DAFTAR ISI
LEMBAR HAK CIPTA LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMAKASIH... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C.Rumusan Masalah ... 5
D.Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
A.Kajian Pustaka ... 7
1. Hakikat Olahraga ... 8
1. 1. Tujuan Olahraga... ... 9
2. Hakikat Kapasitas Aerobik ... 9
3. Hakikat Denyut Nadi Istirahat ... 12
4. Hakikat Kapasitas Vital Paru-Paru... ... 16
B. Kerangka Pemikiran ... 19
C.Hipotesis Penelitian ... 21
BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN ... 22
A.Lokasi dan Subjek Penelitian ... 22
B. Populasi dan Sampel... ... 22
C.Desain Penelitian ... 23
D.Metode Penelitian... 25
E. Definisi Operasional... 26
F. Instrumen Penelitian... 27
G.Prosedur Pengolahan Data... ... 32
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 35
A.Hasil Penelitian ... 35
1. Deskripsi hasil tes... ... 35
2. Uji Normalitas... ... 35
3. Uji Korelasi... ... 36
4. Analisis Determinasi... ... 39
B.Pembahasan dan Hasil Temuan ... 39
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 43
A.Simpulan ... 43
1. Simpulan Umum ... 43
B.Rekomendasi ... 43
DAFTAR PUSTAKA ... 45
Diki Sadikin, 2015
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Normative Data VO2Max... 12
Tabel 2.3. Prediksi Rata-Rata Maksimum Denyut Jantung Pada Tes Latihan... 15
Tabel 3.4. Tabel Penilaian Denyut Nadi... 28
Tabel 3.6. Tabel Penilaian Kapasitas Vital Paru... 29
Tabel 3.8. Tabel Pengukuran Kapasitas Aerobik... 30
Tabel 3.9. Perolehan VO2Max Dengan Bleep Test... 31
Tabel 4.1. Deskripsi Hasil Tes Denyut Nadi Istirahat, Kapasitas Vital Paru-paru, dan Kapasitas Aerobik... 35
Tabel 4.2. Uji Normalitas... 36
Tabel 4.3. Interpretasi Koefisien Korelasi... 37
Tabel 4.4. Hasil Penghitungan Korelasi Denyut Nadi Istirahat Dengan Kapasitas Aerobik... 37
Tabel 4.5. Hasil Penghitungan Kapasitas Vital Paru dengan Kapasitas Aerobik... 38
Tabel 4.6. Hasil Penghitungan Denyut Nadi Istirahat Dengan Kapasitas Vital Paru Terhadap Kapasitas Aerobik... 38
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2. Meraba Denyut Nadi Arteri Radialis... 14
Gambar 2.4. Diagram Yang Memperlihatkan Gerakan Pernapasan Selama Pernapasan Normal Dan Selama Inspirasi Maksimal Serta Ekspirasi Maksimal... 17
Gambar 2.5. Spirometer... 18
Gambar 3.1. Desain Penelitian... 23
Gambar 3.2. Langkah-langkah Penelitian... 24
Gambar 3.3. Tes Denyut Nadi Pada Arteri Radialis... 28
Gambar 3.5. Spirometer... 29
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Olahraga merupakan salah satu kesatuan yang memiliki tujuan cukup luas
antaranya adalah untuk prestasi, pendidikan, dan sebagai aktivitas untuk
kesehatan, dan rekreasi. Cabang olahraga yang dilakukan untuk tujuan-tujuan
tersebut terdiri dari berbagai macam aktivitas. Setiap cabang olahraga memiliki
karakteristik kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang atlet. seperti fisik,
teknik, taktik, dan mental kemampuan tersebut sangat dibutuhkan. Terkait dengan
konteks penelitian, difokuskan pada aktivitas permainan sepak bola.
