• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyusunan Model Pengembangan SI/TI di Keraton Kasunanan Surakarta Menggunakan TOGAF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penyusunan Model Pengembangan SI/TI di Keraton Kasunanan Surakarta Menggunakan TOGAF"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1 (2017) ISSN: 2460 – 6839

Penyusunan Model Pengembangan SI/TI

di Keraton Kasunanan Surakarta

Menggunakan TOGAF

Michael Bezaleel*1, Augie David Manuputty2, Andeka Rocky Tanaamah3

1,2,3

Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga

e-mail: *1michael.bezaleel@staff.uksw.edu, 2augie.manuputty@staff.uksw.edu, 3

atanaamah@staff.uksw.edu

Abstrak

Keraton Kasunanan Surakarta dipandang perlu untuk melibatkan SI/TI dalam aktivitasnya terutama yang berkaitan dengan pengelolaan serta pelestarian aset kebudayaan Jawa yang dimilikinya. Namun, keterlibatan SI/TI di Keraton Kasunanan Surakarta masih sangat minim dan bersifat parsial. Untuk itu, dibutuhkan sebuah perencanaan strategis yang menjadi acuan untuk melakukan pengembangan SI/TI di Keraton Kasunanan Surakarta. SI/TI yang akan dikembangkan harus memperhatikan metode-metode untuk membangun arsitektur enterprise dimana salah satunya adalah The Open Group Architecture Framework (TOGAF). Hasil yang diperoleh memperlihatkan secara utuh perencanaan strategis SI/TI yang disusun berdasarkan visi misi serta tujuan baik itu tujuan organisasi maupun tujuan SI/TI Keraton Kasunanan Surakarta.

Kata kunci: perencanaan strategis SI/TI, TOGAF, Keraton Kasunanan Surakarta

Abstract

Kasunanan Surakarta Palace is deemed necessary to involve IT/IS in its activities esspecially related to the management and preservation of its Javanese cultural assets. However, the involvement of IT/IS in Keraton Kasunanan Surakarta is very minimal and partial. Therefor, Kasunanan Surakarta Palace needs a strategic planning that becomes the reference for developing IT/IS in Kasunanan Surakarta

(2)

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1 (2017) ISSN: 2460 – 6839 Palace. IT/IS that will be developed, have to pay attention in methods to build enterprise architecture and one of them is The Open Group Architecture Framework (TOGAF). The result is an IT/IS strategic planning based on the vision, the mission, and the goals of the organization and also the objectives of IT/IS Kasunanan Surakarta Palace.

Keywords: IT/IS strategic planning, TOGAF, Kasunanan Surakarta Palace

1. PENDAHULUAN

Pengembangan dan pelestarian warisan budaya menjadi isu yang masih terus berkembang pada masa ini. Hal tersebut didasari oleh kesadaran bahwa warisan budaya merupakan kekayaan peradaban yang tidak ternilai harganya. Kekayaan budaya, baik yang berbentuk artefak-kebendaan (tangible) maupun yang non-kebendaan (intangible), sesungguhnya menyimpan potensi luar biasa untuk dikembangkan [1]. Kesadaran tentang pentingnya warisan budaya tersebut berdampak pada meningkatnya berbagai usaha untuk mengembangkan dan melestarikan warisan budaya lokal berdasarkan sebuah konsepsi bahwa warisan budaya lokal bukan lagi milik masyarakat lokal saja namun merupakan bagian dari warisan budaya dunia yang dimiliki oleh masyarakat dunia pula.

Di era perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat ini, perkembangan dan pelestarian warisan budaya Indonesia tidak lepas dari perkembangan sistem informasi/teknologi informasi (SI/TI). Salah satu contohnya adalah layanan e-ticketing dan web commerce Keraton Kasepuhan Cirebon dalam rangka menuju world class heritage [2]. Inovasi melalui keterlibatan SI/TI dalam kebudayaan Indonesia dapat menghubungkan antara warisan budaya Indonesia dengan masyarakat global. SI/TI dipandang sebagai salah satu solusi dalam pengembangan dan pelestarian kebudayaan Indonesia.

