• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Semiotika Pada Ornamen Masjid Raya AL-Mashun Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Semiotika Pada Ornamen Masjid Raya AL-Mashun Medan"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid

Raya Al-Mashun

No

Bentuk Ornamen

Keterangan bentuk Tanda-tanda Semiotika

Ikon Indeks Simbol

1 Ornamen Geometris ini

terdapat di sayap kanan dan kiri pintu gerbang. Berbentuk bunga dengan 12 buah kelopak bunganya, kelopak bunga ini

mempunyai bentuk dasar persegi panjang dengan ujungnya meruncing

√ √ √

2. Terdapat di ventilasi pintu

yang berbentuk

lengkungan tapal kuda gerbang masjid. Berbentuk bidang persegi banyak, ada yang merupakan bidang persegi enam, bintang bersudut enam dan bintang besudut banyak.

√ √ √

3 Terdapat di sepanjang

dinding bagian bawah serambi utara, timur, selatan dan barat yang memanjang secara horisontal.Ornamen ini terdiri dari bidang-bidang persegi yang saling

menjalin membentuk suatu pola berulang yang saling menjalin. Ornamen ini

(2)

4 Ornamen ini terdapat pada setiap bagian pinggiran lengkungan. Ornamen ini berbentuk bidang-bidang lingkaran dan persegi yang saling menjalin dan

menyatu membentuk pola yang berulang.

√ √ √

5 Ornamen ini menghiasan

di langit-langit serambi. Bentuk dasar lingkaran dan jalinan belah ketupat yang dijalin disepanjang

lingkaran hiasan bunga, dan sepanjang langit-langit serambi dihiasi belah ketupat yang dijalin memenuhi bidang pinggiran langit-langit.

√ √ √

6 Terletak di pintu menuju

ruang utama di atas pintu sebagai ventilasi. Ornamen ini berbentuk bintang bersudut enam, belah ketupat dan segitiga yaitu merupakan kisi-kisi ventilasi yang berbentuk lunas perahu terbalik.

√ √ √

7 Ornamen ini merupakan

kombinasi ornamen geometris dengan floral (Arabesque) yang terletak pada langit-langit gerbang dan memiliki bentuk bintang bersudut delapan, bujur sangkar dan hiasan bunga.

√ √ √

8 Ornamen Geometris

Berbentuk Belah Ketupat

(3)

9

Ornamen geometris ini terdapat pada pintu yang terletak di sisi kanan dan kiri gerbang.

√ √ √

10

Ornamen Arabesque dengan bentuk daun-daun yang membulat dan agak menggulung, terdapat di dinding tubunh dikka tingkat dua dasn pipi tangga dikka paling atas.

√ √ √

11

Hiasan yang menyerupai bunga yang masih kuncup dan terbuat dari ukiran kayu terdapat di sepanjang dinding serambi, ruang utama dan bagian atas tiang-tiang lorong serambi.

12 Hiasan ceplok bunga, yang

tengahnya berbentuk persegi delapan, terdapat di langit-langit ruang utama masjid.

(4)

13

Hiasan kuncup bunga dan stilasi daun, terdapat di sepanjangan dinding-dinding serambi, dinding-dinding ruang utama sholat dan langit-langit kubah masjid.

√ √ √

14 Ornamen Floral berbentuk

stilasi daun dan geometris, terdapat di bagian dalam lengkungan yang terletak di ruang utama masjid.

√ √ √

15

Ornamen Floral kombinasi hiasan bunga rosetta dengan stilasi tanaman berwarna biru muda dan coklat muda. Ornamen ini terdapat pada jendela kaca serambi.

(5)

16 Ornamen Floral kombinasi hiasan bunga rosetta dan stilasi tanaman berwarna hijau, putih, merah dan krem.

√ √ √

17 Hiasan sulur-suluran yang

halus dan menggulung membentuk bingkai segitiga, terdapat pada bagian samping kiri dan kanan tangga naik mimbar.

√ √ √

18 Ornamen ini berbentuk

hiasa sulur-suluran yang

diletakkan pada

lengkungan di atas tiang ruang utama, diselingi dengan pola hiasan zigzag dan terdapat pada sudut

pertemuan antar

lengkungan-lengkungan tersebut.

√ √ √

19 Ornamen floral ini

berbentuk bidang segitiga dan di dalamnya terdapat hiasan stilasi daun, ornamen ini terdapat pada pinggiran langit-langit ruang utama masjid.

√ √ √

20 Ornamen pada dinding di

ruang utama

(6)

21 Ornamen Floral pada dinding bagian luar masjid

√ √ √

22 Ornamen bulan sabit √ √ √

23 Lengkungan pada ruang

utama

√ √ √

24 Lengkungan pada gerbang √ √ √

(7)

26 Lengkungan pada lorong-lorong serambi

√ √ √

27 Lengkungan pada jendela √ √ √

28 Lengkungan pada tempat

wudhu

√ √ √

29 Lengkungan pada pintu si

lorong serambi

(8)

Lampiran 2

Foto-foto Bangunan Masjid Raya

Foto 1.

(9)

Foto 3. Bangunan Induk Masjid

(10)
(11)
(12)
(13)
(14)

DAFTAR PUSTAKA

Aart, van Zoest. 1993. Semiotika: Tentang Tanda, Cara Kerjanya dan Apa yang Kita Lalukan Dengannya. Jakarta: Yayasan Sumber Agung.

Anom, I.G.N., dkk. 1999. Masjid Kuno Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Ensiklopedi Islam. 1994.Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.

Halliday, M.A.K. 1992. Bahasa, Konteks dan Teks (Aspek-aspek Bahasa Dalam Pandangan Semiotik Sosial). Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Israr, C.1978. Sejarah Kesenian Islam Jilid I. Jakarta: Bulan Bintang Mukhtar Umar, Ahmad. 2006. Ilmu Dilalah.

Suchari, Dr.Agus. 2003. Pengantar Metodologi Penelitian Budaya Rupa: Desain, Arsitekture, Seni Rupa dan Kriya. Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatid dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Susanta, Gatut. 2007. Membangun Masjid dan Mushola. Jakarta : Griya Kreasi Sumalyo, Yulianto. 2006. Arsitektur Mesjid dan Monumen Sejarah Muslim.

Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Salehudin, Ahmad. “Mesjid Raya Al-Mashun.” http://www.wisatamelayu.com/id/tour/397-Masjid-Raya-Al-Mashun/navgeo diakses 5 Agustus 2009)

Aziz, Abdul. “Sejarah, Pengertian, Motif, Teknik, Corak, Fungsi Ornamen.”

(15)

E Prawoto, Amran. Makna Simbolik Ragam Hias pada Arsitektur Rumah Melayu Dharma, htpp://staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ diakses 2012

(16)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini berlokasi di Kompleks Masjid Raya Al-Mashun Medan. Penelitian lapangan dilakukan pada bulan Oktober-November 2013 dan dilanjutkan menganalisis data yang sudah diperoleh pada bulan desember 2013.

3.2Populasi dan Sampel

Populasi menurut Arikunto (1998: 130) adalah keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan sampel penelitian menurut Arikunto (1998: 120) adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Populasi yang menjadi objek kajian adalah seluruh ornamen pada masjid raya Al-Mashun Medan dan sampelnya adalah ornamen yang memiliki tanda semiotika.

3.3Teknik Pengumpulan Data

Metode penelitian adalah cara kerja yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Dalam penelitian diperlukan data yang dijadikan bahan baku untuk penelitian. Pengumpulan data yang digunakan untuk

a. Observasi

Nosution (1988) dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R dan D menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Observasi dilakukan di Kompleks Bangunan Masjid Raya Al-Mashun Medan berupa bangunan inti, gerbang, tempat wudhu dan menara.

b. Wawancara

Esterberg (2002) dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&d mendefinisikan wawancara sebagai berikut.

(17)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi uga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih dalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri atau setidak-tidaknya pada pengetahuan atau keyakinan pribadi. (Sugiono, 2009: 231)

Wawancara yang akan peneliti lakukan adalah mewawancari narasumber yang masih berkaitan dengan Masjid Raya Al-Mashun Medan. Terutama yang dapat memberikan informasi tentang bangunan masid tersebut dan ornamen yang ada di dalamnya. Peneliti dibantu dengan menggunakan alat-alat seperti buku catatan, dan kamera.