Sepakbola merupakan permainan beregu yang sangat digemari oleh
masyarakat dunia, permainan ini bisa dimainkan berbagai kalangan, baik di
perkotaan maupun dipedesaan, permainan yang masing-masing terdiri dari
sebelas orang pemain per tim, dengan waktu pertandingan 2 x 45 menit. Dalam
permaianan ini menuntut pemain sepakbola harus mempunyai kondisi fisik yang
baik pada suatu pertandingan. Dengan kata lain bahwa kebutuhan fisik dalam
permainan sepakbola sebagai salah satu olahraga aerobik haruslah kuat disamping
kebutuhan kondisi anaerob. Kondisi aerobik berkaitan dengan usaha peningkatan
kekuatan, kelentukan, kelincahan atau pergerakan tubuh yang sangat diperlukan
dalam olahraga khususnya dalam permainan sepakbola.
Untuk menjadi pemain sepak bola yang berprestasi pemain tersebut
ditunjang berbagai aspek seperti fisik, teknik, taktik, dan mental seperti yang diungkapkan Harsono (1988, hlm. 100) “untuk membantu atlet meningkatkan keterampilan dan prestasi semaksimal mungkin, aspek latihan ada empat aspek
yang perlu diperhatikan dan diteliti secara seksama oleh atlet, yaitu latihan fisik, teknik, taktik, dan mental”. Dari penjelasan diatas bahwa empat aspek tersebut sangatlah penting dalam pencapaian prestasi yang maksimal. Dengan waktu yang
relatif lama dan lapangan yang luas maka pemain harus memiliki daya tahan yang
baik, daya tahan sangat bergantung sekali pada oksigen, karena tubuh yang kita
maupun dalam pertandingan agar tidak mengalami kelelahan. Jadi oksigen sangat
vital peranannya, bukan hanya untuk bernafas tapi juga untuk menyuplai ke otot
saat kita sedang melakukan aktivitas. Tapi semua itu bisa terjadi bila kita
memiliki kapasitas paru-paru yang baik. Kondisi fisik yang berhubungan dengan
kapasitas aerobik dan anaerobik itulah yang berperan aktif dalam sepakbola.
Dengan kapasitas aerobik yang harus dimiliki tentunya berhubungan langsung
dengan daya tahan paru dan jantung sebagai salah satu komponen kesegaran
jasmani. Sehubungan dengan semua itu sistem kerja jasmani atau juga disebut
ergosistema yaitu sekumpulan struktur anatomis yang secara bersama-sama
menjadi satu kesatuan fungsional (fisiologis) yang aktif pada waktu bekerja atau
berolahraga. Terkait dengan perangkat pendukung gerak atau disebut ergosistema
sekunder. Giriwijoyo (2012, hlm. 22) ES2 menjelaskan, bahwa: “kapasitas
aerobik (vo2max) yang merupakan faktor pembatas kemampuan maksimal”. Tingkatan kesegaran jasmani secara keseluruhan merupakan syarat untuk
efektivitas dan optimalisasi di dalam pengembangan kesiapan bertanding dan
mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesegaran jasmani secara keseluruhan,
sehingga diharapkan senantiasa memiliki tingkat kesegaran jasmani yang baik
sebagai upaya meningkatkan ketrampilan teknik dan taktik disamping
kemampuan-kemampuan yang lain.
Intensitas latihan jasmani merupakan faktor yang sangat penting. Semakin
berat intensitas latihan maka semakin besar efek dari latihan tersebut terhadap
kesegaran aerobik. Seorang atlet biasanya mampu berlatih dengan intensitas berat
mendekati intensitas maksimal dalam jangka waktu relatif lama, sedangkan yang
non-atlet yang ingin meningkatkan kesegaran aerobiknya, intensitas latihan harus
berdasarkan kondisi yang dimiliki dan kemudian ditingkatkan secara bertahap,
dari hasil penelitian ternyata intensitas latihan jasmani yang dapat meningkatkan
kesegaran aerobik berkisar 70% dari kapasitas aerobik maksimal, sedangkan
intensitas yang kurang dari 60% kapasitas aerobik kurang berpengaruh terhadap
peningkatan kapasitas aerobik. Jadi intensitas latihan yang menunjang pada
kesegaran aerobik sebaiknya antara 60-80% dari kapasitas aerobik maksimal, agar
3
(2010) dalam (www.rinsponge.blogspot.com/2010/07/komponen-fisik.html?m=1
diakses 15 oktober 2014) menyimpulkan bahwa “ada hubungan antara denyut
nadi dan kapasitas aerobik. Hubungan tersebut menunjukan bahwa 60% kapasitas aerobik sama dengan 70% denyut nadi”.
