berkembang menurut ukuran jang

sepenuhnja hanja bila hubungan2 produksi sesuai dengan karakter,

keadaan tenaga2 produktif dan memberikan kebebasan sepenuhnja bagi

perkembangannja. Karena itu, biar bagaimana djuga ketinggalannja hubungan2 produksi dibelakang perkembangan tenaga2 produktif, mereka

mesti, tjepat atau lambat, mendjadi sesuai dan memang benar2 mendjadi

sesuai dengan tingkat perkembangan tenaga2 produktif, dengan karakter

tenaga produktif. Kalau tidak kita akan mengalami pelanggaran jang fundamentil dari kesatuan tenaga2 produktif dan hubungan2 produksi

didalam sistim produksi, suatu kekatjauan produksi pada umumnja, suatu krisis produksi, suatu kehantjuran tenaga2 produktif.

Suatu tjontoh dimana hubungan2 produksi tidak sesuai dengan

karakter tenaga2 produktif, bertentangan dengan mereka, jalah krisis2

ekonomi di-negeri2 kapitalis, dimana hakmilik perseorangan setjara kapitalis

atas alat2 produksi adalah sangat bertentangan dengan karakter sosial dari

proses produksi, dengan karakter tenaga2 produktif. Ini berakibat krisis2

ekonomi, jang menjebabkan kehantjuran tenaga2 produktif. Selandjutnja,

pertentangan ini sendiri merupakan dasar ekonomi dari revolusi sosial, jang tudjuannja jalah menghantjurkan hubungan2 produksi jang ada dan

mentjiptakan hubungan2 produksi baru jang sesuai dengan karakter tenaga2

produktif.

Sebaliknja, suatu tjontoh dimana hubungan2 produksi sepenuhnja

sesuai dengan karakter tenaga2 produktif jalah ekonomi nasional Sosialis di

URSS, dimana hak milik sosial atas alat2 produksi sepenuhnja sesuai dengan

karakter sosial proses produksi, dan dimana, karena itu, tidak dikenal krisis ekonomi dan kehantjuran tenaga2 produktif.

(28)

paling mobil dan revolusioner dalam produksi, tapi adalah djuga elemen jang menentukan dalam perkembangan produksi.

Begitu keadaan tenaga2 produktif, begitulah tentu keadaan hubungan2

produksi.

Kalau keadaan tenaga2 produktif memberikan djawaban pada

pertanjaan — dengan perkakas2 produksi apakah manusia menghasilkan

nilai2 materiil jang mereka butuhkan ? — maka keadaan hubungan2

produksi memberikan djawaban pada pertanjaan lainnja siapakah jang memiliki alat2 produksi (tanah, hutan, air, sumber2 pelikan, bahan2 mentah,

perkakas2 produksi, gedung2 perusahaan, alat2 pengangkutan dan

perhubungan, dsb.), siapakah jang menguasai alat2 produksi itu, apakah

seluruh masjarakat, atau orang2 perseorangan, grup2 atau klas2 jang

menggunakannja untuk menghisap orang2, grup2 atau klas2 lainnja?

Dibawah ini adalah gambaran kasar perkembangan tenaga2

produktif mulai dari zaman purbakala sampai pada zaman kita sekarang. Peralihan dari perkakas2 batu jang kasar sampai pada busur dan anak

panah dan peralihan jang menjertai ini dari hidup berburu kepemeliha-raan hewan2 dan pengangonan jang primitif; peralihan dari perkakas2 batu

ke-perkakas2 logam (kapak besi, badjak kaju dengan najam besi, dsb.),

disertai dengan peralihan jang sesuai ketjotjoktanam dan pertanian; perbaikan jang lebih djauh dari perkakas2 logam untuk mengerdjakan

bahan2, permulaan penggunaan embusan pandai-besi, mulai dibikinnja

barang2 grabah sedjalan dengan perkembangan keradjinan-tangan,

pemisahan keradjinan-tangan dari pertanian, perkembangan industri keradjinan tangan jang berdiri sendiri dan kemudian perkembangan manufaktur ; peralihan dari perkakas2 keradjinan-tangan ke-mesin2 dan

perubahan keradjinan-tangan dan manufaktur mendjadi industri mesin ; peralihan kesistim mesin dan lahirnja industri mesin modem setjara besar2an — demikianlah gambaran setjara umum dan jang djauh daripada

(29)

manusia. Mendjadi djelaslah bahwa perkembangan dan perbaikan perkakas2 produksi itu dilaksanakan oleh manusia jang bersangkutan

dengan produksi dan tidak terlepas dari manusia; dan karena itu, perubahan dan perkembangan perkakas2 produksi disertai oleh perubahan

dan perkembangan manusia, sebagai elemen jang terpenting dari tenaga2

produktif, oleh perubahan dan perkembangan pengalaman mereka dalam produksi, ketjakapan bekerdja mereka, kepandaian mereka memakai perkakas2 produksi.

