• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Manfaat Hasil Penelitian

4. Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning)

Cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Pembelajaran Kooperatif berasal dari kata Cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling bantu satu sama lain sebagai satu kelompok/satu team. Dalam pembelajaran Kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya.Jadi, belajar Kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian tersebut, Slavin (1984 ) mengatakan bahwa “ Cooperative

23 Ibid

24 Sapriya, Susilawati, Sadjarudin Nurdin, Konsep Dasar IPS (Bandung, UPI PRESS, 2008) cet. 1. h.7

16

Learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anngotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang.”25

Pembelajaran Kooperatif merupakan “model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan / tim kecil, yaitu antara 4-6 orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda ( heterogen ).”26 Menurut Anita Lie, Cooperative Learning adalah ” sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur.”27

Dalam hal ini yaitu pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur.

Pada dasarnya pembelajaran Kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau prilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.28

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran Kooperatif adalah model pembelajaran yang menggunakan sistem kerja kelompok kecil yang terdiri dari dua orang atau lebih yang bersifat heterogen secara bersama-sama menyelesaikan tugas-tugas terstrutur untuk mencapai tujuan bersama, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator. Pendekatan Kooperatif dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas sebagai salah satu alternatif untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif agar siswa terhindar dari kebosanan.

Roger dan David Johnson dalam Anita Lie, mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan.29 Yaitu:

1.Saling ketergantungan positif 2.Tanggung jawab perseorangan

25 Etin Solihatin dan Raharjo,op.cit,. h.4.

26 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, ( Jakarta : Kencana. 2010 ), cet,7 h.. 242.

27 Anita Lie, Cooperative Learning Mempraktikan di Ruang-Ruang Kelas, ( Jakarta : Grasindo, 2002 ), h.17

28 Etin Solihatin. op.cit. 29 Anita Lie,Ibid., h. 30-34.

3.Tatap muka

4.Komunikasi antar anggota 5.Evaluasi proses kelompok

Beberapa unsur penting dalam pembelajaran Kooperatif meliputi bekerja sama dalam menyelesaikan tugas, mendorong untuk bekerjasama secara terstruktur, tanggung jawab individu dan kelompok yang heterogen.

b. Langkah- Langkah Pembelajaran Kooperatif ( Cooperative Learning ) Langkah- langkah pada pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap.30 yaitu :

1) Penjelasan Materi

Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok, guru memberikan gambaran umum tentang materi yang harus dikuasai dan selanjutkanya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok ( tim ). Pada tahap ini guru menggunakan metode ceramah, curah pendapat dan tanya jawab.Guru juga bisa menggunakan demontrasi dan menggunakan berbagai media pembelajaran agar proses penyampaian pembelajaran dapat menarik siswa.

2) Belajar dalam Kelompok

Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya. Pengelompokan dalam pembelajaran kooperatif bersifat heterogen, artinya kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan kemampuan akademik, jenis kelamin dan sosial ekonomi, agar setiap anggota kelompok dapat saling mengajar ( peer tutoring ), saling me ndukung, dan meningkatkan interaksi dan relasi antar anggota kelompok.

30 Wina Sanjaya, op.cit., h.245

18

3) Penilaian

Penilaian dalam pembelajaran kooperatif dapat dilakukan dengan tes atau kuis.Tes atau kuis dilakukan baik secara individual maupun kelompok. Tes individual nantinya akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa, dan tes kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompok.

