• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Ornamen Dan Kaligrafi Pada Masjid Raya Al-Osmani Medan Labuhan Kota Medan (Kajian Semiotika)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Ornamen Dan Kaligrafi Pada Masjid Raya Al-Osmani Medan Labuhan Kota Medan (Kajian Semiotika)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian mengenai analisis Semiotika dan kaligrafi di Program Studi Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara sebelumnya sudah pernah diteliti. antara lain dengan judul :

1. Analisi Semiotika Pada Ornamen Masjid Azizi Langkat oleh Nursyazwani Mahfuzah Yusuf, mahasiswi program S1 Sastra Arab, Fakultas Imu Budaya, Universitas Sumatera Utara tahun 2015. Hasil dari penelitian tersebut adalah terdapat 3 jenis ornamen pada Masjid Azizi Langkat, yaitu ornamen arab (arabesque) yang berjumlah 10 buah, ornamen melayu yang berjumlah 20 buah dan ornamen cina yang berjumlah 1 buah. Jika ditinjau dari bentuk ornamennya, terdapat 3 macam bentuk ornamen pada Masjid Azizi Langkat, yaitu bentuk tumbuh-tumbuhan yang berjumlah 17 buah, bentuk geometris yang berjumlah 13 buah dan bentuk alam atau kosmos yang berjumlah 1 buah. Perbedaan penelitian (skripsi) tersebut dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah teori yang digunakan Nursyazwani Mahfuzah Yusuf menggunakan teori Semiotik Roland

Barthes yang mengemukakan tentang “order of signification”, mencakup Denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan Konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal). Sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan akan menggunakan teori Semiotik Pierce yakni terdapat 3 komponen yaitu

yang bersifat ikonik” (representamen), “indeksikal” (interpretant), dan “simbolik” (object).

2. Analisis Kaligrafi ( ط ا/ Al-Khaṭṭu/) dan Ornamen Pada Masjid Masjid Raya Al-Osmani Medan Labuhan Kota Medan oleh Mahmuda, Mahasiswa Program S1 Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara tahun 2012. Hasil

(2)

Masjid Raya Al-Osmani Medan Labuhan Kota Medan yaitu berbentuk Al-Qur‟an surah Al-Baqarah ayat 144 dan bentuk kalimat Allah dan Muhammad. Kaligrafi ini ditulis pada bagian atas sisi kiri dan kanan mihrab masjid. Dan penulisan kaligrafi hanya terpusat pada bagian mihrab Masjid saja. sedangkan ornamen yang terdapat pada Masjid Raya Al-Osmani Medan Labuhan berjumlah 11 buah yang merupakan ornamen khas Melayu, ornamen khas Arab dan ornamen khas Cina. Perbedaan penelitian (skripsi) tersebut dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Mahmuda hanya mengkhususkan penelitiannya pada jenis-jenis kaligrafinya dan hanya menyebutkan jenis dari ornamen dan kaligrafinya saja. Sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu menganalisis ornamen dengan ilmu semiotika yang menggunakan teori

Semiotik Pierce yakni terdapat 3 komponen yang bersifat ikonik” (representamen),

“indeksikal” (interpretant), dan “simbolik” (object). Sedangkan penelitian Kaligrafi yang akan Peneliti lakukan adalah ditinjau dari segi semiotik yaitu susunan ornamen yang melingkupi kaligrafi yang mengandung makna tertentu.

2.2. Pengertian Ornamen

Ornamen berasal dari kata ”ornare” (bahasa latin) yang berarti menghias. Dalam

bahasa arab, ornamen disebut ف خ أ / „az-zukhrufu/ yang artinya dekorasi. Ornamen juga berarti dekorasi atau hiasan, sehingga ornamen sering disebut sebagai desain

dekoratif atau desain Ragam Hias, menurut Wikipedia, ornamen merupakan dekorasi yang digunakan untuk memperindah bagian dari sebuah bangunan atau obyek.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Ornamen_(arsitektur, diakses 20 februari 2017).