Selaras dengan perubahan dan perkembangan tenaga2 produktif

masjarakat didalam perdjalanan sedjarah, djuga hubungan2 produksi dari

manusia, hubungan2 ekonomi mereka berubah dan berkembang.

Sedjarah mengenal lima matjam hubungan produksi' jang pokok jaitu : komune primitif, pemilikan-budak, feodal, kapitalis dan Sosialis.

Dasar hubungan2 produksi dalam sistim komune primitif jalah bahwa

alat2 produksi dimiliki setjara sosial. Ini pada dasarnja sesuai dengan

karakter tenaga2 produktif pada masa itu. Perkakas2 bath, dan kemudian,

busur dan panah, menutup kemungkinan bagi manusia setjara sendiri2

me-lawan kekuatan alam dan binatang2 buas. Untuk mengumpulkan buah2an

dari hutan, menangkap ikan, membikin sematjam rumah, manusia terpaksa bekerdja bersama djika mereka tidak hendak mati kelaparan, atau djatuh mendjadi mangsa binatang buas atau masjarakat2 jang tinggal

berdekatan. Bekerdja bersama menimbulkan hakmilik bersama atas alat2

produksi, begitu djuga atas hasil2 produksi. Disini belum ada pengertian

hakmilik perseorangan atas alat2 produksi, ketjuali hak milik pribadi atas

beberapa perkakas produksi, jang bersamaan dengan itu djuga merupakan alat untuk pembelaan diri terhadap binatang buas. Disini tidak ada penghisapan, tidak ada klas2.

Dasar hubungan2 produksi dalam sistim pemilikan budak jalah

bahwa pemilik budak memiliki alat2 produksi; dia djuga memiliki pekerdja

(30)

bunuh seperti hewan sadja. Hubungan2 produksi sedemikian itu pada

dasarnja sesuai dengan keadaan tenaga2 produktif pada masa itu. Sebagai

ganti perkakas2 batu, sekarang manusia mempunjai perkakas2 logam jang

bisa mereka pergunakan; sebagai ganti mata-pentjarian jang menjedihkan dan primitif dari pemburu, jang tidak mengenal baik pengangonan maupun pertanian, sekarang timbullah pengangonan, pertanian, keradjinan-tangan, dan suatu pembagian kerdja diantara tjabang2 produksi

ini. Timbullah kemungkinan tukar-menukar hasil2 diantara orang2 dan

di-antara masjarakat2, kemungkinan penumpukan kekajaan dalam tangan

beberapa orang, penumpukan jang sungguh2 dari alat2 produksi dalam

tangan golongan tersedikit, dan kemungkinan penaklukan golongan terbanjak oleh golongan tersedikit dan didjadikannja mereka sebagai budak. Disini kita tidak mendapatkan lagi kerdja bersama dan bebas dari semua anggota masjarakat dalam proses produksi — disini berlaku kerdja paksa budak2, jang dihisap oleh kaum pemilik budak jang tidak bekerdja.

Karena itu disini tidak ada hak milik bersama atas alat2 produksi atau atas

hasil2 produksi. la diganti oleh hak milik perseorangan. Disini pemilik budak

nampak sebagai pemilik harta benda jang terutama dan terpenting dalam arti kata jang sesungguhnja.

Kaja dan miskin, kaum penghisap dan kaum terhisap, orang2 jang

mempunjai hak penuh dan orang2 jang tidak mempunjai hak, dan

perdjuangan klas jang sengit diantara mereka — demikianlah gambaran sistim pemilikan-budak. Dasar hubungan2 produksi dalam sistim feodal

jalah bahwa than feodal memiliki alat2 produksi dan tidak memiliki

sepenuhnja pekerdja jang melakukan produksi hamba, jang tidak bisa lagi dibunuh begitu sadja oleh tuan feodal, tetapi jang bisa dia beli dan djual. Disamping hak-milik feodal disitu terdapat hak milik perseorangan petani dan tukang keradjinan-tangan atas perkakas produksinja serta perusahaan perseorangannja jang didasarkan atas tenaga-kerdjanja sendiri. Hubungan2

(31)

produktif pada masa itu. Perbaikan2 lebih landjut dalam melebur dan

mengerdjakan besi ; meluasnja badjak besi dan pertenunan ; perkembangan jang lebih djauh dari pertanian, perkebunan, penanaman anggur dan pembikinan hasil2 dari susu; timbulnja perusahaan2 manufaktur disamping

bengkel2 keradjinan-tangan — demikianlah tjiri2 jang karakteristik dari

keadaan tenaga2 produktif.