3.4Metode dan Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara , peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Setelah data terkumpul, maka peneliti akan mereduksi data (merangkum data) memilih-milih hal yang pokok, mengfokuskan pada hal-hal yang penting saja. Seperti memfokuskan pada ornamen yang ada di dalam kompleks bangunan Masjid Raya Al-Mashun Medan.

3.5Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

(18)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Sejarah Masjid Raya Al-Mashun Medan

Medan adalah sebuah kota terbesar di Sumatera, didirikan pada abad XVII oleh Sultan Mahmud Perkasa Alam yang waktu itu istanya di Labuhan Deli sekitar 10 Km di luar kota. Sejak 1860 pantai Deli mulai menjadi kawasan perkebunan yang produktif, sejak 1887 menjadi ibukota wilayah pantai timur Sumatera. Keberhasilan perkebunan tembakau dari wilayah belakangnya yaitu Deli, menjadikan Medan pusat perdagangan dan dijadikan kota praja pada 1909 oleh pemerintah kolonial Belanda. (Sumalyo, 2006: 486)

Masjid Raya Al-Mashun dibangun pada masa Sultan Melayu Deli XI, Sultan Makmun Al-Rasyid pada 21 Agustus 1906 dan selesai 10 September 1909. Peresmian ini bertepatan dengan hari dilaksanakannya shalat jumat yang dihadiri oleh pembesar-pembesar kerajaan termasuk Sri Paduka Ali Ma’shun, Tuanku Sultan Amis, Abdul Jalal Rakhmadsyah dari Langkat dan Sultan Sulaiman Alamsyah dari Serdang. (Dept. Pend. Dan Kebud., 1999: 39)

Pada masa lalu masjid ini merupakan tempat shalat jumat satu-satunya di wilayah Kesultanan Deli. Hal ini menunjukkan bahwa Masjid Raya Al-Mashun Medan merupakan masjid Kesultanan tetapi tidak terdapat tempat sembahyang khusus untuk Sultan (maksurah) seperti umumnya masjid-masjid Kesultanan.

Pada awalnya Masjid Raya Al-Mashun di rancang oleh Arsitek Belanda Van Erp yang juga merancang istana Maimun, namun kemudian proses-nya dikerjakan oleh JA Tingdeman. Van Erp ketika itu dipanggil ke pulau Jawa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi candi Borobudur di Jawa Tengah. JA Tingdeman, sang arsitek merancang masjid ini dengan denah simetris segi delapan dalam corak bangunan campuran Maroko, Eropa dan Melayu dan Timur Tengah.

(19)

(di sekitar istana kota Maksum), Gedung pengadilan (Balai Kerapatan Tinggi) dan sebuah taman di depan masjid raya, yang dikenal sebagai “Kolam Raja”.

Mengenai pembagunan Masjid Raya Al-Mashun Medan khususnya, sebagian dananya diperoleh dari sumbangan Tjong A Fie yang berhubungan baik dengan Kesultanan, hampir sepertiga dana untuk pembangunan masjid ini diperoleh darinya. Masjid di Petisah 100% dibiayainya, bahkan beberapa masjid di Spirok (Tapanuli Selatan) dan Sumatera Barat. Ia merupakan tokoh masyarakan Cina perantauan, oleh pemerintah Kolonial Belanda ia diangkat sebagai kapten Cina pada masa itu. (Sinar, 1991: 84-85).

Pada tahun 1970 M dilakukan pengecatan oleh Direktorat Jenderal Pariwisata pada bagian luar dengan menyesuaikan warna aslinya. Tahun 1991 dilaksanakan perbaikan yang meliputi perbaikan jalan, taman, perkarangan, halaman, dan penggantian bola-bola lampu yang rusak. Perbaikan ini dilakukan oleh Proyek Rehabilitasi, Dinas Bangunan Kotamadia Daerah Tingkat II Medan. (Dept. Pend dan Kebud, 1999: 39)

4.2Deskripsi Bangunan Masjid Raya Al-Mashun Medan

(20)

Gambar 1.

(21)

4.2.1 Gerbang

Masjid Raya Al-Mashun memiliki pintu gerbang yang terpisah dengan bangunan induknya. Gerbang ini terdiri dari unit berdenah bujur sangkar, atapnya datar, di depan untuk masuk terdapat pelengkung patah. Di sisi kiri kanan tersebut diapit oleh unit bentuknya sama tetapi lebih kecil dan pelengkung patahnya mati. Bagian atas gerbang tengah dan pengapitnya dihias dengan molding dan dentil, deretan kubus-kubus kecil, rapat seperti bergigi. (Sumalyo, 2006: 486)

Gambar 2.

(22)

4.2.2 Bangunan Induk

Gambar 3.

Denah Bangunan Induk Masid Raya Al-Mashun

(23)

4.2.2.1Serambi

Serambi mengelilingi ruang utama masjid yang berfungsi sebagai tempat shalat. Bangunan serambi terletak di sebelah barat, timur, utara dan selatan berbentuk seperti lorong dan denahnya masing-masing berbentuk persegi panjang. Pada sudut tenggara, timur laut, barat laut dan barat daya terdapat serambi yang lebih tertutup, mempunyai ruangan berbentuk persegi delapan. Serambi-serambi yang terletak di sudut masing-masing memiliki satu buah pintu masuk yang terbuat dari kayu dan berhias geometris. Selain pintu, masing-masing juga memiliki dua buah jendela yang berhias. (Dept. Pend dan Kebud, 1999: 38)

4.2.2.2Ruang Utama

Ruang utama, dinding serambi bagian dalam merupakan dinding pembatas antara ruang serambi dan ruang utama masjid. Ruang utama masjid merupakan ruang bagian dalam masjid, memiliki dinding berdenah persegi delapan. Pada sisi timur, selatan, barat, dan utara ini masing-masing memiliki satu buah pintu masuk yang terbuat dari kayu serta di sisi kiri dan kanan pintu terdapat dua buah jendela yang terbuat dari kaca berhias (starnet glass). Pada sisi tenggara, timur laut, barat daya, dan barat laut ruang utama masjid terdapat satu buah pintu masuk ke ruang utama terbuat dari kayu. Daun pintu ini berhiasa geometris. Selain itu, pada dinding ruang utama masjid terdapat delapan buah jendela kaca yang berhias, masing-masing dua buah pada setiap dinding timur, selatan, barat dan utara. Di dalam ruang utama masjid terdapat tiang, mihrab, mimbar, dan dikka. (Dept. Pend dan Kebud, 1999: 38)

4.2.2.2.1 Mihrab

Mihrab adalah sebuah ruangan di dalam masjid, tempat imam shalat. Teletak di sisi barat laut masjid sebagai tanda arah kiblat. Mihrab ini berupa relung berbentuk lengkungan ladam kuda yang runcing dan menjorok ke depan. Bahan mihrab dari marmer berwarna hijau dan krem. Di sisi kanan luar mihrab terdapat dua buah tiang semu terbuat dari marmer. Di bawah relung mihrab terdapat tiang-tiang semu (pilaster) yang menonjol dan berderetan berjumlah sepuluh buah. Pada bagian atas pilaster dihubungkan dengan deretan lengkungan-lengkungan kecil. (Dept. Pend dan Kebud, 1999: 38)

4.2.2.2.2 Mimbar

(24)

ditopang oleh delapan tiang berbentuk silinder. Antara tiang satu dengan tiang lainnya dihubungkan dengan lengkungan. Pada bagian puncak kubah mimbar terdapat hiasan kemuncak atap. Atap dan tiang mimbar terbuat dari bahan tembaga dan pada bagian dalam diukir dengan motif pilin berganda dan daun-daunan. Mimbar II (dikka) merupakan tempat wakil imam (bilal) untuk mengulang ucapan-ucapan imam dalam shalat pada saat-saat tertentu, juga tempat azan yang kedua, membuka acara shalat (khusus shalat jumat) dengan membaca ayat-ayat alquran. (Dept. Pend dan Kebud, 1999: 39)

Gambar 4.

Mimbar Utama Masjid Raya Al-Mashun

(25)

Gambar 5.

Mimbar Kedua (dikka) Masjid Raya Al-Mashun

4.2.3 Tempat Wudhu

(26)

Gambar 6.