Defenisi ornamen menurut buku „Az-zukhurufu warrusumu al-islamiyyatu‟ (Eva Wilson : tanpa tahun) yaitu :

س ا خ ا ا ح ا ت ص ع ع

ت

ا

ا ف : ف خ ا

(3)

Ornamen Masjid biasanya berupa ukiran maupun tempelan material yang ditujukan sebagai hiasan. Ornamen dapat ditampilkan didinding maupun menjadi bagian dari anatomi bangunan Masjid, misalnya ornamen yang ditampilkan pada pintu, jendela dan sebagainya. Sementara bentuk lengkung, garis, maupun lingkaran yang banyak ditemui pada bangunan masjid, merupakan semi ornamen yang dapat memberi ciri khas pada sebuah bangunan Masjid.(Susanta, 2007: 40-42)

2.2.1. Bentuk ornamen

Ornamen memiliki banyak bentuknya, bentuk dalam konteks ini dapat diartikan sebagai elemen pokok dalam seni ornamen. Ia merupakan bentuk dasar dalam penciptaan/ perwujudan suatu karya ornamen. Al-Faruqi membagi beberapa bentuk ornamen diseluruh dunia yang merupakan hasil kesenian dari negaranya masing-masing sebagai berikut: ornamen yang digunakan didunia Muslim, ornamen yang digunakan di Wilayah I, ornamen yang digunakan di Wilayah II, ornamen yang digunakan di Wilayah III, ornamen yang digunkan di Wilayah IV, ornamen yang digunakan di Wilayah V, ornamen yang digunakan di Wilayah VI, dan ornamen yang digunakan di Wilayah VII. Dari kedelapan bentuk ornamen diseluruh dunia tersebut, Wilayah untuk dunia Muslim termasuk didalamnya Negara Indonesia karena penduduknya yang mayoritas muslim, bentuk dalam ornamen yang digunakan dalam Dunia Muslim menurut Al-Faruqi (1998: 419) yaitu : kaligrafi, bentuk goemetris, gambar yang dimodifikasi dari alam (tumbuhan, hewan dan benda mati), bentuk arsitektural ( bentuk manusia dan bentuk

kreasi/khayalan).

2.2.1.1. Bentuk Geometris (Arabesque).

(4)

dan struktur yang merupakan cikal bakal ide konsep perancangan seni hias tersebut. (Pancawaty dan Faqih, 2012: 2).

Berikut peneliti tampilkan beberapa ulasan yang menjadi salah satu dasar pemaknaan ornamen Arabesque oleh Pancawaty dan Faqih (2012) yaitu :

2.2.1.1.1. Pola Dasar Bentuk Lingkaran

Ornamen dengan pola dasar berbentuk lingkaran diberi pemaknaan yaitu: “symbol of eternity, perfect expression of justice”, Artinya: “Lambang kekekalan, ungkapan yang sempurna untuk keadilan”.

2.2.1.1.2. Pola Dasar Bentuk Segitiga

Ornamen dengan pola dasar berbentuk segitiga diberi pemaknaan yaitu : “Symbol of human, conciouness and the principle of harmony”, artinya “ lambang dari manusia, tentang kesadaran dan asas keselarasan”.

2.2.1.1.3. Pola Dasar Bentuk Persegi Empat

Ornamen dengan pola dasar berbentuk persegi empat, diberi pemaknaan yaitu: “Symbol of physical experience and the physical world of materiality”, artinya:

(5)

2.2.1.1.4. Pola Dasar Bentuk Persegi Enam

Ornamen dengan pola dasar bentuk Persegi enam diberi pemaknaan yaitu: “Symbol of heaven “, artinya: “Lambang dari surga”.

2.2.1.1.5. Pola Dasar Bentuk Persegi Delapan Atau Segi Banyak

Ornamen dengan pola dasar berbentuk persegi delapan atau persegi banyak diberi pemaknaan yaitu: “Symbol of the god light, spreading the Islamic Faith”, artinya:

“ Lambang dari cahaya Allah, yang menyebarkan Iman dan Islam”.

2.2.1.2. Bentuk Gambar Yang Dimodifikasi Dari Alam

Penggambaran bentuk gambar yang dimodifikasi dari alam adalah seni ornamen yang dilakukan dengan berbagai cara baik natural maupun stilirisasi sesuai dengan

keinginan senimannya, demikian juga dengan jenis tumbuhan, hewan dan benda mati yang dijadikan obyek/inspirasi juga berbeda tergantung dari lingkungan (alam, sosial, dan kepercayaan pada waktu tertentu) tempat bentuk tersebut diciptakan. (http: //yogaparta.wordpress.com/2009 /06/18/mengenal-ornamen/, diakses 10 Februari 2017).

