PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI ANTARA SISWA
YANG DIAJARKAN MELALUI PENDEKATAN
KOOPERATIF
TEKNIK
Student Team Achievement Divisions
(STAD) DAN TEKNIK
Group Investigation
(GI)
(Eksperimen di SMP YPI Bintaro)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
DIAH INDAH PUSPITA 106016100573
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
i
NIM : 106016100573
Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
Program Studi : Pendidikan Biologi
Angkatan tahun : 2006
Alamat : Jalan Cipto Mangun Kusumo RT/RW: 001/014,
Paninggilan Utara, Ciledug-Tangerang Provinsi Banten
Menyatakan dengan sesungguhnya
Bahwa skripsi yang berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa yang
Diajarkan Melalui Pendekatan Kooperatif Teknik Student Team Achievement
Divisions (STAD) dan Teknik Group Investigation (GI)” adalah hasil karya
sendiri di bawah bimbingan dosen:
1. Nama : Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd
NIP : 1965011987031020
Dosen Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
2. Nama : Eny S. Rosyidatun S.Si, MA
NIP : 197509242006042001
Dosen Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya
siap menerima segala konsekuensi apabila pernyataan skripsi ini bukan hasil
karya sendiri.
Jakarta, 16 Juni 2011
Yang menyediakan,
Diah Indah Puspita
ii ABSTRAK
Diah Indah Puspita, Perbedaan Hasil Belajar Biologi antara Siswa yang Diajarkan Melalui Pembelajaran Kooperatif Teknik Student Team Achievement Divisions (STAD) dan Teknik Group Investigation (GI) (Kuasi Eksperimen di SMP YPI, Bintaro). Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Maret 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik STAD dan teknik GI. Penelitian ini dilaksanakan di SMP YPI Bintaro. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experiment) dengan desain Two group, pretest posttest design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 35 siswa untuk kelas eksperimen STAD dan 35 siswa untuk kelas eksperimen GI. Pengambilan data menggunakan instrumen tes hasil belajar berbentuk pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik STAD dan teknik GI. Analisis data menggunakan uji-t, data hasil perhitungan perbedaan rata-rata N-gain kedua kelompok tersebut diperoleh nilai thitung sebesar 2,132, sedangkan ttabel pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan (dk) = 70 yaitu sebesar 1,998, maka dapat dikatakan bahwa thitung >ttabel berarti hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik STAD dan teknik GI.
iii
SMP YPI, Bintaro). The Thesis. The Study Program of Biology Education, Department of Science Education, Faculty of Tarbiyah Knowledge and Education, Syarif Hidayatullah's Islamic State University Jakarta. In March 2011.
The purpose of this research is to know the difference in students biology achievement between STAD technique and GI technique of cooperative learning. This research is done in SMP YPI Bintaro. This research used quasi experiment method with two group, pretest posttest design. Sample is taken using technique of purposive sampling. The amount of research sample is 35 students for the STAD experiment class and 35 students for the GI experiment class. The data is taken using instrument of learning result test in the form of multiple choice which have been tested its validity and reliability. The hypothesis in this research is there is difference in students biology achievement between STAD technique and GI technique of cooperative learning. The data analysis use t-test, from the result of data calculation the difference of mean between the two group obtained the value of N-gain are equal to 2,132, while t-table at the level of significant 5% with degree of freedom (dk) = 70 that are equal to 1,998. So it can be said that by t-test > t-table it means the alternative hypothesis (Ha) is accepted and zero hypothesis (Ho) refused. It shows that there is difference in students biology achievement between STAD technique and GI technique of cooperative learning.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan Strata Satu (S1) pada program studi pendidikan biologi, Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd, dosen pembimbing I, bimbingan dan
motivasi yang sangat membangun bagi penulis.
3. Ibu Eny S. Rosyidatun, S.Si. MA, dosen pembimbing II, yang telah
memberikan arahan dan saran-saran yang bermanfaat bagi penulis.
4. Kedua orang tuaku tercinta, Bpk. Ade Syahril dan Ibu Musni Hayusni,
yang selama ini telah mendukung baik Moril maupun materil, dengan
penuh perjuangan dan doa yang tidak pernah terhenti untukku. Kakakku,
Siti Muharromah, Desi Permata Sari beserta anak dan suami, dan Nuraini
berserta suami terima kasih atas bantuannya dalam bentuk materi maupun
moril.
5. Ibu Dra. Sarliyah Wijaya, kepala sekolah SMP YPI Bintaro, yang telah
memberikan izin penelitian.
6. Ibu Elyza Sovyana, S.P S.Pd, guru bidang studi Biologi kelas VIII SMP
YPI Bintaro yang telah membimbing dalam penelitian.
7. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan IPA yang telah memberikan
saran serta semangat kepada penulis.
v penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata penulis menucapkan banyak terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya, semoa Allah SWT membalas amal dan
jasa mereka dengan pahala yang berlipat ganda serta mendapatkan ridho Allah
SWT, Amin.