Kota Surakarta (Solo) adalah sebuah kota dengan sejarah budaya yang tinggi. Jejak sejarah yang terentang panjang dari masa Kasultanan Pajang dan Kasunanan Surakarta menjadikan Solo dilimpahi warisan budaya benda dan tak bendawi [3]. Keraton Kasunanan Surakarta menjadi salah satu ikon kebudayaan yang ada di Kota Solo. Berbagai kekayaan budaya Jawa baik yang bersifat kebendaan maupun non

(3)

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1 (2017) ISSN: 2460 – 6839 kebendaan dimiliki oleh Keraton Kasunanan Surakarta dimana keberadaannya menjadi salah satu aset kebudayaan bagi Kota Solo, bangsa Indonesia, bahkan masyarakat dunia. Keraton Kasunanan Surakarta merupakan pewaris langsung dari Kerajaan Mataram sehingga, dengan segala aset kebudayaan Jawa yang dimilikinya, Keraton Kasunanan Surakarta merupakan pusat kebudayaan Jawa yang masih ada hingga saat ini.

Keraton Kasunanan Surakarta dipandang perlu untuk melibatkan SI/TI dalam aktivitasnya terutama yang berkaitan dengan pengelolaan serta pelestarian aset kebudayaan Jawa yang dimilikinya. Pelibatan SI/TI dapat digunakan untuk mendokumentasikan benda-benda warisan budaya yang dimiliki oleh Keraton Kasunanan Surakarta [4]. Di samping itu, SI/TI juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu solusi untuk mengelola warisan budaya yang bersifat intangible dalam rangka melestarikan kebudayaan Jawa [5]. Namun, keterlibatan SI/TI di Keraton Kasunanan Surakarta masih sangat minim dan bersifat parsial serta tidak terdapat integrasi yang baik. Untuk itu, dibutuhkan sebuah perencanaan strategis yang menjadi acuan untuk melakukan pengembangan SI/TI di Keraton Kasunanan Surakarta dalam rangka menuju Pusat Pengembangan Kebudayaan Jawa. SI/TI yang dikembangkan harus memperhatikan metode-metode untuk membangun arsitektur enterprise dimana salah satu metode tersebut adalah The Open Group Architecture Framework (TOGAF).

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini dilakukan penyusunan model pengembangan SI/TI di Keraton Kasunanan Surakarta. Hasil yang diharapkan dengan adanya model tersebut adalah terdapatnya cetak biru (blueprint) pengembangan SI/TI di Keraton Kasunanan Surakarta yang dapat dijadikan panduan dan acuan dalam rangka pengembangan dan pelestarian warisan budaya Jawa di Keraton Kasunanan Surakarta secara terstruktur dan terpadu menuju Pusat Pengembangan Kebudayaan Jawa.

(4)

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1 (2017) ISSN: 2460 – 6839

2. METODE PENELITIAN ATAU PERUMUSAN SOLUSI

Secara lengkap metode serta tahapan yang digunakan untuk melakukan penelitian tergambarkan pada Gambar 1 di bawah ini:

(5)

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1 (2017) ISSN: 2460 – 6839 Pada tahap penelitian 1 (satu), peneliti akan berpedoman pada metodologi perencanaan strategis sistem informasi dimana akan dilakukan analisis lingkungan bisnis dan lingkungan SI/TI internal dan eksternal organisasi terlebih dahulu. Pada tahap 2 (dua) sampai tahap 4 (empat) peneliti menggunakan metodologi TOGAF.

Tahap 1 dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi organisasi dan proses tata kerja yang yang ada dalam lingkup Keraton Kasunanan Surakarta. Tahap ini merupakan bagian dari fase 1 metodologi TOGAF, yakni menelaah kebutuhan organisasi. Masukan yang diperlukan dalam tahap ini diperoleh dari visi dan misi organisasi keraton kasunanan Surakarta, khususnya pada proses operasional di bidang tata kerja serta konteks kebudayaan yang akan diangkat serta teknologi informasi yang saat ini ada didalamnya. Hasil akhir dari tahap ini adalah penggambaran keadaan organisasi Keraton Kasunanan Surakarta dan SI/TI yang saat ini diterapkan termasuk kebutuhan organisasi di masa depan dan peluang pemanfaatan SI/TI dalam organisasi. Untuk memperoleh keluaran tersebut, akan dilakukan langkah-langkah yaitu identifikasi informasi organisasi Keraton Kasunanan Surakarta, analisis lingkungan eksternal Keraton Kasunanan Surakarta, analisis kondisi SI/TI eksternal Keraton Kasunanan Surakarta, analisis lingkungan internal Keraton Kasunanan Surakarta, dan analisis lingkungan internal SI/TI Keraton Kasunanan Surakarta.