(6)

2.2.1.2.1. Bentuk Tumbuhan

Penggambaran bentuk tumbuh-tumbuhan diambil dari bentuk tumbuhan aslinya tetapi dimodifikasi sesuai dengan keinginan senimannya. Bentuk tumbuhan yang merupakan hasil gubahan sedemikian rupa jarang dapat dikenali dari jenis dan bentuk tumbuhan apa sebenarnya yang digubah/distilisasi, karena telah diubah dan jauh dari bentuk aslinya. Adapun jenis tumbuhan dalam ornamen dapat berbentuk daun, bunga, dsb. Yang diwujudkan pada jenis tumbuhan seperti : bunga ketola, bunga cina, bunga cengkih, bunga matahari, bunga kundur, bunga lotus, daun pakis, kiambang atau sulur (tumbuhan menjalar) dan pucuk rebung. Berikut peneliti cantumkan bentuk ornamen tumbuhan yang telah diteliti sebelumnya oleh Mahfuzah yaitu:

Gambar 1. Contoh ornamen Tumbuhan/Floralis (Sumber: Mahfuzah, 2014. diakses 5 maret 2017)

Ornamen tumbuhan/floralis ini terdapat pada bagian atas penampil serambi masjid. Ornamen ini menggambarkan bunga teratai yaitu salah satu jenis bunga lotus yang sering kali digambarkan dalam ornamen-ornamen Arabesque. (Mahfuzah, 2014: 75)

2.2.1.2.2. Bentuk Hewan

(7)

Gambar 2. Contoh ornamen bentuk hewan. (Sumber: Google Picture, diakses 5 maret 2017)

Penggambaran bentuk hewan biasanya dijumpai pada rumah ibadah, rumah adat dan tempat-tempat tertentu. Bentuk hewan yang biasa digunakan adalah bentuk naga dan bentuk burung.

2.2.1.2.3. Bentuk Benda Mati

Bentuk benda mati dalam penciptaannya biasanya dirubah sedemikian rupa sehingga menjadi suatu bentuk dengan karakter tertentu sesuai dengan sifat benda yang diekspresikan dengan pertimbangan unsur dan asas estetika. Misalnya bentuk bebatuan biasanya ditempatkan pada bagian bawah suatu benda atau bidang yang akan dihias

dengan bentuk tersebut. Dikatakan bentuk benda mati dalam pembuatannya mengacu pada bentuk-bentuk alam, seperti : awan, cadas, air, batu, gunung, dsb.

(http://yogaparta.wordpress.com/2009 /06/18/ mengenal -ornamen/, diakses 10 Februari 2017)

Gambar 3. Contoh ornamen bentuk benda mati. (Sumber: Google Picture, diakses 5 maret 2017)

(8)

2.2.1.3.Bentuk Arsitektural

Bentuk arsitektural dalam penciptaannya biasanya lebih menekankan karakter sesuai dengan sifat benda yang diekspresikan. Bentuk ini memiliki karakter yang beragam sesuai dengan imajinasi yang ingin dibuat oleh senimannya. Dikatakan bentuk arsitektural karena memang dalam pembuatannya mengacu pada bentuk-bentuk manusia dan kreasi/khayalan bagi orang yang membuatnya. (http: //yoga parta. wordpress.com/2009 /06/18/ mengenal -ornamen/, diakses 10 Februari 2017)

2.2.1.3.1. Bentuk Manusia.

Manusia sebagai salah satu obyek dalam penciptaan bentuk ornamen mempunyai beberapa unsur, baik secara terpisah seperti kedok atau topeng, dan secara utuh seperti bentuk-bentuk dalam pewayangan dan ornamen ini biasanya terdapat pada candi-candi atau rumah ibadah. (http: //yogaparta .wordpress.com/2009 /06/18/mengenal-ornamen/, diakses 10 Februari 2017)

Gambar 4. Contoh ornamen bentuk manusia. (Sumber: Google Picture, diakses 5 maret 2017)

Ornamen berbentuk manusia diatas biasanya dijumpai pada candi-candi kuno dan biasanya menceritakan kisah perjalan masyarakat dilingkungan tempat candi tersebut berada.

2.2.1.3.2. Bentuk Kreasi/ Khayalan

(9)

duyung, raksasa, dan bentuk makhluk-makhluk gaib lainnya. (http:// yogaparta. wordpress.com/2009 /06/18/mengenal-ornamen/, diakses 10 Februari 2017)

Gambar 5. Contoh ornamen bentuk kreasi /khayalan. (Sumber: Google Picture, diakses 5 maret 2017)

Bentuk ornamen kreasi/khayalan ini dibuat dengan imajinasi pembuatnya tanpa ada ikatan atau aturan-aturan seperti bentuk ornamen yang dibahas sebelumnya. Ornamen ini dibuat sesuai dengan keninginan pembuatnya dan biasa dijumpai hampir diseluruh bangunan karena bentuknya yang beragam.