Denyut nadi sendiri tidak dapat dipisahkan dengan sistem peredaran darah
dan paru atau saling tergantung satu dengan yang lain. Supaya jantung efektif
bekerja sebagai pemompa, maka otot jantung harus berkontraksi dalam waktu
yang hampir bersamaan. Irama jantung dipengaruhi oleh frekuensi latihan begitu
juga dengan irama denyut nadi. Pada atlet, denyut nadi dalam keadaan istirahat
lebih rendah dibandingkan dengan seseorang yang tidak terlatih. Karena seorang
atlet sudah terbiasa dengan latihan-latihan sehingga tekanan denyut nadinya lebih
rendah.
Sepak bola tergolong kedalam olahraga aerobik, dimana seorang atlet
sangat memerlukan oksigen untuk mendistribusikan ke otot selama pertandingan
berlangsung. Seperti yang dikatakan Giriwijoyo (2012, hlm. 23) mengatakan bahwa, “bila kapasitas aerobik besar, maka kelelahan lambat datang. Sedangkan bila kapasitas aerobik kecil maka kelelahan cepat datang”. Aerobik itu sendiri
mempunyai arti membutuhkan oksigen. Jadi bila kita ingin memiliki daya tahan
aerobik yang baik, maka seorang atlet harus memiliki kapasitas paru-paru yang
baik untuk menampung oksigen sebanyak mungkin dan mendistribusikannya ke
seluruh bagian tubuh. Jika atlet mengalami kelelahan akan menyebabkan
timbulnya asam laktat di dalam otot. Asam laktat itu sendiri berbahaya jika
terjadi, karena atlet tersebut tidak memiliki oksigen yang cukup untuk disalurkan
ke otot sehingga dapat menimbulkan cedera pada atlet akibat dari kelelahan yang
dialaminya. Seperti yang dijelaskan Imanudin (2008, hlm. 36) menjelaskan
bahwa,
pemecahan glikogen tanpa oksigen (O2) akan menghasilkan asam lakta. Pada waktu intensitas kerja/latihan yang tinggi dan dalam jangka waktu yang cukup lama, maka sejumlah besar asam laktat terkumpul dalam otot sehingga menyebabkan kelelahan yang pada akhirnya akan mengakibatkan terhentinya aktivitas fisik atau kerja.
Kebanyakan riset dan informasi yang ada fokus hanya pada yang harus
dilakukan, dikerjakan, atau dilatih seperti fisik, teknik, taktik, dan mental tanpa
berfikir mendetail mengenai hal-hal kecil yang mempengaruhi seperti latihan fisik
pada denyut nadi, kapasitas vital paru yang berpengaruh terhadap kapasitas
aerobik, dimana apabila denyut nadi ditekan atau rendah pada saat belum
melakukan akrivitas atau dalam keadaan istirahat dan kapasitas vital paru yang
besar akibat dari proses latihan maka hasli pada kapasitas aerobik pun akan besar.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan penjelasan yang disampaikan pada latar belakang maka penulis
mengidentifikasi beberapa masalah terkait dengan pengaruh denyut nadi istirahat
dan kapasitas vital paru terhadap kapasitas aerobik.
Denyut nadi dan kapasitas vital paru adalah hal yang mempengaruhi
kapasitas aerobik, karena dengan denyut nadi yang rendah dan kapasitas vital paru
yang besar maka kapasitas aerobik semakin baik dan kebugaran jasmani pun
semakin prima. Oleh sebab itu penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Hubungan yang signifikan antara denyut nadi istirahat dengan kapasitas
aerobik.
2. Hubungan yang signifikan antara kapasitas vital paru dengan kapasitas
aerobik.