Jakarta, Maret 2011
vi DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Perumusan Masalah ... 7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
BAB II DESKRIPSI TEORETIK, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS ... 8
A. Deskripsi Teoretik ... 8
1. Pengertian Belajar ... 8
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 10
3. Hasil Belajar ... 11
4. Pembelajaran Kooperatif ... 15
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ……… 15
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 17
c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif ... 19
d. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif ... 21
e. Keterampilan-keterampilan Kooperatif ... 23
vii
(GI) ... 29
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 33
C. Kerangka Pikir ... 37
D. Hipotesis Penelitian ... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 40
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40
1. Tempat Penelitian ... 40
2. Waktu Penelitian ... 40
B. Metode dan Desain Penelitian ... 40
1. Metode Penelitian ... 40
2. Desain Penelitian ... 40
C. Variabel Penelitian ... 41
D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 41
1. Populasi Penelitian ... 41
2. Sampel Penelitian ... 42
E. Prosedur Penelitian ... 42
F. Teknik Pengumpulan Data ... 43
G. Instrumen Penelitian ... 43
1. Tes Tertulis ... 43
2. Non Tes ... 44
H. Kalibrasi Instrumen ... 45
1. Uji Validitas ... 45
2. Uji Reliabilitas ... 46
3. Daya Pembeda ... 47
4. Taraf Kesukaran ... 48
viii
1. Uji Normalitas ... 48
2. Uji Kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas) ... 49
3. Analisis N-Gain ... 50
4. Uji Hipotesis ... 51
5. Hipotesis Statistik ... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53
A. Hasil Penelitian ... 53
1. Deskripsi Hasil Eksperimen Teknik STAD ... 53
a. Data Pretest Kelas Eksperimen Teknik STAD ... 53
b. Data Posttest Kelas Eksperimen Teknik STAD ... 53
2. Deskripsi Hasil Eksperimen Teknik GI ... 54
a. Data Pretest Kelas Eksperimen Teknik GI ... 54
b. Data Posttest Kelas Eksperimen Teknik GI ... 54
3. Data N-Gain Kelas Eksperimen Teknik STAD dan GI 55
B. Teknik Analisis Data ... 56
1. Uji Normalitas ... 56
a. Hasil Uji Normalitas Pretest ... 56
b. Hasil Uji Normalitas Posttest ... 57
2. Uji Homogenitas ... 58
a. Hasil Uji Homogenitas Pretest ... 58
b. Hasil Uji Homogenitas Posttest ... 59
3. Pengujian Hipotesis ... 59
C. Hasil Observasi ... 60
1. Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam Mengelola Pembelajaran ... 60
2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 62
ix
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 BaganKerangka Pikir ... 38
xi
Kelompok Belajar Konvensional ... 16
Tabel 2.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 24
Tabel 2.4 Penghitungan Skor Perkembangan Pada Evaluasi Metode Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD ... 29
Tabel 2.5 Perbandingan Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD dan GI ... 32
Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 41
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 44
Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Pretest Posttest Teknik STAD dan GI ... 55
Tabel 4.2 Kategorisasi N-gain Kelas Eksperimen Teknik STAD dan GI 56 Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Pretest Uji Liliefors ... 57
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Posttest Uji Liliefors ... 58
Tabel 4.5 Hasil Penghitungan Uji Homogenitas Pretest ... 58
Tabel 4.6 Hasil Pengitungan Uji Homogenitas Posttest ... 59
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Hipotesis Nilai Posttest dengan “t Test” Kelompok Eksperimen Teknik STAD dan GI ... 60
Tabel 4.8 Persentase Hasil Observasi Guru Teknik STAD ... 61
Tabel 4.9 Persentase Hasil Observasi Guru Teknik GI ... 61
Tabel 4.10 Persentase Hasil Observasi Siswa Teknik STAD ... 62
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas STAD ... 75
Lampiran 2. Soal dan Jawaban Kuis Individu Kelas STAD ... 87
Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa (LKS)Teknik STAD ... 90
Lampiran 4. Kunci Jawaban LKS Teknik STAD ... 101
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas GI ... 104
Lampiran 6. Lembar Kerja Siswa (LKS)Teknik GI ... 122
Lampiran 7. Gambar RPP Kelas STAD dan GI Pertemuan Ke-1 ... 131
Lampiran 8. Gambar RPP Kelas STAD dan GI Pertemuan Ke-2 ... 132
Lampiran 9. Instrumen Penelitian ... 139
Lampiran 10. Kunci Jawaban Instrumen Penelitian ... 141
Lampiran 11. Rekapan Data Hasil Uji Validitas ... 142
Lampiran 12. Instrumen Tes Hasil Uji Coba ... 143
Lampiran 13. Kunci Jawaban Instrumen Tes Hasil Uji Coba ... 148
Lampiran 14. Kisi-kis Uji Coba Instrumen ... 149
Lampiran 15. Lembar Observasi Guru Teknik STAD ... 162
Lampiran 16. Lembar Observasi Siswa Teknik STAD ... 163
Lampiran 17. Lembar Observasi Guru Teknik GI ... 164
Lampiran 18. Lembar Observasi Siswa Teknik GI ... 165
Lampiran19. Persentase Hasil Observasi Guru Kelas Eksperimen STAD dan GI ... 166
Lampiran20. Persentase Hasil Observasi Siswa Kelas Eksperimen STAD dan GI ... 168
Lampiran 21. Daftar keheterogenitas siswa kelas STAD ... 174
Lampiran 22. Pembagian tim siswa teknik STAD ... 175
Lampiran 23. Daftar Kelompok Diskusi Teknik STAD ... 176
Lampiran 24. Daftar keheterogenitas siswa kelas GI ... 177
Lampiran 25. Pembagian tim siswa teknik GI ... 178
Lampiran 26. Daftar Kelompok Diskusi Teknik GI ... 179
Lampiran 27. Lembar Skor Kuis STAD ... 180
xiii
Lampiran 31. Hasil Penghitungan Uji Normalitas Pretest Teknik STAD .. 186
Lampiran 32. Hasil Posttest Kelas Eksperimen I Teknik STAD ... 189
Lampiran 33. Hasil Penghitungan Uji Normalitas Posttest Teknik STAD 190
Lampiran 34. Hasil Pretest Kelas Eksperimen II Teknik GI ... 193
Lampiran 35. Hasil Penghitungan Uji Normalitas Pretest Teknik GI ... 194
Lampiran 36. Hasil Posttest Kelas Eksperimen II Teknik GI ... 197
Lampiran 37. Hasil Penghitungan Uji Normalitas Posttest Teknik GI ... 198
Lampiran 38. Uji Homogenitas Data ... 201
Lampiran 39. Penghitungan Uji Homogenitas dengan N-Gain ... 203
Lampiran 40. Penghitungan Uji Hipotesis ... 204
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi manusia Indonesia perlu meningkatkan keterampilan
berpikir, agar mampu memecahkan masalah-masalah yang ada disekitarnya.
Berpikir merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam prestasi
belajar, penalaran formal, keberhasilan belajar, dan kreativitas karena berpikir
merupakan inti pengatur tindakan siswa. Tuntutan era globalisasi ini
mensyaratkan agar siswa tidak hanya menerima dan meniru apa yang
diberikan guru, tetapi harus secara aktif berbuat atas dasar kemampuan dan
pemikirannya sendiri. Cara ini diharapkan dapat membuat siswa menjadi
manusia yang mandiri dan dapat berpikir kreatif. Untuk itu peran guru
sebagai pemberi ilmu sudah harus bergeser kepada peran baru yang lebih
kondusif bagi siswa menyiapkan diri dalam persaingan global sesuai tuntutan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya biologi telah
melaju dengan pesatnya hal ini erat hubungannya dengan perkembangan
teknologi yang memungkinkan IPA berkembang dengan pesat. Sehingga
menggugah para pendidik untuk dapat merancang dan melaksanakan
pendidikan yang lebih terarah pada penguasaan konsep IPA. Untuk
menyesuaikan perkembangan IPA kreativitas Sumber Daya Manusia (SDM)
merupakan syarat mutlak yang harus ditingkatkan. Jalur yang tepat untuk
meningkatkan SDM adalah melalui jalur pendidikan.
Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan dan membina
sumber daya manusia melalui berbagai kegiatan belajar mengajar yang
diselenggarakan pada semua jenjang pendidikan
Salah satu aspek penting dalam Sistem Pendidikan Nasional (SNP)
adalah kurikulum. Pada tahun pelajaran 2006/2007 kurikulum yang mulai
diterapkan adalah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). KTSP
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.1
Menurut Gagne dan Biggs yang dikutip oleh Tengku Zahara Djaafar
pembelajaran adalah rangkaian peristiwa atau kejadian yang dapat
mempengaruhi proses belajar siswa sedemikian rupa sehingga berlangsung
dengan mudah.2 Adanya komponen yang berbeda-beda menjadikan pembelajaran sebagai proses pendidikan memerlukan strategi, pendekatan,
metode, dan teknik yang bermacam-macam sehingga peserta didik dapat
menguasai materi dengan baik dan mendalam.