Tahap 2 dimaksudkan untuk menemukan usulan strategi SI/TI yang dapat memenuhi kebutuhan Keraton Kasunanan Surakarta. Hasil yang diperoleh dari tahap 1 akan menjadi masukan pada tahap ini. Hasil yang diharapkan dari tahap 2 ini adalah suatu usulan strategi SI/TI yang sesuai dengan kebutuhan Keraton Kasunanan Surakarta. Dalam penelitian ini, usulan strategi SI/TI akan dibatasi pada potensi SI/TI yang tersedia di Keraton Kasunanan Surakarta saat ini. Untuk mendapatkan keluaran tersebut, akan dilakukan langkah-langkah yaitu identifikasi masalah dan solusi operasional internal, identifikasi pemanfaatan SI/TI dari eksternal organisasi, analisis kesenjangan kebutuhan informasi, dan membuat usulan strategi SI/TI.

Tahap selanjutnya adalah tahap 3. Tahap 3 bertujuan untuk menyusun strategi SI/TI dengan memperhatikan aturan kebijakan yang ada sehingga dapat diambil kebijakan terhadap rencana implementasi SI/TI di Keraton Kasunanan Surakarta.

(6)

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1 (2017) ISSN: 2460 – 6839 Tahap yang terakhir adalah tahap 4. Tahap ini berisi tentang penyusunan rencana implementasi SI/TI yang akan diterapkan di Keraton Kasunanan Surakarta. Perencanaan ini menjelaskan bagaimana cara merealisasikan strategi SI/TI yang telah dijabarkan pada tahap sebelumnya.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses bisnis yang ada dalam Keraton Kasunanan Surakarta, terbagi menjadi 2 (dua) bagian besar yakni proses inti dan proses pendukung, dimana dalam keseluruhan proses yang dilakukan mengacu kepada penterjemahan visi dan misi dari Keraton Kasunanan Surakarta sendiri. Terdapat 3 (tiga) proses utama yang dilakukan pada proses bisnis inti, yakni identifikasi budaya Jawa, pengelolaan budaya Jawa dan pelestarian budaya Jawa. Adapun pihak-pihak yang terkait dalam proses ini adalah pihak internal Keraton Kasunanan Surakarta sendiri, antara lain, keluarga raja, kerabat keraton, abdi dalam, serta bidang-bidang yang menjadi bagian dalam struktur keraton itu sendiri. Bidang-bidang yang ada didalamnya antara lain; museum/sasana pustaka, keputren, katipraja, pasitren, mandrabudaya, sasana prabu, kusumowandowo, yogiswara dan kartipura.

Proses pendukung merupakan proses yang menjadi pendamping proses inti yang ada dalam keraton Kasunanan Surakarta. Dalam proses pendukung ini terdapat fungsi-fungsi pembantu pengelolaan serta manajemen organisasi Keraton Kasunanan Surakarta. Proses-proses pendukung yang ada dalam keraton Kasunanan Surakarta antara lain; pengelolaan administrasi perkantoran, pengelolaan akuntansi dan keuangan, pengelolaan SDM, pengelolaan sarana prasarana dan pengelolaan SI/TI. Masing-masing fungsi ini memainkan peranan yang berbeda untuk mendukung roda organisasi keraton dalam rangka pencapaian visi dan misi Keraton Kasunanan Surakarta.

Analisis lingkungan eksternal organisasi dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan SI/TI Keraton Kasunanan Surakarta sehingga mampu bersaing dengan kondisi eksternal yang ada. Dalam penelitian ini, analisis lingkungan eksternal organisasi dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) alat analisis yaitu Five Forces dan PEST. Analisis PEST (Politic, Economy, Social, Technology) adalah suatu teknik dalam manajemen strategis yang digunakan untuk melihat faktor-faktor

(7)

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1 (2017) ISSN: 2460 – 6839 lingkungan luar yang berpengaruh terhadap Keraton Kasunanan Surakarta. Sesuai dengan singkatannya, analisis ini dilakukan terhadap 4 unsur, yaitu politik, ekonomi, sosial, dan teknologi. Selanjutnya Five Forces adalah strategi bisnis yang digunakan untuk melakukan analisis dari sebuah struktur organisasi. Analisis tersebut dibuat berdasarkan 5 kekuatan kompetitif yaitu adanya pesaing; ancaman pesaing baru; ancaman produk jasa pengganti; kekuatan menawar pelanggan; serta kekuatan menawar pemasok. Gambar 2 menunjukkan hubungan analisis lingkungan eksternal organisasi dengan kebutuhan SI/TI Keraton Kasunanan Surakarta.

