• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. Evaluasi Hasil Beajar

2.1.6 Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami suatu konsep yang sulit jika mereka berdiskusi dengan temannya. Siswa bekerja dalam sebuah kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah untuk mencapai ketuntasan belajar. Karena itu, “Pembelajaran kooperatif didasarkan pada teori kontruktivis” (Trianto, 2007: 41). Menurut Isjoni (2010: 30) “Kontruktivisme adalah satu pandangan bahwa siswa membina sendiri pengetahuan atau konsep secara aktif berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ada”.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuannya adalah tidak lainuntuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Sehingga sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran dengan berdiskusi untuk memecahkan masalah. (Herdian: 2009)

Slavin (Isjoni, 2010:15) mengemukakan ’In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially

presented by the teacher’, pernyataan tersebut mengandung arti dalam metode pembelajaran kooperatif, siswa bekerjasama dalam empat anggota tim untuk menguasai materi awal yang disajikan oleh guru. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam metode pembelajaran cooperative siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari empat orang untuk menguasai materi yang diberikan oleh guru. Johnson (Isjoni, 2010:15) mengemukakan bahwa

‘Cooperanon means working together to accomplish shared goals. Within cooperative activities individuals seek outcomes that are beneficial to all other groups members. Cooperative learning is the instructional use of small groups that allows students to work together to maximize their own and each other as learning’

Pernyataan tersebut mengandung arti cooperanon berarti bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kerjasama individu mencari hasil yang bermanfaat bagi semua anggota kelompok lain. Pembelajaran kooperatif adalah penggunaan pembelajaran kelompok kecil yang memungkinkan siswa bekerjasama untuk memaksimalkan mereka sendiri dan satu sama lain sebagai pembelajar.

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran kooperatif mengandung arti bekerja bersama-sama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif, siswa mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar antar anggota dalam kelompok itu.

Menurut Saraswati (2003 : 1), “cooperetive learning adalah belajar dengan cara berpartner (grouping) atau kerja tim yang produktif dalam menyelesaikan tugas dan atau memecahkan masalah baik didalam kelas maupun tugas di rumah”.

Lie (2007 : 28) mengungkapkan bahwa, “pembelajaran Kooperatif yaitu pembelajaran gotong royong/kerjasma. Kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup, tanpa kerjasama tidak akan ada individu keluarga, organisasi dan sekolah”.

Berdasarkan konsep di atas, dapat disimpulakan bahwa model pembelajaran Kooperatif merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan cara berkelompok dan bekerja sama dalam mengerjakan kegiatan belajar dan pembelajaran.

Menurut Mohamad Nur (2005:1-2) pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran di mana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan siswa yang berbeda kemampuannya, jenis kelamin bahkan latar belakangnya untuk membantu belajar satu sama lainnya sebagai sebuah tim. Semua anggota kelompok saling membantu anggota yang lain dalam kelompok yang sama dan bergantung satu sama lain untuk mencapai keberhasilan kelompok dalam belajar.

Pembelajaran kooperatif dilakukan dengan membentuk kelompok kecil yang anggotanya heterogen untuk bekerja sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan masalah, tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Muslimin Ibrahim, dkk (2000:7-10) terdapat tiga tujuan instruksional penting yang dapat dicapai dengan pembelajaran kooperatif yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, pengembangan keterampilan sosial.

1) Hasil belajar akademik

Pembelajaran kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki hasil siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit.

Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik (Ibrahim, 2000:7).

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya.

Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain (Ibrahim, 2000:9)

3) Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran koperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial (Ibrahim, 2007:9).

c. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Agar pembelajaran secara kooperatif atau kerja kelompok dapat mencapai hasil yang baik maka diperlukan unsur-unsur sebagai berikut.

1) Siswa dalam kelompoknya harus beranggapan mereka “sehidup sepenanggungan”.

2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri.

3) Siswa harus melihat bahwa semua anggota kelompoknya mempunyai tujuan yang sama.

4) Siswa harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama pada semua anggota kelompok.