Tenaga2 produktif jang baru menuntut supaja pekerdja menundjukkan

inisiatif dalam produksi dan ketjenderungan untuk bekerdja, minat dalam pekerdjaan. Karena itu tuan feodal melemparkan budak, sebagai pekerdja jang tidak mempunjai minat dalam pekerdjaan dan samasekali tanpa inisiatif, dan lebih suka berurusan dengan hamba, jang mempunjai perusahaannja sendiri, perkakas2 produksinja sendiri, dan sekedar minat

dalam pekerdjaan jang perlu untuk menggarap tanah dan untuk membajar kepada tuan feodal dengan sebagian dari hasil panennja dalam udjud bahan.

Disini hak milik perseorangan telah berkembang lebih djauh. Penghisapan hampir sama hebatnja dengan penghisapan dalam sistim pemilikan-budak — ia hanja sedikit diperlunak. Perdjuangan klas antara kaum penghisp dan kaum terhisap merupakan tjiri pokok dari sistim feodal.

Dasar hubungan2 produksi dalam sistim kapitalis jalah bahwa si

kapitalis memiliki alat2 produksi, tetapi tidak memiliki kaum pekerdja didalam

produksi — kaum pekerdja upahan, jang tidak bisa dibunuh atau didjual oleh sikapitalis sebab mereka perseorangan adalah merdeka, tetapi tidak mempunjai alat2 produksi dan, supaja tidak mati kelaparan, terpaksa

mendjual tenaga-kerdja mereka kepada sikapitalis dan hares memikul beban penghisapan.

Disamping hak milik kapitalis atas alat2 produksi kita dapati, mula2

sangat luas, milik perseorangan petani2 dan tukang2 keradjinan-tangan atas

alat2 produksi, petani2 dan tukang2 keradjinan-tangan ini tidak lagi mendjadi

(32)

mereka sendiri. Sebagai pengganti bengkel2 keradjinan-tangan dan

manufaktur, maka timbullah perusahaan2 dan fabrik2 raksasa jang

diperlengkapi dengan mesin2. Sebagai pengganti perusahaan pertanian

kaum bangsawan, jang dikerdjakan dengan perkakas produksi jang primitif dari petani, timbul sekarang perusahaan2 pertanian kapitalis

jang besar jang didjalankan setjara ilmiah dan diperlengkapi dengan mesin2 pertanian.

Tenaga2 produktif jang baru menghendaki supaja kaum buruh

didalam produksi mempunjai pendidikan lebih baik dan lebih tjerdas daripada hamba2 jang tertindas dan tidak berpengetahuan, hingga mereka

bisa memahami mesin2 dan mendjalankannja dengan tepat. Karena itu,

kaum kapitalis lebih suka berurusan dengan kaum buruh upahan jang bebas dari ikatan2 perhambaan dan jang tjukup terdidik untuk dapat mendjalankan

mesin2 dengan tepat.

Tetapi sesudah mengembangkan tenaga2 produktif sampai tingkat jang

hebat sekali, kapitalisme mendjadi terdjirat dalam pertentangan2 jang tidak

bisa ia petjahkan. Dengan memproduksi djumlah barang-dagangan2 jang

semakin banjak, dan menurunkan harga2nja, kapitalisme memperhebat

persaingan, membinasakan pemilik2 perseorangan ketjil dan menengah,

membikin mereka mendjadi kaum proletar dan mengurangi daja beli mereka, dengan akibat bahwa mendjadi tidak mungkin untuk mendjual barang-dagangan2 jang dihasilkan. Di fihak lain, dengan meluaskan produksi dan

memusatkan djutaan kaum buruh dalam perusahaan2 dan fabrik2 raksasa,

kapitalisme memberikan watak sosial pada proses produksi dan dengan demikian merusak dasarnja sendiri, karena watak sosial produksi menuntut pemilikan sosial atas alat2 produksi; tetapi alat2 produksi tetap mendjadi

milik perseorangan setjara kapitalis, jang bertentangan sama sekali dengan watak sosial proses produksi.

Pertentangan2 jang tidak bisa didamaikan ini antara watak tenaga2

(33)

produksi jang periodik, diwaktu kaum kapitalis, karena tidak mendapatkan permintaan jang tjukup banjak alas barang2nja berhubung dengan

kemiskinan massa penduduk jang mereka timbulkan sendiri, terpaksa membakar hasil2, menghantjurkan barang2 jang telah dibikin,

menghentikan produksi, dan menghantjurkan tenaga2 produktif pada saat

ketika djutaan Rakjat terpaksa mengalami pengangguran dan kelaparan, bukan karena tidak ada tjukup barang2, tetapi karena kebanjakan barang2

jang dihasilkan.