(27)

4.2.4 Menara

Menara di Masjid Raya Al-Mashun merupakan menara yang berbentuk seperti menara-menara di Mesir yaitu berbentuk menjulang tinggi, bertingkat tiga dengan tingkat dasar berbentuk empat persegi panjang/kubus yang memanjang dan dua tingkat yanglain membentuk persegi delapan, bagian puncak menara terdapat atap kubah yang pejal dan meruncing di atas

Gambar 7.

(28)

4.3Bentuk Ornamen dan Semiotika pada Ornamen Masjid Raya Al-Mashun Medan

Pada bangunan Masjid Raya Al-Mashun Medan terdapat beberapa bagian kompleks masjid (gerbang, tempat wudhu, bangunan induk, menara) yang dihiasi oleh ornamen (hiasan). Ornamen tersebut berbentuk arsitektural (bentuk bangunan) maupun ornamental (hiasan).

Adapun bentuk-bentuk ornamen yang terdapat di Masid Raya Al-Mashun Medan sebagai berikut:

4.3.1 Ornamen Geometris

Yang dimaksud geometris adalah garis, lengkung, segitiga hingga segi banyak dan lain-lain ada dalam ilmu ukur, bagian-bagiannya termasuk sudut dan luasnya dapat diukur. Dalam bangunan untuk ibadah umat Islam, prisip geometris diterapkan secara lebih flesibel, fungsinya lebih banyak sebagai pengarah atau hiasan. (Sumalyo, 2006: 13)

Ada beberapa ornamen yang berbentuk geometris dalam bangunan masjid Al-Mashun, diantaranya:

(29)

Ornamen ini terdapat di sayap kanan dan kiri pintu gerbang. Berbentuk bunga dengan 12 buah kelopak bunganya, kelopak bunga ini mempunyai bentuk dasar persegi panjang dengan ujungnya meruncing.

Ornamen geometris ini termasuk ke dalam ikon karena bentuk dasar dari ornamen ini merupakan bentuk yang ada dalam geometris yaitu persegi panjang dengan ujungnya meruncing. Bentuk dasar persegi panjang dengan ujungnya meruncing dan kemudian membentuk bunga ini termasuk indeks, berdasarkan unsur geometris yang terdapat pada ornamen ini menjadikannya ke dalam indeks ornamen geometris. Bentuk ornamen yang berbentuk bunga dengan bentuk dasar perssegi panjang yang meruncing ini merupakan ornamen geometris sehingga ornamen ini termasuk simbol.

2. Ornamen dengan bentuk bidang persegi banyak

Gambar 9

Ornamen Geometris Bentuk persegi banyak

Terdapat di ventilasi pintu yang berbentuk lengkungan tapal kuda gerbang masjid. Berbentuk bidang persegi banyak, ada yang merupakan bidang persegi enam, bintang bersudut enam dan bintang besudut banyak.

(30)
[image:30.595.256.397.97.254.2]

3. Ornamen Geometris dengan bentuk jalinan bidang-bidang persegi

Gambar 10.

Ornamen Geometris dengan bentuk jalinan bidang-bidang persegi

Terdapat di sepanjang dinding bagian bawah serambi utara, timur, selatan dan barat yang memanjang secara horisontal.Ornamen ini terdiri dari bidang-bidang persegi yang saling menjalin membentuk suatu pola berulang yang saling menjalin. Ornamen ini berwarna merah muda dan hijau muda.

Ornamen geomeris ini termasuk dalam ikon dan berbentuk dasar jalinan bidang-bidang persegi sehingga ornamen ini tergolong dalam indeks. Ornamen geometris merupakan simbol yang terdiri dari unsur geometris yang dalam ornamen ini adalah berbentuk jalinan bidang-bidang persegi.

4. Ornamen Geometris dengan jalinan bidang-bidang lingkaran dan persegi

Gambar 11

Oornamen Geometris Jalinan bidang-bidang lingkaran dan persegi

Ornamen ini terdapat pada setiap bagian pinggiran lengkungan. Ornamen ini berbentuk bidang-bidang lingkaran dan persegi yang saling menjalin dan menyatu membentuk pola yang berulang.

[image:30.595.233.403.501.591.2]
(31)
[image:31.595.234.400.90.311.2]

5. Ornamen Geometris Berbentuk Lingkaran dan jalinan belah ketupat

Gambar 12.

Ornamen Geometris Berbentuk Lingkaran dan Jalinan Belah Ketupat

Ornamen ini menghiasan di langit-langit serambi. Bentuk dasar lingkaran dan jalinan belah ketupat yang dijalin disepanjang lingkaran hiasan bunga, dan sepanjang langit-langit serambi dihiasi belah ketupat yang dijalin memenuhi bidang pinggiran langit-langit.

Ornamen geometris termasuk ikon. Berbentuk dasar lingkaran dan jalinan belah ketupat yang menjadikannya terlihat seperti bunga ini tergolongkan ke dalam indeks. Ornamen ini merupakan simbol berdasarkan unsur geometris ang terdapat dalam ornamen ini.

6. Ornamen Geometris Bentuk Bintang Sudut Enam, belah ketupat dan segitiga

Gambar 13

[image:31.595.186.448.512.732.2]
(32)

Terletak di pintu menuju ruang utama di atas pintu sebagai ventilasi. Ornamen ini berbentuk bintang bersudut enam, belah ketupat dan segitiga yaitu merupakan kisi-kisi ventilasi yang berbentuk lunas perahu terbalik.

Ornamen geometris merupakan ikon dan ornamen ini berbentuk dasar bintang sudut enam, belah ketupat dan segitika yang termasuk ke dalam indeks. Ornamen geometris ini tergolong ke dalam simbol berdasarkan unsur geometris yang terdapat pada ornamen ini.

[image:32.595.226.410.237.439.2]

7. Ornamen Geometris Berkombinasi Bunga, Bujur Sangkar, Bintang besudut Delapan

Gambar 14.

Ornamen Kombinasi Bunga, Bujur Sangkar, Bintang Bersudut Delapan

Ornamen ini merupakan kombinasi ornamen geometris dengan floral (Arabesque) yang terletak pada langit-langit gerbang dan memiliki bentuk bintang bersudut delapan, bujur sangkar dan hiasan bunga.

(33)
[image:33.595.238.395.111.315.2]

8. Ornemen Geometris pada Pintu

Gambar 15

Ornamen Geometris Berbentuk Belah Ketupat

Ornamen ini merupakan ornamen geometris yang bentuk dasarnya belah ketupat. Ornamen ini terdapat pada pintu yang menghubungkan antara serambi dengan ruangan utama. Ornamen geometris merupakan ikon dan indeks berdasarkan bentuk dasar ornamen ini adalah belah ketupat. Ornamen geometris ini tergolong pada simbol, berdasarkan terdapatnya unsur geometris yang menjadi bentuk dasar ornamen ini.

Gambar 16

[image:33.595.253.382.464.710.2]
(34)

Ornamen geometris ini terdapat pada pintu yang terletak di sisi kanan dan kiri gerbang. Ornamen geometris ini termasuk ikon. Berdasarkan bentuknya yang terdiri dari persegi, belah ketupat menjadikan ornamen ini termasuk indeks. Ornamen geometris merupakan simbol berdasarkan terdapatnya unsur geometris ang menjadi bentuk dasar ornamen ini

4.3.2 Ornamen Floral (Arabesque)

Ornamen Floral (tumbuh-tumbuhan) disebut juga Arabeisque banyak juga terdapat di masjid baik diabstraksikan total sebagian ataupun dalam bentuk nyata menjadi pola lengkung-lengkung dari tanaman batang, bunga, daun dan buah. Hiasan floral biasanya menggunakan satu pola kemudian diulang dan dilipat gandakan, menerus menjadi bidang, garis, maupun bingkai dari pintu, jendela, kolom, balok, lantai, plafon, kubah luar maupun dalam, bidang, dan lain-lain. (Sumalyo, 2006: 22)

Ornemen yang berbentuk floral yang terdapat pada bangunan masjid Raya Al-Mashun adalah:

1. Ornamen Arabesque dengan bentuk daun-daun yang membulat dan agak menggulung, terdapat di dinding tubunh dikka tingkat dua dasn pipi tangga dikka paling atas.

[image:34.595.210.422.493.712.2]
(35)

Ornamen floral ini termasuk ke dalam ikon dan indeks berdasarkan pola dasar yang membentuk ornamen ini adalah tumbuh-tumbuhan yaitu daun-daun yang membulat dan menggulung. Ornamen floral ini tergolong dalam simbol berdasarkan dari bentuknya yang merupakan unsur-unsur dalam motif arabesque (tumbuh-tumbuhan).