Metode pembelajaran biologi yang umum digunakan oleh guru biologi
adalah metode konvensional yang lebih banyak mengandalkan ceramah.
Dalam metode ceramah, guru lebih memfokuskan diri pada upaya pemindahan
(transformasi) pengetahuan kepada siswa tanpa memperhatikan bahwa ketika
siswa memasuki kelas, siswa mempunyai pengetahuan, kemampuan, dan
motivasi yang sangat beragam.
Sistem pencernaan pada manusia merupakan salah satu konsep dalam
ilmu biologi di SMP. Menurut kurikulum, konsep sistem pencernaan pada
manusia dicantumkan dalam pelajaran biologi SMP kelas VIII semester 1.
Konsep sistem pencernaan pada manusia meliputi mendeskripsikan sistem
pencernaan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Umumnya
penyajian pembelajaran pada konsep sistem pencernaan kurang menarik bagi
siswa, sehingga siswa merasa sulit untuk memahaminya. Hal ini disebabkan
guru masih menggunakan metode konvensional dengan metode ceramah atau
disebut juga metode pembelajaran satu arah. Metode ini mengkondisikan
siswa hanya sebagai obyek sehingga siswa menjadi pasif dan kurang
terangsang aktif belajar secara optimal. Hal ini tentu berpengaruh terhadap
1
Masnur Muslich, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan): Dasar Pemahaman dan Pengembangan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 1.
2
3
hasil belajar biologi siswa. Oleh karena itu diperlukan metode pembelajaran
yang menarik dan efektif agar siswa dengan mudah dapat memahami konsep.
Dalam memberikan pembelajaran guru menggunakan metode, dan
pendekatan, untuk melayani, mendidik dan mengajar agar sesuai dengan
situasi dan kondisi siswa, maka perlu diterapkan suatu pembelajaran yang
mengacu pada teori belajar yang sesuai dengan teori belajar kognitif.
Relevansi dari teori ini dalam pengajaran IPA dijabarkan melalui
konstruktivisme. Hakikat teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus
menjadikan informasi itu menjadi miliknya sendiri.
Salah satu bentuk pembelajaran yang berorientasi dengan pendekatan
konstruktivisme adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif
merupakan strategi alternatif untuk mencapai tujuan IPA dalam
meningkatkan kemampuan siswa bekerjasama dengan orang lain sehingga
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar.
Penerapan pembelajaran kooperatif dalam budaya Indonesia yaitu
gotong royong. Anggota masyarakatnya mempunyai kesamaan tujuan dan
saling ketergantungan satu dengan yang lainnya. Menurut Slavin yang dikutip
oleh Prayekti mengemukakan bahwa teknik pembelajaran kooperatif adalah
berbagai metode pembelajaran yang memungkinkan para siswa dapat bekerja
di dalam kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain dalam
mempelajari materi tertentu.3
Menurut Slavin yang dikutip oleh Muslimin Ibrahim et. al., bahwa
teknik pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar
dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau
kompetitif. Dalam pembelajaran koopertif siswa lebih memiliki kemungkinan
menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi selama dan setelah diskusi
dalam kelompok kooperatif daripada siswa yang bekerja secara individual atau
3
kompetitif. Sehingga materi yang dipelajari siswa akan melekat untuk periode
waktu yang lebih lama.4
Proses belajar dengan kelompok akan membantu siswa menemukan
dan membangun sendiri pemahaman tentang materi pembelajaran yang
tidak dapat diperoleh pada metode ceramah. Nor Azizah Salleh dan Sharan
yang dikutip oleh Nor Azizah Shalleh, Siti Rahayah Arifin, dan Musa Daia
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai struktur yang
membolehkan interaksi sosial berlaku dan dapat meningkatkan pencapaian,
minat kepada sekolah, teman, dan mata pelajaran. Pembelajaran kooperatif ini
adalah berasaskan teori perkembangan kognitif, sadar sosial dan behavioris.
Teori sadar sosial menekankan kepentingan dinamika kelompok, kemahiran
sosial dan berkomunikasi untuk mewujudkan semangat bekerjasama. Teori
behaviorisme pula menekankan kepentingan peneguhan kepada satu
perlakuan yang positif. Ganjaran diberi kepada pelajar untuk memberikan
motivasi kepada peserta didik. Pembelajaran kooperatif melibatkan ganjaran
atau hadiah yang membedakannya dengan pembelajaran konvensional.5
Pembelajaran kooperatif memiliki banyak teknik, dua di antaranya yaitu
Group Investigation (GI) dan Student Team-Achievement Divisions (STAD).
Dalam pembelajaran kooperatif baik GI maupun STAD dibagi menjadi
beberapa kelompok, dan siswa diharapkan untuk aktif, saling menghargai,
saling membantu di dalam kelompok untuk memecahkan masalah
bersama-sama. Pada model pembelajaran kooperatif teknik STAD para siswa dibagi
dalam tim belajar yang terdiri atas 4-5 orang yang berbeda-beda tingkat
kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Sedangkan
kelompok GI, siswa dibagi ke dalam 5-6 yang dibentuk berdasarkan
kesamaan minat atau perkawanan.
Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat
saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai
4
Muslimin Ibrahim, et. al., Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: UNESA-University Press, 2000), h. 16.
5
5
kemampuan yang diajarkan oleh guru. Jika para siswa ingin kelompoknya
mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu timnya
untuk bisa melakukan yang terbaik, menunjukkan norma bahwa belajar itu
penting, berharga, dan menyenangkan.6 Model pembelajaran STAD sesuai dengan pendidikan IPA, oleh karena itu memiliki pengaruh yang sangat besar
terhadap proses IPA, keterampilan IPA, sikap ilmiah, sikap demokratis dan
penerapannya pada dunia nyata. Motivasi dalam pembelajaran STAD adalah
menganjurkan bahwa hadiah dapat menciptakan anak lebih giat lagi dalam
belajar dan berprestasi.
Dalam model pembelajaran teknik GI diketahui kemampuan berpikir
siswa tinggi, hal ini sesuai dengan pendapat Slavin yang menyatakan bahwa
proses pembelajaran kooperatif teknik GI terjadi peningkatan kemampuan
untuk melakukan analisis dan sintesis terhadap segala informasi sehingga
penguasaan akan materi lebih baik. Kelebihan model kooperatif teknik GI
dalam meningkatkan hasil belajar diutarakan oleh Lord.7
Model pembelajaran kooperatif teknik GI dikembangkan oleh Thelan
dan Sharan, dirancang untuk memanfaatkan fenomena kerja sama dalam
pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif teknik GI memiliki tujuan pada
pencapaian kognitif informasi akademik yang tinggi dengan berketerampilan
inkuiri. Proses pembelajaran GI merangsang siswa untuk berkemampuan
menganalisis dan mensintesis segala informasi sehingga materi akan terkuasai
lebih baik. Pada pencapaian proses, kegiatan pembelajaran GI siswa dituntut
memilih topik berdasarkan masalah yang ditetapkan oleh guru.