4) Pengakuan Tim

Pengakuan tim (team recognition) adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberi penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka.31

c. Tehnik-Tehnik Pembelajaran Kooperatif ( Cooperative learning )

Sebagai seorang profesional, guru harus mempunyai pengetahuan dan persediaan strategi-strategi pembelajaran. Tidak semua strategi yang diketahui bisa diterapkan di dalam kelas, meski demikian, guru yang baik dan ingin maju tidak akan terpaku pada satu strategi melainkan mempunyai persediaan strategi dan tehnik-tehnik pembelajaran yang diterapkan agar selalu bermanfaat dalam kegiatan proses belajar mengajar. Ada beberapa tehnik yang bisa diterapkan dalam cooperative learning pada beberapa materi yang cocok dengan KBM diantaranya: 1).Mencari pasangan (make a match), 2).Bertukar pasanga, 3). Berpikir berpasangan berempat, 4). Berkirim salam dan soal, 5). Kepala

31 Ibid. hal. 248-249.

bernomor, 6). Kepala bernomor terstruktur, 7). Dua tinggal dua tamu, 8). Keliling kelas,9). Jigsaw, 10). Bercerita berpasangan.32

d. Tehnik Mencari Pasangan (Make A Match)

Tehnik belajar mengajar mencari pasangan (make a match), di kembangkan oleh Lorna Curran (1994). “Teknik ini bisa di gunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.”33

. Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Adapun langkah-langkah yang dapat di lakukan untuk menerapkan strategi pembelajaran kooperatif Tipe Make A Match adalah:

a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang mungkin cocok untuk sesi review (persiapan menjelang tes atau ujian). b) Setiap siswa mendapat satu buah kartu.

c) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.

d) Siswa dapat juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu yang cocok.34

e. Keunggulan dan kelemahan dalam pembelajaran kooperatif

1). Siswa berkelompok sambil belajar mengenai suatu konsep atau topic dalam suasana yang menyenangkan/

2) Optimalisasi partisipasi siswa.

3). Adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan dan dengan sesame siswa, dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

4). Adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda.

5). Meningkatkan penerimaan 6). Meningkatkan hubungan positif. 7). Percaya diri

8). Sikap yang baik terhadap guru dan sekolah.

32. Anita Lie,Ibid., h.53

33 Masitoh & Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran,(Jakarta : Direktorat Jendal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), H. 241

20

9). Pengetahuan Siswa meningkat dalam segi kognitif Sedangkan Kelemahannya:

1) Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi, sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah.

2). Dapat terjadi siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki pemahaman yang memadai,

3). Mengelompokan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda- beda serta membutuhkan waktu khusus.35

Oleh sebab itu peran guru harus sedapat mungkin dapat memotivasi siswa dalam membangun kepercayaan diri pada siswa, dan guru juga menekankan kepada setiap individu untuk dapat mengeluarkan ide-ide mereka dengan demikian siswa dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya, sehingga terjalin kerjasama diantara kelompok. Dalam pembagian kelompokpun guru harus memperhatikan karakter serta tingkat kemampuan akademik peserta didik, hal ini dimaksudkan agar setiap anggota dapat memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompok.

B.Penelitian Yang Relevan

Berdasakan hasil penelitian terdahulu yang ada, maka beberapa hasil penelitian yang relevan dengan judul skripsi ini adalah Penelitian dari:

1. Raehanun, 2011 dengan judul penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe make macth dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SDN 1 Sukarara 2010/2011. Hal ini, ditunjukkan dengan adanya peningkatan dari siklus I kesiklus II. Tampak peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 76,59 menjadi 84,04. Dengan peningkatan prosentasi ketuntasan secara klasikal sebesar 71,43% menjadi 90,48%.36

2. Hasil lain ditunjukkan oleh Winda Ramadianti pada penelitiannya yang berjudul Upaya meningkatkan motivasi belajar Matematika siswa SMP negeri 1 Yogyakarta dengan model kooperative learning tehnik make a match, pada penelitiannya yang berjudul. Hasil penelitian menunjukkan

35Wina Sanjaya, op.cit . hal. 249

36

terjadi peningkatan motivasi belajar matematika siswa kelas VIIIC setelah diberikan tindakan berupa pembelajaran kooperatif teknik make a match. tahap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan adalah diskusi kelompok dengan menggunakan LKS, penyampaian hasil diskusi oleh siswa, pembahasan hasil diskusi, permainan mencari pasangan dan tanya jawab antar siswa, serta pemberian penghargaan kelompok. Hasil observasi motivasi belajar matematika37

3. Webb (1985), menemukan bahwa dalam pembelajaran dengan

menggunakan model cooperative learning sikap dan perilaku siswa berkembang ke arah suasana demokratisasi dalam kelas. Disamping itu, penggunaan kelompok kecil siswa mendorong siswa lebih bergairah dan termotivasi dalam mempelajari IPS38.

