• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Analisis Data Hasil Penelitian

4.3.1 Pembelajaran Kelas Eksperimen II dengan Model Pembelajaran

Investigasi Kelompok Berbasis Pendidikan Karakter

Pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Investigasi Kelompokberbasis pendidikan karakter merupakan hal yang baru bagi peserta didik di kelas eksperimen II. Mereka diberikan pembelajaran dengan menerapkan fase-fase yang ada pada Investigasi Kelompok yang dikemukakan oleh Slavin, kemudian peserta didik diberikan contoh-contoh dan penerapan nilai karakter dalam pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran model Investigasi Kelompok, yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, bersahabat/komunikasi, menghargai prestasi, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Selama proses pembelajaran berlangsung peserta didik melaksanakan setiap fase secara urut yaitu mulai dari fase mengidentifikasi topik dan mengatur peserta didik ke dalam kelompok hingga fase evaluasi dalam kelompok. Pada kelas tersebut, dibentuk 6 buah kelompok yang masing-masing beranggotakan 6 peserta didik. Masing-masing kelompok diberikan sebuah LKPD. Pada pertemuan pertama, LKPD yang dibagikan terdiri dari 3 jenis LKPD yang berbeda. Sedangkan pada pertemuan kedua dan ketiga terdiri dari 2 jenis LKPD yang berbeda. LKPD yang dibuat disusun terdapat fase-fase Investigasi Kelompok di dalamnya. Soal latihan dan soal evaluasi yang diberikan oleh peneliti sudah berisi nilai-nilai karakter. Nama kelompok yang digunakan juga diambil dari nilai-nilai karakter. Melalui soal-soal yang menunjukkan nilai-nilai karakter dan model pembelajaran Investigasi Kelompok berbasis pendidikan karakter diharapkan peserta didik dapat mencontoh nilai-nilai karakter yang

terkandung dalam soal, sehingga peserta didik menjadi pribadi yang unggul, sopan, dan santun. Namun, pada pertemuan ini nilai-nilai karakter peserta didik masih rendah. Hal itu terlihat dari masih banyak peserta didik yang tidak disiplin dan mencontek saat mengerjakan kuis meskipun peneliti sudah memberi tahu peserta didik untuk tidak mencontek dan mengerjakan kuis secara mandiri.

Pada pertemuan pertama, peserta didik cenderung mengalami hambatan pada fase melaksanakan investigasi dan mempresentasikan laporan akhir. Sebagian besar kelompok mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan pada fase melaksanakan investigasi pada LKPD mereka. Hal ini ditunjukkan dengan masih banyak peserta didik yang bertanya kepada peneliti tentang langkah-langkah dalam mengerjakan LKPD dan menyelesaikan soal-soal tersebut. Peserta didik terlihat kurang yakin dengan hasil pemikiran mereka, meskipun pada LKPD telah diberikan langkah-langkah sebagai petunjuk untuk menyelesaikan permasalahan mereka tetap bertanya kepada peneliti. Model presentasi yang diterapkan di kelas eksperimen II adalah salah satu anggota kelompok yang ditunjuk harus melakukan presentasi di depan kelas, sedangkan anggota kelompok yang tidak presentasi di depan kelas membantu kelompok lain jika ada hal-hal yang masih kurang jelas. Peserta didik dituntut untuk bisa dan tidak menggantungkan presentasi kepada salah satu temannya. Selain itu, peserta didik juga mempunyai tanggung jawab yang sama untuk melakukan presentasi. Selain itu, pada fase mempresentasikan laporan akhir, masih ada beberapa peserta didik yang tidak percaya diri dalam melakukan presentasi. Hal ini ditunjukkan dengan volume suara yang kurang keras dan intonasi yang kurang jelas serta

peserta didik masih melihat buku pada saat melakukan presentasi. Selain itu, kepercayaan diri peserta didik saat menyampaikan pendapat dan komentar mengenai evaluasi hasil presentasi juga belum terlihat. Hal ini dilihat dari peserta didik yang masih malu-malu untuk menyampaikan pendapatnya jika tidak ditunjuk oleh guru. Hal ini dikarenakan pada proses pembelajaran sebelumnya peserta didik tidak terbiasa melalukan kegiatan presentasi seperti itu. Untuk mengatasi hambatan-hambatan di atas, peneliti aktif berkeliling mengamati kegiatan diskusi kelompok dan berusaha memberikan pengarahan dan penjelasan secukupnya kepada peserta didik yang membutuhkan agar mereka dapat menyelesaiakan permasalahan yang mereka hadapi dengan baik.