Gambar 2 Hubungan Analisis Lingkungan Eksternal Organisasi dengan Kebutuhan SI/TI Organisasi

Analisis five forces menggunakan 5 (lima) kekuatan dari eksternal organisasi. Dengan menggunakan analisis ini, maka dapat diidentifikasi hal-hal eksternal apa saja yang bersifat positif maupun negatif yang dapat memberikan dampak/pengaruh terhadap proses bisnis di UKSW [6]. Analisis ini juga bertujuan

Wawancara Kuisioner Studi Literatur

Five Forces PEST

Identifikasi Kekuatan Eksternal Identifikasi Kekuatan Bisnis Pesaing Analisis Lingkungan Bisnis Eksternal Keraton Identifikasi Kebutuhan SI/TI Keraton

(8)

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1 (2017) ISSN: 2460 – 6839 untuk memberikan gambaran mengenai solusi SI/TI bagi Keraton Kasunanan Surakarta.

Dalam melakukan analisis five forces, penulis menggunakan metode wawancara, kuesioner, dan studi literatur. Hasil analisis kekuatan menurut five forces di Keraton Kasunanan Surakarta adalah terdapatnya 7 keraton lainnya di pulau Jawa dengan beberapa karakteristik budaya yang berbeda, keraton-keraton tersebut antara lain Surowosan; Kaibon; Kasepuhan; Kanoman; Kacirebonan; Sumedang Larang. Sementara itu Pura Mangkunegaran, Keraton Yogyakarta serta Paku Alaman merupakan keraton yang secara historis merupakan pecahan dari Keraton Kasunanan Surakarta. Hal ini memberikan beberapa dampak yang cukup signifikan dalam merepresentasikan budaya yang ada. Keraton Kasultanan Yogyakarta dan Keraton Kasunanan Surakarta dianggap memiliki kepemilikan yang sama dalam hal kebudayaan Jawa, akan tetapi memiliki beberapa perbedaan dari segi kebudayaan itu sendiri. Hal ini memberikan dampak promosi budaya yang hampir sama dilakukan oleh kedua keraton.

Hasil analisis terhadap para pesaing baru, antara lain: munculnya budaya-budaya yang datang dari luar baik itu secara domestik maupun internasional yang memiliki ketertarikan tersendiri, membuat budaya Jawa yang seyogyanya menjadi landasan bagi masyarakat Jawa maupun Indonesia menjadi mulai pudar digerogoti budaya dari luar. Hal ini disebabkan media penyebaran budaya luar tersebut lebih menarik dibandingkan yang selama ini ada dalam Keraton Kasunanan Surakarta.

Hasil analisis terhadap ancaman produk/jasa pengganti, antara lain: banyak anggapan di masyarakat bahwa dengan mengikuti berwisata yang lain seperti jalan-jalan ke luar negeri, wisata ke pantai serta jenis wisata lainya lebih baik dibandingkan dengan ke keraton untuk melihat benda-benda pusaka, tari-tarian serta upacara adat. Padahal, pada saat masyarakat umum dapat menikmati kebudayaan dalam keraton, bukan saja kebudayaan itu dapat dinikmati, tetapi masyarakat umum dapat sekaligus belajar dan melestarikan kebudayaan Jawa sebagai jati diri bangsa.

Hasil analisis terhadap kekuatan menawar pelanggan, antara lain: dengan adanya jumlah keraton yang lumayan banyak disertai dengan makin beragamnya kebudayaan yang ada sebagai bagian dari keberadaan keraton tersebut, maka

(9)

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1 (2017) ISSN: 2460 – 6839 secara luas masyarakat diberikan banyak sekali kesempatan untuk mempelajari serta menikmati kebudayaan yang ada Hal ini sebenarnya memberikan peluang bagi Keraton Kasunanan Surakarta untuk dapat menjadi salah satu sumber kebudayaan yang ada untuk dipelajari dan dinikmati, mengingat Keraton Kasunanan Surakarta merupakan keraton yang menjadi penerus kerajaan Mataram, sebagai salah satu kerajaan terbesar di Indonesia. Namun dengan beragamnya keraton yang ada, juga turut memberikan alternatif pilihan bagi masyarakat untuk dinikmati sehingga Keraton Kasunanan Surakarta harus memiliki nilai tambah sebagai penyedia kebudayaan Jawa untuk dijadikan sebagai acuan bagi masyarakat dalam menentukan pilihan pada nantinya.