2.2.2. Fungsi Ornamen

Setelah menjelaskan tentang bentuk ornamen, selanjutnya peneliti akan menjelaskan tentang fungsi ornamen. Kehadiran sebuah ornamen tidak semata sebagai pengisi bagian kosong dan tampa arti, lebih–lebih karya–karya ornamen masa lalu. Bermacam bentuk ornamen sesungguhnya memiliki beberapa fungsi menurut (Sunaryo, 2011: 4-6), yakni:

2.2.2.1. Fungsi Murni Estetis

(10)

Gambar 6. Vas Berhias, contoh ornamen fungsi murni. (Sumber: Google Picture, diakses pada tanggal 5 maret 2017)

Fungsi murni estetis ini memiliki fungsi murni menghiasi suatu benda saja tanda ada makna simbolis didalamnya. Contonya pada Vas bunga diatas yang berguna untuk memperindah Vas bunga tersebut.

2.2.2.2. Fungsi Simbolis

Fungsi simbolis ornamen umumnya dijumpai pada produk-produk benda upacara atau benda-benda pusaka dan bersifat keagamaan atau kepercayaan, menyertai nilai estetisnya. Ornamen yang menggunakan motif biawak, naga, burung, atau garuda misalnya, pada karya-karya masa lalu berfungsi simbolis. Biawak sebagai motif ornamen dimaksudkan sebagai penjelmaan roh nenek moyang, naga sebagai lambang dunia dan burung dipandang sebagai gambaran roh terbang menuju surga serta simbol dunia atas.

Gambar 7. Keris Naga, contoh ornamen fungsi simbolis. (Sumber: Google Picture, diakses pada tanggal 5 maret 2017)

Fungsi simbolis merupakan fungsi yang memiliki pemaknaan didalamya.

Pemaknaan tersebut didasarkan pada masyarakat yang mengggunakan benda pada acara-acara tertentu saja.

2.2.2.3. Fungsi Teknis Konstruktif

(11)

demikian memiliki fungsi konstruktif. Tiang, talang air, dan bubungan atap adakalanya didesain dalam bentuk ornamen, yang tidak sengaja memperindah penampilan karena fungsi hiasnya, melainkan juga fungsi konstruktif. Adanya fungsi teknis konstruktif sebuah ornamen terkait erat dengan produk yang dihiasinya.

Gambar 8. Bubungan atap, contoh ornamen fungsi teknis konstruktif. (Sumber: Google Picture, diakses pada tanggal 5 maret 2017)

Fungsi teknis konstruktif ini yaitu selain menghiasi tetapi juga bermanfaat untuk

membantu sisi konstruktif pada sebuah bangunan yang dihiasinya agar tampilan dari sisi konstruktif tersebut semakin indah dan menarik.

2.3. Pengertian Kaligrafi

Kaligrafi adalah salah satu seni menulis tulisan arab yang merupakan karya seni bernilai tinggi. Sebagai sebuah karya seni, kaligrafi dapat sekaligus berfungsi sebagai aksesoris yang dapat memperindah sebuah ruang masjid. Kalimat yang ditulis dalam kaligrafi biasanya berupa penggalan ayat-ayat Al-qur‟an. Oleh karena itu, penempatan dan peletakannya harus sesuai dengan kaidah-kaidah islam yang berlaku, antara lain hendaklah diletakkan pada tempat-tempat yang bersih dan berfungsi untuk mewadahi suatu aktifitas yang baik juga. (Susanta, 2007: 39)

Defenisi kaligrafi dalam kitab „Rihlah A-Khattu Al-Arabi min musnad ila al-hadits‟(Ahmad Suhan : 2001) yaitu :

ا

ا

ف

ت

ا

آ ف ف ح ب ا ف

ا

(12)

/Huwa al-funāni al-laẕi yaj‟alu minal hurufi al-„arabiyyati lawhatan faniyyati yuqafu amāmuhā al-masyāhidu mabhutān yufkira fī daqatan al-kitābati, warū‟atan al qi bati, wa‟abqariyyati al-khaṭāṭi/. Kaligrafi adalah sebuah seni yang dibuat dari susunan huruf arab yang terdapat didalamnya bingkai yang bernuansa seni yang dinikmati oleh penikmat seni yang membutuhkan kemampuan melihat tulisan dengan tepat, kemegahan bentuk, kelihaian menulis.

