BAB II DESKRIPSI TEORETIK, KERANGKA PIKIR,
A. Deskripsi Teoretik
4. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian pembelajaran kooperatif
Cooperative Learning menurut Johnson & Johnson dikutip oleh Tonih Feronika adalah cara belajar yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa bekerja dan belajar satu sama lain untuk mencapai tujuan kelompok di dalam belajar kooperatif siswa berdiskusi dan saling membantu serta mengajak satu sama lain untuk memahami isi materi.14
Menurut Davidson dan Warsham yang dikutip oleh Isjoni mengemukakan bahwa Cooperative Learning adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil. Siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang optimal, baik pengamalan individu maupun pengalaman kelompok. Sehingga dapat tercipta pembelajaran yang bersifat student center dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling menghargai satu sama lain.15
Dalam upaya peningkatan hasil belajar peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif mengingat model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda, sehingga
13
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), Cet. Ke-II. h. 179.
14
Tonih Feronika, Strategi Pembelajaran Kimia, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 56.
15
Isjoni, Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 29.
siswa dapat bekerja sama dalam menyelesaikan soal yang diberikan guru dalam rangkaian kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran model kooperatif dapat melatih siswa untuk mendengarkan pendapat-pendapat orang lain dan merangkum pendapat atau temuan-temuan dalam bentuk tulisan. Para siswa secara individu lebih percaya diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah biologi.
Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran bersama-sama dalam suatu kelompok dengan jumlah anggota antara tiga sampai lima orang siswa. Para anggota bekerjasama dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas yang telah diberikan guru.
Tabel 2.2 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional.16
Kelompok belajar kooperatif Kelompok belajar konvensional
Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada motivasi promotif
Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.
Adanya akuntabilitas individual yang
mengukur penguasaan materi
pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan.
Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya hanya “mendompleng” keberhasilan “pemborong”.
Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis
Kelompok belajar biasanya homogen
16
Trianto, Model-model Pembelajaran Invovatif Berorientasi Konstruktivistik: Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), Cet. Ke-I, h. 43.
17
kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan. Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman pemimpin bagi para anggota kelompok.
Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pimpinannya dengan caranya masing-masing
Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan
berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan
Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.
Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah antar anggota kelompok.
Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.
Guru memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar .
Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar .
Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai)
Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif membutuhkan partisipasi dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar yang
lebih baik, sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku sosial. Tujuan utama dalam penerapan model pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.
Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu:17
1)Hasil belajar akademik
Dalam pembelajaran kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini menunjukkan, model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
2)Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
3)Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
17
19
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana yang dikemukakan Slavin yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban, dan kesempatan yang sama untuk berhasil. Berikut penjelasannya: 18
1)Penghargaan kelompok
Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu dan saling peduli.
2)Pertanggungjawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya. 3)Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Pembelajaran kooperatif menggunakan metode scoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode scoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.
c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dengan strategi pembelajaran lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajarannya yang lebih menekankan pada
18
proses kerjasama dalam kelompok. atau dalam mencapai tujuan pembelajaran peserta didik secara harmoni bekerjasama dengan teman kelasnya. Berdasarkan karakteristiknya, pembelajaran kooperatif memiliki karakteristik sebagai berikut:19
1) Pembelajaran secara tim
Pembelajaran kooperatif dilakukan secara tim, sesama anggota tim saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran atau dengan kata lain keberhasilan pembelajaran bukan ditentukan oleh individu akan tetapi oleh tim. Anggota dalam tim bersifat heterogen yang memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar belakang yang berbeda. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat saling memberikan pengalaman, saling memberi dan menerima, sehingga diharapkan setiap anggota kelompok dapat memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompok.
2) Pembelajaran dengan manajemen kooperatif
Manajemen memiliki empat pilar fungsi manajemen, yaitu: fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol. Fungsi perencanaan memiliki makna bahwa pembelajaran dilakukan secara terencana baik tujuannya, cara mencapainya dan lain-lain. Fungsi perencanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan dan disepakati bersama. Fungsi organisasi dimaksudkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota dalam kelompok, oleh karenanya perlu diatur mekanisme tugas dan tanggung jawab setiap anggota. Fungsi kontrol sangat penting dalam pembelajaran ini, karenanya harus ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun non tes.