3. Hubungan yang signifikan antara denyut nadi istirahat dan kapasitas vital
paru dengan kapasitas aerobik.
Kemudian untuk menghindari terlalu luasnya cakupan pembahasan
penulispun membatasi ruang lingkup penyusunan karya ilmiah ini. Adapun ruang
lingkup karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1) Variabel bebas (X1) dalam penelitian ini adalah denyut nadi istirahat dan
(X2) adalah kapasitas vital paru-paru. Sedangkan variabel terikat (Y) dalam
penelitian ini adalah kapasitas aerobik.
2) Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini meliputi istilah denyut
nadi istirahat dan kapasitas vital paru terhadap kapasitas aerobik.
3) Metode penelitian yang digunakan adalah metode Deskriptif.
5
5) Populasi dalam penelitian ini adalah SSB PSBUM UPI KU13-15 sebanyak
90 orang.
6) Sampel yang diambil ialah total sampel pada KU13-15 sebanyak 90 orang.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah diatas tersebut, dengan demikian
peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat kontribusi denyut nadi terhadap kapasitas aerobik?
2. Apakah terdapat kontribusi kapasitas paru-paru terhadap kapasitas aerobik?
3. Apakah terdapat kontribusi denyut nadi dan kapasitas paru-paru terhadap
kapasitas aerobik?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok bahasan dalam latar belakang yang telah dikemukakan
penulis diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan
memaparkan:
1. Untuk mengetahui kontribusi denyut nadi terhadap kapasitas aerobik.
2. Untuk mengetahui kontribusi kapasitas paru-paru terhadap kapasitas
aerobik.
3. Untuk mengetahui kontribusi denyut nadi dan kapasitas paru-paru terhadap
kapasitas aerobik.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian, maka yang diharapkan
oleh penulis melalui penelitian ini adalah manfaat secara teoritis dan secara
praktis, yang dipaparkan sebagai berikut:
1. Secara teoritis
Untuk memperoleh pemahaman secara teoritis mengenai kontribusi denyut
nadi istirahat dan kapasitas vital paru-paru terhadap kapasitas aerobik.
2. Secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
kontribusi denyut nadi istirahat dan kapasitas vital paru-paru terhadap kapasitas
F. Struktur Organisasi Skripsi
Dalam penyusunan sebuah karya ilmiah untuk mempermudah pembahasan
dan penyusunan maka sudah sepantasnya terdapat sebuah struktur kerangka
penulisan, adapun rencana kerangka penulisan dalam karya ilmiah ini adalah
sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan: meliputi latar belakang penelitian, identifikasi masalah
penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
struktur organisasi skripsi.
Bab II Kajian pustaka, kerangka berfikir, dan hipotesis pemikiran: dalam
kajian pustaka berisi teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang akan
dilakukan yaitu tentang hakikat cabang olahraga sepak bola, hakikat denyut nadi
istirahat, hakikat kapasitas vital paru-paru, dan hakikat kapasitas aerobik. Dalam
kerangka berfikir berisi tentang kontribusi denyut nadi istirahat dan kapasitas vital
paru-paru terhadap kapasitas aerobik. Hipotesis penelitian berisikan tentang
jawaban sementara tentang penelitian yang akan diteliti.
Bab III Metode penelitian: membahas tentang lokasi, populasi dan sampel
penelitinan, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen
penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data.
Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan: berisi tentang pengelolaan data
atau analisis data, dan pembahasan atau analisis temuan.
Bab V Kesimpulan dan saran: membahas tentang kesimpulan dari hasil
BAB III
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, penelitian dilakukan di tempat SSB PSBUM UPI
berlatih bertempat di lapang sepak bola kampus FPOK jalan H. Ph Mustopha no
200 Padasuka Cicaheum.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan kumpulan individu yang memiliki sifat-sifat umum.
Dari populasi dapat diambil suatu data yang diperlukan untuk memecahkan suatu
permasalahan yang dikaji. Terkait dengan populasi menurut Arikunto (2006, hlm.
