• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pembelajaran Teknik-rev

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Model Pembelajaran Teknik-rev"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL MODEL PEMBELAJARAN

DR. H. AMAT NYOTO, M.Pd DRS. MADE WENA, M.Pd., M.T

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

(2)

PRAKATA

Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dilakukan secara berkesinambungan dan sampai saat ini terus dilaksanakan. Berbagai upaya telah ditempuh oleh pemerintah dalam usaha peningkatan kualitas pendidiklan, namun sampai saat semua usaha-usaha tersebut belum menampakkan hasil yang maksimal. Salah satu usaha peningkatan kualitas pendidikan yang kini dilakukan pemerintah adalah peningkatan kualitas guru dan dosen, melalui program sertifikasi. Melalui program ini para guru dan dosen diharapkan betul-betul memiliki kemampuan profesional, yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma-norma tertentu.

Salah satu kemampuan dan keahlian profesional utama yang harus dimiliki oleh para pendidik adalah kemampuan bidang pendidikan dan keguruan, khususnya terkait dengan peningkatan kualitas pembelajaran. Seorang guru dan dosen tidak hanya dituntut untuk

menguasai bidang studi yang akan diajarkannya saja tetapi juga harus menguasai dan mampu mengajarkan pengetahuan dan keterampilan tersebut pada peserta didik. Oleh karena itu,

bahan ajar dengan Judul „ Model-Model Pembelajaran“, ini penting artinya bagi guru dan dosen untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran. Disamping itu bahan ajar ini juga sangat berguna bagi para mahasiswa kependidikan, khususnya yang berhubungan dengan matakuliah belajar pembelajaran yang merupakan matakuliah wajib bagi calon-calon guru.

Bahan ajar ini dibagi menjadi 3 bab, yaitu bab 1: Pendahuluan: Konsep Belajar dan Pembelajaran, bab 2: Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, Model Dan Disain Pembelajaran, dan bab 3: Model-Model Pembelajaran yang Efektif.

Dalam penyusunan bahan ajar ini kami telah berusaha melakukan pengkajian dan penelusuran yang mendalam serta berusaha untuk menyampaikan materi secara lengkap dan sistematis, namun tentunya setiap karya tidaklah ada yang benar-benar sempurna. Oleh karena itu kami sangat terbuka atas saran maupun kritik yang bertujuan untuk menyempurkan isi bahan ajar ini. Harapan kami semoga buku ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan serta pengetahuan pembaca, khususnya dalam bidang strategi pembelajaran.

Malang, Mei 2012

(3)

DAFTAR ISI

PRAKATA ……… i

DAFTAR ISI ………... ii

BAB I PENDAHULUAN: KONSEP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN A. Aliran Filsafat ………... 2

B. Madzhab Pendidikan ……… 3

C. Definisi Belajar ………... 4

D. Teori Belajar ……… 5

E. Ciri-Ciri Belajar ……….. 11

F. Tujuan dan Unsur-Unsur Dinamis Belajar ……… 13

G. Bentu-Bentuk Belajar ……… 21

H. Pertanyaan Evaluatif ……… 30

BAB II PENGERTIAN PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK, TAKTIK, MODEL DAN DISAIN PEMBELAJARAN A. Pendekatan Pembelajaran ………. 34

B. Strategi Pembelajaran ……… 35

C. Metode Pembelajaran ………. 37

D. Teknik Pembelajaran ……….. 41

E. Taktik Pembelajaran ……… 41

F. Model Pembelajaran ………... 41

G. Disain Pembelajaran ……….. 46

H. Pertanyaan Evaluatif ……….. 49

BAB III MODEL-MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF A. Pembelajaran Kontekstual ………. 51

B. Pakem ……… 55

C. Pembelajaran Kooperatif ……….. 59

D. Pembelajaran Berbasis Tugas ……….. 62

E. Pembelajaran Berbasis Masalah ……… 63

F. Contoh Langkah-Langkah Model pembelajaran ……….. 67

G. Pertanyaan Evaluatif……….. 97

(4)

1

PENDAHULUAN

KONSEP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

EPITOME Cronbach, Degeng, dsb

(5)

2 TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari bab ini peserta diharapkan dapat: 1. Membedakan pengertian berbagai aliran filsafat

2. Membedakan pengertian belajar ditinjau dari tiga madzhab psikologi pendidikan

3. Menjelaskan berbagai definisi belajar

4. Menjelaskan pengertian belajar dari berbagai perspektif teori belajar

5. Menjelaskan ciri-ciri belajar

6. Menjelaskan macam-macam tujuan belajar menurut Bloom dan Gagne

7. Menjelaskan berbagai macam-macam bentuk belajar

8. Menjelaskan macam-macam bentuk belajar

A.

ALIRAN FILSAFAT

ALIRAN FILSAFAT

IDEALISME

(PLATO)

REALISME ARISTOTELES

RASIONALISME RENE DESCARTES

EMPIRISME THOMAS HOBBES JOHN LOCKE

Ada empat aliran filsafat yaitu: idealisme, realisme, rasionalisme, dan empirisme.

(6)

3

(gagasan) murni yang ada dalam alam fikiran. Realisme (Aristoteles) menyatakan bahwa keadaan itu ada di alam nyata, tidak di konsepkan dari alam fikiran. Rasionalisme, menyatakan bahwa pengembangan dari aliran Idealisme dan lebih bersifat rasional (Rene Descartes): pengetahuan ilmiah tidak berdasarkan pengalaman karena hal yang kita alami selalu berubah-ubah dan tidak bisa menjadi dasar dari pengetahuan. Konsep pengetahuan bersifat idea dasar yang dikembangkan melalui proses penalaran deduktif. Sedangkan

Empirisme (Thomas Hobbes dan dikembangkan oleh John Locke yang selanjutnya

dikenal dengan teori Tabula Rasa atau kertas kosong), menyatakan bahwa sumber harus di cari dalam dunia dan legistimitas dalam demonstrasi.

ALIRAN FILSAFAT

IDEALISME

PLATO REALISME ARISTOTELES

RASIONALISME RENE DESCARTES

EMPIRISME

THOMAS HOBBES JOHN LOCKE

! "#$ % & ' ( # ) * + &(%+,&( &(- . - (, ! %& . % %& & $ (#"& $ $ (, "#% / % * % $ . (0&. ((-

/# "0/+1 (/+#

B.

TIGA MADZHAB PSIKOLOGI PENDIDIKAN

1. Nativisme, bahwa belajar bersumber dari bawaan atau faktor indogin. Artinya apa yang terjadi pada diri manusia memang sudah ada bakat dalam penciptaannya (Arthur Schovenhour).

(7)

4

bagaikan kertas putih yang bersih (belum tertulisi) sebagai obyek untuk diperlakukan sesuai dengan kondisi lingkungan (subyek).

! "#$ % & ' ( # ) * + &(%+,&( &(- . - (, ! %& . % %& & $ (#"& $ $ (, "#% / % * % $ . (0&. ((-

/# "0/+1 (/+#

! , ( #(, . (, #/ &(,*#(, ( # ) * + 2+,&( !+/( +0* &% * ( - (, %&0 #"* ( !+/( +0* % / 3 # " 4 - (, & #*# # &" .# &/ - (, *+"+(, # $ ( - (, *+"+(, ( * - (, # /& , &* ( * " .# &/ - (, "&/ #$ # &"& " , & + - * #( #* %&. *#* ( " "# & % (, ( *+(%&"& &(,*#(, (

"# - *

( 5 6 7

6

3. Konvergensi merupakan gabungan dua kutub paham yang berbeda antara Nativisme dan Empirisme, dan menyatakan bahwa belajar adalah hasil interaksi antara

pembawaan dan lingkungan manusia (William Sternt).

C.

DEFINISI BELAJAR

Ernes ER. Hilgard: “learning is the process by which an activity originates or is charged throught training procedures (whether in the laboratory or in the natural

environments) as disitinguished from changes by factor not attributable to training”

(8)

5

rohaniah, kelelahan, motivasi, perubahan dala situasi stimulus atau factor-faktor samar-samar lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan belajar.

Winkel: belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan , yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan-pemahaman, ketrampilan, dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.

Cronbach: belajar merupakan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman, belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami sesuatu yaitu mempergunakan panca indera.

Gagne: belajar merupakan kecenderungan perubahan pada diri manusia yang dapat dipertahankan selama proses pertumbuhan, belajar merupakan peristiwa yang terjadi dalam kondisi-kondisi tertentu yg dapat diamati, diubah dan dikontrol.

Kimpley: belajar adalah suatu proses untuk mengubah performansi yang tidak terbatas pada keterampilan, tetapi juga meliputi fungsi-fungsi seperti persepsi, emosi, proses berfikir, sehingga dapat menghasilkan perbaikan performansi.

