• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. modernisasi dan industrialisasi di pe (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "5. modernisasi dan industrialisasi di pe (1)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KASUS MODERNISASI DAN INDUSTRIALISASI

DI PEDESAAN

MAKALAH

Diajukan sebagai syarat untuk Mata Kuliah Sosiologi Pedesaan

Disusun oleh :

Fadhil Fauzan (150610120080)

Avisa Permatasari (150610120082) Stephani Florensia Hutabarat (150610120088) Gadis Kumalasari (150610120115)

Raja Satrya M. (150610120103)

Kelompok 5 / Agribisnis C

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Sosiologi Pedesaan ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul “Analisis Kasus Modernisasi dan Industrialisasi di Pedesaan”.

Makalah ini berisikan tentang kumpulan materi dan analisis mengenai konsep dari modernisasi dan industrialisasi di pedesaan dengan kasus dan analisisnya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini.

Tidak lupa pula penulis sampaikan terimakasih kepada Dosen penulis, M. Gunardi Judawinata, Ir. DEA dan Anne Charina, S.P.,MT, selaku dosen mata kuliah Sosiologi Pedesaan beserta semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.Amin.

Jatinangor, 18 November 2013

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...2

DAFTAR ISI...3

BAB I...4

PENDAHULUAN...4

BAB II...5

PEMBAHASAN...5

Pengertian Modernisasi...5

Pengertian Industrialisasi...6

Hubungan antara Modernisasi dan Industrialisasi...6

Kasus Modernisasi dan Industrialisasi di Minangkabau...7

BAB III...11

PENUTUP...11

(4)

BAB I

PENDAHULUAN Latar Belakang

Modernisasi ini ditandai dengan adanya penghargaan yang tinggi terhadap kemampuan rasio yang kemudian melahirkan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan tersebut diaplikasikan dalam “industrialisasi”, yaitu penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan secara besar-besaran dengan menggunakan tenaga permesinan. Fenomena yang lahir di Barat tersebut kemudian mendunia, sehingga menuntut semua negara untuk mampu mengejar ketinggalannya dengan mengubah alur dari negara agraris menuju negara industri, tak terkecuali Indonesia yang kini sedang dalam masa transisi. Proses modernisasi bagi negara berkembang seperti Indonesia mengandung unsur perjuangan mencapai taraf hidup yang lebih tinggi.

Dengan berkembangnya industri dan teknologi yang mendunia yang menggantikan tenaga manusia dengan mesin membuat hidup manusia yang semakin praktis mengakibatkan bertambahnya jumlah kebutuhan manusia untuk hidup lebih modern.Masuknya modernisasi ke Indonesia banyak merubah tatanan masyarakat secara sosial, ekonomi, budaya dan politik.

Rumusan Masalah

Berdasarkan ulasan diatas, ada beberapa pertanyaan untuk diselesaikan dalam makalah ini, diantaranya :

1. Apa yang dimaksud mengenai konsep modernisasi ? 2. Apa yang dimaksud mengenai konsep industrialisasi ?

3. Bagaimana hubungan antara modernisasi dan industrialisasi ?

4. Bagaimana kasus serta analisis modernisasi dan industrialisasi di Minangkabau ?

Tujuan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah sebagai berikut :

1. Mengetahui dan memahami mengenai konsep modernisasi. 2. Mengetahui dan memahami mengenai konsep industrialisasi.

3. Mengetahui dan memahami hubungan antara modernisasi dan industrialisasi. 4. Mengetahui dan memahami kasus serta analisis modernisasi dan industrialisasi di

Minangkabau.

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Modernisasi

Modernisasi dapat diartikan sebagai proses perubahan dari corak kehidupan masyarakat yang “tradisional” menjadi “modern”, terutama berkaitan dengan teknologi dan organisasi sosial.

Ciri masyarakat modern :

1. Memiliki sikap untuk menerima hal-hal baru dan terbuka untuk perubahan. 2. Berorientasi ke masa depan daripada masa lalu.