82) menjelaskan bahwa: “Populasi adalah sekelompok subjek yang diperlukan
oleh peneliti, yaitu kelompok dimana peneliti ingin menggeneralisasikan temuan penelitiannya”. Sedangkan menurut Sugiyono (2012, hlm. 117) menjelaskan bahwa: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dan subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.
Berdasarkan pernyatan diatas, maka ditetapkan populasi dalam penelitian ini
adalah anggota SSB PSBUM UPI pada KU13-KU15 yang berjumlah 90 orang.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi penelitian yang diambil. Dengan
kata lain sampel dapat diartikan sebagai wakil dari populasi yang dijadikan
sumber informasi/data. Terkait dengan sampel menurut Sudjana (2005, hlm. 6) “Sampel merupakan sebagian yang diambil dari populasi”. Sedangkan menurut Sugiyono (2012, hlm. 118) menjelaskan bahwa: “Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.
Terkait dengan tatacara pengambilan sampel Arikunto (2006, hlm. 128)
cara-cara pengambilan sampel dalam penelitian dapat dilakukan sebagai berikut: sampel random, sampel berstrata, sampel wilayah, sampel proporsi, sampel bertujuan, sampel kuota, sampel kelompok, sampel kembar.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka dalam penelitian ini pengambilan
sampel ditentukan dengan total sampel artinya seluruh anggota SSB PSBUM UPI
pada KU13 sampai KU15 yang berjumlah 90 orang.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian diperlukan dalam suatu penelitian karena desain penelitian
dapat menjadi pegangan yang lebih jelas dalam melakukan penelitiannya. untuk
memberikan kelancaran dalam pelaksanaan penelitian ini penulis merencang
desain penelitian sebagai berikut:
1. Menetapkan populasi dan sampel penelitian.
2. Pengambilan dan pengumpulan data melalui tes dan pengukuran.
3. Analisis data.
4. Menetapkan kesimpulan.
Dalam desain penelitian terdapat variabel-variabel yang terkandung dalam
tujuan penelitian dan hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Penulis
menggunakan desain penelitian deskriptif, dengan pengelompokan variabel
penelitian sebagai berikut:
1. Variabel bebas ke – 1 denyut nadi istirahat (X1)
2. Variabel bebas ke – 2 kapasitas vital paru-paru (X2)
3. Variabel kapasitas aerobik (Y)
4. Variabel denyut nadi istirahat dan kapasitas vital paru-paru terhadap
kapasitas aerobik (R12y).
Adapun desain penelitian yang digunakan sebagai berikut:
r X1 . y Gambar 3.1
Disain penelitian
(Sumber : Sugiyono) (2012, hlm. 70)
r X2 . y
X2 X1
Adapun langkah-langkah penelitian sebagaimana tertera pada bagan di
bawah ini:
Gambar 3.2
Langkah-langkah Penelitian (Sumber : Penulis)
Dari bagan diatas mengenai langkah-langkah penelitian diawali dengan
melihat populasi yang ada setelah itu disesuaikan dengan kebutuhan penelitian
dengan seluruh sampel untuk digunakan untuk penelitian, setelah sampel
ditentukan kemudian pertama dilakukan tes denyut nadi istirahat lebih dahulu
kemudian tes kapasitas vital paru dan diakhiri dengan kapasitas aerobik, setelah
data terkumpul seluruhnya data mulai dianalisis kemudian bisa diambil
kesimpulan.
Populasi
Sampel
pengukuran denyut nadi
pengukuran kapasitas vital
paru-paru
Pengukuran kapasitas aerobik
Analisis
D. Metode Penelitian
Metode adalah salah satu cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan.
Metode penelitian sangat dibutuhkan dalam sebuah penelitian karena akan
memberikan petunjuk, bagaimana penelitian tersebut harus dilaksanakan. Di
dalam metode penelitian nantinya akan ditemukan cara-cara bagaimana objek
penelitian yang dituju bisa diketahui dan diamati sehingga menghasilkan data-data
yang tepat sesuai dengan tujuan penelitian.