Degeng (1997:3): belajar merupakan pengaitan pengetahuan baru pada struktur kognitif yang sudah dimiliki si belajar. Hal ini mempunyai arti bahwa dalam proses belajar, siswa akan menghubung-hubungkan pengetahuan atau ilmu yang telah tersimpan dalam memorinya dan kemudian menghubungkan dengan

pengetahuan yang baru.

D.

TEORI BELAJAR

1. Teori Behavioristik

Pandangan tentang belajar menurut aliran tingkah laku adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon (Gredler, Margaret Bell, 1986: 42). Menurut behavorisme, reaksi yang begitu kompoleks akan menimbulkan tingkah laku, sebagaimana pendapat R.G Bouring, bahwa: (1) complex system of

(9)

6

adalah: (1) objek psikologi adalah tingkah laku (2) semua bentuk tingkah laku dikembalikan kepada reflek, dan (3) belajar mementingkan terbentuknya kebiasaan.

Edward L. Thorndike (1911) dari Amerika Serikat (dalam teori conectionisme), menyatakan belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan atau gerakan) dan respon( yang juga berupa pikiran, perasaan

atau gerakan). Dasar dari belajar adalah assosiasi antara kesan pancaindera (sense

impression) dan impuls untuk bertindak (impuls to action) atau terjadinya hubungan antara stimulus (S) dan Response ( R ) disebut Bond, sehingga dikenal dengan teori S – R Bond. Di dalam belajar terdapat dua hukum, yaitu hukum primer (Law of Readiness, Law of Exercise and Repetation, dan Law of Effect) dan hukum sekunder (Law of Multiple Response, Law of Assimilation, dan Law of Partial Activity)

Watson sebagai pelopor lain yang datang sesudah Torndike, berpendapat bahwa stimulus dan respon tersebut harus berbentuk tingkah laku yang bisa diamati (observable) (Gredler, Margaret Bell, 1986: 49). Dia mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan mengganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui. Bukan berarti semua perubahan mental yang terjadi dalam benak siswa tidak penting. Tetapi faktor-faktor tersebut tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar sudah terjadi atau belum. Penganut aliran tingkah laku lebih suka memilih untuk tidak

memikirkan hal-hal yang bisa diukur, meskipun mereka tetap mengakui bahwa semua hal itu penting.

Clarh Hull (1943) mengemukakan konsep pokok teorinya yang sangat dipengaruhi oleh teori evolusinya Charles Darwin. Tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup, karena di dalam teori Hull kebutuhan biologis dan pemuasan

kebutuhannya menempati posisi sentral. Kebutuhan dikonsepkan sebagai dorongan (drive), seperti lapar. Haus, tidur dan sebagainya. Stimulus hampir selalu dengan kebutuhan

biologis ini, meskipun respon mungkin bermacam-macam bentuknya.

(10)

7

kebiasan) bila respon tersebut berhubungan dengan berbagai macam stimulus. Sebagai contoh, orang yang mempunyai kebiasaan merokok tidak hanya berhubungan dengan satu macam stimulus (misalnya kenikmatan merokok). Tetapi juga dengan stimulus-stimulus lain seperti minum kopi, berkumpul dengan teman-teman, ingin nampak gagah dan lain-lain.

MENURUT BEHAVORISME, REAKSI YANG BEGITU KOMPOLEKS AKAN MENIMBULKAN TINGKAH LAKU

MENURUT TEORI KOGNITIF , BELAJAR TIDAK HANYA SEKEDAR MELIBATKAN HUBUNGAN ANTARA STIMULUS DAN RESPON, LEBIH DARI ITU BELAJAR MELIBATKAN PROSES BERFIKIR YANG SANGAT KOMPLEKS

TEORI HUMANISTIK LEBIH TERTARIK PADA IDE BELAJAR DALAM BENTUKNYA YANG PALING IDEAL DARI PADA BELAJAR SECARA APA ADANYA, SEPERTI APA YANG BIASA KITA AMATI DALAM DUNIA KESEHARIAN

MENURUT TEORI SIBERNETIK, ITU BELAJAR ADALAH PENGELOLAAN INFORMASI

2. Teori Kognitif

Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar itu sendiri. Belajar tidak hanya sekedar melibatkan hubungan antara stimulus

dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks. Teori ini sangat berkaitan dengan teori Sibernetik. Menurut teori ini, ilmu pengetahuan dibangun

dalam diri seseorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpisah-pisah tetap mengalir, bersambung-sambung menyeluruh. Beberapa pendapat ahli adalah sebagai berikut.

a. Jean Piaget

(11)

8

benak siswa. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Equilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.

b. Model Gestalt

Psikologi mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar Gestalt. Peletak dasar psikologi Gestalt adalah Mex Wertheimenr (1880 – 1943) yang meneliti tentang pengamatan dalam problem solving. Dari pengamatannya ia sangat menyesalkan penggunaan metode menghafal di sekolah dan menghendaki agar murid belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis.

c. Teori “Cognitive-Field” dari Lewin

Kurt Lewin mengembangkan suatu teori belajar Cognitive- field dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologi sosial. Lewin memandang masing-masing individu berada di dalam satu medan kekuatan, bersifat psikologis. Medan kekuatan

psikologis dimana individu beraksi disebut “Life Space” yang mencakup perwujudan lingkungan di mana individu beraksi. Menurut Lewin belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif. Perubahan struktur kognitif itu adalah hasil dari dua macam kekuatan yaitu satu dari struktur medan kognisi itu sendiri, yang lainnya dari kebutuhan dan motivasi internal individu. Lewin memberikan peranan yang lebih pada motivasi daripada Reward.

d. Teori Discovery Learning dari Jerome Bruner

Yang menjadi dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif di dalam belajar di kelas. Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa yang disebut Discovery Learning. Yaitu di mana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.

Banyak pendapat yang mendukung Discovery Learning itu diantaranya J. Dewey

(12)

9

diajarkan secara efektif dalam membentuk intelektual yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Pada tingkat permulaan pengajaran hendaknya dapat diberikan melalui cara-cara yang bermakna. Dan makin meningkat ke arah abstrak.

e. David P. Ausubel

Menurut Ausubel, belajar menerima dan menemukan masing-masing dapat merupakan hafalan atau bermakna, tergantung pada situasi terjadinya belajar. Yang jelas bahwa belajar dengan hafalan berbeda dengan belajar bermakna. Menghafal sebenarnya mendapatkan informasi yang diperoleh tersebut ke dalam struktur kognitif belajar hafalan adalah suatu proses belajar yang dlakukan dengan mengingat kata demi kata. Sedangkan belajar bermakna merupakan rangkain proses belajar yang memberikan hasil yang

bermakna. Belajar dikatakan bermakna jika informasi yang dipelajari siswa disusun sesuai dengan struktur kognitif siswa, sehingga siswa dapat mengkaitkan pengetahuan baru

tersebut dengan struktur kognitifnya.

Menurut Ausubel (1968) siswa akan belajar dengan baik jika apa yang disebut “pengatur kemajuan (belajar)” (advance organizers) didefinisikan dan dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa. Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi (mencakup) semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa.

3. Teori Humanistik

Semangatnya, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Dari keempat teori belajar yang ada (behavioristik, kognitif, humanistik, dan sibernetik) teori humanislah yang paling abstrak, dianggap paling mendekat dunia filsafat

dari pada dunia pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari

(13)

10

Dalam hal ini Bloom dan Rathwohl menunjukkan apa yang mungkin dikuasai (dipelajari) oleh siswa yang tercakup dalam tiga kawasan, yaitu:

(1) Kognitif yang terdiri dari enam tingkatan, meliputi: Pengetahuan mengingat (menghafal); Pemahaman (menginterprestasikan); Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah); Analisis (menjabarkan suatu konsep); Sintesis (menggabungkan bagian –bagian konsep menjadi suatu konsep utuh); Evaluasi (membandingkan nilai-nilai , ide, metode dan sebagainya).

(2) Psikomotor yang terdiri dari lima tingkatan, meliputi: Peniruan (menirukan gerak ); Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak); Ketepatan (melakukan gerak dengan benar); Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar); Naturalisasi( melakukan gerak secara wajar)

(3) Afektif, yang terdiri dari lima tingkatan, meliputi: Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu); Merespon (aktif berpartisipasi); Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia pada nilai-nilai tertentu); Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayai); Pengamalan (menjadi nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup).

Kolb membagi tahapan belajar menjadi empat, yaitu: (1) Pengalaman kongkrit; (2) Pengamatan aktif dan reflektif; (3) Konseptualisasi; dan (4) Eksperimentasi aktif.