Seperti yang dituliskan oleh Huda (2003: 7) dalam bukunya Melukis Ayat Tuhan, bahwa sejak awal Islam sampai sekarang terdapat lebih dari empat ratus gaya atau aliran kaligrafi. Semuanya memiliki ciri dan karakter sendiri-sendiri, tetapi yang mampu bertahan dengan penyempurnaannya hanya belasan gaya atau jenis. Dan yang sering digunakan dalam tulisan sebagai komunikasi umum hanya delapan jenis kaligrafi atau khat. Kedelapan khat tersebut yaitu :

2.3.1. Khat Al-Naskhi

Khat ini dinamakan Nasakh karena tulisannya digunakan untuk menaskhahkan atau membukukan Al-qur‟an. Khat ini merupakan pokok dasar dari kaligrafi. Bentuk

tulisan ini banyak digunakan dalam penulisan ayat-ayat Al-Qur‟an, buku-buku ilmiah maupun tulisan sehari-hari. Naskhi merupakan satu-satunya tulisan yang digunakan

hampir pada seluruh naskah-naskah ilmiah seperti buku, majalah, Koran dan brosur. (Sirojuddin, 1992: 102). Ciri-ciri khat naskhi adalah mudah dibentuk, praktikal dan

Gambar Khat Naskhi diatas bertuliskan /Man kana yu‟minu billahi wal yaumil akhiri fal yaqul khairan au li yasmut/. “ Barang siapa yang beriman kepada Allah dan

hari Akhir (kiamat) maka katakanlah yang baik( jujur) atau berdiamlah”. ( Hadits Nabi

(13)

2.3.2. Khat Al-Sulusi

Kata Sulus dalam bahasa arab berarti sepertiga, yaitu sepertiga kertas yang sering dipakai dikedutaan mesir. Ada yang menyatakan sepertiga tulisan Umar yang besar atau sepertiga tulisan Thumar kuno. Gaya Sulus tampak lebih tegas daripada naskhi walaupun huruf-hurufnya agak mirip dengan gaya naskhi dalam pembentukannya yang berumpun satu jenis. Bentuk dan lekukan huruf-hurufnya jelas dan gagah. Keindahannya terletak pada penataan hurufnya yang serasi dan sejajar dengan disertai harakat dan hiasan-hiasan sehingga tidak mustahil jenis ini memperoleh nilai tertinggi daripada jenis lainnya. Keluwesannya tidak terikat dengan garis yang digunakan pada judul-judul naskah, papan nama, dekorasi, lukisan desain, dan lain-lain. (Huda, 2003: 8)

Gamabr 10. Contoh khat Sulusi

(Sumber: Google Picture, diakses 5 maret 2017)

Gambar khat sulus diatas bertuliskan /Bismillahi al-rahmani al-rahimi/. “Dengan

menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang”.

2.3.3. Khat Al-Kufi

Khat Kufi merupakan model penulisan paling tua diantara semua jenis gaya

kaligrafi. Kata kufi diambil atau dinisbahkan pada kota asalnya yaitu kufah. Kalahiran kota kufah atau basis agama politik islam telah membawa khat tersebut pada

(14)

Gambar 11. Contoh khat kufi

(Sumber: Google Picture, diakses 5 maret 2017)

Gambar Khat Kufi diatas bertuliskan /Wamin ḥai u kharajta fawalla wajhaka syatral masjidill ḥarāma/. “ Dan dari mana saja kamu (keluar), maka palingkanlah

wajahmu ke arah Masjidil Haram”. (Al-Baqarah : 150).

2.3.4. Khat Al-Diwani

Khat Diwani adalah salah satu jenis khat yang diciptakan oleh masyarakat Turki Usmani. Jenis ini sering dipakai untuk tulisan kantor-kantor, lembaga, surta-surat resmi, dan lain-lain. Namanya yang diambil dari kata diwan yang berarti kantor sesuai dengan huruf-hurufnya yang terbentuk lembut dan melingkar serta tersusun diatas garis seperti

khat riq‟ah. Khat ini lebih sulit daripada jenis-jenis yang lain dan memang membutuhkan kelihaian tangan tersendiri dalam pembentukannya dan penyusunannya.

Perlu diperhatikan pula bahwa gaya diwani tidak memakai syakal maupun hiasan dalam penyusunannya. ( Huda, 2003: 9) Ciri khas khat ini adalah lebih memprioritaskan pada lekukan sisi yang agak melengkung dan agak bulat.

Gambar 12. Contoh khat Diwani

(Sumber: Google Picture, diakses 5 maret 2017)

Gambar Khat Diwani diatas bertuliskan /Bismillahi al-rahmani al-rahimi/.