2. Hiasan yang menyerupai bunga yang masih kuncup dan terbuat dari ukiran kayu terdapat di sepanjang dinding serambi, ruang utama dan bagian atas tiang-tiang lorong serambi.

Gambar 18.

Ornamen Arabesque Berbentuk Bunga yang masih Kuncup

[image:35.595.188.444.205.421.2]
(36)
[image:36.595.184.449.112.315.2]

3. Hiasan ceplok bunga, yang tengahnya berbentuk persegi delapan, terdapat di langit-langit ruang utama masjid.

Gambar 19.

Ornamen Arabesque Berbentuk Bunga

Ornamen floral (arabesque) ini berbentuk bunga yang ditengahnya sebuah segi delapan, terletak di langit-langit ruang utama masjid. Ornamen floral ini termasuk ke dalam ikon dan berdasarkan bentuknya yang berbentuk bunga menggolongkan ornamen ini ke dalam indeks. Ornamen floral ini merupakan simbol berdasarkan bentuknya yang berasal dari unsur-unsur tumbuh-tumbuhan (floral)

[image:36.595.185.449.523.741.2]
(37)

Ornamen floral ini termasuk ikon dan berdasarkan bentuknya yang menyerupai kuncup bunga dan stilasi daun menjadikan ornamen ini tergolong dalam indeks. Ornamen floral ini merupakan simbol berdasarkan bentuknya yang termasuk dalam unsur-unsur motif floral.

[image:37.595.177.457.224.384.2]

5. Ornamen Floral berbentuk stilasi daun dan geometris, terdapat di bagian dalam lengkungan yang terletak di ruang utama masjid.

Gambar 21.

Ornamen Kombinasi Floral dengan Geometris

(38)
[image:38.595.194.440.110.559.2]

6. Ornamen Floral kombinasi hiasan bunga rosetta dengan stilasi tanaman berwarna biru muda dan coklat muda. Ornamen ini terdapat pada jendela kaca serambi.

Gambar 22.

(39)
[image:39.595.174.457.71.454.2]

Gambar 23.

Ornamen Floral kombinasi hiasan bunga rosetta dan stilasi tanaman berwarna hijau, putih, merah dan krem.

Ornamen floral dengan kombinasi hiasan bunga rosetta dengan stilasi tanaman ini merupakan ikon dan berdasarkan bentuknya yang terdiri dari menyerupai bunga rosetta dan stilasi tanaman maka ornamen floral ini tergolong dalam indeks. Unsur dasar yang terkandung dalam ornamen ini merupakan ciri dari ornamen floral (arabesque) sehingga ornamen ini termasuk ke dalam simbol.

(40)
[image:40.595.152.447.69.286.2]

Gambar 24.

Ornamen Floral Berbentuk sulur-suluran

Ornamen Floral ini tergolong ke dalam ikon dan berdasarkan bentuknya ornamen ini termasuk ke dalam indeks karena bentuknya yang merupakan sulur-suluran merupakan motif tumbuhan. Ornamen floral ini merupakan simbol karena bentuknya yang berunsur tumbuhan (arabesque).

8. Ornamen Sulur-suluran dalam Lengkungan

Gambar 25.

Ornamen Floral Berbentuk Sulur-suluran dalam Lengkungan

[image:40.595.213.385.433.646.2]
(41)

Ornamen floral ini merupakan simbol karena bentuk yang terkandung dalam ornamen ini merupakan unsur tumbuhan (arabesque).

[image:41.595.151.487.152.288.2]

9. Ornamen Floral Segitiga dan stilasi daun

Gambar 26.

Ornamen Floralistik Segitiga dan stilasi daun

Ornamen floral ini berbentuk bidang segitiga dan di dalamnya terdapat hiasan stilasi daun, ornamen ini terdapat pada pinggiran langit-langit ruang utama masjid.

Ornamen floral ini tergolong ke dalam ikon dan berdasarkan bentuknya berupa hiasan stilasi daun maka ornamen ini termasuk ke dalam indeks. Ornamen floral ini merupakan simbol berdasarkan bentuk dasarnya berupa unsur dari motif tumbuhan (arabesque).

10.Ornamen Floralis yang terdapat di dinding

Gambar 27.

[image:41.595.185.449.469.672.2]
(42)
[image:42.595.215.417.67.290.2]

Gambar 28.

Ornamen Floral Berbentuk Hiasan Bunga

(43)
[image:43.595.174.424.143.345.2]

4.3.3 Ornamen Bulan Sabit

Gambar 29. Ornamen Bulan Sabit

(44)

4.3.4 Lengkung Tapal Kuda

Lengkungan tapal kuda sangat akrab dengan arsitektur bangunan di dunia Islam. Bentuk lengkung sebelumnya memang berasal dari warisan budaya Yunani dan Romawi yang membuat desain lengkung setengah lingkaran. Umat Islam mengadopsi dan mengembangkannya lebih maju. Lalu, umat Islam memperkaya desain lengkung yang belum ada, seperti umat Muslim yang mengembangkan berbagai macam desain lengkung, termasuk tapal kuda, melintang, dan multifoil. Desain-desain lengkung itu menjadi bagian penting dalam arsitektur Islam.

Desain lengkung mempunyai karakteristik elastisitas yang memungkinkan bangunan mencapai keseimbangan. Bentuk lengkung bisa mengurangi jumlah material yang harus digunakan. Selain itu, desain lengkung pun memberi inspirasi bagi bentuk seni lain, terutama bentuk-bentuk mebel. Umat Islam menguasai desain lengkung dan mampu menggunakan desain lengkung tersebut lebih baik daripada bangsa-bangsa lain di dunia. Kesukaan umat Muslim terhadap desain lengkung ini berkaitan dengan cinta mereka terhadap pohon palem.

Mereka meniru lengkungan yang anggun dari cabang-cabang pohon palem dalam konstruksi bangunan mereka. Selain itu, desain lengkung juga mempunyai makna spiritual yang berasal dari sifat bola alam semesta dan simbolisme Ilahi kubah dari mana lengkung berasal.

(45)
[image:45.595.165.432.69.278.2]

Gambar 30.

Lengkungan di Ruang Utama Masjid

Gambar 31.

[image:45.595.161.436.349.547.2]
(46)
[image:46.595.181.414.67.339.2]

Gambar 32.

Lengkungan pada pintu masuk bangunan induk masjid

Gambar 33.

[image:46.595.190.406.378.677.2]
(47)
[image:47.595.109.490.70.281.2]

Gambar 34.

[image:47.595.86.515.325.471.2]

Lengkungan pada Jendela di dinding serambi

Gambar 35.

Lengkungan pada Tempat Wudhu Laki-Laki

Gambar 36.

[image:47.595.165.432.532.746.2]
(48)

Banyak desain lengkung yang dihasilkan umat islam, diantaranya lengkungan tapal kuda. Desain lengkung ini pertama kali digunakan di Masjid Agung Umayyah, Damaskus. Masjid ini dibangun antara 706 hingga 715. Bentuk lengkung tapal kuda sendiri memiliki sejumlah makna atau arti. Sejumlah orang percaya bahwa tapal kuda mempunyai kekuatan pelindung dari mata jahat di Afrika Utara sampai sekarang. Sehingga, mereka sering memasang tapal kuda pada pintu depan rumah.

Namun, hal ini bertentangan dengan kepercayaan ortodoks Islam. Tapal kuda juga dianggap sebagai simbol dari kesucian dan kekudusan. Selain itu, lengkungan tapal kuda juga mempunyai nilai estetika dan dekoratif. Muslim menggunakan bentuk kurva untuk mengembangkan lengkung setengah lingkaran dalam arsitektur Islam. Lengkung setengah lingkaran tersebut merupakan versi perbaikan dari lengkung Roma yang jauh lebih bundar bentuknya.

(49)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Sebagai penutup dari skripsi ini peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Terdapat 29 ornamen yang berada di Masjid Raya Al-Mashun, Medan yang terdiri dari 9

ornamen geometris, 12 ornamen floral (arabesque), ornamen bulan sabit, dan lengkungan .

2. Tanda-tanda semiotika yang ditemukan pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun menilupi tanda ikon, indeks, dan simbol.

