• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran Kooperatif

Dalam dokumen Model Pembelajaran Teknik-rev (Halaman 63-66)

BAB III MODEL-MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

C. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) mengacu pada pendekatan pembelajaran di mana siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil yang saling membantu dalam belajar. Banyak terdapat variasi dalam pendekatan kooperatif yang berbeda satu dengan yang lainnya. Kebanyakan melibatkan siswa dalam kelompok yang terdiri dari empat siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (Slavin, 1995) dan ada yang menggunakan ukuran kelompok yang berbeda (Cohen, 1994; Johnson & Johnson, 1994; Kagan, 1992; Sharan & Sharan, 1992). Dalam kelompok tersebut, siswa dilatih keterampilan-keterampilan khusus untuk membantu mereka bekerjasama, sebagai pendengar yang baik, memberikan penjelasan dengan baik, dan mengajukan pertanyaan dengan baik dan benar.

Menurut Slavin (1995), pendekatan pembelajaran kooperatif dapat dibedakan atas dua kategori besar. Satu kategori dapat disebut pendekatan belajar kelompok (group study method), dimana siswa terutama bekerjasama saling membantu mempelajari informasi atau keterampilan yang relatif telah didefinisikan dengan baik, yang oleh Cohen (1994) disebut well structure problems. Kategori yang lain disebut pembelajaran berbasis proyek (project based learning), yang oleh Stern (1996) disebut sebagai active learning. Pendekatan pembelajaran berbasis proyek melibatkan siswa bekerja dalam kelompok untuk menyusun suatu laporan, percobaan, atau proyek yang lain. Metode pembelajaran berbasis proyek (seperti dibahas oleh Krajcik: 1994, dan Sharan: 1992) memusatkan pada masalah-masalah yang belum tersusun dengan baik (illstructure problems).

Teknik-teknik pembelajaran kooperatif memiliki landasan teoretik menurut perspektif filosofis, psikologi kognitif, psikologi sosial, dan psikologi behavioristik. Teknik Group Investigation (GI) misalnya, memiliki landasan filosofi John Dewey, teknik MURDER memiliki landasan psikologi kognifif, teknik MURDER memiliki landasan psikologi sosial, dan teknik STAD memiliki landasan psikologi behavioristik (Jacob: 1996). Masing-masing teknik memiliki ciri khas sehingga diduga akan memberikan dampak berbeda terhadap proses dan hasil belajar siswa.

60

Teknik kooperatif Group Investigation didasari oleh gagasan John Dewey tentang pendidikan, bahwa kelas merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan di dunia nyata. (Jacob: 1996). Dewey mengungkapkan bahwa: (a) siswa hendaknya aktif, learning by doing; (b) belajar hendaknya didasari oleh motivasi intrinsik, (c) pengetahuan bersifat tidak tetap; (d) aktivitas belajar sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa; (e) belajar saling memahami satu sama lain; (f) belajar tentang dunia nyata. Gagasan Dewey dikembangkan oleh Herbert, bahwa kelas merupakan miniatur demokrasi untuk mengkaji masalah-masalah sosial dan antar pribadi (Arends, 1998). Kerja kelompok-kelopok kooperatif yang dilukiskan oleh Dewey dan Thelan memberikan dampak melampaui hasil belajar akademik (Arends, 1998). Dalam diskusi kelopok kooperatif diutarakan keterlibatan higher order thinking, learning by doing, membangun motivasi intrinsik, mengutamakan pilihan siswa, memperlakukan siswa sebagai orang yang bertanggung jawab, pertanyaanpertanyaan terbuka, saling menghormati, dan membangun konsep diri yang positif (Jacob: 1996).

Teknik kooperatif MURDER (Mood, Understand, Recall,Detect, Elaborate, Review) didasari oleh perspektif psikologi kognitif. Fokus dari perspektif ini adalah bagaimana manusia memperoleh, menyimpan, dan memproses apa yang dipelajarinya dan bagaimana proses berpikir dan belajar itu terjadi. Piaget dan Vygotsky sebagai tokoh dalam psikologi kognitif menekankan bahwa interaksi dengan orang lain adalah bagian penting dalam belajar (Jacob, 1999). Teknik MURDER menggunakan sepasang anggota dyad dari kelompok beranggotakan empat orang. Pasangan dyad secara verbal mengemukakan, menjelaskan, memperluas, dan mencatat ide-ide utama dari teks. Proses ini memperkuat siswaan melalui langkah-langkah pendeteksian, pengulangan, dan pengelaborasian (Jacob: 1996). Langkah-langkah tersebut memerlukan keterampilan memproses informasi, menuntut keterlibatan metakognisi, dan membuat keputusan secara rasional.