Pada tahap paling dini dalam proses belajar, seorang siswa hanya mampu sekedar ikut mengalami suatu kejadian. Dia belum mempunyai kesadaran tentang hakekat kejadian tersebut. Dia pun belum mengerti bagaimana dan mengapa suatu kejadian terjadi seperti itu. Inilah yang terjadi pada tahap pertama proses belajar. Pada tahap kedua, siswa tersebut lambat laun mampu mengadakan observasi aktif terhadap kejadian itu. Serta mulai

berusaha memikirkan dan memahaminya. Inilah yang kurang lebih terjadi pada tahap ketiga, siswa mulai belajar untuk membuat abstraksi atau teori tentang suatu hal yang pernah diamatinya. Pada tahap ini siswa diharapkan sudah mampu untuk membuat aturan –aturan umum (generalisasi) dari berbagai contoh kejadian yang meskipun nampak berbeda-beda tetapi mempunyai landasan aturan yang sama. Pada tahap akhir

(14)

11

Menurut Kolb, siklus belajar semacam itu terjadi secara kesinambungan dan berlangsung di luar kesadaran siswa. Dengan kata lain, meskipun dalam teorinya kita mampu membuat garis tegas antara tahap satu dengan tahap lainnya itu sering kali terjadi begitu saja, sulit kita menentukan kapan beralihnya.

Untuk siswa yang bertipe reflektor, sebaliknya cenderung sangat berhati-hati dalam mengambil langkah. Dalam proses pengambilan keputusan, siswa tipe ini cenderung “konservatif” dalam arti mereka lebih suka menimbang-nimbang secara cermat baik buruk suatu keputusan. Sedang siswa yang bersifat teoris biasanya sangat kritis, senang

menganalisis dan tidak menyukai pendapat atau penilaian yang sifatnya subyektif. Bagi mereka berfikir secara rasional adalah suatu yang sangat penting. Mereka biasanya juga sangat skeptis dan tidak menyukai hal-hal yang berisfat spikulatif. Dan siswa tipe pragmatis menaruh perhatian besar pada aspek-aspek praktis dari segala hal. Teori

memang penting, namun bila teori tidak bisa dipraktekkan, untuk apa ? kebanyakan siswa dari tipe ini tidak suka berlarut-larut dalam membahas aspek teoritis filosofis dari sesuatu. Bagi mereka sesuatu dikatakan ada gunanya dan baik hanya jika bisa dipraktekkan.

4. Teori Sibernetik

Teori belajar sibernetik adalah teori belajar yang dianggap paling baru. Teori berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi. Menurut teori itu belajar adalah pengelolaan informasi. Sekilas teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses. Namun yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses itu. Informasi inilah yang akan menetukan proses.

Asumsi lain dari teori sibernetik adalah tidak ada satu proses belajar pun yang ideal untuk segala situasi, yang cocok untuk semua siswa. Maka, sebuah informasi mungkin akan dipelajari seorang siswa. Maka sebuah informasi mungkin akan dipelajari seorang siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama itu mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.

E.

CIRI-CIRI BELAJAR

(15)

12

kematangan (maturation) dan belajar (learning) atau kombinasi dari kedua peristiwa tersebut.

Kematangan adalah proses perkembangan yang di dalamnya orang dari waktu ke waktu menunjukkan berbagai ciri-ciri yang berbeda bersumber dari cetak biru (blueprint) yang telah dibawanya sejak masa konsepsi masa bertemunya ovum dan spermatozoa. Pada pertumbuhan yang nornal, bayi berusia I tahun, berdiri dan berjalan dengan sendirinya; sebaliknya kita tidak dapat memaksakan bayi baru lahir untuk berdiri dan berjalan. Ke-cenderungan tertarik dengan lawan jenis pada usia sekitar 12 tahun, sejalan dengan cetak birunya bahwa pada usia tersebut telah terjadi perkembangan organ dan fungsi seksual. Orangtua dapat memaksakan anaknya yang masih usia kanak-kanak untuk dikawinkan, namun mereka tidak akan melaksanakan tugas-tugas sebagaimana layaknya suami-isteri. Contoh-contoh itu merupakan bukti bahwa kematangan sebagai determinan dari peristiwa

perkembangan manusia.

Belajar sebagai kebalikan dari kematangan, perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan individu tidak diwariskan dari genetika. Perubahan-perubahan dapat berupa pengertian, tingkah laku, persepsi, motivasi atau kombinasi dari unsur-unsur itu dan selalu menunjukkan perubahan yang sistematis dalam tingkahlaku atau disposisi

tingkahlaku yang terjadi sebagai konsekuensi dari pengalaman dalam situasi tertentu.

Secara definitif terdapat sejumlah pengertian tentang belajar. Pada umumnya orang mengartikan belajar sebagai proses-perubahan tingkahlaku atau perubahan dari tidak tahu/mengerti menjadi tahu/mengerti. Beberapa perbedaan cara pandang mengenai

pengertian belajar dapat difahami sebagai akibat dari pandangan tentang hakekat manusia dan lingkungannya.

(16)

13

F.

TUJUAN DAN UNSUR-UNSUR DINAMIS BELAJAR

1. Tujuan Belajar

Perumusan tujuan belajar lebih banyak terkait dengan teknik mengajar dari sudut pandang behavioristik dan kognitif. Ada tiga alasan pokok mengapa tujuan belajar

dinyatakan yaitu: 1) guru menyatakan tujuan belajar bila ingin siswanya berhasil, 2) memotivasi dan membantu siswa agar dapat lebih efektif dalam belajar, dan 3) evaluasi bagaimana pencapaian tujuan yang baik dan mengambil langkah untuk mengadakan pengajaran remidial bagi yang membutuhkan.

Tujuan perlu diberitahukan kepada siswa. Dalam hal ini Mager menyatakan bahwa sekali seorang guru mengambil keputusan untuk mengajarkan sesuatu,

(17)

14

miliki, dan 3) biarkan siswa menentukan apa yang harus mereka selidiki mengenai informasi dan keterampilan yang diperlukan. Dengan prosedur yang baik ini guru harus memiliki gagasan nyata dalarn memulai suatu ajaran tentang apa yang siswa dapat perbuat.

ADA TIGA HAL YANG HARUS

DILAKUKAN MENURUT

dari siswa, apa yang

dapat mereka

Gagne (1977) membagi lima kategori pokok dari kapabilitas yang harus dipelajari manusia. Kapabilitas itu terdiri atas 1) keterampilan intelektual, 2) strategi kognitif 3) informasi verbal, 4) keterampilan motor, dan 5) sikap.

Keterampilan Intelektual. Keterampilan ini merupakan kapabilitas yang membuat orang kompeten. la memungkinkan seseorang merespon konseptualisasi lingkungan. Dalam perkembangannya ia dipengarubi oleh kondisi internal dan ekstemal.

Wujud dari keterampilan ini dalam diri seseorang berupa kaidah (rule) yang terdiri atas diskriminasi, konsep, kaidah, dan kaidah dalam tataran yang tinggi (problem solving). Ada

(18)

15

dipelajari sebelumnya, 2) ada perbedaan penting dalam kondisi belajar yang diperlukan untuk setiap tipe keterampilan intelektual.

Strategi Kognitif merupakan keterampilan internal yang terorganisir tentang memilih dan mengarahkan proses internal yang limit dalam memutuskan dan memecahkan masalah-masalah baru. Kapabilitas ini dipengaruhi pula oleh kondisi internal dan ekstemal. Kunci dari kapabilitas ini ada pada kemampuan manusia untuk mengelola dirinya.

Informasi Verbal adalah suatu kapabilitas untuk menyimpan informasi yang didapat dalam belajar yang akan dikeluarkan kembali jika diperlukan. Informasi ini sangat penting karena 1) untuk mengetahui kenyataan atau fakta tertentu, 2) merupakan bantuan dan yang menyertai belajar, dan 3) sebagai penspesialisasian pengetahuan.

Keterampilan Motor merupakan satu atau beberapa kapabilitas pada manusia yang nyata untuk mengamati dan menjalankan atau mengoperasikan sesuatu.

Sikap merupakan kapabilitas yang dimiliki siswa tentang memilih

(19)

16

Benyarnin S. Bloom membagi tujuan pendidikan atas tiga ranah (domain) yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam ranah kognitif hasil belajar tersusun dalam enam tingkatan yaitu 1) pengetahuan, 2) pemahaman, 3) aplikasi, 4) analisis, 5) sintesis, dan 6) evaluasi. Ranah afektif meliputi sikap dan nilai- nilai terdiri atas 1) penerimaan. (perhatian), 2) responding, 3) valuing, 4) organisasi, 5) karakterisasi melalui suatu nilai atau kompleks nilai. Terakhir, ranah psikomotor terdiri atas 1) persepsi, 2) set 3) respon terkendali, 4) mekanisme, 5) respon kentara yang kompleks, 6) adaptasi, dan 7) keaslian.