Oleh karena itu, agar proses pengajaran dapat bermakna dengan adanya
interaksi kerjasama sesuai dengan tujuan yang direncanakan, maka guru perlu
mempertimbangkan strategi belajar mengajar yang efektif. Dengan demikian
6
Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik, Terj. Cooperative Learning: Theory, Research and Practice (London: Allymand Bacon, 2005) oleh Nurulita, (Bandung: Nusa Media, 2009), Cet. Ke-IV h. 12.
7
siswa dapat memecahkan masalah dengan kegiatan yang dipilih sendiri,
pembelajaran akan lebih hidup, siswa aktif, dan hasilnya lebih bermakna.
Maka peneliti perlu mencari strategi yang paling efektif dengan
memilih judul “Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa yang Diajarkan Melalui Pendekatan Kooperatif Teknik Student Team Achievement Divisions (STAD) dan Teknik Group Investigation (GI)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, beberapa masalah yang
dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1.Rendahnya hasil belajar biologi siswa.
2.Proses pembelajaran masih bersifat konvensional dengan metode
ceramah.
3.Kurang tepatnya model pembelajaran yang digunakan guru dalam
penyampaian materi khususnya pada konsep sistem pencernaan.
4.Guru kurang memperhatikan aktivitas belajar siswa pada saat kegiatan
pembelajaran.
5.Guru tidak membimbing siswa untuk saling berinteraksi dan
bekerjasama dalam pencapaian hasil belajar secara bersama-sama.
6.Guru tidak mengarahkan siswa mandiri dalam mencari dan
menganalisis serta mensintesis informasi-informasi disekitarnya
sehingga siswa dapat aktif dan menguasai materi lebih baik lagi.
C. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini, masalah yang akan menjadi objek penelitian dibatasi
sebagai berikut:
1. Penelitian akan dilakukan di SMP YPI Bintaro
2. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VIII semester I
3. Konsep sistem pencernaan manusia
4. Masalah yang menjadi objek penelitian pada perbedaan hasil belajar biologi
antara siswa yang diajarkan melalui pendekatan kooperatif teknik STAD dan
7
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah perumusan masalah dari penelitian ini
adalah “Bagaimanakah Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa yang
Diajarkan Melalui Pendekatan Kooperatif Teknik Student Team Achievement
Divisions (STAD) dan Teknik Group Investigation (GI)?”
E.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk:
a) Mengetahui perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan
melalui pembelajaran kooperatif teknik STAD dan teknik GI.
b) Mengetahui hasil belajar biologi siswa yang lebih baik dengan
menggunakan pembelajaran teknik STAD atau dengan teknik GI.
2. Hasil dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
yaitu sebagai berikut:
a) Sebagai bahan acuan bagi guru untuk menciptakan pembelajaran yang
efektif dengan menggunakan variasi metode sehingga materi yang
disampaikan mudah dipahami oleh siswa.
b) Dapat memberikan kontribusi yang baik bagi sekolah dalam rangka
peningkatan mutu proses pembelajaran, khususnya mata pelajaran
biologi.
8 A. Kajian Teoritis
1. Pengertian Belajar
Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar
menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat
beberapa ahli pendidikan tentang pengertian belajar:
a. Menurut Walker yang dikutip oleh Yatim Riyanto mendefinisikan belajar
adalah suatu perubahan dalam pelaksanaan tugas yang terjadi sebagai hasil
dari pengalaman dan tidak ada sangkut pautnya dengan kematangan
rohaniah, kelelahan, motivasi, perubahan dalam situasi stimulus atau
faktor-faktor samar lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan
kegiatan belajar.1
b. Menurut Reber dalam kamusnya, Dictionary of Psychology yang dikutip
oleh Muhibbin Syah membatasi belajar dengan dua macam definisi:2
1) Belajar adalah The process of acquiring knowledge (proses
memperoleh pengetahuan). Pengertian ini biasanya lebih sering
dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif yang oleh sebagian ahli
dipandang kurang representatif karena tidak mengikutsertakan
perolehan keterampilan nonkognitif.
2) Belajar adalah A relatively permanent change in respons potentiality
which occurs as a result of reinforced practice (suatu perubahan
kemampuan bereaksi relatif langgeng sebagai hasil latihan yang
diperkuat). Dalam definisi ini terdapat empat macam istilah yang
essensial dan perlu disoroti untuk memahami proses belajar.
1
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Guru Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Prenada Media, 2009), Cet. Ke-I, h. 5.
2
9
istilah tersebut meliputi: relatively permanent (yang secara umum
menetap), response potentiality (kemampuan bereaksi), reinforced
(yang diperkuat), Practice (praktek atau latihan).
c. Cronbach di dalam bukunya Educational Psychology yang dikutip oleh
Sumadi menyatakan bahwa:
Learning is shown by a change in behavior as a result of experience.
Jadi menurut Cronbach belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan
mengalami dan dalam mengalami itu si pelajar mempergunakan
pancainderanya.3
d. Menurut Gagne yang dikutip oleh Martinis belajar sebagai suatu proses
dimana organisme berubah perilakunya diakibatkan pengalaman.4
Timbulnya aneka ragam pendapat para ahli tersebut di atas adalah
fenomena perselisihan yang wajar karena adanya perbedaan titik pandang.
Selain itu perbedaan antara satu situasi belajar dengan situasi belajar lainnya
yang diamati oleh para ahli juga dapat menimbulkan perbedaan pandangan.
Teori belajar mempunyai banyak keragaman dan setiap teori dapat
menjelaskan aspek-aspek tertentu dalam belajar yang akan dijadikan dasar
mewarnai proses pembelajaran yang berlangsung. Setiap teori belajar
dirumuskan berdasarkan kajian tentang perilaku individu dalam proses
belajar. Pada intinya kajian tersebut menyangkut dua hal yaitu:
a. Konsep yang menganggap bahwa otak manusia terdiri atas sejumlah
kemampuan potensial (daya-daya), seperti menalar, mengingat,
menghayal, yang dapat dikembangkan dengan latihan.
b. Konsep yang menganggap bahwa manusia merupakan suatu sistem energi
yakni suatu sistem tenaga yang dinamis yanag berupaya memelihara
keseimbangan dalam merespon sistem energi lain sehingga ia dapat
berinteraksi melalui organ rasa. Selain itu energi juga meliputi berbagai
3
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2005), Cet. Ke-XIII, h. 231.
4
respon diantaranya respon terhadap stimulus, motivasi dan proses
penalaran.5
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat
kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:6
a. Faktor internal (dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan
rohani siswa.
b. Faktor eksternal (dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar
siswa.
c. Faktor approach to learning (pendekatan belajar), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan pembelajaran.