 Pada ornamen geometris seluruh ornamen tersebut memiliki tanda semiotika yang berupa ikon, indeks dan simbol. Ornamen tersebut yaitu ornamen geometris berbentuk jalinan yang terdapat di sayap kanan dan kiri pintu gerbang, ornamen geometris berbentuk persegi banyak di ventilasi pintu gerbang, ornamen geometris berbentuk jalinan dan bidang-bidang persegi yang terdapat pada dinding bagian bawah sepanjang serambi, ornamen geometris berupa jalinan bidang-bidang lingkaran dan persegi yang terdapat pada setiap pinggiran lengkungan, ornamen geometris berbentuk lingkaran dan jalinan belah ketupat yang terdapat pada langit-langit serambi, ornamen geometris, ornamen geometris yang terdapat di langit-langit gerbang, ornamen geometris pada pintu memasuki ruang utama, dan ornamen geometris yang terdapat pada pintu gerbang.

(50)

 Bulan Sabit termasuk ornamen, ia memiliki tanda semiotik yaitu ikon, indeks, dan simbol.

 Lengkungan memiliki tanda semiotika yaitu ikon, indeks dan simbol.

5.2Saran

Meneliti semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun mempunyai banyak manfaat, namun sangat diperlukan tingkat kecermatan yang tinggi.

1. Peneliti berharap semoga tulisan ini dapat memberikan masukan terhadap pemahaman tentang semiotikadalam bahasa Arab

(51)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian semiotika ini telah diteliti oleh Sri Hariani (2004) yang meneliti tinjauan semiotika dalam novel Qutrotun min Ad-dumui karya Shanirah. Tujuan penelitiannya ialah untuk mengetahui tanda-tanda semiotik seperti ikon, indeks dan simbol dalam tema, penokohan, latar dan alur pada novel Qutrotun min Ad-Dumu’i. Pardomuan Nasution (2004) yang meneliti tinjuan skruktural-semiotika syair Al-Syaikh Al-Fata dalam kumpulan syair Al-Mawakib Karya Kalil Gibran. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui sktuktur fisik dan struktur bathin dari syair Al-Mawakih dengan teori Pradopo. Lidya Pega Simbolon (2009) yang menganalisis struktural dan semiotika dalam novel imra’atun ‘inda nuqtati al -sifri “Perempuan dititik Nol” karya Nawal Al-Sa’dawi. Ia membahas tentang sebuah novel dengan perumusan masalah tanda-tanda semiotik dalam tema, tokoh, latar dan alur di dalam novel yang subjeknya.

Peneliti juga mendapati bahwa Masjid Raya Al-Mashun Medan ini pernah dikaji oleh Ratih Baiduri (1996) yang membahas secara umum sebuah tinjauan arsitektural dan ornamental Masjid Raya Al-Ma’sun Medan. Dan dalam skripsi yang akan peneliti kaji ini akan membahas analisis semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun Medan.

Semiotika merupakan suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda/simbol dan segala hal yang berhubungan dengan tanda. Dua tokoh utama perintis semiotika dalam linguistik adalah Charles Sanders Pierce (1839-1914) dan Ferdinand de Saussure (1857-1913). Menurut Pierce, logika mempelajari bagaimana orang bernalar, berpikir, berkomunikasi, dan memberi makna apa yang ditampilkan oleh alam kepada orang lain melalui tanda, bagi Pierce bisa berarti sangat luas, baik dalam linguistik maupun tanda-tanda lainnya yang bersifat umum. Sedang de Saussure lebih banyak menekan tanda-tanda sebagai dasar untuk mengembangkan teori linguistik umum. Saussure beranggapan, bahwa tanda-tanda linguistik mempunyai kelebihan dari sistem semiotika lainnya. (Sachari, 2003: 62)

(52)

غ لا يغ ي غ لا م ل ي علا سا لا ه . م لا م ع أ ي غ لا ح طص لا مج عم ك ت

, ي

, م ع صب م لا س ي لا م علا هنأب يس س هف عي .لصتإ ا أ ه تع ب

عي

غ لا م ع

.هع ف حأ

/Tā kuru mu’ajimu al-mușțālahāti al-lugawiyati anna ‘ilma ar-rumuwz. Huwal dirāsatul ‘ilmiyahti lilrumuwz al-lugawiyyahti wa gayri al-lugawiyyati, bi’tibārihā adawatu li’itașala wa yu’arafuhu di sursuir bi’annahu al-‘ilmal la i yadarrisu arrumuwz bișifatin ‘āmmatin, wa ya’uddu ‘ilmu al-lugati ‘athadun furuw’ihi/

“Menurut kamus linguistik, pengertian ilmu semiotik adalah ilmu yang mempelajari tentang simbol-simbol bahasa dan selain bahasa (non bahasa) sebagai alat komunikasi. De sausure memberikan pengertian bahwa ilmu semiotik adalah ilmu yang mempelajari simbol-simbol secara umum. Dan merupakan salah satu cabang ilmu linguistik”.

Adapun Pierce membedakan tiga macam tanda menurut sifat penghubung tanda dan denotatum (objek) yaitu :

1. Ikon (icon), yaitu tanda yang ada sedemikian rupa sebagai kemungkinan tanpa tergantung pada adanya sebuah denotatum (penanda) tetapi dapat dikaitkan dengannya atas dasar suatu persamaan yang secara potensial dimilikinya. Defenisi ini mengimplikasikan bahwa segala sesuatu merupakan ikon, karena semua yang ada dalam kenyataan dapat dikaitkan dengan sesuatu yang lain. Sehingga dapat difahami ikon juga merupakan tanda yang menyerupai objek (benda) yang diwakilinya atau tanda yang menggunakan kesamaan ciri-ciri yang sama dengan yang dimaksudkan. 2. Indeks (index), yaitu sebuah tanda yang dalam hal corak tandanya tergantung dari

adanya sebuah denotatum (penanda). Dalam hal ini, hubungan antara tanda dan denotatum adalah bersebelahan. Kita katakan, tidak ada asap tanpa api. Memang asap dapat dianggap sebagai tanda untuk api dan dalam hal ini ia merupakan indeks. Dengan kata lain tanda yang sifatnya tergantung pada keberadaan suatu penanda. Tanda ini memiliki kaitan sebab-akibat dengan apa yang diwakilinya.

(53)

: ثاثلا م تهاا مضي م لا م ع ي

.

. نيع لا غ لا يف صتا لئ س ك م لا ماعلا ا تسا ي يك سا

هيلإ يشي أ هي ع ي م م لا نيب قاعلا سا .

ضع ب ت قاع يف م لا سا .

ي هنأ ك .

سأا حنلا لا لا ص ب غ لا م ع

ف نم ا يثك م لا م ع مضي ا ه ع

نم ع

ح نلا

ت يف أا مأ ,طقف ي غ لا م ل ب مت ي يخأا أ لا لا م ع نم معأ ه ح يلا لا ي

م

ي غل يغ أ تن ك ي غل , م لا ماعل ب

/wa yurā ‘ilmu alrumūzi yaḍummul ihtimāmāti al-ṡalāsah:

1. Dirāsatu kaifiyyatu istakhdam ‘alāmāti wa ar-rumūzi kawasā’ili ittaṣali fi lugati al-mu’aiyanati

2. Dirāsatu al-‘alāqati baina ar-rumūzi wa mā yadullu ‘alaihi au yasyiru ilaihi 3. Dirāsatu al-rumūzi fi ‘alāqātiha bibaḍin

Wa ‘alā ha ā yaḍummu ‘ilmu ar-rumūzi kaṡīran min furū’i ‘ilmi al-luguti wa bikhașșati ad -dalālati wa an-nahwi wa al-uslūbi. Kamā annahu ya’uddu minan-nāahiyati ad-dillāiti wa ahaduhā a’ammu min ‘ilmi ad-diilālati li’anna al’akhira yahtammu birrumūzi al -lugawiyyahi faqaț, amma al’awalu fayahtammu bil’alāmāti wa ar-rumūzi, lugawiyyatu kānat au gaira lugawiyyatin.’

‘Menurut pandangan C.W. Morris, dan R. Carnap bahwasanya ilmu semiotika mencakup tiga masalah utama, yaitu:

1. Studi tentang bagaimana menggunakan tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai sarana komunikasi dalam suatu bahasa tertentu.