Kelangsungan, keberlanjutan serta kemajuan dari kebudayaan yang ada dalam Keraton Kasunanan Surakarta sangat bergantung pada keseluruhan pemasok kebudayaan yang ada. Hal ini dikarenakan kelangsungan, keberlanjutan serta kemajuan dari kebudayaan tersebut merupakan hasil dari apa yang telah dibuat, diturunkan serta dirawat oleh para pemasok kebudayaan tersebut. Oleh karena itu, kebudayaan yang sifatnya benda tentunya harus tetap dirawat dan dilestarikan. Disisi lain tari-tarian dan upacara adat, tetap diwariskan sehingga keberlanjutan seni dan tari-tarian adat yang ada tetap lestari. Untuk menjembatani keseluruhan proses yang ada, perlu dilibatkan sesepuh keraton, praktisi serta akademisi kebudayaan yang dapat memberikan pandangan, serta menggali lebih dalam tentang konteks kebudayaan yang ada.

Berdasarkan analisis PEST, maka dapat dipetakan kebutuhan SI/TI di Keraton Kasunanan Surakarta, seperti terlihat pada Tabel 1.

(10)

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1 (2017) ISSN: 2460 – 6839 Tabel 1. Kebutuhan SI/TI Berdasarkan Analisis PEST

Faktor PEST Kebutuhan SI/TI

Faktor Politik:

Kebijakan pemerintah, ketentuan hukum, dan peraturan perundang-perundangan tentang Keraton Kasunanan Surakarta pada khususnya dan keraton pada umumnya, untuk pelestarian dan pengembangan kebudayaan daerah

Membangun sistem informasi yang dapat melakukan pengawasan serta pelaporan terhadap rencana kerja keraton untuk pelestarian dan pengembangan kebudayaan daerah

Faktor Ekonomi:

Kemampuan ekonomi keraton yang terbatas dan bersandar pada donatur.

Membangun sistem informasi yang dapat memberikan transparansi informasi mengenai keadaan perekonomian/keuangan keraton bagi semua penyandang dana (sekaligus mengundang investor)

Faktor Sosial:

Keanekaragaman budaya Jawa yang dimiliki Keraton Kasunanan Surakarta memberikan ciri khas tersendiri bagi budaya Jawa itu sendiri

Membangun sistem informasi yang dapat memberikan informasi mengenai keanekaragaman sosial-budaya yang dapat diakses oleh masyarakat umum sehingga mampu menarik masyarakat secara luas.

Faktor Teknologi:

Perkembangan teknologi dan sistem informasi berdampak pada terintegrasinya seluruh proses bisnis organisasi.

Penyediaan infrastruktur teknologi yang memadai sehingga mampu mendukung implementasi sistem informasi di Keraton Kasunanan Surakarta.

(11)

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1 (2017) ISSN: 2460 – 6839 Tahapan analisis selanjutnya adalah analisis lingkungan bisnis internal dilakukan dengan metode value chain. Analisis value chain activity digunakan untuk menggambarkan aktivitas proses utama dan pendukung yang ada di Keraton Kasunanan Surakarta. Identifikasi dan pengelompokan berbagai aktivitas yang terjadi di Keraton Kasunanan Surakarta juga akan dilakukan dalam proses analisis ini. Aktivitas-aktivitas tersebut akan dibagi kedalam 2 (dua) bagian yaitu aktivitas utama dan aktivitas pendukung. Hasil dari proses analisis ini akan dijadikan dasar untuk melakukan identifikasi kebutuhan SI/TI di Keraton Kasunanan Surakarta. Value chain activity Keraton Kasunanan Surakarta tergambar pada Gambar 5.