Untuk memperjelas uraian mengenai faktor-faktor mempengaruhi belajar
tersebut di atas, berikut ini penyusun sajikan sebuah tabel.
Tabel 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar7 Ragam Faktor dan Unsur-unsurnya
Internal Siswa Eksternal Siswa Pendekatan
1. Aspek Fisiologis:
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Ciputat: Gaung Persada Press, 2008), h 21.
6
Muhibbin Syah, Op. Cit., h.130.
7
11
Belajar merupakan proses yang ditandai oleh adanya perubahan pada
diri seseorang. Antara proses belajar dengan perubahan adalah dua gejala
saling terkait yakni belajar sebagai proses dan perubahan sebagai bukti dari
hasil yang diproses. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik
perubahan yang bersifat pengetahuan, keterampilan, maupun yang
menyangkut nilai sikap.8
Dalam belajar dihasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan
seperti pengetahuan, sikap, keterampilan, kemampuan, informasi dan nilai.
Berbagai macam tingkah laku yang berlainan inilah yang disebut kapabilitas
sebagai hasil belajar. Perubahan dalam menunjukkan kinerja (perilaku)
berarti belajar menentukan semua keterampilan, pengetahuan dan sikap yang
juga didapat oleh setiap siswa dari proses belajarnya.
Indikator hasil belajar merupakan target pencapaian kompetensi
secara operasional dari kompetensi dasar dan standar kompetensi. Ada tiga
aspek kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa besar
capaian kompetensi tersebut, yaitu penilaian terhadap:9 a. Hasil belajar penguasaan materi akademik (Kognitif)
Domain kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau
prinsip yang telah dipelajari, dan kemampuan-kemampuan intelektual, seperti
mengaplikasikan prinsip atau konsep, menganalisis, mensintesis, dan
mengevaluasi. Sebagian besar tujuan-tujuan instruksional berada dalam
domain kognitif. Pada ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berfikir,
mulai dari yang tingkatan rendah sampai tinggi, yakni:Pengetahuan/ingatan
8
Tengku Zahara Djaafar, Kontribusi Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan UN-Padang, 2001), h. 82.
9
(knowledge), Pemahaman (comprehension), Penerapan (aplication), Analisis
(analysis), Sintesis (synthesis), dan Evaluasi (evaluation).
Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif oleh Bloom
dkk. Dikategorikan lebih rinci ke dalam enam jenjang kemampuan, yaitu:
1) Hafalan (C1)
Jenjang hafalan meliputi kemampuan menyatakan kembali fakta,
konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajarinya.
2) Pemahaman (C2)
Jenjang pemahaman meliputi kemampuan menangkap arti dari
informasi yang diterima, misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram,
atau grafik.
3) Penerapan (C3)
Yang termasuk jenjang penerapan adalah kemampuan menggunakan
prinsip, aturan, metode yang dipelajarinya pada situasi baru atau
situasi konkrit.
4) Analisis (C4)
Jenjang analisis meliputi kemampuan menguraikan suatu informasi
yang dihadapi menjadi komponen-komponennya sehingga struktur
informasi serta hubungan antar komponen informasi tersebut menjadi
jelas.
5) Sintesis (C5)
Yang termasuk jenjang sintesis ialah kemampuan untuk
mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah-pisah menjadi suatu
keseluruhan yang terpadu. Termasuk di dalamnya kemampuan
merencanakan eksperimen, menyusun cara baru untuk
mengklasifikasikan obyek-obyek, peristiwa dan informasi lainnya.
6) Evaluasi (C6)
Kemampuan pada jenjang evaluasi ialah kemampuan untuk
mempertimbangkan nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjan,
13
b. Hasil belajar yang bersifat proses normatif (Afektif)
Domain afektif mencakup pemilikan minat, sikap, dan nilai yang
ditanamkan melalui proses belajar mengajar. Hasil belajar proses berkaitan
dengan sikap dan nilai, berorientasi pada penguasaan dan pemilikan
kecakapan proses atau metode. Ciri-ciri hasil belajar ini akan tampak pada
peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti: perhatian terhadap
pelajaran, kedisiplinan, motivasi belajar, rasa hormat kepada guru, dan
sebagainya. Ranah afektif dirinci oleh Kratwohl dkk., menjadi lima jenjang,
yakni: Perhatian, Tanggapan, Penilaian, Pengorganisasian, dan Karakterisasi
terhadap suatu atau beberapa nilai. Untuk menilai hasil belajar dapat
digunakan instrumen evaluasi yang bersifat non tes, misalnya kuesioner dan
observasi.
c. Hasil belajar aplikatif (Psikomotor)
Hasil belajar ini merupakan ranah yang berkatian dengan keterampilan
(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman
belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor merupakan kelanjutan dari hasil
belajar kognitif dan afektif, akan tampak setelah siswa menunjukkan perilaku
atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung pada kedua
ranah tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Ranah ini diklasifikasikan ke
dalam tujuh kategori yakni: Persepsi (perception), Kesiapan (set), Gerakan
terbimbing (guided response), Gerakan terbiasa (mechanism), Gerakan
kompleks (complex overt response), Penyesuaian pola gerakan (adaptation),
Kreatifitas/keaslian (Creativity/origination).
Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan
sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya
peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan
sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan
menjadi sopan, dan sebagainya.10
10
Menurut Sudjana perbedaan hasil belajar di kalangan para siswa
disebabkan oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa terutama
kemampuan yang dimilikinya dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau
faktor lingkungan. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga
ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat, dan perhatian, sikap dan
kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.11
Sedangkan menurut Oemar Hamalik hasil belajar dikalangan siswa
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor kematangan akibat dari
kemajuan umur kronologis, latar belakang pribadi masing-masing, sikap, dan
bakat terhadap suatu bidang pelajaran yang diberikan.12
Penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan belajar peserta
didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai
dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
1) Sasaran penilaian
Sasaran atau objek evaluasi hasil belajar adalah perubahan tingkah laku
yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang.
Masing-masing bidang terdiri dari sejumlah aspek. Aspek-aspek tersebut
sebaiknya dapat diungkapkan melalui penilaian tersebut. Dengan
demikian dapat diketahui tingkah laku mana yang sudah dikuasainya oleh
peserta didik dan mana yang belum sebagai bahan bagi perbaikan dan
penyempurnaan program pengajaran selanjutnya.
2) Alat penilaian
Penggunaan alat penilaian hendaknya komprehensif meliputi tes dan
bukan tes sehingga diperoleh gambaran hasil belajar yang objektif.
Penilaian hasil belajar sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan
agar diperoleh hasil yang menggambarkan kemampuan peserta didik
yang sebenarnya.
11
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002), Cet. Ke-VI. h. 39.
12
15
3) Prosedur pelaksanaan tes
Penilaian hasil belajar dilaksanakan dalam bentuk formatif dan sumatif.