(15)

2.3.5. Khat Al-Diwani Jali

Pada prinsipnya keadaan bentuk dan pelaksanaan khat Diwani Jali sama dengan khat Diwani hanya saja pada khat Diwani Jali terdapat syakal dan hiasan pada tulisannya. Ciri-ciri khat Diwani Jali adalah lebih memprioritaskan pada lekuk sisi melengkung dan agak membulat, serta hiasan titik yang berguna untuk mengisi kesenggangan pada jarak tiap-tiap huruf.

Gambar 13. Contoh khat Diwani Jali (Sumber: Google Picture, diakses 5 maret 2017)

Gambar Khat Diwani Jali diatas bertuliskan /Alā bizikri Allāhi tatmainnu al -qulūbu/ . ”Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”.

2.3.6. Khat Riq’ah

Khat Riq‟ah memiliki arti potongan daun untuk menulis. Riq‟ah merupakan salah satu khat ciptaan masyarakat Turki Usmani. Ciri-ciri khat Riq‟ah terdapat pada huruf-hurufnya yang pendek dan bisa ditulis lebih cepat, karena kesederhanaannya dan tidak memiliki struktur yang rumit.

Gambar 14. Contoh khat Riq‟ah

(Sumber: Google Picture, diakses 5 maret 2017)

(16)

udulakum „ala syai‟n iza faqa samūhu tuhababtum. Afsū as-salā ma bainakum

/.“Rasulullah sallallahu alaihi wassalam berkata tidaklah kamu masuk kedalam surga

hingga kamu beriman. Dan tidaklah beriman sampai kamu berkasih sayang. Ingatlah petunjuk atas sesuatu itu apabila menebarkan kasih sayang bagilah salam di antara

kamu”.

2.3.7. Khat Al-Farisi

Khat ini cenderung menampilkan bentuk atau model huruf yang kurang teratur. Farisi sendiri terkait dengan nama daerah asalnya, yaitu Persia (Iran). Gaya Farisi memiliki kecenderungan kemiringan huruf kekanan (yang tidak terjadi pada khat jenis lain) dan Khat ini ditulis tanpa ada harakat ataupun hiasan dalam penulisannya. Keindahannya terletak pada tebal tipisnya lekukan huruf-hurufnya. Kahat ini sampai sekarang masih tetap dipakai oleh orang-orang Iran dan Pakistan baik formal maupun non formal. (Huda, 2003: 10) Ciri-ciri khat farisi adalah terletak pada tebal dan tipis

huruf-hurufnya.

Gambar 15. Contoh khat Farisi

(Sumber: Google Picture, diakses 5 maret 2017)

Gambar Khat Farisi diatas bertuliskan /Innā „ataina kal-kautsar fashallilirab bika wanhar innā syāni‟aka hua al-a‟btaru/. “Sungguh kami telah memberimu ( Muhammad) nikmat yang banyak. maka laksankanlah shalat karena Tuhan-mu, dan berkurbanlah ( sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah). Sungguh,

(17)

2.3.8. Khat Raihani (Ijazah)

Sesuai dengan namanya khat ini lebih banyak dipakai dalam penulisan ijazah. Bentuk khat ini hampir sama dengan khat Sulusi, maka tidak menutup kemungkinan proses dan penggunaan khat ini juga sama, hanya saja pada ujung kepala khat ijazah ini terdapat tambahan melengkung dan daam penulisannya khat ini sangat terlihat kelenturannya. (Huda, 2003: 9)

Gambar 16. Contoh khat Raihani (ijazah) (Sumber: Google Picture, diakses 5 maret 2017)

Gambar Khat Raihani diatas bertuliskan /Zakātu / “Zakat” Kaligrafi dengan khat jenis Raihani (ijazah) ini tidak dijumpai pada Masjid Raya Al-Osmani Medan Labuhan Kota Medan.

2.4. Pengertian Masjid

Masjid adalah rumah Allah SWT yang dibangun agar umat mengingat, mensyukuri, dan menyembah-Nya dengan baik. Secara etimologi, kata masjid berasal dari bahasa Arab yaitu sajada, yang artinya tempat sujud. Kemudian kata س /sajada/

yaitu fi‟il madhi yang mengalami perubahan bentuk kata menjadi isim makan (tempat)

sehingga terbentuklah kata masjid. Dengan demikian, kata masjid tidak selalu menunjukkan sebuah gedung atau tempat ibadah khusus umat Islam. Bumi yang kita

tempati ini adalah masjid bagi kaum Muslimin. Setiap muslim boleh melakukan sholat dimanapun, kecuali diatas kuburan, ditempat yang bernajis, dan tempat – tempat yang menurut ukuran syariat islam tidak sesuai untuk dijadikan tempat sholat. Hal ini sesuai

(18)

Al-Qur‟an menyebutkan fungsi masjid antara lain dalam firmannya : alghuduwwi wa al-a ali. Rijālun lā tulhīhim tijāratun wa lā bay‟un „an ẕikri allāhi wa iqāmi a - alāti wa ītāi az-zakāti yakhāfūna yawman tataqallabu fīhi al-qulūbu wa al -ab āru/ Artinya: “Bertasbih kepada allah dimasjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya didalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari)mendirikan sembahyang, dan (dari) membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi

goncang.”(Q.S. An-Nur [24]: 36-37).