19 Junaedi, et. al., 2008. Strategi Pembelajaran. Learning Assistance Program For Islamic Schools Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Surabaya: LAPIS-PGMI, h. 10-11.
21
3) Kemauan untuk bekerja sama
Kerja sama dalam kelompok tidak akan efektif manakala setiap aggota tidak memiliki kemauan untuk bekerja sama atau secara terpaksa, karena dalam tim bukan hanya ada pengaturan tugas dan tanggung jawab setiap anggota tim, melainkan juga harus ditanamkan dan ditumbuhkan kebersamaan dalam kelompok yang bisa diwujudkan dalam bentuk saling membantu, saling mengingatkan dan sebagainya. 4) Keterampilan bekerja sama
Tujuan bekerja dalam kelompok adalah keberhasilan kelompok bukan hanya individu-individu dalam kelompok secara terpisah, untuk itu kemampuan dan keterampilan bekerja sama dalam kelompok sangat dibutuhkan agar setiap anggota kelompok dapat menyumbangkan ide, mengemukakan pendapat dan dapat memberikan konstribusi kepada keberhasilan kelompok.
d. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Ada berbagai elemen yang merupakan ketentuan pokok dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: 20 1) Saling ketergantungan positif
Dalam sistem pembelajaran kooperatif, guru dituntut untuk mampu menciptakan suasana belajar yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Siswa satu membutuhkan siswa yang lain, demikian pula sebaliknya. Hubungan yang saling membutuhkan antara siswa satu dengan siswa yang lain inilah yang disebut dengan saling ketergantungan positif. Suasana ketergantungan tersebut dapat diciptakan melalui berbagai strategi, yaitu sebagai berikut:
20
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), Cet. Ke-II.h. 190-192.
a) Saling ketergantungan dalam pencapaian tujuan. Dalam hal ini masing-masing siswa merasa memerlukan temannya dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran.
b) Saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas. Dalam hal ini masing-masing siswa membutuhkan teman dalam menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran.
c) Saling ketergantungan bahan atau sumber belajar. Siswa yang tidak memiliki sumber belajar (misalnya buku) akan berusaha meminjam pada temannya.
d) Saling ketergantungan peran. Siswa yang sebelumnya mungkin sering bertanya karena belum paham terhadap satu masalah pada temannya, suatu saat ia akan berusaha mengajari temannya yang mungkin mengalami masalah (berperan sebagai pengajar). e) Saling ketergantungan hadiah. Penghargaan/hadiah diberikan
kepada kelompok, karena hasil kerja adalah hasil kerja kelompok, bukan hasil kerja individual/perseorangan. Sedangkan keberhasilan kelompok dalam mencapai tujuan pembelajaran bergantung pada keberhasilan setiap anggota/individu kelompok.
2) Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Jadi dalam hal ini, semua anggota kelompok berinteraksi saling berhadapan, dengan menerapkan keterampilan bekerja sama untuk menjalin hubungan sesama anggota kelompok.
3) Akuntabilitas individual
Mengingat pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dalam bentuk kelompok, maka setiap anggota harus belajar dan menyumbangkan pikiran demi keberhasilan pekerjaan kelompok. Untuk mencapai tujuan kelompok (hasil belajar kelompok), setiap siswa harus bertanggung jawab terhadap penguasaan materi
23
pembelajaran secara maksimal, karena hasil belajar kelompok didasari atas rata-rata nilai anggota kelompok. Kondisi belajar yang demikian akan menumbuhkan tanggung jawab (akuntabilitas) pada masing-masing individu siswa. Tanpa adanya tanggung jawab individu, keberhasilan kelompok akan sulit tercapai.
4) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Dalam pembelajaran kooperatif dituntut untuk membimbing siswa agar dapat berkolaborasi, bekerja sama dan bersosialisasi antar anggota kelompok. Dengan demikian dalam pembelajaran kooperatif, keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan santun terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mmendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan, tapi secara sengaja diajarkan oleh guru.
Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif, siswa didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
e. Keterampilan-keterampilan Kooperatif
Di dalam pembelajaran kooperatif terdapat keterampilan-keterampilan yang didapat siswa, diantaranya:21
1) Keterampilan kooperatif tingkat awal, meliputi menggunakan kesempatan, menghargai kontribusi, berbagi tugas, mendorong partisipasi.