Penilaian formatif dilakukan pada setiap pengajaran berlangsung, yakni
pada akhir pengajaran. Hasilnya dicatat untuk bahan penilaian dan untuk
menentukan derajat keberhasilan peserta didik seperti untuk kenaikan
tingkat. Penilaian sumatif biasanya dilakukan pada akhir suatu program
atau pertengahan program. Hasilnya digunakan untuk mengetahui
program mana yang belum dikuasai oleh peserta didik. 13
4. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian pembelajaran kooperatif
Cooperative Learning menurut Johnson & Johnson dikutip oleh
Tonih Feronika adalah cara belajar yang menggunakan kelompok kecil
sehingga siswa bekerja dan belajar satu sama lain untuk mencapai tujuan
kelompok di dalam belajar kooperatif siswa berdiskusi dan saling
membantu serta mengajak satu sama lain untuk memahami isi materi.14 Menurut Davidson dan Warsham yang dikutip oleh Isjoni
mengemukakan bahwa Cooperative Learning adalah kegiatan belajar
mengajar secara kelompok-kelompok kecil. Siswa belajar dan bekerja
sama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang optimal, baik
pengamalan individu maupun pengalaman kelompok. Sehingga dapat
tercipta pembelajaran yang bersifat student center dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk saling menghargai satu sama lain.15 Dalam upaya peningkatan hasil belajar peneliti menggunakan
model pembelajaran kooperatif mengingat model pembelajaran ini
merupakan model pembelajaran dimana siswa belajar dalam
kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda, sehingga
13
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), Cet. Ke-II. h. 179.
14
Tonih Feronika, Strategi Pembelajaran Kimia, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 56.
15
siswa dapat bekerja sama dalam menyelesaikan soal yang diberikan guru
dalam rangkaian kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran model
kooperatif dapat melatih siswa untuk mendengarkan pendapat-pendapat
orang lain dan merangkum pendapat atau temuan-temuan dalam bentuk
tulisan. Para siswa secara individu lebih percaya diri terhadap
kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah biologi.
Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran
bersama-sama dalam suatu kelompok dengan jumlah anggota antara tiga
sampai lima orang siswa. Para anggota bekerjasama dan saling membantu
dalam menyelesaikan tugas yang telah diberikan guru.
Tabel 2.2 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional.16
Kelompok belajar kooperatif Kelompok belajar konvensional Adanya saling ketergantungan positif,
saling membantu, dan saling
memberikan motivasi sehingga ada
motivasi promotif
Guru sering membiarkan adanya siswa
yang mendominasi kelompok atau
menggantungkan diri pada kelompok.
Adanya akuntabilitas individual yang
mengukur penguasaan materi
pelajaran tiap anggota kelompok, dan
kelompok diberi umpan balik tentang
hasil belajar para anggotanya sehingga
dapat saling mengetahui siapa yang
memerlukan bantuan dan siapa yang
memberikan bantuan.
Akuntabilitas individual sering
diabaikan sehingga tugas-tugas sering
diborong oleh salah seorang anggota
kelompok sedangkan anggota
kelompok lainnya hanya
“mendompleng” keberhasilan
“pemborong”.
Kelompok belajar heterogen, baik
dalam kemampuan akademik, jenis
Kelompok belajar biasanya homogen
16
17
kelamin, ras, etnik, dan sebagainya
sehingga dapat saling mengetahui
siapa yang memerlukan bantuan dan
siapa yang memberikan bantuan.
Pimpinan kelompok dipilih secara
demokratis atau bergilir untuk
memberikan pengalaman pemimpin
bagi para anggota kelompok.
Pemimpin kelompok sering ditentukan
oleh guru atau kelompok dibiarkan
untuk memilih pimpinannya dengan
caranya masing-masing
Keterampilan sosial yang diperlukan
dalam kerja gotong royong seperti
kepemimpinan, kemampuan
berkomunikasi, mempercayai orang
lain, dan mengelola konflik secara
langsung diajarkan
Keterampilan sosial sering tidak
secara langsung diajarkan.
Pada saat belajar kooperatif sedang
berlangsung guru terus melakukan
pemantauan melalui observasi dan
melakukan intervensi jika terjadi
masalah antar anggota kelompok.
Pemantauan melalui observasi dan
intervensi sering tidak dilakukan oleh
guru pada saat belajar kelompok
sedang berlangsung.
Guru memperhatikan secara proses
kelompok yang terjadi dalam
kelompok-kelompok belajar .
Guru sering tidak memperhatikan
proses kelompok yang terjadi dalam
kelompok-kelompok belajar .
Penekanan tidak hanya pada
penyelesaian tugas tetapi juga
hubungan interpersonal (hubungan
antar pribadi yang saling menghargai)
Penekanan sering hanya pada
penyelesaian tugas
b.Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif membutuhkan
partisipasi dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Pembelajaran
lebih baik, sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku sosial. Tujuan
utama dalam penerapan model pembelajaran kooperatif adalah agar
peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya
dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan
kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan
menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.
Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu:17 1)Hasil belajar akademik
Dalam pembelajaran kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan
sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis
penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul
dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para
pengembang model ini menunjukkan, model struktur penghargaan
kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik
dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
2)Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara
luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas
sosial, kemampuan dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif
memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi
untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan
melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai
satu sama lain.
3)Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan
kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi.
Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak
muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
17
19
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif
sebagaimana yang dikemukakan Slavin yaitu penghargaan kelompok,
pertanggungjawaban, dan kesempatan yang sama untuk berhasil. Berikut
penjelasannya: 18
1)Penghargaan kelompok
Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk
memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh
jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan.
Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai
anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang
saling mendukung, saling membantu dan saling peduli.
2)Pertanggungjawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari
semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut
menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling
membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu
juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan
tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.
3)Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Pembelajaran kooperatif menggunakan metode scoring yang mencakup
nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh
siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode scoring ini
setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi
sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang
terbaik bagi kelompoknya.
c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa karakteristik yang
membedakannya dengan strategi pembelajaran lain. Perbedaan tersebut
dapat dilihat dari proses pembelajarannya yang lebih menekankan pada
18
proses kerjasama dalam kelompok. atau dalam mencapai tujuan
pembelajaran peserta didik secara harmoni bekerjasama dengan teman
kelasnya. Berdasarkan karakteristiknya, pembelajaran kooperatif memiliki
karakteristik sebagai berikut:19 1) Pembelajaran secara tim
Pembelajaran kooperatif dilakukan secara tim, sesama anggota tim
saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran atau dengan
kata lain keberhasilan pembelajaran bukan ditentukan oleh individu
akan tetapi oleh tim. Anggota dalam tim bersifat heterogen yang
memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar belakang
yang berbeda. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota kelompok
dapat saling memberikan pengalaman, saling memberi dan menerima,
sehingga diharapkan setiap anggota kelompok dapat memberikan
kontribusi terhadap keberhasilan kelompok.
2) Pembelajaran dengan manajemen kooperatif
Manajemen memiliki empat pilar fungsi manajemen, yaitu: fungsi
perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol.