4. .Etin Solihatin, M.Pd, dkk. (2001), yang dibiayai proyek PGSM, dilakukan pada mahasiswa penyetaraan D-3 tahap II untuk mata kuliah pendidikan IPS di Univeritas Negeri Jakarta, menemukan bahwa penggunaan model cooperative learning sangat mendorong peningkatan prestasi mahasiswa 20% dan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk belajar mandiri.39

C. Hipotesis Tindakan

Berdaskan pada bab-bab berikutnya, maka penulis mengajukan hipotesis

“akan ada peningkatan hasil belajar jika menggunakan pendekatan

pembelajaran Cooperatif Learning type Make A Match pada mata pelajaran IPS kelas V di MI Nurul Jihad Kota Tangerang.”

37Ibid.

38 Etin Solihatin, op.cit., h.13 39 ibid.

22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Mengingat sangat pentingnya peranan guru dalam proses pembelajaran, maka seyogyannya guru mengadakan pendekatan dengan memanfaatkan penelitian untuk memeperbaiki proses belajar mengajar dan lebih berorientasi pada guru, yang tidak saja sebagai objek melainkan juga sebagai subjek.”Dalam

kegiatan pembelajaran, seorang guru sudah pasti akan berhadapan dengan berbagai persoalan baik menyangkut peserta didik (subject matter) maupun

metode pembelajaran.”1

Pengakuan guru sebagai tenaga profesional merupakan bagian dari

pembaharuan sistem pendidikan nasional. “Guru tidak lagi dianggap sekedar

sebagai penerima pembaharuan dari hasil penelitian, melainkan juga bertanggung

jawab sebagai perancang (designer) dan pelaku penelitian.”2

Penelitian ini dapat di lakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas.

David Hopkinsmenyatakan bahwa ”PenelitianTindakan Kelas sebagai suatu

studi yang sistematis (penelitian) yang dilakukan oleh pelaku pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran melalui tindakan yang terencana dan

dampak dari tindakan (aksi) yang telah di lakukan.”3

Berdasarkan Pembahasan di atas, penulis memilih jenis penelitian yang akan di gunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK), maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart, yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus berikutnya.Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus/putaran, yang setiap siklus dikenai alur kegiatan yang sedikit berbeda dari siklus satu dengan siklus yang lainnya, dalam pokok bahasan yang sama diawali dengan pre test dan diakhiri dengan post test,

1 Trianto,Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Praktek, (Jakarta:Prestasi Pustaka karya 2011). cet.1., h. 3

2Ibid., h. 4 3Ibid., h. 15

dimaksudkan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan setelah menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif.

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian di lakukan di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Jihad kota Tangerang. Adapun waktu yang di pergunakan untuk penelitian ini adalah mulai bulan mei sampai Juni pada semester ke II tahun pelajaran 2013-2014, yang secara keseluruhan dimulai dari mengamati permasalahan, kemudian mengidentifikasi masalah dan merumuskan masalah.

Tabel.3.1 Jadwal pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan April Mei Juni Agustus

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2 3 4 1 Proposal/ACC X 2 Penyusunan Bab I X 3 Perbaikan Bab I X 4 Penyusunan Bab II X 5 Perbaikan Bab II X

6 Penyusunan Bab III X

7 Perbaikan Bab III X

8 Izin Penelitian X 9 Persiapan Instrumen X 10 Pelaksanaan Siklus I X 11 Pelaksanaan Siklus II X 12 Penyusunan Bab IV X X 13 Perbaikan Bab IV X 14 Penyusunan Bab V X X 15 Perbaikan Bab V X 16 Penyempurnaan X X

24

Dokumen terkait