2. Studi tentang hubungan antara simbol dan apa yang menunjuk atasnya dan merujuk kepadanya.

3. Studi tentang hubungan sebagian mereka dengan sebagian yang lain.

Ini menunjukkan banyak signifikansi simbol-simbol tertentu dari cabang ilmu linguistik khususnya ilmu semantik dan gaya bahasa. Semiotik juga merupakan salah satu ilmu semantik yang lebih umum dari semantik karena ia hanya berkaitan dengan bahasa saja. adapun tanda yang pertama tanda simbol, linguistik atau non-lingistik.’

Masjid adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat ibadah sekaligus buah karya budaya umat Islam. Perkembangan zaman yang mewarnai kemajuan peradaban dan kebudayaan manusia turut mengiringi perkembangan bangunan Masjid di berbagai belahan dunia. Masjid pertama yang dibangun Rasulullah SAW adalah Masjid Quba. Selanjutnya, ketika Rasulullah ke Madinah, langkah pertama yang dilakukan membangun Masjid kecil yang berlantaikan tanah dan beratapkan pelepah kurma. Dari sanalah beliau membangun peradaban baru, sehingga kota tempat beliau membangun itu benar-benar menjadi Madinah (arti harfiah dari kata madinah adalah tempat peradaban).

(54)

bangunan masjid selanjutnya ikut dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya dan kebutuhan masyarakat setempat. Ini disebabkan perkembangan Islam dari Jazirah Arab ke negara barat atau ke negara timur yang mengalami kondisi berbeda.

Perkembangan bangunan masjid di Indonesia tidak terlepas dari sejarah masuknya Islam ke Indonesia. Pada masa awal sejarah nusantara, munculnya kerajaan-kerajaan Islam yang mulai menggantikan kerajaan Hindu-Budha biasanya diikuti dengan berdirinya bangunan masjid sebagai pusat kegiatan agama Islam. Perkembangan tersebut membuat bentuk masjid di Indonesia terpengaruhi oleh budaya lokal tetapi dengan banyaknya percampuran budaya dari berbagai daerah, perpindahan orang dari negara satu ke negara lain. (Susanta, 2007: 11-14).

Salah satu kelengkapan yang penting dalam arsitektur bangunan masjid adalah segi-segi dekoratif dan ornamental yang memberikan kesan khusus. Berikut ini adalah unsur-unsur dekorasi dan hiasan yang cukup menonjol dalam arsitektur Islam.

1) Lengkung-lengkung yang beraneka ragam telah menimbulkan kesan dekoratif secara tersendiri, seperti lengkung tapal kuda, lengkung perahu, lengkung mahkota, dan bentuk-bentuk lainnya. Sedangkan perkembangan selanjutnya menjadi bentuk kubah juga merupakan salah satu elemen keindahan dari arsitektur Islam itu

2) Tiang-tiang sebagai penyangga merupakan perwujudan dari garis-garis vertikal yang memberikan kesan kuat dan tegap. Juga susunan dan bentuk yang khas, dibantu dengan efek dari bahan marmer dan batu warna.

3) Bidang-bidang pada dinding bangunan serta bidang-bidang yang terdapat pada sambungan lengkung merupakan ruang yang meriah dan indah karena hiasan-hiasan mosaik berwarna dari bahan tegel keramik yang mengkilap membuat bentuknya menjadi sangat indah dan bersinar.

4) Seni hias yang merupakan hiasan rumah tangga, juga dipergunakan dalam masjid, misalnya lampu hias dengan ukiran-ukiran yang indah dengan berbagai cahaya membuat masjid bersinar.

(55)

Sebagai objek penelitian yaitu Masjid Raya Al-Mashun yang merupakan identitas Kota Medan ini, memang bukan sekedar bangunan antik bersejarah biasa, tetapi juga menyimpan keunikan tersendiri mulai dari gaya arsitektur, bentuk bangunan, kubah, menara, pilar utama hingga ornamen-ornamen yang menghiasi tiap bagian bangunan tua ini. Masjid ini dirancang dengan perpaduan gaya arsitektur Timur Tengah, India dan Eropa abad 18. Merupakan salah satu peninggalan Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alam - penguasa ke 9

Kerajaan Melayu Deli yang berkuasa 1873-1924.

(http://masjidmasjid.blogspot.com/2009/08/7.html diakses 14 Agustus 2009).

Masjid Raya Al-Mashun Medan yang dimiliki dan dikelola oleh keluarga Kerajaan Sultan Deli ini dengan arsiteknya T.H van Erp dari Belanda adalah seorang perwira Zeni Angkatan Darat KNIL. ( Dept. Pendidikan dan Kebudayaan, 1999: 39). Terdapat ornamen-ornamen (ragam hias) yang menghiasi hampir seluruh sudut bangunan masjid tersebut sehingga menjadikannya telihat benilai dan seni yang tinggi. Ornemen berasal dari kata ornare (bahasa latin) yang berarti menghias. Ornamen juga berarti dekorasi atau hiasan, sehingga ornamen sering disebut sebagai disain dekoratif atau disain ragam hias. (Aziz,

http://sen1budaya.blogspot.com/2012/10/blog-post.html, diakses Oktober 2012)

(56)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Peninggalan kesenian Islam tersebar luas sekali, meluas dari Timur sampai Barat. Semua peninggalan seni bangunan Islam bukanlah benda-benda mati yang membisu saja tetapi bercerita kepada siapa saja yang datang melihat dan mengunjunginya. Salah satu peninggalan bangunan Islam yang sampai sekarang terus berkembang adalah masjid.

Seiring dengan berkembangnya seni bangunan masjid maka Rasulullah S.A.W telah meletakkan pokok keharusan yang ada di dalam bangunan masjid, seperti adanya mihrab yang menjurus ke kiblat, tempat imam waktu shalat, ruangan luas untuk makmum, tempat wudhu, mimbar, tempat adzan dan sebagainya. Dasar keharusan tersebut sudah tentu akan terdapat diseluruh Masjid di dunia. Hal yang menjadi perbedaannya dapat dilihat pada bentuk kubah, lengkung atau arcade, tiang dan kapitelnya, menara adzan, ragam hias dan lainnya. (Israr, 1978: 45-48)

Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya muslim dan sudah tentu banyak terdapat tempat beribadah yaitu masjid dan banyak juga masjid yang sudah berumur ratusan tahun, bernilai sejarah bahkan memiliki ciri-ciri kekunaan yang merupakan kesinambungan dengan masa-masa sebelum pengaruh islam masuk ke Indonesia. Dalam perjalanan sejarahnya bentuk-bentuk masjid di Indonesia beraneka ragam, ada yang bercirikan pengaruh lokal setempat dan pengaruh asing. (Anom, 1999:1)

Adanya pengaruh lokal maupun asing membuat bentuk bangunan masjid menjadi sangatlah unik dan benilai seni yang tinggi. Akan tetapi pengaruh tersebut tidaklah merubah fungsi dasar dari bangunan masjid karena dalam buku Masjid Kuno Indonesia karya Anom disebutkan secara etimologis masjid berasal dari bahasa arab yaitu sajada yang artinya tempat sujud. Kemudian kata جس/sajada/ mendapatkan awalan – /ma-/ sehingga terbentuklah kata masjid. (Susanta, 2007: 8)

(57)

Masjid Azizi di Langkat dan Masjid Raya Al-Mashun di Medan. Masjid Raya Al-Mashun yang terletak di Kelurahan Masjid, Kecamatan Medan Kota, Kota Medan, kira-kira 3 km dari bandara Polonia, dan 28 km dari pelabuhan Belawan. Sebelah barat dibatasi dengan jalan Mahkamah, disebelah utara dibatasi dengan jalan Masjid, di selatan terdapat pemukiman yang dibatasi oleh jalan Sipiso-piso, serta di sebelah timur terdapat jalan Sisingarahaja. (Dept. Pendidikan dan Kebudayaan, 1999: 37).

Masjid Raya Al-Mashun dibangun pada masa pemerintahan Sultan Deli IX, Sultan Makmun Al Rasyid. Pembangunan masjid dimulai pada 21 Agustus 1906 dan dibuka pada 10 September 1909. (Sumalyo, 2006: 485). Bangunan masjid ini terdapat ornamen-ornamen yang menghiasi sisi luar dan dalam. Di sisi luar gedung terdapat lima buah kubah berwarna hitam di atasnya menjadikan arsitektur masjid menjadi semakin terlihat artistik. Setiap kubah terdapat sebuah ornamen penghias yang menjadi simbol Islam, yaitu bulan sabit. Salehudin,

http://www.wisatamelayu.com/id/tour/397-Masjid-Raya-Al-Mashun/navgeo diakses 5 Agustus 2009).