3. Memiliki perencaan dan pengorganisasian.

4. Percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Teori modernisasi dibangun di atas asumsi dan konsep-konsep evolusi bahwa perubahan sosial merupakan gerakan searah (linier), progresif dan berlangsung perlahan-lahan, yang membawa masyarakat dari tahapan yang primitif kepada keadaan yang lebih maju.

(6)

Pengertian Industrialisasi

Industrialisasi merupakan suatu bentuk perubahan dan penerapan teknologi menjadi lebih maju dan lebih mudah. Industrialisasi mampu menghadapi masyarakat agraris yang statis menjadi masyarakat industri yang lebih dinamis.

Unsur-unsur industialisasi :

1. Masyarakat melakukan proses produksi dengan menggunakan mesin. 2. Berskala besar.

3. Pembagian teknis relatif kompleks.

4. Penggunaan tenaga kerja yang ketrampilannya bermacam-macam.

Di sektor pertanian di Indonesia, banyak petani tidak lagi menggunakan ternak untuk membajak sawah melainkan menggunakan traktor. Penggunaan pupuk anorganik dan pestisida menandakan industrialisasi.

Hubungan antara Modernisasi dan Industrialisasi

Modernisasi dan Industrialisasi mengarah pada pembangunan sebagai wujud dari globalisasi yang terjadi sekarang. Faktor penghubung perkembangan modernisasi dan industrialisasi terhadap pembangunan salah satunya adalah perkembangan teknologi yang luar biasa. Demikianlah teknologi telah merembes ke dalam kehidupan manusia sehari-hari sehingga dapat dianggap sebagai sesuatu yang wajar. Dalam hal ini industrialisasi berperan sebagai produsen yang membanjiri masyarakat dengan berbagai produk teknologi yang terbukti mampu memenuhi kebutuhan manusia. Dengan bantuan teknologi, industrialisasi mampu menyediakan sebagian besar barang-barang dan jasa yang memberikan kenikmatan material bagi masyarakat modern.

Berdasarkan hal ini dapat dinyatakan bahwa awal modernisasi adalah industrialisasi, yakni berubahnya kehidupan dari “agraris-tradisional” menjadi “industri-modern”.

(7)

Kasus Modernisasi dan Industrialisasi di Minangkabau

Karakteristik budaya masyarakat pedesaan di Indonesia sangat beragam, bahkan dalam satu provinsi sekalipun, seperti Sumatera Barat misalnya, yang secara sekilas memiliki satu kebudayaan, yakni kebudayaan Minangkabau. Perbedaan tersebut terutama dipengaruhi oleh letak desa dan yang pada akhirnya juga mata pencaharian penduduknya. Tipologi desa berdasarkan mata pencaharian penduduknya adalah desa persawahan, desa perkebunan, desa peternakan, desa nelayan, desa jasa dan perdagangan, desa industri, serta desa perladangan.

Sebagian besar desa yang ada di Minangkabau merupakan desa persawahan dan desa perladangan. Desa persawahan terletak di hampir semua wilayah Minangkabau, terutama di Solok yang merupakan salah satu gudang beras di Sumatera, Agam, Tanah datar, 50 Kota, Padang Pariaman, sebagian Pasaman, sebagian Pesisir Selatan, dan sebagian Sawah lunto Sijunjung. Desa perladangan, terutama terletak di daerah-daerah perbatasan dengan Provinsi, Riau, Jambi, dan Sumatera Utara, seperti Kabupaten Solok Selatan, Darmasraya, Pasaman Barat, sebagian Pasaman Timur, sebagian Sawahlunto Sijunjung, dan sebagian 50 Kota. Desa nelayan terletak di sepanjang pesisir pantai Sumatera Barat, yaitu di Kabupaten Pesisir Selatan, Padang, Padang Pariaman, Agam (Kec. Tanjungmutiara), Pasaman Barat, dan desa-desa yang terletak di pinggir Danau Singkarak dan Danau Maninjau yang merupakan dua danau terbesar di Minangkabau.