! "

Ada beberapa saran apabila kita bermaksud mengembangkan tujuan belajar. Tujuan kognitif akan lebih tepat bila dapat menjawab: Untuk siapakah dan dalam kondisi yang bagaimana kah tujuan seringkali meningkatkan belajar? Melton (1978)

menyimpulkan 1) Tujuan akan berfungsi baik jika anak menyadarinya sebagai arah untuk

mempelajari bagian-bagian tertentu dan merasa bahwa tujuan itu membantu dirinya; 2) Anak-anak dengan kemampuan rata-rata akan lebih diuntungkan ketimbang anak dengan

(20)

17

harus dapat menjawab pertanyaan secara tepat yang berkaitan secara langsung dengan tujuan yang direncanakan; 7) Anak yang diberi tujuan cenderung menggunakan waktu lebih untuk mempelajari materi yang cocok dengan tujuan.

Saran terhadap pengajaran yang menggunakan tujuan kognitif 1) Ketika merencanakan setiap unit belajar, siapkan daftar istilah dan fakta yang perlu diketahui siswa; 2) Pusatkan- perhatian pada dalil dan rumus yang membantu anak beIajar dan mememhkan masalah; 3) Telaah bab atau unit belajar untuk menentukan kecenderungan dan unsurnya sehingga dapat dijabarkan; 4) Pusatkan perhatian pada teknik

mengklasifikasi intonasi atau untuk menghubungkan antar orang, obyek dan kejadian dengan menempatkan menurut kategorinya; 5) Jika anda menyuruh siswa membuat penilaian, berikan kreterianya yang memungkinkan mereka gunakan untuk menentukan kualitas dan efektifitas serta nilai; 6) Bila mengajar siswa yang lebih tua, pusatkan

perhatian pada prinsip, hukum, teori, dan bagaimana mereka membuat pemahaman atas berbagai kejadian; 7) Bukti usaha sistematik sebagai cara mendorong siswa

menterjemahkan, menginterpretasi, menganalisis, mensintesis, eksuvolasi, dan mengevaluasi.

(21)

18

Saran terhadap penggunaan tujuan psikomotor:

1). Kapan saja mungkin dan cocok, analisislah sebuah keterampilan untuk memanfaatkan kemampuan psikomotor tertentu yang perlu untuk ditampilkan, selanjutnya susunlah komponen kemampuan agar dapat membantu siswa menguasai keterampilan tersebut sesuai dengan unitnya.

2). Ajarkan demonstrasi (seperti halnya praktek siswa) dan berikan bimbingan verbal untuk penguasaan keterampilan milih secara tuntas. Tahapan ini meliputi (a) Demontrasikan seluruh prosedur, kemudian urutkan langkah - langkah secara unit untuk diikuti, dan akhimya demonstrasikan keterampilan sekali lagi langkah demi langkah; (b) Sediakan waktu yang cukup bagi siswa untuk berlatih dengan segera begitu demonstrasi selesai; (c) Berilah bimbingan secara verbal atau dengan suatu cara yang memungkinkan siswa untak menampilkan keterampilan mereka sendiri; (d)

Berilah bimbingan dalam suasana yang santai, tanpa kritik dan dalam bentuk yang positif.

3) Bila menyajikan sebuah keterampilan baru, berilah bantahan dan dorongan ekstra bagi pemula-pemula yang lamban; 4) Buatlah (pertama-tama) agar siswa sangat berminat dan bersemangat. Bila minat (perhatian) atau kemajuan siswa mendatar, dorong dengan terus berlatih untak mempertahankan keterampilan atau membantu siswa menguasai teknik-teknik yang lebih maju.

Banyak pertanyaan muncul mengenai cara menyatakan tujuan. Robert Mager menyatakan 1) pernyataan tujuan harus mengandung kata-kata atau simbol-simbol yang menggambarkan sesuatu yang sungguh-sungguh dari pendidikan; 2) agar kesungguhan tercapai, rancanglah sesuatu yang dapat dilakukan; 3) rancanglah suatu terminal tingkahlaku; 4) tulislah sejumlah pernyataan untuk setiap tujuan, dan 5) jika sedang memberi pelajaran, berilah catatan mengenai tujuan.

Gronlund menyarankan bahwa cara, yang diajukan Mager itu hanya cocok untuk mengajar yang sifatnya khusus. la menyatakan bahwa tujuan adalah yang pertama dan pen-jelasan yang menjadi titik pokok adalah prinsip-prinsip umum. Untuk itu ia.

(22)

19

tujuan umum suatu daftar hasil belajar khusus; 3) Daftar hasil belajar khusus perlu

diperiksa kembali; hati-hati untuk tidak menghilangkan tujuan yang kompleks karena sukar untuk menentukan tingkahlaku yang spesifik; 5) Konsultasikan alat untuk membantu mengidentifikasi tipe-tipe tingkahlaku yang khusus yang paling layak untuk menjelaskan tujuan kompleks.

Ojemann cenderung melibatkan siswa dalam penulisan tujuan. Sarannya terhadap pernyataan tujuan: 1) Gunakan pendekatan kontrak dengan melibatkan siswa, tertentu dalam menetapkan tujuan.individu dan prosedur evaluasi; 2) Bila. pelajaran

menitikberatkan informasi pertimbangkan urutan di atas; 3) Bila pelajaran

menitikberatkan konsep, prinsip, dan dalil-dalil maka perhatikan pendapat Gronlund di atas; 4) Jika pelajaran menginginkan agar siswa berani dalarn mengembangkan

kemampuan persepsi mereka, buat diskusi tentang mengapa alat-alat dan materi itu penting

dalam belajar; 5) Cobalah untuk menyadari kembali mengenai luasnya belajar yang kamu kontrol. Hal ini akan memungkinkan untuk membantu anak dalam membuat pilihan dan dalam mengelola belajar mereka; dan 6) Sesudah mendaftar tujuan kognitif dalarn suatu pelajaran periksa tujuan yang paling baik dalarn rancangan tersebut.

Cara merumuskan tujuan yang paling memadai hendaknya kita memandang manusia sebagai kebulatan yang utuh (fully finctional person). Walaupun kita memandang bahwa padanya terdapat aspek-aspek khusus (kognitif, afektif, dan psikomotor) mereka harus diperlakukan secara terpadu. Atas dasar pandangan terhadap manusia ini maka perumusan tujuan mempersyaratkan: 1) kita berdiri pada posisi tertentu (pendekatan kognitif, pendekatan afektif, atau pendekatan psikomotor) dalam merumuskan tujuan; 2) Ketika merumuskan suatu tuJuan belajar, misalkan kognitif, kita mengaitkan rumusan tujuan itu dengan aspek lain yang berdekatan tujuan ini diranah afektif atau psikomotor, 3) Ridses perumusan dirancang bersama siswa agar kemauan mereka untuk mencapainya lebih tinggi; 4) Masih dimungkinkan revisi tujuan sejalan dengan perkembangan belajar, ketika pencapaian tujuan itu sendiri sedang berproses.

(23)

20

yang spesifik, dapat diukur dari tujuan belajar. C adalah conditions yaitu dengan cara begaimana dan dalam situasi apa tingkahlaku yang dimaksud dapat dicapai. D kependekan dari. degree yaitu seberapa jauh secara minimal tingkahlaku itu dikuasai audience. Sebagai contoh dikemukakan rumusan tujuan sebagai berikut:

Ranah kognitif: Membaca bacaan tentang aeromodeling siswa (A) dapat menemukan Kalimat inti (B) dari setiap paragraf tanpa ada satu paragrafpun yang salah (W).

Ranah afektif : Menaiki kendaraan bermotor di jalan raya (C), siswa (A) memilih untuk memakai sabuk pengaman (B) untuk menjaga keselamatan diri dari kecelakaan (D).

Ranah psikomotor: Menggunakan jangka (C), siswa (A) menggambar Q lingkaran dengan tepat

2. Unsur-Unsur Dinamis Belajar

UNSUR-UNSUR

DINAMIS BELAJAR

Dalam peristiwa belajar terdapat sejumlah unsur yang berpengaruh menjadi pendukung atau sebaliknya menjadi penghambat. Secara garis besar unsur belajar yang dimaksud adalah faktor internal

(24)

21

PENDENGARAN FISIOLOGIS PENGLIHATAN

KONDISI FISIK KECERDASAN/BAKAT

MOTIVASI PSIKOLOGIS PERHATIAN

BERPIKIR INGATAN LINGKUNGAN INT DALAM KAMPUS

BELAJAR EKS LUAR KAMPUS KURIKULUM SISTEM PENYAJIAN BAHAN BELAJAR

METODE

UNSUR-UNSUR DINAMIS BELAJAR

Dalam peristiwa belajar terdapat sejumlah unsur yang berpengaruh menjadi

pendukung atau sebaliknya menjadi penghambat. Secara garis besar unsur belajar yang dimaksud adalah faktor intemal dan faktor ekstemal. Faktor internal ialah faktor yang

bersumber dari dalam diri siswa/mahasiswa sedangkan faktor ekstemal bersumber dari luar diri siswa/mahasiswa.