Bangunan masjid adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat ibadah sekaligus sebuah karya budaya umat islam. Semangat perkembangan zaman yang

mewarnai kemajuan peradaban dan kebudayaan manusia turut mengiringi perkembangan bangunan masjid diberbagai belahan dunia. Perkembangan bangunan masjid ini dapat terlihat jelas sejak pertamakali sebuah bangunan masjid berdiri hingga

saat ini begitu banyak bangunan masjid yang tersebar dimuka bumi. (Susanta, 2007: 11).

2.5. Pengertian Semiotika

Menurut Sudjiman dan Zoest (1992), semiotika adalah ilmu tanda; istilah

tersebut berasal dari kata yunani yaitu semion yang berarti “tanda”. Tanda terdapat

(19)

Ada sebuah istilah lain untuk menyebutkan pengertian yang sama dengan

semiotik atau semiotika, yaitu “semiologi”. Sesungguhnya kedua istilah ini, semiotika

dan semiologi mengandung perngertian yang persis sama, walaupun penggunaan salah satu dari kedua istilah tersebut biasanya menunjukkan pemikiran pemakainya: mereka yang bergabung dengan Pierce menggunakan kata semiotika, dan mereka yang bergabung dengan Saussure menggunakan kata semiologi. Tetapi istilah semiologi kian jarang digunakan dibanding dengan penggunaan istilah semiotik, serta istilah semiotik lebih populer daripada istilah semiologi. (Sobur, 2004: 12)

Defenisi semiotika dalam kitab „ilmu Ad – dilalah (Mukhtar Umar: 1998) yaitu menurut seorang pakar Ilmu semiotika, Ferdinand de Saussare adalah sebagai berikut:

غ غ ا

ا سا ا

ا ع أ غ ا

ا ج ت

ا

ا ا أب س س ف

. تْ ا أ

ع ب, غ ا

غ ا ع

ع

ب

. ع ف حا

/Taẕkuru mu‟ājimu al-mu ṭalaḥāti al-lughawiyyati anna ‟ilma ar-rumūzi huwa ad -dirāsatu al-„ilmiyyati lir-rumūzi al-lughawiyyati wa ghairu al-lughawiyyati, bii„tibārihā „adawātu li„itta āla. Wa ya‟rifuhu dī sūsīr bi annahu al-„ilma al-laẕī yadrusu ar-rumūza bi afatin „āmmatin, wa ya‟uddu „ilma al-lughati ahadu furū‟ihi / “Menurut kamus linguistik, pengertian ilmu semiotika adala ilmu yang mempelajari tentang simbol-simbol bahasa dan selain bahasa (non bahasa) sebagai alat komunikasi. De Saussare memberikan pengertian bahwa ilmu semiotika adalah ilmu yang mempelajari

simbol-simbol secara umum. Dan merupakan salah satu cabang ilmu linguistik”.

Didalam Al-Qur‟an Allah menyebutkan agar manusia mempelajari ilmu tentang

tanda atau benda-benda seperti yang terdapat pada surat Al-Baqarah ayat 31 yaitu :

أ ءَ ٰه ء أسأب ي بأ أ قف ة ئَ أل ع أ ضرع ث ك ء أس أأ دآ ع

يقد ص أ تأ ك

(20)

Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" (Q.S. Al-Baqarah : 31)

Ayat Al-Baqarah : 31 diatas jika dikaitkan dengan kajian Semiotik, sama-sama mempelajari bahasa dengan menyebutkan nama-nama (benda). Tanda atau nama-nama benda tersebut merupakan karunia yang berikan oleh Allah SWT kepada seluruh Umatnya dimuka bumi ini.

2.5.1. Ranah Semiotika Menurut Pierce Dalam Saragih

Menurut Saragih (2011: 12) dalam bukunya yang berjudul Semiotik Bahasa, semiotik adalah kajian tanda. Tanda (sign) adalah sesuatu yang mewakili atau menyatakan sesuatu yang lain. Tanda terjadi dari dua unsur yakni sesuatu yang disebut penanda (signifier) dan sesuatu yang lain sebagai petanda (signified). Hubungan antara petanda dan penanda adalah hubungan realisasi, yakni petanda direalisasikan oleh penanda atau penanda merealisasikan petanda. Contohnya, merah sebagai penanda

bahaya dengan pengertian „bahaya‟ sebagai petanda dan warna merah sebagai penanda.