5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau akan diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

6) Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

7) Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama. (Ibrahim, 2000:6)

d. Landasan Teori dan Empirik Pembelajaran Kooperatif

Perkembangan model pembelajaran kooperatif pada masa kini dapat dilacak dari karya para ahli psikologi pendidikan dan teori belajar pada awal abad ke-20, diantaranya :

1) John Dewey, Herbert Thelan, dan Kelas Demokratis

John Dewey menetapkan sebuah konsep pendidikan yang menyatakan bahwa kelas seharusnya cermin masyarakat yang lebih besar dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata. Pedagogi Dewey mengharuskan guru menciptakan di dalam lingkungan belajarnya suatu sistem sosial yang bercirikan dengan prosedur demokrasi dan proses ilmiah.

Seperti halnya Dewey, Thelan berargumentasi bahwa kelas haruslah merupakan laboratorium atau miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan antar pribadi. (Ibrahim, 2000:12)

2) Gordon Allport dan Relasi Antar Kelompok

Ahli sosiologi Gordon Allport mengingatkan bahwa hukum saja tidak akan mengurangi kecurigaan antar kelompok dan mendatangkan penerimaan serta pemahaman yang lebih baik.

Gordon merumuskan 3 kondisi dasar untuk mencegah terjadinya kecurigaan antar ras dan etnik, yaitu: a) kontak langsung antar etnik, b) sama-sama berperan serta di dalam kondisi status yang sama antara anggota dari berbagai kelompok dalam suatu setting tertentu, c) setting secara resmi mendapat persetujuan kerjasama antar etnik.

3) Belajar Berdasarkan Pengalaman

Johnson&Johnson seorang pencetus teori-teori unggul tentang pembelajaran kooperatif menyatakan bahwa belajar berdasarkan pengalaman didasarkan atas tiga asumsi:

a) Bahwa belajar paling baik jika secara pribadi terlibat dalam pengalaman belajar itu.

b) Bahwa pengetahuan harus ditemukan sendiri apabila pengetahuan itu hendak dijadikan pengetahuan yang bermakna atau membuat suatu perbedaan tingkah laku.

c) Bahwa komitmen terhadap belajar paling tinggi apabila anda bebas menetapkan tujuan pembelajaran sendiri dan secara aktif mempelajari tujuan itu dalam suatu kerangka tertentu. (Ibrahim, 2000:15)

4) Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan Akademik

Satu aspek penting pembelajaran kooperatif ialah bahwa di samping pembelajaran kooperatif membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa, pembelajaran kooperatif secara bersamaan membantu siswa dalam bidang akademis mereka. Setelah menelaah sejumlah penelitian, Slavin (Muslimin, 2000:16) mengatakan bahwa kelas kooperatif menunjukkan hasil belajar akademik yang signifikan lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Hasil lain penelitian juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat positif untuk siswa yang rendah hasil belajarnya.

Manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar rendah antara lain: a) meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, b) rasa harga diri menjadi lebih tinggi, c) memperbaiki sikap terhadap IPS dan sekolah, d) penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi besar, e) pemahaman yang lebih mendalam, f) motivasi lebih besar, g) hasil belajar lebih tinggi, h) retensi lebih lama, i) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi. (Ibrahim, 2000:16)

e. Prinsip dasar dan unsur-unsur pembelajaran Kooperatif

Ada empat prinsip dasar yang melatarbelakangi keberhasilan pembelajaran Kooperatif, Kagan (Saraswati, 2003:2):

1) Saling ketergantungan yang positif (positive interdevedence)

2) Pengakuan terhadap kemampuan individu (Individual accountability) 3) Partisipasi yang sama (equal participation)

4) Interaksi belajar dan pembelajaran yang simultan (simultaneous Interaksi) Agar Cooperative Learning dapat berjalan secara efektif, unsur-unsur dasar pembelajaran Cooperative yang perlu ditanamkan kepada siswa menurut Saraswati (2003 : 4) sebagai berikut:

1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”.

2) Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya disamping tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi.

3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya harus memiliki tujuan yang sama besarnya diantara para anggota kelompok.

4) Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara para anggota kelompok

5) Para siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok

6) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.

7) Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok Cooperative.

Sedangkan Roger dan david (Lie, 2007:31) menyatakan terdapat lima unsur model pembelajaran Cooperative Learning untuk mencapai hasil yang optimal yaitu :

1) Saling ketergantungan positif, keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya.

2) Tanggung jawab perseorangan, unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative Leraning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.

3) Tatap muka, setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota.

4) Komunikasi antar anggota kelompok, unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi.

5) Evaluasi proses kelompok, pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Jadi secara garis besar unsur-unsur pembelajaran Kooperatif meliputi :

tujuan yang sama, kebersamaan dalam bekerja, kepemimpinan bersama, tanggung jawab secara individu pada kerja kelompok, tanggung jawab yang merata, dan evaluasi atau penghargaan terhadap kelompok mempengaruhi evaluasi individu.

f. Kebaikan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan dari pembelajaran Kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Beberapa kali penelitian menunjukkan bahwa teknik-teknik pembelajaran Kooperatif lebih banyak meningkatkan basil belajar daripada pengalaman pembelajaran individual. Menurut Saraswati (2003 : 7), “perbedaan antara kelompok pembelajaran Kooperatif dan kelompok non Kooperatif adalah sebagai berikut” :

Tabel 2. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif dan Model Pembelajaran non kooperatif Kelompok Pembelajaran Kooperatif Kelompok Pembelajaran non Kooperatif  Kepemimpinan bersama

 Saling keterantungan positif

 Keanggotaan yang heterogen

 Mempelajari keterampilan Cooperative

 Tangguang jawab terhadap hasil belajar seluruh anggota

kelompok

 Menekan pada tugas dan hubungan Cooperative

 Ditunjang oleh guru

 Satu hasil kelompok

 Evaluasi kelompok

 Satu pemimpin

 Tidak saling ketergantungan

 Keanggotaan yang homogen

 Asumsi adanya keterampilan-keterampilan sosial yang efektf

 Tanggung jawab terhadap hasil belajar sendiri

 Hanya menekankan pada tugas

 Diarahkan oleh guru

 Beberapa hasil individu

 Evaluasi individual

Selain mempunyai kelebihan, pembelajaran Kooperatif juga mempunyai kekurangan penting yang harus dihindari yaitu adanya anggota kelompok yang tidak aktif. Hal ini akan terjadi bila dalam satu kelompok hanya mempunyai satu permasalahan. Kelemahan ini dapat dihindari dengan cara sebagai berikut : 1) Tiap-tiap anggota kelompok bertanggung jawab pada bagian bagian kecil dari

2) Tiap-tiap anggota kelompok mempelajari materi secara keseluruhan. Hal ini disebabkan karena hasil kelompok ditentukan pada hasil kuis dari anggota kelompok yang ada, maka tiap-tiap anggota kelompok harus benar-benar mempelajari isi permasalahan secara keseluruhan.

g. Tipe-tipe model pembelajaran Kooperatif

Adapun tipe-tipe model pembelajaran Kooperatif menurut Saraswati (2003 : 7), yaitu : Numbered Head Together (NHT), Jigsaw, Learning Together, student Team Achievment Devision (STAD), Teams Games Tournament(TGT), Group Investigation (GI), Reunrobin, Rountable, Think Pair Share, One stay Two Stray Adapun menurut Lie (2007:55), mengungkapkan bahwa model pembelajara memiliki beberapa tipe diantaranya :

Tipe-tipe Model Pembelajaran Cooperative Learning yaitu : Mencari Pasangan, Bertukar Pasangan, Berfikir Berpasangan Berempat (Think Pair Share), Berkirim Salam dan Soal, Kepala Bernomor (Numbered Head together), Kepala Bernomer Terstruktur, Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray), Keliling Kelompok, Kencing Gemerincing, Keliling Kelas , Lingkaran Kecil Lingkaran Besar, Tari Bambu, Jigsaw, Bercerita Berpasangan (Paired Storytelling).

Banyaknya tipe-tipe dari model Pembelajaran Kooperatif merupakan ragam yang dapat digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Dokumen terkait