Pada pertemuan kedua, peserta didik sudah mulai lancar dalam mengerjakan soal-soal pada LKPD. Selain itu, peserta didik juga terlihat berebut ketika peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan materi yang disampaikan. Dalam kegiatan presentasi, kepercayaan diri peserta didik sudah lebih baik dari pertemuan pertama. Peserta didik melakukan presentasi dengan volume suara yang keras dan intonasi yang jelas sehingga peserta didik lain yang mendengarkan tertarik untuk memperhatikan apa yang mereka sampaikan. Hal ini ditunjukkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan dari peserta didik yang tidak melakukan presentasi. Mereka bertanya tentang kesulitan yang mereka alami kepada guru ataupun peserta didik yang melakukan presentasi. Ini menunjukkan bahwa peserta didik memperhatikan presentasi temannya. Selain itu, perilaku peserta didik terhadap nilai-nilai karakter sudah mulai meningkat.

Meskipun masih ada beberapa peserta didik yang mencontek, masuk kelas terlambat.

Pada pertemuan ketiga, kemampuan peserta didik untuk memecahkan soal-soal yang diberikan oleh guru menjadi lebih baik dari pertemuan-pertemuan sebelumnya. Selain itu, kemampuan peserta didik untuk melakukan presentasi di depan teman-temannya juga mengalami peningkatan. Peserta didik sudah tidak canggung lagi untuk melakukan presentasi, bertanya ataupun berkomentar terhadap hasil presentasi temannya.

Dari deskripsi di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Investigasi Kelompok berbasis pendidikan karakter yang diterapkan di kelas eksperimen II dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik dan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran Investigasi Kelompok berbasis pendidikan karakter terdapat kegiatan diskusi kelompok yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling bertukar pendapat atau ide untuk memecahkan masalah. Hal ini sesuai dengan teori belajar Vygotsky dan Piaget yaitu interaksi sosial peserta didik diperlukan dalam membangun pengalaman-pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan baru menjadi lebih bermakna. Selain itu, teori belajar Gestalt juga mengemukakan bahwa pelaksanaan kegiatan belajar mengajar harus memperhatikan kesiapan intelektual peserta didik. Peserta didik setingkat SMP masih ada pada tahap operasi konkret, sehingga untuk memahami konsep abstrak matematika harus dibantu dengan menggunakan benda konkret. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan menyajikan contoh-contoh konkret, kemudian mengarah pada

konsep abstrak tersebut. Untuk itu, peserta didik dibantu memvisualisasikan hal yang abstrak ke dalam sesuatu yang konkret dengan media pembelajaran berupa alat peraga (alat peraga trapesium, belah ketupat, dan layang-layang). Proses pembelajaran menjadi lebih bermakna karena peserta didik paham apa yang mereka pelajari. Kelebihan yang terdapat pada pembelajaran Investigasi Kelompok berbasis pendidikan karakter diantaranya peserta didik lebih terorganisasi dalam melaksanakan diskusi, karena terdapat lima fase yang secara sistematis terdapat pada LKPD. Selain itu, Investigasi Kelompok berbasis pendidikan karakter mendorong peserta didik untuk lebih mengasah group process skill serta istilah investigasi member daya tarik tersendiri bagi peserta didik.

Sejalan dengan yang dijelaskan pada landasan teori yaitu tentang keuntungan penggunaan model pembelajaran Investigasi Kelompok menurut Setiawan (2006: 9) yang tampak dari fase Investigasi Kelompok berbasis pendidikan karakter sebagai berikut.

a. Fase pemilihan topik: dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas, tertib, dan disiplin.

b. Fase perencanaan: memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif serta, merencanakan, dan mengorganisasikan pekerjaannya, serta rasa toleransi juga meningkat.

c. Fase investigasi: rasa percaya diri dan rasa ingin tahu lebih meningkat, dapat belajar untuk memecahkan dan menangani suatu masalah, serta selalu

berpikir tentang cara atau strategi yang digunakan sehingga didapat suatu kesimpulan yang berlaku umum.

d. Fase menyiapkan laporan akhir: dapat menciptakan belajar bekerjasama dan tanggung jawab.

e. Fase mempresentasikan laporan akhir: berkomunikasi baik dengan teman sendiri atau dengan guru, belajar berkomunkasi dengan baik secara sistematis serta belajar menghargai pendapat orang lain

f. Fase evaluasi serta dalam membuat kesimpulan: meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan dan menghargai prestasi teman.

g. Penggunaan alat peraga dan LKPD: mengembangkan antusiasme dan rasa tertarik pada matematika.

Dokumen terkait