Tipologi desa-desa yang jumlahnya lebih sedikit di Minangkabau, seperti desa jasa dan perdagangan, terutama adalah desa-desa yang terletak dekat Kota Padang dan Kota Bukit tinggi, yang merupakan kota-kota terbesar di Minangkabau. Desa industri hanya ada di Silungkang (Sawahlunto), Pandaisikek (Tanahdatar), Kubang (50 Kota), yang merupakan penghasil kain tenun, Gugukrandah dan Guguktinggi (Agam) yang terkenal dengan kerajinan emas dan peraknya, dan desa-desa yang berada di Kecamatan IV-Angkat (Agam) yang terkenal dengan industri konveksinya. Desa-desa industri ini biasanya adalah daerah-daerah yang kondisi lingkungan alamnya tidak memungkinkan untuk bertani, sementara sebagian besar desa-desa di Minangkabau mempunyai tanah yang subur dan luas, sehingga secara tradisional penduduknya cenderung menjadi petani.

Untuk daerah Minangkabau, sebagian besar dari desa yang ada merupakan desa persawahan dan desa perladangan. Berikut adalah gambaran menghenai pola kehidupan petani desa yang bercocok tanam di ladang dan di sawah.

(8)

Teknologi bercocok tanam di ladang menyebabkan suatu komunitas desa berpindah-pindah yang sangat berbeda dengan komunitas desa menetap yang didasarkan pada teknologi bercocok tanam di sawah. Teknologi bercocok tanam di ladang memerlukan tanah yang luas, di suatu daerah yang masih merupakan hutan rimba yang sedapat mungkin masih perawan. Para petani mulai membuka suatu ladang dengan membersihkan belukar bawah di suatu bagian tertentu dari hutan, kemudian menebang pohon-pohon besar. Batang-batang, cabang-cabang, dahan-dahan, serta daun-daun dibakar, dan dengan demikian terbukalah suatu ladang yang kemudian ditanami dengan berbagai tanaman tanpa pengolahan tanah yang berarti, yaitu tanpa dicangkul, diberi air atau pupuk secara khusus. Abu yang berasal dari pembakaran pohon dianggap cukup untuk memberi kesuburan pada tanaman. Air pun hanya yang berasal dari hujan saja, tanpa suatu sistem irigasi yang mengaturnya. Metode penanaman biji juga sangatlah sederhana, yaitu hanya dengan menggunakan tongkat tugal. Dengan tongkat itulah para petani laki-laki menusuk lubang ke dalam tanah tempat biji-biji tanaman dimasukkan oleh para perempuan yang berjalan di belakang mereka. Pekerjaan selanjutnya adalah membersihkan ladang dari tanaman liar dan menjaganya terhadap serangan babi hutan, tikus, dan hama lainnya.

Petani ladang meninggalkan ladangnya setiap dua-tiga kali panen, dan dalam waktu sepuluh tahun mereka sudah berpindah tempat sebanyak lima-enam kali. Selama waktu itu ladang yang pertama sudah kembali menjadi hutan, yang kemudian ditempati lagi. Serangkaian ladang baru yang dibuka oleh para petani ladang itu, seringkali makin jauh letaknya dari komunitas desa pemukimannya. Oleh karena itu, para petani biasanya mendirikan gubuk-gubuk sementara dekat ladang yang mereka kerjakan, agar pada musim-musim yang sibuk mereka dapat tinggal dekat pada lingkaran usaha tani mereka. Hanya dalam musim-musim ketika kesibukan bercocok-tanam berkurang mereka pulang ke desa induk mereka untuk melakukan pesta-pesta dan upacara bersama warga komunitas yang lain.