Fungsi perencanaan memiliki makna bahwa pembelajaran dilakukan
secara terencana baik tujuannya, cara mencapainya dan lain-lain.
Fungsi perencanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui
langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan dan disepakati bersama.
Fungsi organisasi dimaksudkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
pekerjaan bersama antar setiap anggota dalam kelompok, oleh
karenanya perlu diatur mekanisme tugas dan tanggung jawab setiap
anggota. Fungsi kontrol sangat penting dalam pembelajaran ini,
karenanya harus ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes
maupun non tes.
21
3) Kemauan untuk bekerja sama
Kerja sama dalam kelompok tidak akan efektif manakala setiap aggota
tidak memiliki kemauan untuk bekerja sama atau secara terpaksa,
karena dalam tim bukan hanya ada pengaturan tugas dan tanggung
jawab setiap anggota tim, melainkan juga harus ditanamkan dan
ditumbuhkan kebersamaan dalam kelompok yang bisa diwujudkan
dalam bentuk saling membantu, saling mengingatkan dan sebagainya.
4) Keterampilan bekerja sama
Tujuan bekerja dalam kelompok adalah keberhasilan kelompok bukan
hanya individu-individu dalam kelompok secara terpisah, untuk itu
kemampuan dan keterampilan bekerja sama dalam kelompok sangat
dibutuhkan agar setiap anggota kelompok dapat menyumbangkan ide,
mengemukakan pendapat dan dapat memberikan konstribusi kepada
keberhasilan kelompok.
d. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya
terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Ada berbagai elemen yang
merupakan ketentuan pokok dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: 20 1) Saling ketergantungan positif
Dalam sistem pembelajaran kooperatif, guru dituntut untuk mampu
menciptakan suasana belajar yang mendorong agar siswa merasa
saling membutuhkan. Siswa satu membutuhkan siswa yang lain,
demikian pula sebaliknya. Hubungan yang saling membutuhkan
antara siswa satu dengan siswa yang lain inilah yang disebut
dengan saling ketergantungan positif. Suasana ketergantungan
tersebut dapat diciptakan melalui berbagai strategi, yaitu sebagai
berikut:
20
a) Saling ketergantungan dalam pencapaian tujuan. Dalam hal ini
masing-masing siswa merasa memerlukan temannya dalam
usaha mencapai tujuan pembelajaran.
b) Saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas. Dalam hal
ini masing-masing siswa membutuhkan teman dalam
menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran.
c) Saling ketergantungan bahan atau sumber belajar. Siswa yang
tidak memiliki sumber belajar (misalnya buku) akan berusaha
meminjam pada temannya.
d) Saling ketergantungan peran. Siswa yang sebelumnya mungkin
sering bertanya karena belum paham terhadap satu masalah
pada temannya, suatu saat ia akan berusaha mengajari temannya
yang mungkin mengalami masalah (berperan sebagai pengajar).
e) Saling ketergantungan hadiah. Penghargaan/hadiah diberikan
kepada kelompok, karena hasil kerja adalah hasil kerja
kelompok, bukan hasil kerja individual/perseorangan.
Sedangkan keberhasilan kelompok dalam mencapai tujuan
pembelajaran bergantung pada keberhasilan setiap
anggota/individu kelompok.
2) Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok saling
bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak
hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Jadi dalam
hal ini, semua anggota kelompok berinteraksi saling berhadapan,
dengan menerapkan keterampilan bekerja sama untuk menjalin
hubungan sesama anggota kelompok.
3) Akuntabilitas individual
Mengingat pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dalam
bentuk kelompok, maka setiap anggota harus belajar dan
menyumbangkan pikiran demi keberhasilan pekerjaan kelompok.
Untuk mencapai tujuan kelompok (hasil belajar kelompok), setiap
23
pembelajaran secara maksimal, karena hasil belajar kelompok
didasari atas rata-rata nilai anggota kelompok. Kondisi belajar
yang demikian akan menumbuhkan tanggung jawab (akuntabilitas)
pada masing-masing individu siswa. Tanpa adanya tanggung jawab
individu, keberhasilan kelompok akan sulit tercapai.
4) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Dalam pembelajaran kooperatif dituntut untuk membimbing siswa
agar dapat berkolaborasi, bekerja sama dan bersosialisasi antar
anggota kelompok. Dengan demikian dalam pembelajaran
kooperatif, keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan
santun terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik
teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mmendominasi
orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam
menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan, tapi
secara sengaja diajarkan oleh guru.
Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif,
siswa didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka
harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil
belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai
keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
e. Keterampilan-keterampilan Kooperatif
Di dalam pembelajaran kooperatif terdapat keterampilan-keterampilan
yang didapat siswa, diantaranya:21
1) Keterampilan kooperatif tingkat awal, meliputi menggunakan
kesempatan, menghargai kontribusi, berbagi tugas, mendorong
partisipasi.
2) Keterampilan kooperatif tingkat menengah, meliputi menunjukkan
penghargaan dan simpati, mendengarkan dengan aktif, bertanya,
21
membuat ringkasan, menafsirkan, mengatur dan mengorganisir,
menerima tanggung jawab, menggunakan kesabaran.
3) Keterampilan kooperatif tingkat mahir, meliputi mengelaborasi,
memeriksa secara cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan,
berkompromi, menghadapi masalah khusus.
f. Langkah-langkah Umum Pembelajaran Kooperatif
Langkah-langkah umum pembelajaran kooperatif adalah sebagai
berikut: 22
Tabel 2.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Fase-2
Menyajikan informasi
Fase-3
Mengkoordinasikan siswa ke
dalam kelompok bekerja dan
belajar
Fase-4 membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Fase-5
Evaluasi
Guru menyampaikan semua
tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai pada pelajaran tersebut
dan memotivasi siswa belajar.
Guru menyajikan informasi
kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan
bacaan.
Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu
setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
Guru mrmbimbing
kelompok-kelompok belajar saat merka
mengerjakan tugas mereka.
Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah
22
25
Fase-6
Memberikan penghargaan
dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.
Guru mencari cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun
hasil belajar individu dan
kelompok.
g. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif
Banyak pihak yang mengklaim bahwa kerja sama mempunyai
keuntungan atas persaingan dalam situasi pembelajaran atau situasi
belajar. Menurut Deutsch, Shaw serta Johnson yang dikutip oleh Junaedi
et. al., menjelaskan bahwa telah mengidentifikasi beberapa keuntungan
(keunggulan) ketika pembelajaran kooperatif diterapkan dengan baik, di
antaranya:23
1)Peserta didik dalam pembelajaran kooperatif mampu bekerja
sama untuk kebaikan kelompok secara keseluruhan ketimbang
hanya untuk kebutuhan individu saja.
2)Peserta didik dalam kelompok pembelajaran kooperatif dapat
didorong untuk membantu siswa yang mempunyai masalah
dalam belajar atau membantu siswa yang cacat.