G.

BENTUK-BENTUK BELAJAR

1. Belajar menurut A.de Block

Bentuk belajar menurut A. De Block dibedakan menjadi tiga , yaitu : (a) Bentuk belajar menurut fungsi psikis; (b) Bentuk belajar menurut materi yang dipelajari; (3)

Bentuk belajar yang tidak begitu disadari.

a. Belajar dinamik

Bentuk belajar ini ciri khasnya terletak dalam belajar menghendaki sesuatu secara wajar, sehingga orang tidak sembarang menghendaki dan juga tidak menghendaki

(25)

22 b. Belajar afektif

Ciri khas belajar ini adalah menghayati nilai dari obyek –obyek yang diadapi melalui alam perasaan , baik berupa orang , benda, maupun peristiwa. Ciri yang melalui alam perasaan , baik berupa orang , benda maupun peristiwa. Ciri yang lain adalah belajar mengungkapkan perasaan dalam bentuk ekspresi yang wajar. Perasaan seseorang dapat berupa senang atau tidak senang, kemudian orang tersebut mendekati apa yang disenangi atau menjauhi apa yang tidak di senangi. Selanjutnya fungsi dinamik dan afektif

merupakan dua hal yang berkaitan , karena setiap kehendak dan kemauan disertai perasaan dan setiap perasaan mengandung dorongan untuk berkehendak dan berkemauan.

c. Belajar kognitif

(26)

23

Menurut Winkel (1991) , dalam belajar kognitif didapatkan dua aktifitas kognitif yaitu mengingat dan berfikir.

Lebih lanjut Winkel menyatakan ada dua bentuk mengingat , yaitu : (a) mengenal kembali; (b) Mengingat Kembali. Adapun berfikir , Winkel menyatakan bahwa manusia berhadapan dengan obyek –obyek yang mewakili dalam kesadaran , jadi obyek hadir dalam bentuk suatu representasi.

Dan menurut Sumadi(1998), terdapat tiga langkah dalam berfikir , yaitu: (1) pembentukan pengertian, (2) pembentukan pendapat, (3) penarikan kesimpulan.

d. Belajar sensori motorik

Ciri khas belajar terletak pada belajar menghadapi dan menangani obyek-obyek secara fisik , termasuk kejasmanian manusia sendiri. Dalam belajar ini baik aktivitas mengamati melalui alat-alat indera (sensorik), maupun bergerak dan menggerakkan (motorik) memegang peranan penting, sehingga gangguan pada alat indera menimbulkan

kesulitan dalam mengamati dan bergerak.

e. Belajar teoritis

Jenis belajar ini bertujuan untuk mendapatkan semua data dan fakta (pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk memecahkan problem seperti pada bidang studi ilmiah. Cakupan dalam belajar ini meliputi: (1) konsep, (2) relasi, (3)struktur hubungan.

f. Belajar teknis

Belajar ini mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam menangani dan memegang benda-benda serta menyusun bagian-bagian materi menjadi keseluruhan.

Belajar ini juga disebut belajar motorik.

Cakupan dalam belajar ini meliputi : fakta, konsep, struktur, dan metode.

(27)

24

Belajar ini bertujuan mengekang dorongan dan kecenderungan spontan , demi kehidupan bersama dan memberikan kelonggaran kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya.

Syah (1991) menyatakan proses belajar perkembangan sosial perlu ditekankan

pada perlunya pembiasaan merespons (conditioning) dan peniruan (imitation). Cakupan dalam belajar ini meliputi : fakta, konsep, struktur, dan metode.

h. Belajar estetis

Belajar ini bertujuan membentuk kemampuan menciptakan dan menghayati keindahan diberbagai bidang kesenian. Cakupan dalam belajar ini meliputi : fakta, konsep, struktur, dan metode.

i. Bentuk Belajar Yang Tidak Begitu Disadari

Sebagai manusia , tentunya bergaul dengan lingkungannya, manusia belajar banyak hal yang berguna untuk mengatur kehidupannya. Dalam jenis belajar ini menurut Winkel (1991), meliputi: (1) belajar insidental, (2) belajar tersembunyi, (3) belajar mencoba-coba.

j. Belajar insidental

Belajar berlangsung bila orang mempelajari sesuatu dengan tujuan tertentu tetapi di samping itu juga belajar hal lain yang sebenarnya tidak menjadi sasarannya.

Misalnya seorang membaca Koran bekas , namun terasa tidak direncanakan , tiba-tiba mereka menemukan artikel yang menarik , sehingga berguna menambah wawasan.

k. Belajar bersembunyi

Belajar dapat terjadi bila guru merencanakan supaya siswa belajar sesutau tanpa mereka menyadari sedang belajar yang dimaksud oleh guru.

Misalnya, belajar melalui upacara bendera, siswa secara implisit dilatih belajar disiplin.

l. Belajar dengan mencoba-coba

(28)

25

Dalam eksperimen tersebut kucing belajar, yaitu membuat assosiasi antar perangsang dan reaksi.

Dengan demikian , hakekat belajar mencoba-coba adalah melakukan kegiatan belajar dengan sifat trial and error yang pada akhirnya menemukan hasil, yang semua tidak seberapa disadari.

Contoh lain dari belajar ini adalah: Seseorang mengutak-atik jam dinding di kelas yang mengalami ganguan, lama kelamaan orang tersebut menemukan jawaban dari

masalah jam tersebut, sehingga orang tersebut dapat membetulkan jam dinding yang serupa tanpa coba-coba lagi.

2. Belajar Menurut Van Parreren a. Belajar membentuk otomatisme

Jenis belajar ini meliputi belajar keterampilan motorik, tetapi juga dapat meliputi belajar kognitif. Winkel (1991) menyatakan ciri khas dari hasil belajar ini terletak pada

otomatisasi sejumlah rangkaian gerak-gerik yang terkoordinir satu sama lain, seperti dalam mengoperasikan komputer.

Pada belajar tersebut , fase kognitif dimana orang mulai mengetahui macam-macam hal mengenai keterampilan, serta fase latihan dimana orang akan berlatih intensif keterampilan tersebut. Keuntungan dari mempunyai kemampuan yang telah menjadi suatu otomatisme adalah orang dapat mencurahkan perhatian pada aktivitas lain, misalnya menyusun karangan sambil mengetik.

b. Belajar Insidental

Orang belajar sesuatu tanpa mempunyai intensi atau maksud untuk mempelajari hal tersebut, dan tidak direncanakan sebelumnya.

c. Belajar Menghafal

Bentuk belajar ini peran memori jangka panjang. Orang menanamkan kembali

(29)

26

menghafal tersimpan semacam program informasi yang dapat diputar kembali saat dibutuhkan.

Misalnya: dalam menghafal barisan bilangan , orang memanfaatkan kaidah yang terandung di dalamnya.

Syarat lain dalam menghafal adalah mengulang kembali materi hafalan, sehingga tertanam dalam ingatan. Menurut Dimyati dan Haryono (1999). Dengan pengadaan pegulangan daya-daya (daya mengamati, mengingat, berfikir , merasakan, dan lain-lain) akan menjadi sempurna.

d. Belajar Pengetahuan

Melalui bentuk belajar ini orang dapat mengetahui berbagai macam data mengenai kejadian, keadaan, benda-benda dan orang . ciri khas dari hasil belajar yang diperoleh ialah orang dapat merumuskan kembali pengetahuan yang dimiliki dalam kata-kata sendiri.

Menurut Van Patreren (dalam Winkel, 1991) pengetahuan dibedakan antara pengetahuan yang fungsional dengan pengetahuan yang tersedia saja. Untuk itu disarankan selama proses belajar pengetahuan perlu diusahakan agar pengetahuan yang baru di

hubungkan dengan pengetahuan yang dimiliki , sehingga pengetahuan yang dimiliki bersifat fungsional.

Hal ini senada dengan Wayan Seregeg(1989), hendaknya dalam belajar

pengetahuan perlu mengkonseptualisasikan informasi yang baru dengan konsep yang telah dimiliki, agar belajar anak menjadi penuh kebermaknaan (meaning verbal leraning)

Dalam belajar pengetahuan perlu juga diperhatikan perkembangan intelektual anak, sebab pengetahuan dibentuk oleh individu karena indivdu berinteraksi terus menerus

dengan lingkungan

Adapun tahap perkembangan intelektual menurut Piaget adalah sebagai berikut: (1) Sensori motorik(0-2 tahun) , anak mengenal lingkungan dengan penglihatan ,

(30)

27

error; (4) Operasi formal (11 tahun keatas), dapat berfikir abstrak seperti pada orang dewasa.

e. Belajar arti kata-kata

Dalam belajar ini orang dapat menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan.

f. Belajar konsep

Dalam belajar ini orang mengadakan abstraksi, yaitu dalam obyek-obyek yang meliputi benda kejadian, dan orang , yang ditinjau pada aspek-aspek tertentu saja.