Pierce dalam Saragih (2011: 16), membedakan tiga macam tanda menurut sifat penghubung antara petanda dengan penanda yakni :

1. Ikonik (Representamen) adalah tanda yang menyatakan sifat, ciri, atau hakiki petanda yang hampir seperti atau identik dengan bentuk aslinya. Defenisi ini mengimplikasikan bahwa segala sesuatu merupakan ikonik, karena semua yang ada dalam kenyataan dapat dikaitkan dengan sesuatu yang lain. Sehingga dapat

dipahami ikon juga merupakan tanda yang menyerupai objek (benda) yang diwakilinya atau benda yang menggunakan kesamaan ciri-ciri yang sama dengan

aslinya. Sebagai contoh, foto atau gambar adalah realisasi ikonik. Foto atau gambar bunga adalah penanda yang mirip dengan bunga aslinya. Foto sebagai penanda benar-benar menggambarkan petanda atau realitas yang diwakilinya. 2. Indeksikal (interpretant) adalah tanda yang menunjukkan kepada sebuah arti atau

(21)

Contohnya, peta (realisasi daerah) adalah indeksikal. Warna hijau dalam peta merupakan dataran rendah karena daerah dataran rendah itu biasanya ditumbuhi oleh vegetasi yang berwarna hijau. Warna kelabu dalam peta adalah warna tandus untuk menandai pegunungan.

3. Simbolik (object) adalah tanda yang tidak memiliki hubungan logis dan kemiripan dengan objek, tetapi pemaknaannya sesuai dengan kesepakatan bersama (konvensi). Contohnya, kata rumah, buku, baju, dan meja merupakan realisasi simbolik. Demikian juga kata langit adalah karena tidak ada alasan yang

berterima lagi mengapa „langit‟ sebagai petanda disebut langit sebagai penanda. (Saragih, 2011: 18)

Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis hubungan penanda dengan petanda sebagai semiotika yang memiliki sejumlah sifat. Secara spesifik, realisasi petanda kedalam atau sebagai penenda dapat bersifat ikonik (representamen), indeksikal (iterpretant) dan simbolik (object). Tiga variabel ini menunjukkan bahwa manusia memberi makna terhadap ruang. Manusia berada dalam ruang sebagai struktur fisik ada

Gambar

Gambar 1. Contoh ornamen Tumbuhan/Floralis (Sumber: Mahfuzah, 2014. diakses 5 maret 2017)
Gambar 6. Vas Berhias, contoh ornamen fungsi murni.          (Sumber: Google Picture, diakses pada tanggal 5 maret 2017)
Gambar Khat Naskhi diatas bertuliskan /Man kana yu‟minu billahi wal yaumil
Gambar khat sulus diatas bertuliskan /Bismillahi al-rahmani al-rahimi/. “Dengan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis khat yang terdapat pada Masjid Raya Al- Osmani Medan Labuhan Kota Medan, dan mengetahui jenis bacaan apakah yang digunakan

Ornamen Melayu dengan Bentuk Floralis terdapat pada Masjid Azizi Langkat sebanyak 16 buah yaitu ornamen “Pucuk Rebung” pada atap serambi masjid, ornamen “Bunga Ketola”,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk ornamen yang terdapat pada Masjid Raya Al-Mashun dan mengetahui tanda-tanda semiotika pada masjid Raya Al-Mashun.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk ornamen yang terdapat pada Masjid Raya Al-Mashun dan mengetahui tanda-tanda semiotika pada masjid Raya Al-Mashun..

percampuran budaya dari berbagai daerah, perpindahan orang dari negara satu ke negara lain. Salah satu kelengkapan yang penting dalam arsitektur bangunan masjid adalah

berbentuk bidang segitiga dan di dalamnya terdapat hiasan stilasi daun, ornamen ini terdapat pada pinggiran langit-langit ruang utama masjid.. Bangunan

Peneliti tertarik untuk meneliti ornamen di Masjid Raya Baiturrahman karena ingin menambah pengetahuan masyarakat Aceh khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya tentang

Sebagai ragam hias simbolis, maksudnya karya ornamen yang dibuat selain mempunyai fungsi sebagai penghias suatu benda juga memiliki nilai simbolis tertentu di dalamnya,