Pengertian ornamen menurut Danna Marjono dan Drs. Suyatno, dalam bukunya Pendidikan Seni Rupa. Ornamen pada hakekatnya murupakan hiasan-hiasan yang terdapat pada suatu tempat disesuaikan dengan keserasian situasi dan kondisi. Oranamen artinya hiasan yang diatur dengan baik dalam bidang maupun luar bidang tertentu guna mencapai suatu tujuan keindahan. (Supriyadi, Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman, No.7, Juni 2008: 106)

Mengutip Aziz (http://sen1budaya.blogspot.com/2012/10/blog-post.html, diakses Oktober 2012), penciptaan suatu karya biasanya selalu terkait dengan fungsi tertentu. Demikian pula halnya dengan karya seni ornamen yang penciptanya selalu terkait dengan fungsi atau kegunaan tertentu. Beberapa fungsi ornamen diuraikan sebagai berikut :

a) Sebagai ragam hias murni, maksudnya bentuk-bentuk ragam hias yang dibuat hanya untuk menghias saja demi keindahan suatu bentuk (benda) atau bangunan.

(58)

Ornamen yang terdapat di Masjid Raya Al-Mashun yang akan peneliti kaji di dalam proposal ini adalah ornamen yang sebagai ragam hias simbolis yang memiliki makna simbolis tertentu. Kajian tentang makna tanda adalah semiotika. Kata semiotika berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti tanda. Maka semiotika berarti ilmu tanda. Semiotika adalh cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda adan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlalu bagi penggunaan tanda. (Zoest, 1993: 1)

Berkaitan judul penelitian dengan jurusan Sastra Arab Fakultas IlmuBudaya Universitas Sumatera Utara adalah masjid merupakan peninggalan umat islam dan peradaban islam. Semakin berkembangnya bentuk bangunan maka peneliti tertarik untuk mempelajari dan meneliti sisi-sisi yang ada di dalam masjid yang dipengaruhi oleh kebudayaan setempat. Kajian ini merupakan kajian baru yang berupa eksplaratif.

1.2.Rumusan Masalah

Agar penelitian ini dapat terfokus sehingga mencapai tujuannya, masalah yang akan diteliti dirumuskan menjadi sebagai berikut

1. Apa saja bentuk ornamen yang tedapat di Masjid Raya Al-Mashun

2. Bagaimana tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun, Medan.

1.3.Tujuan Penelitian

Secara Khusus penelitian ini memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu : 1. Mengetahui bentuk ornamen yang terdapat di Masjid Raya Al-Mashun, Medan

2. Mengetahui tanda-tanda semiotik pada ornamen yang terdapat di Masjid Raya Al-Mashun, Medan.

1.4.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang peneliti harapkan dari penelitian ini adalah:

1. Menambah pengetahuan dan pemahaman keilmuan di bidang semiotik pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun, Medan.

(59)

ABSTRAK

Nazwa Mustika. 2013. Analilsis Semiotika Pada Ornamen Masjid Raya Al-

Mashun Medan

Jurusan Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

(60)

ANALISIS SEMIOTIKA PADA ORNAMEN MASJID RAYA

AL-MASHUN MEDAN

SKRIPSI

OLEH :

NAZWA MUSTIKA

090704007

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(61)

ANALISIS SEMIOTIKA PADA ORNAMEN MASJID RAYA AL-MASHUN MEDAN SKRIPSI SARJANA

O L E H

NAZWA MUSTIKA NIM. 090704007

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Fauziah, M.A Muaz Tanjung, M.A.

NIP. 196501121990032001 NIP. 196610192005011003

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana sastra Dalam bidang Ilmu Sastra Arab

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(62)

Disetujui oleh :

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB

Ketua, Sekretaris,

Dra. Pujiati, M.Soc.Sc., Ph.D Dra. Fauziah, M.A

(63)

Pengesahan :

Diterima oleh :

Panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi saalah satu syarat ujian Sarjana Sastra dalam bidang ilmu Sastra Arab pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Pada

Hari :

Tanggal : 2014

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Drs. Syahron Lubis, M.A NIP : 195110131976031001

Panitia ujian

No. Nama Tanda Tangan

1. Dra. Pujiati, M.Soc.Sc., Ph.D (...) 2. Dra. Fauziah, M.A (...) 3. Muaz Tanjung, M.A (...)

(64)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Januari 2014

(65)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, berkah, dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat beserta salam kepada Junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah membawa risalah Islam kepada sekalian alam. Dan semoga kita mendapat syafaatnya kelak di hari pembalasan.

Skripsi ini berjudul “Analisis Semiotika Pada Ornamen Masjid Raya Al-Mashun

Medan”. Peneliti memilih mengkaji semiotika pada ornamen Masji Raya Al-Mashun Medan

sebagai objek penelitian dikarenakan Masjid Raya sebuah peninggalan bersejarah di Sumatera Utara yang memiliki keunikan dan kekhasan bangunannya, dengan teori semiotika peneliti mengkaji tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun.

Skripsi ini diajukan dengan maksud untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Peneliti mengalami banyak kesulitan dalam penyajian karya tulis ini, disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki peneliti. Namun karena bimbingan dan bantuan serta saran-saran yang peneliti terima dari para pembimbing juga dosen-dosen, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan sebaiknya. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini peneliti dengan senang hati menerima saran, kritik, dan tanggapan dari pembaca.

Kepada Allah peneliti berserah diri. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi peminat bahasa dan bermanfaat bagi penelitian di bidang semiotika.

Medan, Januari 2014

(66)

UCAPAN TERIMA KASIH

Selama penulisan skripsi ini peneliti mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak baik dalam bentuk material, moril, doa, juga dukungan. Maka, dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Teristimewa untuk kedua orangtua saya Ayahanda Syahrul dan Ibunda Nurjannah yang telah bersusah payah membesarkan dan mendidik peneliti sampai hari ini peneliti dapat menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri. Terimakasih untuk semua doa, semua cinta, dan dukungan yang telah Abah dan Mamak berikan untuk Tika. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat, karunia, perlindungan, serta hidayah, juga ampunan-Nya untuk Abah dan Mamak di dunia dan akhirat.

2. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Pujiati, M.Soc.Sc., Ph.D., selaku Ketua d Program Studi Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan dan arahan kepada peneliti dari awal perkuliahan hingga proses penyelesaian skripsi.

4. Ibu Dra. Fauziah, M.A., selaku sekretaris jurusan, pembimbing akademik dan pembimbing I yang dengan ikhlas meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan saya dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Muaz Tanjung selaku Pembimbing II yang telah membantu penulis,

memberikan masukan dan saran selama penulisan skripsi ini.

6. Para staff pengajar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, khususnya Program Studi Bahasa Arab yang telah banyak menyumbangkan ilmu, tenaga, dan pikirannya untuk mengajarkan ilmunya kepada peneliti.

7. Bang Andika yang banyak berperan terhadap kelancaran penyelesaian skripsi ini (Maaf Bang, sering ngerepotin). Serta segenap civitas akademika Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

(67)

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini meskipun peneliti telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Penulis,

(68)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

UCAPAN TERIMA KASIH... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR GAMBAR... vi

ABSTRAK... viii

PEDOMAN TRANSLITERASI... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1Latar Belakang... 1

1.2Batasan Masalah... 5

1.3Tujuan Penelitian... 5

1.4Manfaat Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 11

3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian... 11

3.2 Teknik Pengumpulan Data... 11

3.2 Teknik Analisis Data... 12

3.5 Metode Dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data... 12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 13

4.1 Sejarah Masjid Raya Al-Mashun Medan... 13

4.2 Deskripsi Bangunan Masjid Raya Al-Mashun ... 14

4.2.1 Gerbang... 16

(69)

4.2.2.2 Ruang Utama... 18

4.2.2.3 Mihrab... 18

4.2.2.4 Mimbar... 19

4.2.3 Tempat Wudhu... 21

4.2.3 Menara... 22

4.3 Bentuk Ornamen dan Tanda Semiotika pada Ornamen Masjid Raya Al-Mashun Medan... 23

4.3.1 Ornamen Geometris... 23

4.3.2 Ornamen Floral (Arabesque)... 31

4.3.3 Ornamen Bulan Sabit... 41

4.3.4 Lengkung Tapal Kuda... 42

BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 42

5.1 Simpulan... 47

5.2 Saran... 47

DAFTAR PUSTAKA... 50

LAMPIRAN I... 52

(70)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Denah Bangunan Masjid Raya Al-Mashun... 15