Konsep menurut Winkel (1991), adalah satuan arti yang mewakili sejumlah obyek yang memiliki ciri-ciri yang sama. Dengan demikian belajar konsep merupakan salah satu cara belajar dengan pemahaman. Contoh, prisma adalah bangun ruang yang memiliki atap dan alas sama panjang.

g. Belajar memecahkan problem melalui pengamatan

Dalam belajar ini , orang juga diharapkan pada suatu problem yang harus

dipecahkan dengan mengamati baik-baik, dengan mengadakan pengamatan yang teliti dan reorganisasi terhadap unsur-unsur di dalam problem. Berdasarkan melalui perubahan dalam pengamatan lahirlah suatu pemahaman yang membawa ke pemecahan problem.

h. Belajar berfikir

Pada jenis belajar ini, orang juga dihadapkan pasa suatu problem yang harus dipecahkan , namun tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan. Problem harus dipecahkan melalui operasi mental, khususnya mempergunakan konsep dan kaidah serta metode-metode bekerja tertentu

Misalnya, anak diminta melengkapi dua bilangan berkutnya setelah bilangan 1-4-7-10, maka anak menemukan kaidah +3, sehingga dengan mudah mendapatkan bilangan berikutnya.

(31)

28

Proses belajar seseorang yang sangat menyadari tuntutan dalam belajar, sekaligus caranya dia bekerja, sehingga orang tersebut melakukan serangkaian kegiatan sistematis yang meliputi, orientasi bacaan, dan membuat langkah-langkah untuk memecahkan maslah. Setelah hasilnya, orang tersebut mengadakan refleksi tepat atau tindakan langkah tersebut. Kalau tidak tepat dianalisa jangan sampai terulang kembali langkah tersebut. Dan bila tepat ditinjau lagi apa yang membuat tepat ,sehingga orang dapat menghubungkan hasil yang baru diperoleh dengan apa yang dipahaminya.

j. Belajar dinamik

Bentuk belajar ini dibentuk kemauan, sikap, motif, dan modalitas perasaan yang semuanya, mengambil bagian dalam pembentukan watak, di mana kemauan, sikap, motif, dan perasaan merupakan sumber energi yang mendorong seseorang dalam melakukan kegiatan / aktivitas , yang didalamnya termasuk belajar.

5. Belajar Menurut Gagne

Gagne menyusun bentuk belajar yang semula delapan tipe belajar kemudian menjadi lima bentuk belajar. Kedelapan tipe belajar tersebut adalah:

TIPE BELAJAR

Menemukan cara mencegah sebuah bola berguling pada alas yang miring

Menemukan cara memeperoleh energi dari tenaga atom, tanpa mencemarkan lingkungan hidup

VII Belajar kaidah (Rule learning)

Menghubungkan beberapa konsep

“Benda yang bulat berguling pada alas bidang miring”

“2 x 8 = 16 (dua kali delapan sama dengan enam belas)”

VI Belajar konsep (concept learning)

Menempatkan obyek-obyek dalam kelompok tertentu (klasifikasi)

“Manusia, ikan paus, kera anjing, adalah hewan menyusui”

“Pensil, spidol, pulpen, ballpoin adalah alat-alat tulis”

Menyebutkan merk mobil-mobil yang lewat dijalan

“inilah beras C; yang ini beras B & yang ini beras Rajalele; yang ini beras merah

IV Belajar asosiasi verbal (chaining

Memberikan reaksi verbal pada suatu

(32)

29

“Ini gambar apa? “boneka”orang” III Belajar

Membuka pintu mobil – duduk- kontrol porseneling-menghidupkan mesin-menekan kopling-pasang porseneling 1 –menginjak gas Memegang jangka bagian atas , jangka dibuka – dibuat lingkaran dilepaskan- ditutup kemabli-diletakkan.

Burung merpati mematuk lingkaran –diberi makan. akan diulang-ulang

“coba salaman dengan paman”-mendapat senyuman. Akan diulang-ulang

Guru memuji tindakan anak-anak –cenderung mengulang

Bunyi bel sebagai tanda akan disajikan makanan –mulut siap dengan air liur

Kilat sebagai tanda akan suara guntur – jntung berdebar-debar

Guru sejarah yang galak ditakuti murid-murid tidak senang dengan sejarah

Dari tipe-tipe belajar tersebut, tipe I s/d IV oleh Gagne dianggap tidak begitu relevan bagi belajar di sekolah. Ini berarti, bahwa keempat tipe sama sekali tidak berperan di sekolah. Tipe V s/d VIII lebih menonjol di dalam belajar pada bidang kognitif , yang memang diutamakan di sekolah.

6. Belajar Menurut Robert H. Davis, Dkk a. Belajar konsep

Definisi konsep seperti dijelaskan sebelumnya, yaitu satuan arti yang dimilki sejumlah obyek yang ciri sama adalah satu dari sekian definisi yang ada. Beberapa ahli mendefinisikan konsep sebagai pengalaman mental , abstraksi dari pengalaman di dunia, ide, dan stimuli.

Dengan belajar konsep, manusia akan dapat dengan mudah menamai obyek/ sesuatu dengan baik. Kapasitas manusia dalam mengungkapkan dengan kata-kata ,

(33)

30 b. Belajar prinsip

Dengan belajar konsep, diatas , orang dapat mengklasifikasikan macam-macam fenomena yang ada. Selanjutnya dengan prinsip yang berasal dari kombinasi kaidah-kaidah (seperti penjelasan diatas), dapat memperkirakan , menjelaskan dan mengontrol fenomena.

Dengan kata lain , kaidah-kaidah yang tersusun dalam suatu pernyataan dapat dijelaskan dengan beberapa bentuk lain, misalnya:

“seorang guru marah-marah ketika semua siswa dikelas ramai prinsipnya dapat dijelaskan guru tersebut marah karena siswa ramai.”

c. Pemecahan masalah

Belajar ini membutuhkan bentuk belajar sebelumnya, yaitu konsep, kaidah dan prinsip, sebab jenis belajar ini merupakan kompleksitas dari penggunaan belajar

sebelumnya. Secara umum proses pemecahan masalah diawali dari memahami masalah yang ada merencanakan pemecahanya tindakan pemecahan hasil .

d. Kemampuan motor perceptual

Kemampuan motor-perseptual diartikan sebagai pengkoordinasian otot-otot untuk sebuah tindakan secara baik/ sukses. Atau perseptual sendiri diartikan kepada sebuah proses yang kompleks. Contoh : seorang dewasa akan lebih dapat mengatur (menentukan ukuran dan ketepatannya) dengan baik sebuah ruangan dari pada seorang anak.

H. PERTANYAAN EVALIATIF

1. Setelah mempelajari konsep/pengertian tentang belajar dari berbagai pakar,

menurut anda apakah sebenarnya hakekat dari belajar?

2. Jelaskan perbedaan antara teori belajar Behavioristik, kognitif dan humanistic

3. Jelaskan manfaat penyampaian tujuan pembelajaran bagi siswa maupun guru, pada setiap proses pembelajaran.

4. Bedakan pengertian belajar ditinjau dari tiga madzhab psikologi pendidikan

(34)

31

6. Jelaskan ciri-ciri belajar berdasar usia dan kematangan

7. Jelaskan macam-macam tujuan belajar menurut Bloom dan Gagne

8. Jelaskan berbagai macam-macam bentuk belajar

(35)

32

PENGERTIAN PENDEKATAN,

STRATEGI, METODE, TEKNIK,

TAKTIK, MODEL, DAN DISAIN

PEMBELAJARAN

BERPUSAT PADA SISWA BERPUSAT PADA GURU

PENGORGANISASIAN PENYAMPAIAN PENGELOLAAN

Ceramah,, Demontrasi, Diskusi, Diskusi Kelompok, Simulasi , Pengalaman Lapangan, Curah Pendapat, Bermain Peran, dan

(36)

33 TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari bab ini peserta diharapkan dapat: 1. Menjelaskan macam-macam pendekatan pembelajaran 2. Menjelaskan pengertian strategi pembelajaran

3. Menjelaskan berbagai macam metode pembelajaran 4. Menjelaskan pengertian teknik pembelajaran 5. Menjelaskan pengertian taktik pembelajaran

6. Membedakan empat jenis model pembelajaran menurut Joice and Weil 7. Menjelaskan pengertian disain pembelajaran

MATERI

Pada bagian ini akan dibahas beberapa istilah dalam pembelajaran yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut antara lain adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi

pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran (Sudradjat), serta (7) disain pembelajaran. Posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

d Disain

(37)

34

Semua hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal. Yaitu semakin digunakannya berbagai pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, taktik pembelajaran, model pembelajaran dan disain pembelajaran. Sebagaimana digambarkan di bawah ini, pencapaian hasil pembelajaran siswa semakin meningkat seiring dengan semakin

kompleks dan optimalnya kombinasi berbagai pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik, model, dan disain pembelajaran yang digunakan, untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal.