Gambar 3 Value Chain Activity Keraton Kasunanan Surakarta

Analisis lingkungan SI/TI internal Keraton Kasunanan Surakarta dilakukan terhadap seluruh sumber daya SI/TI yang ada. Sumber daya SI/TI tersebut meliputi sistem informasi, teknologi informasi, dan sumber daya manusia terkait. Metode yang dipergunakan dalam analisis lingkungan SI/TI internal organisasi adalah wawancara dengan Wakil Kepala Sasana Wilapa dan staf Sasana Wilapa. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, didapatkan informasi sebagai berikut:

Sistem Informasi

Keraton Kasunanan Surakarta belum memiliki sistem informasi apapun yang dapat menunjang proses inti maupun proses pendukung yang berjalan. Pada tahun 2012, terdapat sebuah website resmi Keraton Kasunanan Surakarta dengan URL kratonsurakarta.com. Namun, website tersebut tidak bertahan lama sehingga nama domain tersebut tidak lagi dimiliki oleh Keraton Kasunanan Surakarta. Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan website tersebut adalah kurangnya sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dalam pengelolaan website. Untuk dapat

(12)

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1 (2017) ISSN: 2460 – 6839 menunjang berjalannya proses inti maupun proses pendukung, Keraton Kasunanan Surakarta hanya mempergunakan berbagai aplikasi umum seperti MS Word dan MS Excel. Penggunaan aplikasi tersebut juga masih belum maksimal sehingga hanya dipergunakan untuk pengetikan surat, pendokumentasian dokumen, dan pencatatan data saja.

Teknologi Informasi

Keraton Kasunanan Surakarta telah terhubung dengan jaringan internet dengan cara berlangganan kepada salah satu penyedia jasa layanan internet. Namun, internet hanya dapat dipergunakan melalui kabel di kantor Sasana Wilapa. Perangkat keras yang dipergunakan untuk menunjang proses inti dan proses pendukung adalah seperangkat komputer dan printer yang terletak di kantor Sasana Wilapa. Perangkat keras dan internet tersebut dipergunakan untuk kepentingan surat menyurat dan kegiatan administrasi lainnya.

Sumber Daya Manusia

Keraton Kasunanan Surakarta belum memiliki sumber daya manusia yang dapat membantu dalam pengelolaan SI/TI di lingkungan keraton. Hal tersebut dapat dimaklumi karena belum terdapat sistem informasi apapun dan terbatasnya ketersediaan teknologi informasi yang digunakan di lingkungan Keraton

Blueprint sistem informasi bagi Keraton Kasunanan Surakarta, dengan mengacu kepada analisis yang telah dilakukan, dapat dilihat pada Gambar 4.

(13)

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1 (2017) ISSN: 2460 – 6839 Gambar 4 Blue print Sistem Informasi di Keraton Kasunanan Surakarta

Berdasarkan blue print sistem informasi Keraton Kasunanan Surakarta di Gambar 4, dapat dijelaskan sebagai berikut. Sistem informasi di Keraton Kasunanan Surakarta dikategorikan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu sistem informasi yang berkaitan dengan pengelolaan kebudayaan Jawa dan sistem informasi yang berkaitan dengan kegiatan administrasi rumah tangga Keraton. Sistem informasi Keraton Kasunanan Surakarta merupakan sistem informasi terintegrasi berbasis web. Basis data yang dipergunakan adalah basis data terpusat dimana setiap aplikasi yang ada nantinya akan mengambil dan mempergunakan data dari basis data tersebut untuk dapat diolah pada masing-masing aplikasi. Web service dipergunakan sebagai penghubung antara aplikasi dengan server basis data dan antar aplikasi untuk menjamin keamanan dan kemudahan distribusi data.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Penerapan SI/TI yang saat ini dilakukan di Keraton Kasunanan Surakarta belum dapat mendukung proses bisnis secara keseluruhan. Analisis dilakukan terhadap kondisi terkini pada Keraton Kasunanan Surakarta. Disisi lain strategi solusi SI/TI yang disusun difokuskan pada fungsi bisnis di Keraton Kasunanan Surakarta

(14)

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1 (2017) ISSN: 2460 – 6839 menggunakan analisa value chain activity yang terbagi atas aktivitas utama dan aktivitas pendukung sebagai penopang aktivitas utama. Hal ini berdampak pada model enterprise architecture (EA) yang terbentuk, digunakan sebagai panduan pengelolaan SI/TI pada Keraton Kasunanan Surakarta. Khusus untuk arsitektur aplikasi saat ini, masih menggunakan platform yang berbeda-beda, sehingga harus dilakukan pergantian secara keseluruhan untuk menjamin integritas dan keselarasan SI/TI yang akan dibangun berdasarkan model EA menggunakan kerangka TOGAF ADM yang diusulkan.