Penelitian adalah penyelidikan usaha untuk menentukan, mengembangkan
dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Usaha itu dilakukan dengan metode
ilmiah.Tujuan dari penelitian itu sendiri, adalah mengungkapkan, menggambarkan
dan mengumpulkan data untunk menguji suatu kebenaran hipotesis. Keberhasilan
suatu penelitian ilmiah, tidak lepas dari metode yang digunakan dalam penelitian.
Dengan demikian penggunaan metode penelitian bergantung kepada
permasalahan dan pertanyaan penelitian yang muncul. dari pertanyaan tersebut
dapat diketahui variabel yang muncul bersifat atau berupa gambaran peristiwa
yang terjadi pada saat pengukuran dan pengumpulan data.
Metode yang penulis gunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif teknik korelasional. Metode tersebut digunakan penulis
karena penelitian ini berkaitan dengan perumpamaan informasi yang
menggambarkan gejala-gejala yang ada. Terutama berkenaan dengan seberapa
besar kontribusi denyut nadi istirahat dan kapasitas vital paru-paru terhadap
kapasitas aerobik dalam cabang olahraga atletik pada nomor lari. Mengenai
metode korelasi atau korelasional Arikunto (2010, hlm. 4) berpendapat bahwa :
Penelitian korelasi atau penelitian korelasional adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang memang sudah ada.
Dari pendapat diatas, maka dapat digambarkan sifat dari metode korelasi
atau korelasional. Selain untuk mengumpulkan informasi atau data deskriptif yang
bertujuan pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang merupakan
masalah yang aktual. Oleh karena itu metode pada penelitian ini menggunakan
untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian, maka berikut ini terdapat
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pengukuran denyut nadi istirahat sampel.
2. Pengukuran kapasitas vital paru-paru sampel.
3. pengukuran kapasitas aerobik sampel.
Data yang diperoleh dari hasil tes masih merupakan data mentah yang harus
diolah sehingga data tersebut mempunyai arti. Adapun langkah-langkah yang
dilakukan adalah:
1. Mengumpulkan data.
2. Menyusun dan mengolah data.
3. Menganalisa data.
4. Menafsirkan data.
5. Menyusun kesimpulan.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman istilah dalam penulisan ini, maka
penulis memberikan definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1. Denyut nadi istirahat
Denyut nadi menurut Perace (1993, hlm. 127) “adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa ke luar jantung”. Sedangkan denyut nadi istirahat(Resting Heart Rate) adalah denyut nadi yang diukur pada saat
istirahat dan tidak melakukan aktivitas. pengukuran denyut nadi ini dapat
menggembarkan tingkat kebugaran seseorang.
2. Kapasitas vital paru-paru
Menurut Guyton (1983, hlm.6) Kapasitas vital paru sama dengan volume
cadangan inspirasi ditambah tidal volume dan volume cadangan ekspirasi”. Ini
merupakan jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan dari paru-paru
seseorang setelah ia mengisinya sampai batas maksimum dan kemudian
3. Kapasitas aerobik
Menurut Sastropanoelar (1992) dalam Somarno (http//www.scribe.com diakses 25 oktober 2014) “Kapasitas aerobik maksimal diartikan dengan kapasitas menggunakan oksigen secara maksimal saat melakukan kerja biasanya disingkat VO2Max”. VO2Max adalah volume maksimal oksigen yang diproses dalam tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif atau suatu tingkatan
kemampuan tubuh yang dinyatakan dalam liter per menit atau mililiter/menit/kg
berat badan.
F. Instrumen Penelitian
Instrument yang dilakukan haruslah sesuai dengan pertanyaan penelitian.