Cara bercocok-tanam di ladang hanya dapat dilakukan pada daerah-daerah yang kepadatan penduduknya masih rendah. Di Minangkabau cara ini dilakukan di daerah-daerah perbatasan dengan Provinsi Jambi, Sumatera Utara, dan Riau, yaitu di daerah Kabupaten Darmasraya, sebagian Solok Selatan, Pasaman Barat, Pasaman Timur, Lima Puluh Kota, dan Sawahlunto/Sijunjung. Daerah-daerah lain yang memiliki kepadatan penduduk yang lebih tinggi, sebagian besar dilakukan dengan irigasi di tanah basah, atau sawah.

(9)

Seorang petani di desa yang tergolong tipologi desa persawahan, dalam kenyataan menggarap tiga macam tanah pertanian, yaitu (1) kebun kecil di sekitar rumahnya; (2) tanah pertanian kering yang digarap dengan menetap, tetapi tanpa irigasi, dan (3) tanah pertanian basah yang menggunakan irigasi.

Di tanah kebun kecil sekitar rumah atau yang biasa disebut pekarangan, petani menanam kelapa, buah-buahan, sayur-mayur, bumbu-bumbu, umbi-umbian dan akar-akaran seperti berbagai jenis ubi dan singkong yang diperlukan dalam kehidupan rumah tangganya sehari-hari. Di pekarangan sering pula ada kolam ikan yang selain tempat pemeliharaan berbagai jenis ikan, tidak jarang pula dipakai sebagai tempat buang air. Hasil pekarangan sebagian besar dipergunakan untuk konsumsi sendiri, walaupun tidak sedikit pula yang dijual di pasar desa atau pada pedagang yang menawarnya.

Di tanah pertanian kering, yang di Minangkabau biasanya disebut hutan tinggi, petani menanam serangkaian tanaman yang kebanyakan dijual di pasar atau kepada pedagang. Tanaman itu antara lain jagung, kacang kedelai, berbagai jenis kacang tanah, tembakau, singkong, umbi-umbian, termasuk juga padi yang dapat tumbuh secara irigasi. Walaupun tidak diirigasi, tanah kering biasanya digarap secara intensif, dan tanaman-tanamannya dipupuk dan disiram secara teratur.

Bercocok tanam di tanah basah atau yang biasa disebut sawah merupakan usaha tani yang paling pokok dan paling penting bagi para petani di Minangkabau sejak beberapa abad lamanya. Dengan teknik penggarapan tanah yang intensif dan dengan cara-cara pemupukan dan irigasi yang tradisional, para petani tersebut menanam tanaman tunggal, yaitu padi. Berbeda dengan cocok-tanam di ladang, maka cocok-tanam di sawah dapat dilakukan di suatu bidang tanah yang terbatas secara terus-menerus, tanpa menghabiskan zat-zat kesuburan yang terkandung di dalamnya.

Bercocok-tanam di sawah sangat tergantung kepada pengaturan air, yang dilakukan dengan suatu sistem irigasi yang kompleks. Agar sawah dapat digenangi air, maka permukaannya harus mendatar sempurna, dan dikelilingi oleh pematang yang tingginya 20 sampai 25 centimeter.Itulah sebabnya membuat sawah di lereng gunung memerlukan pembentukan susunan bertangga yang memerlukan investasi tenaga kerja yang tinggi. Akan tetapi, di daerah dataran rendah pun bercocok-tanam di sawah memerlukan banyak tenaga kerja di semua tahap produksinya.

(10)

Minangkabau dikenal dengan istilah julo-julo Sistem ini biasanya hanya dilakukan untuk pekerjaan mencangkul (laki-laki), bertanam, dan menyiangi (perempuan). Untuk pekerjaan lain seperti panen, biasanya dilakukan dengan sistem upah dengan padi berdasarkan hasil panen yang diperoleh (10% dari hasil panen adalah untuk pekerja).

Dengan masuknya teknologi baru di bidang pertanian, menyebabkan adanya lapisan-lapisan masyarakat desa yang bertambah kaya dan berkuasa atas sumberdaya. Potensi ekonomi lapisan yang dimaksud tersebut meningkat dan ekonomi uang lebih cepat berkembang dan memasuki desa, sehingga tidak mengherankan gejala komersialisasi juga masuk ke masyarakat desa.