Blueprint sistem informasi Keraton Kasunanan Surakarta yang direkomendasikan merupakan sebuah rancangan dari kumpulan sistem informasi yang saling terintegrasi. Melalui pemanfaatan teknologi web service dan basis data terpusat, blueprint pengembangan sistem informasi Keraton Kasunanan Surakarta memiliki kemampuan untuk membantu Keraton Kasunanan Surakarta dalam mengelola seluruh proses yang ada di dalamnya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak Keraton Kasunanan Surakarta, terkhusus kepada Kanjeng Pangeran Wirabumi, Kanjeng Pangeran Winarno Kusumo, dan Kanjeng Luki atas kerja sama yang baik dalam proses pengumpulan data dan konfirmasi.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Sedyawati, E., 2003, Warisan Budaya Takbenda: Masalahnya Kini di Indonesia, Jakarta: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Lembaga Penelitian Universitas Indonesia.

[2] Telkom.co.id, 2015, Telkom dan PATA Dukung Keraton Kasepuhan Cirebon Menjadi World Class Heritage Melalui E-Ticketing dan Web Commerce, http://www.telkom.co.id/telkom-dan-pata-dukung-keraton-kasepuhan-cirebon-menjadi-world-class-heritage-melalui-e-ticketing-dan-web-commerce.html, Diakses pada tanggal 23 Januari 2017.

[3] Praseto, E. E., 2014, Solo Menggenjot Sektor Pariwisata, http://travel.kompas.com/read/2014/07/02/1837000/Solo.Menggenjot.Sektor. Pariwisata, Diakses pada tanggal 23 Januari 2017.

(15)

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1 (2017) ISSN: 2460 – 6839 [4] Worang, S. G. N. L., Bezaleel., M., Prasida, T. A. S., dan Tanaamah, A. R., 2015, Perancangan Prototype Virtual Museum Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Berbasis Web, Informatika Vol. 10 No. 1.

[5] Tanaamah, A. R., dan Bezaleel, M., 2014, Javanese Culture Digitalization in a Knowledge Management Framework at Kasunanan Surakarta Palace, IJCSI Vol. 11 Issue 3.

[6] Ward, J., and Peppard, J., 2002, Strategic Planning for Information Systems Third Edition, England: John Wiley & Sons, Ltd.

Gambar

Gambar 1  Tahapan Penelitian
Gambar 2  Hubungan Analisis Lingkungan Eksternal Organisasi dengan Kebutuhan  SI/TI Organisasi
Gambar 3  Value Chain Activity Keraton Kasunanan Surakarta

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Kamis tanggal Tigapuluh Satu bulan Mei tahun Dua Ribu Duabelas dimulai pukul 07.00 WIB s/d pukul 08.00 WIB bertempat di Sekretariat DPRD

Tugas utama seorang siswa adalah belajar. Kegiatan siswa mempelajari bahan mata pelajaan dapat dilakukan di sekolah dan luar sekolah. Waktu belajar di sekolah sudah ditentukan oleh

Hasil DMRT luas zona hambat (cm 2 ) aktivitas antibakteri ekstrak daun kana merah dengan variasi pelarut, kontrol pelarut dan kontrol ampisilin terhadap mikrobia uji

Indonesia dikenal sebagai negara agraris. Tidak hanya karena lebih dari setengah dari jumlah penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani, namun juga karena

Keywords: Character Education, Culture, Nation degradation Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan secara terencana dalam mengembangkan potensi peserta didik, agar

Untuk ayah ku tercinta terima kasih atas semua yang engkau berikan untuk ku, dan untuk mama ku yang paling ku sayangi dan cintai terima kasih banyak buat waktu dan

Pada era dinasti Hàn 汉 huruf xiǎozhuàn 小篆 ini mengalami perubahan bentuk lagi menjadi huruf yang dinamakan lìshū 隶书 yang ditulis berdasarkan guratan, sehingga

Ausi iraganean bizkaieraz eta baita gipuzkeraz ere forma arrunta izan arren, hemen behin agertzen da, baina bada bigarren adibide bat non hitz bera dela dirudien: “bada