Artinya instrument yang digunakan haruslah dapat mengukur sesuatu yang ingin
diukur. Tentang hal tersebut Nurhasan dan Cholil (2007, hlm. 6) mengatakan bahwa “dengan alat ukur ini kita akan memperoleh data dari suatu obyek tertentu, sehingga kita dapat mengungkapkan tentang keadaan obyek tersebut secara obyektif”. Untuk mengumpulkan data-data penelitian yang diperlukan, penulis menggunakan alat ukur sebagai media atau alat pengumpul data. Kualitas data
yang diperoleh ditentukan oleh kualitas alat pengambilan data atau
pengukurannya yang digunakan. Jadi dalam memilih instrument yang akan
digunakan sebaiknya peneliti melihat reliabilitas dan validitas instrument tersebut. Adapun Nurhasan (2007, hlm. 5) mengatakan bahwa “pengukuran adalah proses pengumpulan data atau informasi dari suatu objek tertentu dalam proses pengukuran diperlukan suatu alat ukur”. Reliabilitas yaitu alat ukur yang dapat digunakan pada berbagai objek yang hendak diukur, sedangkan validitas yaitu alat
ukur yang dapat mengukur apa yang hendak diukur. Suatu alat ukur harus
memiliki validitas (dapat mengukur) yang sesuai dengan materi tes yang akan diukur. Sebagaimana yang dikatakan Nurhasan (2007, hlm. 10) bahwa “suatu tes dikatakan sahih apabila tes dapat mengukur apa yang hendak diukur”.
Sesuai dengan konteks penelitian yaitu menjelaskan tentang kontibusi
penulis memakai instrumentmenghitung denyut nadi untuk pengukuran denyut
nadi, spirometer untuk mengukur kapasitas vital paru-paru, bleep test untuk
mengukur kapasitas aerobik.
Untuk lebih jelasnya mengenai alat ukur yang digunakan dalam penelitian
ini, secara rinci akan diuraikan mengenai pelaksanaan tes sebagai berikut:
1. Tes denyut nadi.
a. Tujuan : Mengukur atau menghitung denyut nadi per menit.
b. Alat : Stopwatch, alat tulis.
c. Pelaksanaan :
a) Seluruh peserta berkumpul diberikan arahan untuk menentukan letak
denyut nadi pada pergelangan tangan.
b) Setelah seluruh peserta menemukan letak denyut nadi kemudian peneliti
memberi aba-aba untuk mulai menghitung denyut nadi masing-masing
selama 1 menit.
c) Kemudian setelah selesai waktu yang ditentukan seluruh peserta
melaporkan hasil menghitung denyut nadi yang diperoleh.
Gambar 3.3
Tes Denyut Nadi Pada Arteri Radialis
(Sumber: yukez.wordpress.com, diakses 02 desember 2014)
Tabel 3.4
Tabel Penilaian Denyut Nadi
NO NAMA DENYUT/MENIT
2. Tes kapasitas vital paru
a. Tujuan : Mengukur kapasitas vital paru-paru.
b. Alat : Spirometer, alat tulis, tisu.
c. Pelaksanaan :
a) Peserta tes berdiri dengan memegang alat spirometer.
b) Peserta diberi aba-aba untuk menarik napas lalu meniupkan semaksimal
mungkin pada alat spirometer.
Gambar 3.5
Spirometer (Sumber: Peneliti)
Tabel 3.6
Tabel Penilaian Kapasitas Vital Paru
NO Nama Tes
Kapasitas Vital paru
1 2 3
3. Tes kapasitas aerobik (VO2Max) bleep test
a. Tujuan : Mengukur kapasitas aerobik (VO2Max).
b. Alat : Laptop atau smartphone, spiker, meteran, patok atau cons,
alat tulis.
c. Pelaksanaan
a) Peneliti mempersiapkan lintasan tes sepanjang 20 meter dan
memberikan tanda dengan patok atau cons.
b) Peneliti memberikan arahan mengenai prosedur bleep test.
c) Peserta dibagi 3 kelompok.
d) Peserta bersiap dibelakang patok.
e) Peserta melakukan tes semampunya.
