• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka

4. Pembelajaran Kooperatif

Pengertian kooperatif sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

Menurut, Sanjaya (2006:242) menyatakan bahwa, Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).

Menurut (Solihatin, Raharjo, 2008:4) pembelajaran kooperatif mengandung yang membantu mahasiswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama di antara sesama anggota kelompok akan meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar, produktivitas, dan perolehan belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu kegiatan belajar siswa yang terjadi dalam kelompok dengan latar belakang yang berbeda serta kemampuan akademis yang berbeda pula, dengan suatu tujuan saling membantu di antara sesama dalam mengembangkan pemahaman dan sikap sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dapat meningkatkan keaktifan produktivitas dan perolehan belajar yang lebih baik.

Penerapan model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk perubahan pola pikir dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Karena itu, guru tidak lagi mendominasi kegiatan pembelajaran. Guru lebih banyak menjadi fasilitator dan mediator dari kegiatan dengan model pembelajaran ini. Model pembelajaran ini

membantu dan mendorong siswa untuk merancang dan membangun pengetahuannya sendiri

a. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Slavin (dalam Sanjaya 2006:242), mengemukakan dua alasan mengapa perlu menggunakan pembelajaran kooperatif. Pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain serta dapat meningkatkan kemampuan harga diri.

Kedua, Pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari dua alasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.

Menurut Sanjaya (2006:243) pembelajaran kooperatif mempunyai dua komponen utama yaitu komponen tugas kooperatif dan komponen struktur insentif kooperatif. Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, sedangkan struktur insentif kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok. Struktur insentif dianggap sebagai keunikan dari pembelajaran kooperatif, karena setiap anggota kelompok bekerja keras untuk belajar, mendorong dan memotivasi anggota lain menguasai materi pelajaran, sehingga mencapai tujuan kelompok.

jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang yang dihadapkan pada mereka. Guru bertindak sebagai fasilitator, memberikan dukungan tetapi tidak mengarahkan kelompok ke arah hasil yang sudah disiapkan sebelumnya.

Dalam pembelajaran kooperatif guru siswa memegang peranan penting, siswa adalah individu atau kelompok yang aktif sedangkan guru hanya memandu dan memberi motivasi kepada siswa atau sebagai fasilitator. Guru tidak hanya menuangkan ilmu kepada siswa tetapi siswa berusaha untuk bertanggung jawab mencari dan menemukan informasi untuk dipelajari dengan bantuan guru sendiri.

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok. Struktur insentif dianggap sebagai keunikan dari pembelajaran kooperatif, karena setiap anggota kelompok bekerja keras untuk belajar, mendorong dan memotivasi anggota lain menguasai materi pelajaran, sehingga mencapai tujuan kelompok. hal yang menarik dari pembelajaran kooperatif adalah adanya harapan berupa peningkatan prestasi belajar peserta didik pembentukan relasi sosial, penerimaan terhadap peserta didik yang dianggap lemah, harga diri dan memberi pertolongan kepada yang lain.

b. Unsur-unsur dalam Pembelajaran Kooperatif

(Roger dan David dalam Suprijono 2009:58-61) mengemukakan lima unsur dalam menerapkan pembelajaran kooperatif antara lain:

1) Unsur Saling Ketergantungan Positif

Unsur ini menunjukkan bahwa ada dua pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan

tersebut. Beberapa cara membangun saling ketergantungan positif yaitu: Menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya terintegrasi dalam kelompok, pencapaian tujuan terjadi jika semua anggota kelompok mencapai tujuan. Peserta didik harus bekerja sama untuk dapat mencapai tujuan. Tanpa kebersamaan, tujuan mereka tidak akan tercapai, Mengusahakan agar semua anggota kelompok mendapatkan penghargaan yang sama jika kelompok mereka berhasil mencapai tujuan, mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam kelompok hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok. Artinya, mereka belum dapat menyelesaikan tugas, sebelum mereka menyatukan perolehan tugas mereka menjadi satu, Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang saling mendukung dan saling berhubungan, saling melengkapi, dan saling terkait dengan peserta didik lain dalam kelompok.

2) Unsur Tanggung Jawab Perseorangan

Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama. Beberapa cara menumbuhkan tanggung jawab perseorangan adalah kelompok belajar jangan terlalu besar, melakukan assesmen terhadap setiap siswa, memberi tugas kepada siswa yang dipilih secara random untuk untuk mempresentasikan hasil kelompoknya kepada guru maupun kepada seluruh peserta didik di depan kelas, mengamati setiap

seorang peserta didik untuk berperan sebagai pemeriksa di kelompoknya dan menugasi peserta didik mengajar temannya.

a) Unsur Interaktif Promotif

Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri-ciri interaktif promotif adalah saling membantu secara efektif dan efisien, saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan, memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien, saling mengingatkan, saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi, saling percaya, dan saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.

b) Unsur Keterampilan Sosial

Untuk mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan, peserta didik harus: saling mengenal dan memercayai;mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius;saling menerima dan saling mendukung;mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif

c) Unsur Pemrosesan Kelompok

Pemomresan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa di antara anggota kelompok yang sangat membantu dan siapa yang tidak membantu. Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.

Dari kelima unsur di atas dapat dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Sedangkan

Anita Lie (2007:29) dalam bukunya “Cooperative Learning”, mengemukakan bahwa model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif

Dokumen terkait