National Training Laboratories, Bethel, Maine, USA

A. PENDEKATAN PEMBELAJARAN

Pendekatan pembelajaran merujuk pada peristiwa tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, yang didalamnya mewadahi, menginsiprasi,

(38)

35 B. STRATEGI PEMBELAJARAN

Strategi pembelajaran diartikan sebagai cara-cara, sehinga terwujud suatu -urutan langkah prosedural yang dapat dilakukan untuk mencapai kondisi pembelajaran yang dapat dilakukan untuk mencapai kondisi pembelajaran yang optimal. Degeng (1997),

mengutarakan bahwa, strategi pembelajaran dapat dipilah menjadi tiga bagian yaitu strategi pengorganisasian, strategi penyampaian isi pembelajaran, dan strategi pengelolaan pembelajaran.

Strategi pengorganisasian isi pembelajaran, mengacu pada penataan cara-cara pengurutan isi bidang studi (mata pelajaran) agar terjadi keterkaitan antara topik satu dengan topik yang lain yang terdapat dalam bidang studi tersebut. Keterkaitan antara topik yang satu dengan topik yang lain akan lebih memberikan makna pada siswa. Strategi penyampaian isi pembelajaran, mengacu pada cara-cara untuk menentukan metode pembelajaran sekaligus untuk merespon masukan siswa serta penataan cara-cara

(39)

36

komponen strategi lainnya. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi penjadwalan, pembuatan catatan kemajuan belajar siswa, pengelolaan motivation, serta kontrol belajar (Merrill).

POSISI STRATEGI

Sementara itu, Kemp mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan mengatur kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning. Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.

Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk

mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata

(40)

37

paling efektif; (3) mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran; dan (4) menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.

PENDEKATAN PEMBELAJARAN: Mengacu pada pola

dominasi keaktifan orang2 yang terlibat didalamnya. Dikenal ada dua dari sisi keaktifan guru siswa, dikenal sebagai: (teacher centered dan learner centered). Kooperatif dan kolaboratif masuk sebagai sub pendekatan learner centered.

STRATEGI PEMBELAJARAN: Mengacu pada tata cara

penyiapan dan pelaksanaan pembelajaran, sehingga dikenal ada 3 strategi yaitu: strategi penataan isi, strategi pengelolaan, dan strategi penyampaian.

METODE PEMBELAJARAN: Mengacu pada satuan

cara mengajar misal : diskusi, ceramah, tanya jawab, penugasan, pencarian, demonstrasi, dll.

C.METODE PEMBELAJARAN

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara (dari berbagai macam cara) yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran, baik sendiri, maupun dikombinasi dengan motode lainnya, yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) permain, dan sebagainya.

1. Metode ceramah

Yang dimaksud disini adalah ceramah dengan kombinasi metode yang bervariasi. Mengapa disebut demikian, sebab ceramah dilakukan dengan ditujukan sebagai pemicu

terjadinya kegiatan yang partisipatif (curah pendapat, disko, pleno, penugasan, studi kasus, dll). Selain itu, ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah yang cenderung interaktif, yaitu

melibatkan peserta melalui adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan

(41)

38

transparansi yang ditayangkan dengan OHP, bahan presentasi yang ditayangkan dengan LCD,

tulisan-tulisan di kartu metaplan dan/kertas plano, dll.

2. Metode demonstrasi

Metode demonstrasiadalah metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta

dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada peserta. Karena itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi proses untuk memahami langkah demi langkah;

dan demonstrasi hasil untuk memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah proses.

Biasanya, setelah demonstrasi dilanjutkan dengan praktek oleh peserta sendiri. Sebagai hasil,

peserta akan memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat, melakukan, dan merasakan sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang dikombinasikan dengan praktek adalah

membuat perubahan pada rana keterampilan.

3. Metode diskusi

Metode ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/pengalaman

diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan, kesimpulan). Untuk mencapai kesepakatan tersebut, para peserta dapat saling beradu argumentasi untuk meyakinkan peserta lainnya. Kesepakatan pikiran inilah yang kemudian ditulis sebagai hasil

diskusi. Diskusi biasanya digunakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penerapan

berbagai metode lainnya, seperti: penjelasan (ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok,

permainan, dan lain-lain.

4. Metode diskusi kelompok

Sama seperti diskusi, diskusi kelompok adalah pembahasan suatu topik dengan cara

tukar pikiran antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Metode ini dapat membangun suasana saling menghargai perbedaan pendapat dan juga meningkatkan partisipasi peserta yang masih belum banyak

berbicara dalam diskusi yang lebih luas. Tujuan penggunaan metode ini adalah

mengembangkan kesamaan pendapat atau kesepakatan atau mencari suatu rumusan terbaik

(42)

39

Pleno adalah istilah yang digunakan untuk diskusi kelas atau diskusi umum yang merupakan

lanjutan dari diskusi kelompok yang dimulai dengan pemaparan hasil diskusi kelompok.

5. Metode simulasi

Metode simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk mengembangkan

ketermpilan peserta belajar (keterampilan mental maupun fisik/teknis). Metode ini

memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktek di dalam situasi yang sesungguhnya. Misalnya: sebelum

melakukan praktek penerbangan, seorang siswa sekolah penerbangan melakukan simulasi

penerbangan terlebih dahulu (belum benar-benar terbang). Situasi yang dihadapi dalam

simulasi ini harus dibuat seperti benar-benar merupakan keadaan yang sebenarnya (replikasi

kenyataan).Contoh lainnya, dalam sebuah pelatihan fasilitasi, seorang peserta melakukan simulasi suatu metode belajar seakan-akan tengah melakukannya bersama kelompok

dampingannya. Pendamping lainnya berperan sebagai kelompok dampingan yang benar-benar

akan ditemui dalam keseharian peserta (ibu tani, bapak tani, pengurus kelompok, dsb.). Dalam

contoh yang kedua, metode ini memang mirip dengan bermain peran. Tetapi dalam simulasi, peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri saat melakukan suatu kegiatan/tugas

yang benar-benar akan dilakukannya.

6. Metode pengalaman lapangan

Metode ini bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan peserta dalam

mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya. Kegiatan ini dilakukan di

‘lapangan’, yang bisa berarti di tempat kerja, maupun di masyarakat. Keunggulan dari metode ini adalah pengalaman nyata yang diperoleh bisa langsung dirasakan oleh peserta, sehingga

dapat memicu kemampuan peserta dalam mengembangkan kemampuannya. Sifat metode

praktek adalah pengembangan keterampilan.

7. Metode curah pendapat (brain storming)

Metode brain storming adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun

(43)

40

tidak disepakati) oleh peserta lain, pada penggunaan metode curah pendapat pendapat orang

lain tidak untuk ditanggapi. Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi

(kumpulan) pendapat, informasi, pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya

kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mindmap) untuk

menjadi pembelajaran bersama.

8. Bermain peran (roll playing)

Pada prinsipnya roll playing merupakan metode untuk ‘menghadirkan’ peran-peran

yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan,

yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap . Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan

kemudian memberikan saran/alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut.

Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan

pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran.

9. Permainan (games)

Metode ini populer dengan berbagai sebutan antara lain pemanasan (ice-breaker) atau

penyegaran (energizer). Arti harfiah ice-breaker adalah ‘pemecah es’. Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar adalah pemecah situasi kebekuan fikiran atau fisik peserta. Permainan

juga dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan

antusiasme. Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

(fun) serta serius tapi santai (sersan). Permainan digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh menjadi riang (segar).

Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana

gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit atau berat.Sebaiknya permainan digunakan

sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar permainan. Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu ‘aksi’ atau kejadian yang dialami

sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi hikmah yang

mendalam (prinsip, nilai, atau pelajaran-pelajaran). Wilayah perubahan yang dipengaruhi

(44)

41 D. TEKNIK PEMBELAJARAN

Metode pembelajaran sebagaimana disebutkan di atas dapat dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang

relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.

E.TAKTIK PEMBELAJARAN

Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi yang kurang memiliki sense of humor, lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat).

F. MODEL PEMBELAJARAN

Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut

dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh

(45)

42

TEKNIK MENGAJAR: Mengacu pada cara-cara

mengajar untuk mendapatkan hasil atau maksud tertentu dengan mengupayakan atau memanfaatkan segala taktik yang dikuasainya (misal mengajak anak dalam suasana tertentu untuk mendapatkan suasana emosi tertentu).