20m
Gambar 3.7
Bleep Test
(Sumber: Penulis)
Tabel 3.8
Tabel Pengukuran Kapasitas Aerobik
NO NAMA LEVEL BALIKAN VO2MAX
Tabel 3.9
Perolehan VO2Max Dengan Bleep Test
(Sumber: m.kaskus.co.id/thread/52537e8c3dcb171c3d000008/jangan-jadi-pemain-bola-kalo-vo2-max-kamu-jelek diakses 2 desember 2014)
Tabel Beep test level VO2Max
Level Shuttle VO2Max
4
2 26,8
4 27,6
6 28,3
9 29,5
5
2 30,2
4 31
6 31,8
9 32,9
6
2 33,6
4 34,3
6 35
8 35,7
10 36,4
7
2 37,1
4 37,8
6 38,5
8 39,2
10 39,9
8
2 40,5
4 41,1
6 41,8
8 42,4
11 43,3
9
2 43,9
4 44,5
6 45,2
8 45,8
11 46,8
10
2 47,4
4 48
6 48,7
8 49,3
11 50,2
11
2 50,8
4 51,4
6 51,9
8 52,5
10 53,1
G. Prosedur Pengolahan Data
Data masing-masing Variable yang diperoleh melalui proses pengukuran,
merupakan nilai yang masih mentah. Untuk mengetahu adanya hubungan yang
signifikan antara denyut nadi istirahat dan kapasitas vital paru terhadap kapasitas
aerobik. Maka harus melalui proses penghitungan secara statistik. Adapun
langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data hasil penelitian tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Menghitung nilai rata-rata
̅ =∑� �̅ = Nilai rata-rata yang dicari
∑ � =Jumlah skor yang didapat n = Banyak sampel
2. Menghitung simpangan baku dari setiap kelompok dengan menggunakan rumus:
= √∑ − ̅� −
s = Simpangan baku yang dicari
∑ � − �̅ 2=Jumlah hasil pengkuadratan nilai skor dikurangi rata-rata � − = Jumlah sampel dikurangi satu
3. Uji normalitas
Bertujuan untuk mengetahui apakah data dari hasil pengukuran tersebut normal atau tidak. Uji yang digunakan adalah uji normalitas Lilifors.
Rumus yang digunakan sebagai berikut:
a. Pengamatan X1, X2,..., Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2,..., Zn
dengan rumus:
= − ̅
� = Nilai skor sampel
� = Simpangan baku sampel
b. Untuk setiap bilangan menggunakan data distribusi normal baku, kemudian hitung peluang
� = � = � = ≤ �
c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2,..., Zn yang lebih kecil atau
sama dengan Zi. Jika proporsi dinyatakan lah S (Zi), maka
� =� � ��� ,� , … … , � ≤
d. Hitung selisih F(Z1) – F(Si) kemudian tentukan harga mutlaknya.
e. Ambilah harga yang paling beras diantara harga-harga mutlak selisih tersebut. Ambil nilat terbesar sebagai nilai Lo yang kemudian
dibandingkan dengan nilai Ltabel.
4. Menghitung koefisien korelasi tunggal dengan menggunakan rumus:
= � ∑ � �− ∑ ∑
√[�∑ � − ∑� ][�∑ � − ∑ � ]
rxy = Korelasi yang dicari
x = Skor pada variabel x y = Skor pada variabel y ∑x= Jumlah skor variabel x ∑y= Jumlah skor variabel y ∑x2= Jumlah dari kuadrat x
∑y2= Jumlah dari kuadrat y
Xy = Skor x dikali y
N = Jumlah subjek
5. Uji signifikansi korelasi tunggal, dengan rumus:
= √� −
r = Koefisien korelasi n = Jumlah sampel
6. Menghitung koefisien korelasi ganda, dengan rumus:
= √ + −−
r = Korelasi dari tiga variabel Ry12 = korelasi yang dicari
r2y
1 = Korelasi y dan x1
r2y
2 = Korelasi x dan y2
r12 = Korelasi x1 dan x2
7. Menguji signifikansi koefisien korelasi multiple/ganda, dengan rumus:
� = /�
− / � − � − �
F = Koefisien yang dicari k = Banyaknya variabel bebas R = Korelasi multipel
n = Jumlah sampel
8. Untuk mengetahui seberapa besar dukungan tiap variabel bebas terhadap variabel terikat, dengan rumus:
� = x %
D = Persentase yang dicari r2 = Kuadrat dari korelasi