2) Keterampilan kooperatif tingkat menengah, meliputi menunjukkan penghargaan dan simpati, mendengarkan dengan aktif, bertanya,
21
membuat ringkasan, menafsirkan, mengatur dan mengorganisir, menerima tanggung jawab, menggunakan kesabaran.
3) Keterampilan kooperatif tingkat mahir, meliputi mengelaborasi, memeriksa secara cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, berkompromi, menghadapi masalah khusus.
f. Langkah-langkah Umum Pembelajaran Kooperatif
Langkah-langkah umum pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: 22
Tabel 2.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Fase-2
Menyajikan informasi
Fase-3
Mengkoordinasikan siswa ke dalam kelompok bekerja dan belajar
Fase-4 membimbing kelompok bekerja dan belajar
Fase-5 Evaluasi
Guru menyampaikan semua
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Guru mrmbimbing kelompok-kelompok belajar saat merka mengerjakan tugas mereka.
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
22
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), Cet. Ke-I. h. 67.
25
Fase-6
Memberikan penghargaan
dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
g. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif
Banyak pihak yang mengklaim bahwa kerja sama mempunyai keuntungan atas persaingan dalam situasi pembelajaran atau situasi belajar. Menurut Deutsch, Shaw serta Johnson yang dikutip oleh Junaedi et. al., menjelaskan bahwa telah mengidentifikasi beberapa keuntungan (keunggulan) ketika pembelajaran kooperatif diterapkan dengan baik, di antaranya:23
1)Peserta didik dalam pembelajaran kooperatif mampu bekerja sama untuk kebaikan kelompok secara keseluruhan ketimbang hanya untuk kebutuhan individu saja.
2)Peserta didik dalam kelompok pembelajaran kooperatif dapat didorong untuk membantu siswa yang mempunyai masalah dalam belajar atau membantu siswa yang cacat.
3)Prosedur pembelajaran kooperatif memudahkan integrasi sosial dari kebutuhan khusus siswa. Akibat yang dihasilkan adalah sikap yang lebih toleran kepada mereka yang mempunyai perbedaan dalam kemampuan, latar belakang sosial, kelas sosial, ras, dan latar belakang akademik
4)Metode pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk menyediakan penghargaan atau reward (hadiah) baik kepada siswa berprestasi tinggi maupun siswa berprestasi rendah.
23
5)Pembelajaran kooperatif memudahkan pembagian usaha dan tugas yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu. 6)Mendorong komunikasi antar siswa, dan hasilnya adalah
pembelajaran yang lebih baik dan hubungan antar personal yang semakin membaik.
5. Pembelajaran Kooperatif Teknik Student Team-Achievement Divisions (STAD)
Pembelajaran kooperatif model STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dari Universitas John Hopkin USA. Dalam STAD siswa ditempatkan dalam tim-tim belajar beranggotakan 4-5 siswa yang heterogen. Adanya penghargaan kelompok dari hasil penilaian merupakan salah satu ciri dari STAD.
STAD bertugas membantu anggota kelompok untuk bekerja memecahkan masalah yang diberikan oleh guru, membuat kelompok bekerja yang saling mengemukakan pendapat maupun menghadapi tes atau ulangan. Team STAD berusaha supaya anggota kelompok atau individu dapat lebih menonjol pengetahuannya daripada kelompok lain dan menekankan bahwa anggota kelompok bekerja paling baik dibandingkan kelompok lainnya.24
Secara umum cara penerapan model STAD di kelas adalah sebagai berikut:25
a. Kelas dibagi dalam beberapa kelompok.
b. Tiap kelompok siswa terdiri dari 4-5 orang yang bersifat heterogen, baik dari segi kemampuan, jenis kelamin, budaya, dan sebagainya.
c. Tiap kelompok diberi bahan ajar dan tugas-tugas pembelajaran yang harus dikerjakan.
24
Tonih Feronika, Op. Cit., h. 65.