Sistem julo-julo yang sebelumnya diterapkan dalam menggarap sawah mulai banyak ditinggalkan para petani di pedesaan, berganti dengan sistem upah sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Segera setelah panen, banyak beras yang diperjual belikan, suatu pertanda bahwa komersialisasi meluas ke desa. Sebelum tersentuh oleh modernisasi, padi setelah dipanen disimpan di rangkiang (lumbung) untuk kebutuhan selama setahun sampai panen berikutnya. Untuk biaya hidup sehari-hari, petani biasanya mendapatkannya dari menjual hasil ladang dan pekarangan, seperti pisang, kelapa, durian, mangga, rambutan, atau ikan yang didapatkan dari kolam. Petani yang memiliki sawah luas, ada juga yang menjual sebagian hasil panennya setelah diolah terlebih dahulu menjadi beras di pasar, tetapi sebagian tetap di simpan di lumbung untuk keperluan setahun.

(11)

BAB III

PENUTUP

Modernisasi dan Industrialisasi mengarah pada pembangunan sebagai wujud dari globalisasi yang terjadi sekarang. Faktor penghubung perkembangan modernisasi dan industrialisasi terhadap pembangunan salah satunya adalah perkembangan teknologi yang luar biasa.

Di daerah Minangkabau, sebagian besar merupakan desa persawahan dan desa perladangan. Sistem julo-julo yang sebelumnya diterapkan dalam menggarap sawah mulai banyak ditinggalkan para petani di pedesaan Minangabau, berganti dengan sistem upah. Segera setelah panen, banyak beras yang diperjual belikan, suatu pertanda bahwa komersialisasi meluas ke desa. Sebelum tersentuh oleh modernisasi, padi setelah dipanen disimpan di rangkiang (lumbung) untuk kebutuhan selama setahun sampai panen berikutnya.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

September 2013. http://www.slideshare.net/dellaandini/industrialisasi-moderni (Diakses 14 November 2013)

Ruhcitra. 25 Oktober 2008. Teknologi, Industrialisasi, dan Modernisasi.

http://ruhcitra.wordpress.com/2008/10/25/teknologi-industrialisasi-dan-modernisasi/

(Diakses 14 November 2013)

http://www.scribd.com/doc/30600510/Modernisasi-dan-Industrialisasi-di-Pedesaan

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengatasi antusiasme serta mengendalikan rasa keingintahuan anak-anak yang memanfaatkan jejaring sosial seperti ini, maka akan dikembangkan lebih spesifik lagi

Materi Persian Magnetism Tingkat 2 (Kelas Matahari dan Bulan) Tingkat 2 Memperdalam ilmu penyembuhan dan bisa digunakan untuk skill beladiri pasive (self defence) serta energy

Data yang ditemukan peneliti berkaitan dengan faktor-faktor yang dijadikan sebagai alasan dalam mengajukan gugatan cerai atas suaminya di pengadilan agama

Namun dari berbagai pihak terutama perencanaan pembangunan atau konsumen dan pengguna data sangat membutuhkannya.. Mudah- mudahan dengan terbitnya buku ini sebagian

Jika, setelah penilaian kembali, kepentingan Group pada nilai wajar aset bersih teridentifikasi pihak yang diakuisisi melebihi jumlah imbalan yang dialihkan, jumlah kepentingan

professzionalizmus-fogalmától. A haderő feletti civil kontroll intézményi aspektusa Janowitz munkájából is jó részt hiányzik, a civil kontroll kérdéséhez

Pada zona kedua elemen dinding dirancang dengan warna dominan yang relatif gelap dengan abu-abu bernilai rendah, serta warna biru-ungu sebagai transisi warna

(1) Perbekel yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) setelah melalui proses peradilan terbukti tidak bersalah berdasarkan putusan