3)Prosedur pembelajaran kooperatif memudahkan integrasi
sosial dari kebutuhan khusus siswa. Akibat yang dihasilkan
adalah sikap yang lebih toleran kepada mereka yang
mempunyai perbedaan dalam kemampuan, latar belakang
sosial, kelas sosial, ras, dan latar belakang akademik
4)Metode pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk
menyediakan penghargaan atau reward (hadiah) baik kepada
siswa berprestasi tinggi maupun siswa berprestasi rendah.
23
5)Pembelajaran kooperatif memudahkan pembagian usaha dan
tugas yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu.
6)Mendorong komunikasi antar siswa, dan hasilnya adalah
pembelajaran yang lebih baik dan hubungan antar personal
yang semakin membaik.
5. Pembelajaran Kooperatif Teknik Student Team-Achievement Divisions (STAD)
Pembelajaran kooperatif model STAD dikembangkan oleh Robert
Slavin dari Universitas John Hopkin USA. Dalam STAD siswa ditempatkan
dalam tim-tim belajar beranggotakan 4-5 siswa yang heterogen. Adanya
penghargaan kelompok dari hasil penilaian merupakan salah satu ciri dari
STAD.
STAD bertugas membantu anggota kelompok untuk bekerja
memecahkan masalah yang diberikan oleh guru, membuat kelompok bekerja
yang saling mengemukakan pendapat maupun menghadapi tes atau ulangan.
Team STAD berusaha supaya anggota kelompok atau individu dapat lebih
menonjol pengetahuannya daripada kelompok lain dan menekankan bahwa
anggota kelompok bekerja paling baik dibandingkan kelompok lainnya.24 Secara umum cara penerapan model STAD di kelas adalah sebagai
berikut:25
a. Kelas dibagi dalam beberapa kelompok.
b. Tiap kelompok siswa terdiri dari 4-5 orang yang bersifat
heterogen, baik dari segi kemampuan, jenis kelamin, budaya,
dan sebagainya.
c. Tiap kelompok diberi bahan ajar dan tugas-tugas pembelajaran
yang harus dikerjakan.
24
Tonih Feronika, Op. Cit., h. 65.
25
27
d. Tiap kelompok didorong untuk mempelajari bahan ajar dan
mengerjakan tugas-tugas pembelajaran melalui diskusi
kelompok
e. Selama proses pembelajaran secara kelompok guru berperan
sebagai fasilitator dan motivator.
f. Tiap minggu atau dua minggu sekali, guru melaksanakan
evaluasi, baik secara individu maupun kelompok untuk
mengetahui kemajuan belajar siswa.
g. Bagi siswa dan kelompok siswa yang memperoleh nilai hasil
belajar yang sempurna diberi penghargaan. Demikian pula jika
semua kelompok memperoleh nilai hasil belajar yang sempurna
maka semua kelompok tersebut wajib diberi penghargaan.
Menurut Robert E. Slavin model pembelajaran kooperatif teknik
STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu:26 a. Presentasi kelas
Presentasi kelas yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan
informasi materi pokok secara garis besar.
b. Tim
Tim terdiri dari 4-5 siswa yang mewakili seluruh bagian dari
kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan
etnisitas. Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa
semua anggota tim benar-benar belajar, dan khususnya
mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis
dengan baik.
c. Kuis
Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan
presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para
siswa akan mengerjakan kuis individual.
26
d. Skor Kemajuan Individual
Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk
memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat
dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan
kinerja yang lebih baik dari pada sebelumnya.
e. Rekognisi Tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang
lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.
Skor tim juga dapat digunakan untuk menentukan dua puluh
persen dari peringkat mereka.
Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif
teknik STAD ini juga membutuhkan persiapan yang matang sebelum
kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Persiapan-persiapan tersebut antara
lain:27
a. Perangkat pembelajaran
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran ini perlu
dipersiapkan perangkat pembelajarannya, yang meliputi
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku siswa, Lembar
Kegiatan Siswa (LKS), berserta lembar jawabannya
b. Membentuk kelompok kooperatif
Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan
siswa dalam kelompok adalah heterogen dan kemampuan antar
satu kelompok dengan kelompok lainnya relatif homogen.
c. Menentukan skor awal
Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah
nilai ulangan sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah
ada kuis.
27
29
d. Pengaturan tempat duduk
Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga
diatur dengan baik, hal ini dilakukan untuk menunjang
keberhasilan pembelajaran kooperatif.
e. Kerja kelompok
Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran
kooperatif teknik STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerja
sama kelompok agar mengenalkan masing-masing individu
dalam kelompok.
Menurut Yatim Riyanto ada 8 fase di dalam model pembelajaran
kooperatif teknik STAD yaitu:28
Fase 1 : Guru presentasi, memberikan materi yang akan dipelajari
secara garis besar dan prosedur kegiatan, juga tata cara kerja
kelompok.
Fase 2 : Guru membentuk kelompok, berdasar kemampuan, jenis
kelamin, ras, suku, jumlah antara 2-5 siswa.
Fase 3 : siswa bekerja dalam kelompok, siswa belajar bersama,
diskusi atau mengerjakan tugas yang diberikan guru.
Fase 4 : Scafolding, guru memberikan bimbingan
Fase 5 : Validation, yaitu guru mengadakan validasi hasil kerja
kelompok dan memberikan kesimpulan tugas kelompok.
Fase 6 : Quizzes, guru mengadakan kuis secara individu, hasil nilai
dikumpulkan, dirata-rata dalam kelompok, selisih skor awal (base
score) individu dengan skor hasil kuis (skor perkembangan)
dengan perhitungan sebagai berikut:
28
Tabel 2.4 Penghitungan Skor Perkembangan pada Evaluasi Metode Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD
NO Skor Tes Nilai Perkembangan
1. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5
2. 10 hingga 1 poin di bawah skor awal 10
3. Skor awal sehingga 10 poin di atasnya 20
4. Lebih dari 20 point di atas skor awal 30
Fase 7 : penghargaan kelompok, berdasarkan skor perhitungan
yang diperoleh anggota, dirata-rata, hasilnya disesuaikan dengan
predikat tim.
Tabel 2. 5
Perolehan skor dan penghargaan tim teknik STAD29
No Perolehan skor Predikat
1 15 - 19 Good team
2 20 - 24 Great team
3 25 - 30 Super team
Fase 8 : evaluasi yang dilakukan guru.
6. Pembelajaran Kooperatif Teknik Group Investigation (GI)
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif
yang paling kompleks dan paling sulit diterapkan. Model ini pertama kali
oleh Thelan. Dalam perkembangannya model ini diperluas dan dipertajam
oleh Sharan dari Universitas Tel Aviv. 30
Dalam model pembelajaran teknik GI diketahui kemampuan berpikir
siswa tinggi, hal ini sesuai dengan pendapat Slavin yang menyatakan bahwa
proses pembelajaran kooperatif teknik GI terjadi peningkatan kemampuan
29 Yatim, Riyanto, 2009. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana. h. 27.
30