Gambar 2. Gerbang Masjid Al-Mashun dari arah Timur Laut... 16

Gambar 3. Denah Bangunan Induk Masjid Raya Al-Mashun... 17

Gambar 4. Mimbar Utama Masjid Raya Al-Mashun... 19

Gambar 5. Mimbar Kedua (dikka) Masjid... 20

Gambar 6. Tempat Wudhu... 21

Gambar 7 Menara... 22

Gambar 8. Ornamen Geometri Jalinan Berbentuk Bunga... 24

Gambar 9. Ornamen Geometris Bentuk Persegi Banyak... 25

Gambar 10. Ornamen Geometris Berbentuk Jalinan Bidang-bidang Persegi ... 26

Gambar 11. Ornamen Geometris Berbentuk Jalinan Bidang-bidang lingkaran dan persegi... 26

Gambar 12. Ornamen Geometris Berbentul Lingkaran dan Belah Ketupat... 27

Gambar 13. Ornamen Geometris Berbentuk Sudut Enam, Belah Ketupat dan Segitiga... 28

Gambar 14. Ornamen Geometris Kombinasai Floral... 29

Gambar 15. Ornamen Geometris Berbentuk Belah Ketupat... 30

Gambar 16. Ornamen Geometris Berbentuk Bujur Sangkar dan Persegi... 31

Gambar 17. Ornamen Floral (Arabesque) Berbentuk Daun-daun yang Membulat... 32

Gambar 18. Ornamen Floral (Arabesque) Berbentuk bunga yang Masih Kuncup... 33

Gambar 19. Ornamen Floral (Arabesque)Berbentuk Bunga... 34

(71)

Gamar 22. Ornamen Floral (Arabesque) Berbentuk Bunga Rosetta dan Stilasi

Tanaman... . 35

Gambar 23. Ornamen Floral (Arabesque) Berbentuk Bunga Rosetta dan Stilasi Tanaman... 36

[image:71.595.78.519.77.516.2]

Gambar 24. Ornamen Floral (Arabesque) Berbentuk Sulur-suluran. 38

Gambar 25. Ornamen Floral (Arabesque) Berbentuk Sulur-Suluran dalam Lengkungan... 38

Gambar 26. Ornamen Floral (Arabesque) Kombinasi Geometris.... 39

Gambar 27. Ornamen Floral (Arabesque) Berbentuk Hiasan Bunga 40

Gambar 28. Ornamen Floral (Arabesque) Berbentuk Hiasan Bunga 40

Gambar 29. Ornamen Bulan Sabit... 41

Gambar 30. Lengkungan di Ruang Utama... 43

Gambar 31. Lengkungan di Pintu Gerbang... 43

Gambar 32. Lengkungan pada Pintu Masuk Bangunan Induk... 44

Gambar 33. Lengkungan pada Lorong Serambi... 44

Gambar 34. Lengkungan pada Jendela Dinding Serambi... . 45

Gambar 35. Lengkungan pada Tempat Wudhu... 45

(72)

ت ةروص

ي

ي

ن

ج

يتس م

.

4102

لي حت .

ي ح م لا م ع

يف

يا جس لا

ا يم ص لا

.

يل ثلا طم ش عم جب يف قثلا ع ي ك يب علا اا مسق

م ع م لا يح ن نم ا يم ص لا يا جسم ي ح نع ثح لا تثحب

يف ثحيب م ع ه م لا

كلا يف ي ح ف عل ثح لا فا هأ . ي غ لا يغ ي غ لا م لا

.هيف م لا نعم لي حت ي لا

ب ق لا قا لا ج م ي ص لا قب طب ثح لا تم تشأ

جئ تن .س ي نش سيل ج ي ن ت عتسأ .

نم ي يك ي ل ص لا يا جسم ي ح ت ثح لا

لا ا ه يف ح . ن لا طش أا ث ب أ

(73)

ABSTRAK

Nazwa Mustika. 2013. Analilsis Semiotika Pada Ornamen Masjid Raya Al-

Mashun Medan

Jurusan Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

(74)

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi Arab Latin berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri P & K RI No. 158 Tahun 1987 dan no. 0543 b/U/1987 tertanggal Januari 1988.

I. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

ا Alif - tidak dilambangkan

B -

T -

ṡā ṡ s (dengan titik di atasnya)

ج Jīm J -

ḥā ḥ h (dengan titik di bawahnya)

خ Khā Kh -

د Dal D -

al Ż z (dengan titik di atasnya)

ر R -

Zai Z -

س Sīn S -

ش Syīn Sy -

ṣād ṣ s (dengan titik di bawahnya)

ض ḍad ḍ d (dengan titik di bawahnya)

ط ṭā ṭ t (dengan titik di bawahnya)

ظ ẓā ẓ z (dengan titik di bawahnya)

ع ‘ain ‘ koma terbalik (di atas)

Gain G -

ف H -

ق Qāf Q -

(75)

Nūn N -

و Wāwu W -

ه H -

ء Hamzah ‘ apostrof, tetapi lambang ini

tidak dipergunakan untuk hamzah di awal kata.

ي Y -

II. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap Contoh : ي حأ ditulis Ahmadiyyah

III. Tā marbūtah di akhir kata

1. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat, dan sebagainya.

Contoh : ع ج ditulis jama’ah 2. Bila dihidupkan ditulis l

Contoh : ء يلوأا ما ك ditulis karāmatul-‘auliyā’

IV. Vokal Pendek

Fathah ditulis a, kasrah ditulis i, dan dammah ditulis u.

V. Vokal Panjang

A panjang ditulis ā, i panjang ditulis ī, dan u panjang ditulis ū. Masing-masing dengan tanda hubung ( - ) di atasnya.

VI. Vokal Rangkap

Fathah + tanpa dua titik yang dimatikan ditulis ai, dan fathah + wāwu mati ditulis au.

VII. Vokal-vokal Pendek yang Berurutan dalam satu kata

(76)

ثنؤم ditulis mu’annaṡ

VIII. Kata Sandang Alif + Lam

1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al- Contoh : ا لأ ditulis Al-Qur’ān

2. Bila diikuti huruf syamsiyyah, huruf l diganti dengan huruf syamsiyyah yang mengikutinya.

Contoh : ي لأ ditulis asy-Syī’ah

IX. Huruf Besar

Penulisan huruf besar disesuaikan dengan EYD

X. Kata dalam Rangkaian Frasa atau Kalimat

1. Ditulis per kata, atau

Gambar

Gambar 1. Denah bangunan Masjid Raya Al-Mashun
Gambar 2.
Gambar 3. Denah Bangunan Induk Masid Raya Al-Mashun
Gambar 4. Mimbar Utama Masjid Raya Al-Mashun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 55: Ornamen Geometris pada Bagian Atas Penampil Serambi Masjid

Ornamen Arab yang terdapat pada Masjid Azizi Langkat terdiri dari 10 jenis yang terdiri dari ornamen geometris, ornamen floralis, ornamen Melayu terdiri dari 20 jenis yang

Masjid, diantaranya terdapat beberapa ornamen pada kaligrafi Arab yang sangat. indah pada

pada Masjid Azizi Langkat, yaitu: Ornamen Cina dengan Bentuk geometris. sebanyak 1 buah yaitu ornamen “Meander” pada daun

Ornamen yang terdapat pada tabir masjid di atas merupakan ornamen floralis berbentuk tunas bambu yang baru tumbuh yang diukir dengan ornamen motif simetris, ornamen ini

Dari kedelapan bentuk ornamen diseluruh dunia tersebut, Wilayah untuk dunia Muslim termasuk didalamnya Negara Indonesia karena penduduknya yang mayoritas muslim, bentuk

fungsi murni estetis karena memperindah bagian resplang atas Masjid. Kiambang merupakan salah satu ornamen dengan bentuk Sulur yaitu.. Ornamen Kiambang ini terletak pada

Analisis Kaligrafi (Al-khattu) dan Ornamen Pada Masjid Raya Al- Osmani Medan Labuhan Kota Medan.. Sastra Arab, Universitas