• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

3. Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Trianto, 2017: 140). Karakteristik berbasis kontekstual yakni: kerja sama, saling menunjang, menyenangkan, belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, sharing dengan teman siswa kritis guru kreatif, dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor, laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain (Munawarah, 2017: 171).

Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di luar ruang kelas, suatu pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam pembelajaran seumur hidup. Pembelajaran kontekstual menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks

di mana materi itu digunakan, serta berhubungan dengan bagaimana seseorang belajar atau gaya siswa belajar. Konteks memberikan arti, relevansi, dan manfaat penuh terhadap belajar. Materi pelajaran akan tambah berarti jika peserta didik mempelajari materi pelajaran yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka, dan menemukan arti dalam proses pembelajarannya, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih berarti dan menyenangkan. Peserta didik akan bekerja keras untuk mencapai tujuan pembelajaran, mereka menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk membangun pengetahuan baru (Trianto, 2017: 141).

Menurut Suherman dalam Zulkardi, dkk, pendekatan pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning adalah pembelajaran yang dimulai dengan mengambil (mensimulasikan, menceritakan) kejadian pada dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari yang dialami siswa kemudian diangkat ke dalam konsep matematika yang dibahas. Pada pembelajaran kontekstual, sesuai dengan tumbuh- kembangnya ilmu pengetahuan, konsep dikonstruksi oleh siswa melalui proses tanya-jawab dalam bentuk diskusi (Tati, Zulkardi, & Hartono, 2009: 76).

Menurut Trianto (Trianto, 2017: 145-151) terdapat tujuh komponen utama pendekatan pembelajaran kontekstual yaitu:

a. Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, dalam proses pembelajaran siswa membangun atau mengonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar dan memberi makna melalui pengalaman nyata sehingga yang menjadi pusat kegiatan pembelajaran adalah siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student-centered daripada teacher-centered. Konstruktivisme

merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Peserta didik perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide. Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses ‘mengkonstruksi’ bukan ‘menerima’ pengetahuan.

b. Menemukan (Inquiri)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual. Kata kunci dari inquiri adalah siswa menemukan sendiri. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan dari hasil menemukan sendiri.

c. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari ‘bertanya’.

Questioning (bertanya) merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual..

Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir peserta didik. Bagi peserta didik, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasisis inquiry, yakni menggali informasi, mengonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Peserta didik dibagi dalam kelompok yang anggotanya heterogen yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberitahu yang belum tahu, yang cepat menangkap

mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segara usul dan seterusnya. Kalau setiap orang mau belajar dari orang lain, maka setiap orang lain bisa menjadi sumber belajar, dan ini berarti setiap orang akan sangat kaya dengan pengetahuan dan pengalaman. Metode pembelajaran dengan teknik learning community ini sangat membantu proses pembelajaran di kelas.

e. Pemodelan (Modeling)

Dalam suatu pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu ada model yang bisa ditiru, dalam CTL, guru bukan salah satunya model, model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seseorang bisa ditunjuk untuk memodelkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang diketahuinya

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Refleksi merupakan respons terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan dimiliki peserta didik diperluas melalui konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Guru membantu peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dan pengetahuan-pengetahuan yang baru. Dengan begitu, peserta didik merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya.

g. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)

Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa

memberikan gambaran perkembangan belajar siswa, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar.

Berikut adalah kelebihan dan kelemahan pendekatan pembelajaran kontekstual:

1. Kelebihan

a. Pembelajaran lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata.

b. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran kontekstual menganut aliran kontruktivisme, di mana seorang siswa dituntut untuk menemukan pengetahuannya sendiri.

2. Kelemahan

a. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerjasama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan baru bagi siswa.

b. Guru hanya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide. Namun, dalam konteks ini, guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apayang diterapkan semula (Hosnan, 2013: 279-280)

4. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Dokumen terkait