Teknik kooperatif Student Team-Achievement Divisions (STAD) memiliki landasan konseptual menurut psikologi behavioristik (Jacob: 1996).Teknik STAD dikembangkan oleh Robert Slavin di Universitas John Hopkin (Slavin, 1995). Praktek-praktek kerja kelompok

61

kooperatif STAD cenderung bersifat kompetitif. Teknik kooperatif STAD memiliki ciri-ciri: (a) lebih menekankan motivasi ekstrinsik, (b) tugas-tugas pada tataran kognitif rendah, (c) memandang semua siswa secara seragam, (d) mengabaikan sikap dan hasil belajar diukur dengan tes obyektif, (e) berorientasi pada hasil, (f) dosen memutuskan apa yang akan dipelajari siswa dan memberikan informasi untuk dipelajari oleh siswa.

Berdasarkan komparasi secara teoretik terhadap ketiga teknik belajar kooperatif tersebut, dapat dikatakan bahwa masing-masing akan memberikan dampak yang berbeda terhadap proses belajar dan hasil belajar. Bertolak dari indikator-indikator berikut: (a) pengetahuan keteknikan bersifat tidak tetap, (b) kebebasan adalah unsur utama dalam belajar keteknikan, (c) belajar keteknikan melibatkan pendekatan mind-on dan hand-on, (d) belajar keteknikan menghendaki kerja siswa secara kooperatif, dan (e) belajar keteknikan tidak terlepas dari dunia nyata.

Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk membandingkan pembelajaran kooperatif dengan metode mengajar konvensional (kompetitif), hasilnya secara konsisten menunjukkan keunggulan pembelajaran kooperatif: (a) penggunaan sepanjang tahun metode pembelajaran kooperatif terbukti memberikan hasil belajar yang lebih baik dari pada siswa yang diorganisasi secara kompetitif (Stevens, 1995); (b) siswa dalam kelompok kooperatif yang diajarkan keterampilan komunikasi dan memberi bantuan (Webb, 1995), atau diajarkan setrategi strategi pembelajaran kognitif (Fantuzzo, 1992) belajar lebih baik dari pada siswa dari pada kelompok biasa; (c) siswa yang memberikan penjelasan luas dan mendalam atau ekstensif kepada siswa lain, belajar lebih baik dari pada siswa yang memberikan atau menerima jawaban pendek atau tidak menjawab (Nattiv, 1994; Webb, 1994); (d) ada pengaruh yang nyata pada tujuan-tujuan level-tinggi (Sharan, 1988); (e) di samping hasil belajar ranah kognitif, pembelajaran kooperatif memiliki pengaruh positif pada sejumlah hasil belajar seperti meperbaiki hubungan antar kelompok, percaya diri, dan sikap terhadap sekolah (Slavin, 1995).

Di samping itu, pembelajaran kooperatif juga memiliki manfaat lain, di antaranya adalah: (a) mampu meningkatkan pencurahan waktu pada tugas; (b) rasa harga diri menjadi

62

lebih tinggi; (c) memperbaiki kehadiran; (d) perilaku mengganggu kelas berkurang; (e) konflik antar pribadi dan sikap apatis berkurang; (f) pemahaman lebih mendalam; (g) motivasi lebih besar; (h) hasil belajar lebih tinggi; (i) retensi lebih lama; dan (j) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi (Luridgren, 1994).

Menurut Slavin (1995), hasil yang unggul tersebut, dapat terjadi sepanjang dua kondisi dipenuhi. Dua kondisi tersebut adalah: (a) berbagai bentuk pengakuan atau ganjaran kecil harus diberikan kepada kelompok yang kinerjanya baik, sehingga anggota kelompok itu dapat melihat bahwa menjadi kepentingan mereka bersama untuk membantu belajar teman-teman dalam kelompok mereka; (b) harus ada tanggung jawab individual. Artinya, keberhasilan kelompok itu harus ditentukan oleh hasil belajar individual dari seluruh anggota kelompok.

Untuk memperoleh hasil pembelajaran yang optimal, diperlukan pendekatan yang inovatif Dalam penelitian ini dipilih model pembelajaran kooperatif, dengan memanfaatkan media internet sebagai pengaktif. Fokus kegiatan ini adalah merancang suatu bahan ajar yang isinya mengadaptasi dari bahan ajar yang sudah ada, namun organisasinya bercirikan model pembelajaran kooperatif, yang memungkinkan siswa dapat saling berinteraksi, saling membantu, bekerjasama, baik dalam rangka mencapai perolehan kuantitas isi/materi, dan ke-up to date-an informasi (pencapaian akademik) maupun peningkatan wawasan kerjasama/kooperatif (pencapaian sosial).

Dalam dokumen Model Pembelajaran Teknik-rev (Halaman 63-66)

Dokumen terkait