Ini berarti bahwa hubungan2 produksi kapitalis sudah tidak sesuai

lagi dengan keadaan tenaga2 produktif masjarakat dan telah mendjadi

pertentangan jang tidak bisa didamaikan dengan mereka.

Ini berarti bahwa kapitalisme telah hamil dengan revolusi, jang tugas kewadjibannja jalah menggantikan pemilikan setjara kapitalis atas alat2

produksi jang sedang berlaku dengan pemilikan setjara Sosialis.

Ini berarti bahwa tjiri pokok sistim kapitalis jalah perdjuangan klas jang paling sengit antara kaum penghisap dan kaum terhisap.

Dasar hubungan2 produksi dalam sistim Sosialis, jang sementara ini

baru didirikan di URSS, jalah pemilikan setjara sosial atas alat2 produksi.

Disini tidak ada lagi kaum penghisap dan kaum terhisap. Barang2 jang

dihasilkan dibagikan menurut kerdja jang dilakukan, atas prinsip „Siapa jang tidak bekerdja, is djuga tidak akan makan". Disini hubungan2 orang

satusamalain dalam proses produksi ditandai oleh kerdjasama setjara persaudaraan dan saling-bantu setjara Sosialis antara kaum buruh jang bebas dari penghisapan. Disini hubungan2 produksi sepenuhnja sesuai

dengan keadaan tenaga2 produktif, karena watak sosial proses produksi

diperkuat oleh pemilikan setjara sosial atas alat2 produksi.

Karena itu produksi setjara Sosialis di URSS tidak mengenal krisis2

kelebihan produksi jang periodik dengan segala keedanan jang mengikutinja.

(34)

tjepat, sebab hubungan2 produksi jang sesuai dengan tenaga2 produktif

memberikan keleluasaan sepenuh2nja bagi perkembangan sedemikian itu.

Demikianlah gambaran perkembangan hubungan2 produksi dari

manusia dalam perdjalanan sedjarah manusia.

Demikianlah ketergantungan perkembangan hubungan2 produksi pada

perkembangan tenaga2 produktif masjarakat, dan terutama sekali, pada

perkembangan perkakas2 produksi,oleh karena ketergantungan itu maka

perubahan2 dan perkembangan tenaga2 produktif tjepat atau lambat

mem-bawa perubahan2 dan perkembangan hubungan2 produksi jang sesuai.

„Pemakaian dan pembikinan perkakas2 kerdja" kata Marx, „meskipun

terdapat dalam tingkat permulaan diantara djenis2 binatang tertentu,

adalah mendjadi sifat chusus proses-kerdja manusia, dan dari itu Franklin membikin definisi manusia sebagai hewan pembikin perkakas. Bekas2

perkakas kerdja zaman dulu adalah sama pentingnja bagi penjelidikan bentuk2 ekonomi masjarakat jang lampau, seperti halnja dengan bekas2

(fosil) tulang-belulang bagi penentuan djenis2 binatang jang sudah tidak

ada lagi. Bukanlah barang2 apa jang dibikin, tetapi bagaimana , barang2 itu

dibikin, dan dengan perkakas2 apa, jang memungkinkan kita

membeda-bedakan berbagai zaman ekonomi. Perkakasperkakas kerdja tidak hanja memberikan ukuran tingkat perkembangan jang telah ditjapai oleh kerdja manusia, tetapi mereka adalah djuga penundjuk bagi keadaan2 sosial dalam

mana kerdja itu dilakukan". (Karl Marx, Kapital, London 1908, Djilid I, halaman 159).

Dan seterusnja :

„Hubungan2 sosial adalah rapat hubungannja dengan tenaga2 produktif.

Dalam memperoleh tenaga2 produktif barn manusia mengubah tjara

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat selain Fungsi Manifes dalam kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Pemadam Kebakaran Kota Surabaya juga terdapat fungsi Laten

Berdasarkan uraian di atas, pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah seberapa tinggi tingkat kepuasan siswa SMART Ekselensia Indonesia terhadap proses

Tambahan pula, hospital dan klinik kesihatan kerajaan disediakan di kanasan yang terlalu jauh bagi penduduk di kawasan penernpatan tertentu. Mereka juga terpaksa

Investasi dari sekarang karena di hari tua saatnya melakukan banyak kegiatan yang bermanfaat tanpa harus kerja

[r]

Namun pada saat ini tentu sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, karena pada tahun ini perayaan idul fitri hanya bisa dilakukan di rumah masing-masing termasuk

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN.. PEJABAT PENGADAAN BARANG/JASA IV

[r]