25
27
d. Tiap kelompok didorong untuk mempelajari bahan ajar dan mengerjakan tugas-tugas pembelajaran melalui diskusi kelompok
e. Selama proses pembelajaran secara kelompok guru berperan sebagai fasilitator dan motivator.
f. Tiap minggu atau dua minggu sekali, guru melaksanakan evaluasi, baik secara individu maupun kelompok untuk mengetahui kemajuan belajar siswa.
g. Bagi siswa dan kelompok siswa yang memperoleh nilai hasil belajar yang sempurna diberi penghargaan. Demikian pula jika semua kelompok memperoleh nilai hasil belajar yang sempurna maka semua kelompok tersebut wajib diberi penghargaan.
Menurut Robert E. Slavin model pembelajaran kooperatif teknik STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu:26
a. Presentasi kelas
Presentasi kelas yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan informasi materi pokok secara garis besar.
b. Tim
Tim terdiri dari 4-5 siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan khususnya mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.
c. Kuis
Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual.
26
d. Skor Kemajuan Individual
Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik dari pada sebelumnya.
e. Rekognisi Tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim juga dapat digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.
Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif teknik STAD ini juga membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Persiapan-persiapan tersebut antara lain:27
a. Perangkat pembelajaran
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran ini perlu dipersiapkan perangkat pembelajarannya, yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku siswa, Lembar Kegiatan Siswa (LKS), berserta lembar jawabannya
b. Membentuk kelompok kooperatif
Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa dalam kelompok adalah heterogen dan kemampuan antar satu kelompok dengan kelompok lainnya relatif homogen. c. Menentukan skor awal
Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah ada kuis.
27
29
d. Pengaturan tempat duduk
Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga diatur dengan baik, hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif.
e. Kerja kelompok
Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif teknik STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerja sama kelompok agar mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok.
Menurut Yatim Riyanto ada 8 fase di dalam model pembelajaran kooperatif teknik STAD yaitu: 28
Fase 1 : Guru presentasi, memberikan materi yang akan dipelajari secara garis besar dan prosedur kegiatan, juga tata cara kerja kelompok.
Fase 2 : Guru membentuk kelompok, berdasar kemampuan, jenis kelamin, ras, suku, jumlah antara 2-5 siswa.
Fase 3 : siswa bekerja dalam kelompok, siswa belajar bersama, diskusi atau mengerjakan tugas yang diberikan guru.
Fase 4 : Scafolding, guru memberikan bimbingan
Fase 5 : Validation, yaitu guru mengadakan validasi hasil kerja kelompok dan memberikan kesimpulan tugas kelompok.
Fase 6 : Quizzes, guru mengadakan kuis secara individu, hasil nilai dikumpulkan, dirata-rata dalam kelompok, selisih skor awal (base score) individu dengan skor hasil kuis (skor perkembangan) dengan perhitungan sebagai berikut:
28
Tabel 2.4 Penghitungan Skor Perkembangan pada Evaluasi Metode Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD
NO Skor Tes Nilai Perkembangan
1. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5
2. 10 hingga 1 poin di bawah skor awal 10
3. Skor awal sehingga 10 poin di atasnya 20 4. Lebih dari 20 point di atas skor awal 30
Fase 7 : penghargaan kelompok, berdasarkan skor perhitungan yang diperoleh anggota, dirata-rata, hasilnya disesuaikan dengan predikat tim.
Tabel 2. 5
Perolehan skor dan penghargaan tim teknik STAD29
No Perolehan skor Predikat
1 15 - 19 Good team
2 20 - 24 Great team
3 25 - 30 Super team
Fase 8 : evaluasi yang dilakukan guru.
6. Pembelajaran Kooperatif Teknik Group Investigation (GI)
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit diterapkan. Model ini pertama kali oleh Thelan. Dalam perkembangannya model ini diperluas dan dipertajam oleh Sharan dari Universitas Tel Aviv. 30
Dalam model pembelajaran teknik GI diketahui kemampuan berpikir siswa tinggi, hal ini sesuai dengan pendapat Slavin yang menyatakan bahwa proses pembelajaran kooperatif teknik GI terjadi peningkatan kemampuan
29 Yatim, Riyanto, 2009. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana. h. 27.
30
31
untuk melakukan analisis dan sintesis terhadap segala informasi sehingga penguasaan akan materi lebih baik. Kelebihan model kooperatif teknik GI dalam meningkatkan hasil belajar diutarakan oleh Lord, kooperatif GI dapat membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Hal ini didukung oleh