TAKTIK MENGAJAR: Mengacu pada persatuan cara

mengajar untuk membangkitkan efek tertentu dalam serangkaian kegiatan pembelajaran (misal menggunakan nyanyian, analogi-analogi, dll).

MODEL PEMBELAJARAN: Adalah tata kelola urutan

pembelajaran, yang telah dibuat oleh seseorang/

organisasi, yang harus diikuti jika mau menggunakannya, tidak boleh memodifikasi atau mengadaptasinya untuk tetap menggunakan nama model tersebut.

Model pembelajaran, merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang telah dirancang oleh seorang atau kelompok, yang dapat diikuti langkah-langkah dan persyaratannya oleh guru dalam kegiatan pembelajaran.

Joyce dan Weil (1980,1992) dalam bukunya Models of Teaching menggolongkan model-model pembelajaran ke dalam empat rumpun. Keempat rumpun model

pembelajaran tersebut adalah: (1) rumpun model pembelajaran pemrosesan/pengolahan informasi; (2) rumpun model pembelajaran personal-humanistik; (3) rumpun model pembelajaran interaksi sosial; dan (4) rumpun model pembelajaran modifikasi perilaku.

1. Rumpun model pembelajaran pemrosesan/pengolahan informasi.

Model-model pembelajaran dalam rumpun Pemrosesan Informasi bertitik tolak dari prinsip- prinsip pengolahan informasi, yaitu yang merujuk pada cara-cara bagaimana manusia menangani rangsangan dari lingkungan, mengorganisasi data, mengenali masalah, menyusun konsep, memecahkan masalah, dan menggunakan simbol-simbol. Beberapa model pembelajaran dalam rumpun ini berhubungan dengan kemampuan pebelajar (peserta didik) untuk memecahkan masalah, dengan demikian peserta didik dalam belajar

(46)

43

berhubungan dengan kemampuan intelektual secara umum, dan sebagian lagi menekankan pada konsep dan informasi yang berasal dari disiplin ilmu secara akademis. Jenis model-model pembelajaran yang termasuk ke dalam rumpun pemrosesan informasiini adalah seperti tertera pada tabel berikut.

Tabel 1. Model- Model Pembelajaran Rumpun Pemrosesan Informasi

No. Nama Model

Pembelajaran Tokoh Misi/tujuan/manfaat

1 Berpikir Induktif Hilda Taba Ditujukan secara khusus untuk

pembentukan kemampuan berpikir induktif yang banyak diperlukan dalam kegiatan akademik meskipun diperlukan juga untuk kehidupan pada umumnya. Model ini memiliki keunggulan melatihkan kemampuan menganalisis informasi dan membangun konsep yang berhubungan dengan kecakapan berpikir.

2. Pembentukan

Dirancang terutama untuk pembentukan kemampuan berpikir induktif, peserta didik dilatih mempelajari konsep secara efektif.

3 Latihan inkuari Richard

Suchman

Sama dengan model berpikir induktif, model ini ditujukan untuk pembentukan kemampuan berpikir induktif yang banyak diperlukan dalam kegiatan akademik meskipun diperlukan juga untuk kehidupan pada umumnya.

4 Perkembangan

Dirancang terutama untuk pembentukan kemampuan berpikir/pengembangan intelektual pada umumnya, khususnya berpikir logis, meskipun demikian kemampuan ini dapat diterapkan pada kehidupan sosial dan pengembangan moral.

kemampuan mengolah informasi melalui penyajian materi beragam (ceramah, membaca, dan media lainnya) dan menghubungkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah ada.

6 Mnemonics Pressley,

Levin, Delaney

(47)

44 2. Rumpun model-model Pribadi/individual

Model-model pembelajaran yang termasuk rumpun model-model personal-humanistik menekankan pada pengembangan pribadi. Model-model pembelajaran ini menekankan pada proses dalam “membangun/mengkonstruksi” dan mengorganisasi realita, yang memandang manusia sebagai pembuat makna. Model-model pembelajaran rumpun ini memberikan banyak perhatian pada kehidupan emosional. Fokus pembelajaran ditekankan untuk membantu individu dalam mengembangkan hubungan individu dengan lingkungannya dan untuk melihat dirinya sendiri.

Tabel 3.2. Model-Model Pembelajaran Personal-Humanistik

No. Nama Model

Pembelajaran Tokoh Misi/tujuan/manfaat

1 Pengajaran Non Direktif

Carl Rogers Penekanan pada pembentukan

kemampuan belajar sendiri untuk

mencapai pemahaman dan penemuan diri sendiri sehingga terbentuk konsep diri. Model ini menekankan pada hubungan guru-peserta didik.

Pembentukan kemampuan menjajagi dan menyadari pemahaman diri sendiri.

3 Sinektik William

Gordon

Pengembangan individu dalam hal kreativitas dan pemecahan masalah kreatif.

4 Sistem

Konseptual

David Hunt Didisain untuk meningkatkan

kompleksitas pribadi dan fleksibilitas.

5 Pertemuan kelas William

Glasser

Pengembangan pemahaman diri dan tanggungjawab pada diri sendiri dan kelompok sosial lainnya.

3. Rumpun model-model Interaksi Sosial

Model-model pembelajaran yang termasuk dalam rumpun Sosial ini menekankan hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain. Model-model ini memfokuskan pada proses di mana realitas adalah negosiasi sosial. Model-model pembelajaran dalam kelompok ini memberikan prioritas pada peningkatan kemampuan individu untuk

(48)

45

dalam masyarakat secara produktif. Tokoh-tokoh teori sosial juga peduli dengan

pengembangan pikiran (mind) diri sebagai pribadi dan materi keakademisan. Jenis-jenis model pembelajaran rumpun Interaksi Sosial adalah seperti dalam tabel berikut ini.

Tabel 3. Rumpun model-model Interaksi Sosial

No. Nama Model untuk berperan dalam kelompok yang menekankan keterampilan komunikasi interpersonal dan keterampilan inkuari ilmiah. Aspek-aspek pengembangan pribadi merupakan hal yang penting dari model ini.

2. Inkuari Sosial Byron

Massialas Benjamin Cox

Pemecahan masalah sosial, utamanya melalui inkuari ilmiah dan penalaran logis.

3 Jurisprudential National Training dan kerja kelompok untuk mencapai, kesadaran, dan fleksibilitas pribadi. Didisain utama untuk melatih kemampuan mengolah informasi dan menyelesaikan isu kemasyarakatan dengan kerangka acuan atau cara berpikir Jurisprudensial (ilmu tentang Hokum-hukum manusia).

Didisain untuk mengajak peserta didik dalam menyelidiki nilai-nilai pribadi dan sosial melalui tingkah laku mereka sendiri dan nilai-nilai yang menjadi sumber dari penyelidikan itu

5 Simulasi Sosial Sarene Boocock,

Didisain untuk membantu pengalaman peserta didik melalui proses sosial dan realitas dan untuk menilai reaksi mereka terhadap proses-proses sosial tersebut, juga untuk memperoleh konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan pengambilan keputusan.

4. Rumpun Model-model Perilaku

Gambar

Tabel 1 No. Nama Model Pembelajaran
Tabel 3.2.
Tabel 3.4.  Model-model Pembelajaran Rumpun Perilaku

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari beberapa pengertian modul pembelajaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran merupakan suatu bahan ajar cetak yang di dalamnya

Setiap kelompok mahasiswa membuat ringkasan (minimal 5 halaman) yang bersumber dari beberapa artikel ilmiah atau prosiding/seminar yang terkait dengan

Dengan kegiatan mengamati media pembelajaran, peserta didik dapat menganalisis unsur-unsur iklan dan ciri-ciri bahasa iklan yang diperoleh dari media cetak dengan

Kajian baru Bioinformatika ini tak lepas dari perkembangan biologi molekul modern yang ditandai dengan kemampuan manusia untuk memahami genom, yaitu cetak biru informasi genetik

Dalam kasus perusahaan besar, cetak biru elektronik atau e-blueprint menyediakan rencana yang konsisten dan logis untuk menerapkan proyek secara terkoordinasi untuk

Kajian baru Bioinformatika ini tak lepas dari perkembangan biologi molekul modern yang ditandai dengan kemampuan manusia untuk memahami genom, yaitu cetak biru informasi genetik

Ciri Model Pembelajaran Project Based Learning ● Siswa membuat keputusan tentang kerangka kerja ● Adanya permasalahan dan tantangan yang diajukan siswa ● Siswa mendesain proses

Dengan mengamati contoh dan penjelasan guru siswa mampu mengidentifikasi ciri-ciri karya seni cetak tiga dimensi dari bahan lunak, mengidentifikasi alat dan bahan yang digunakan dan