• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

3. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang didasarkan pada paham konstruktivisme. Konstruktivisme menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah konstuksi kita sendiri. Pada sistem

commit to user

pengajaran ini memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bekerjasama dengan temannya dalam tugas-tugas terstruktur dan inilah yang disebut pengajaran gotong royong atau cooperative learning (Slavin, 2008). Secara garis besar prinsip-prinsip konstruktivisme adalah:

a. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri baik secara personal maupun sosial. b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya

dengan keaktifan murid itu sendiri untuk menalar.

c. Murid aktif mengkonstruksi terus menerus sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah.

d. Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan prasarana agar proses konstruksi siswa berjalan mulus. (Paul Suparno, 1997:49).

Konstruktivisme sosiologis berpandangan bahwa masyarakat sebagai pembentuk pengetahuan disamping pentingnya peran dan keaktifan individu dalam membentuk pengetahuannya juga tidak dapat dipungkiri peran masyarakat, orang lain dan lingkungan dalam proses pembentukan pengetahuan tersebut. Dalam kerangka inilah belajar kelompok menjadi penting. Hilangnya sistem komando (hierarki) dan berlakunya pola kerja sama (network) dimana tiap-tiap subsistem akan saling memperkuat, saling memberi dan menerima, memberi manfaat kepada sesama karena sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain. Konstruktivisme sosiologis menekankan bahwa pengetahuan ilmiah merupakan konstruksi sosial bukan konstruksi individual. Kelompok ini menekankan lingkungan, masyarakat dan dinamika pengetahuan (Matthews dalam Paul Suparno, 1997:47). Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang didasarkan pada teori belajar konstruktivisme sosiologis.

Salah satu metode pembelajaran yang perlu dikembangkan saat ini adalah metode pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah aktifitas belajar kelompok yang teratur sehingga ketergantungan pembelajaran pada struktur sosial pertukaran informasi antara anggota dalam kelompok dan tiap anggota

commit to user

bertanggungjawab untuk kelompoknya dan dirinya sendiri dan dimotivasi untuk meningkatkan pembelajaran lainnya (Kessler, 1992:8).

Menurut Salvin (2008) yang dikutip Dimyati (1990:243) dikatakan bahwa cooperative learning mempunyai tiga karakteristik, yaitu:

a Siswa bekerja dalam tim-tim belajar kecil.

b Siswa didorong untuk saling membantu dalam mempelajari bahan yang bersifat akademik atau dalam melakukan tugas kelompok.

c Siswa diberi imbalan atau hadiah atas dasar prestasi.

Pada pembelajaran ini diyakini bahwa keberhasilan peserta didik akan tercapai jika setiap anggota kelompoknya berhasil. Karena tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan suatu situasi sedemikian sehingga keberhasilan anggota kelompok mengakibatkan keberhasilan kelompok itu sendiri. Oleh sebab itu untuk mencapai tujuan dari salah satu anggota, maka salah seorang anggota melakukan apa saja yang dapat membantu kelompok itu berhasil. (Slavin, 2008:16-17)

Keberhasilan pembaharuan dalam pendidikan merupakan suatu upaya sadar yang sengaja dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki praktek pendidikan dengan sungguh-sungguh (Cece, Djaja dan Tabrani, 1987:33). Pembelajaran konstruktivisme melalui pembelajaran kooperatif sengaja diharapkan dapat menjadi pembaharu dalam dunia pendiidkan yaitu sebagai alternatif jalan keluar dari rendahnya daya serap siswa.

Pembelajaran kooperatif menurut Slavin dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu:

a StudentTeams Achievement Division (STAD)

b Teams Games Tourmet (TGT)

c Team Assisted Individualization (TAI)

d Cooperative Integrated Reading and Competisoin (CIRC)

e Jigsaw

Masih ada lagi metode belajar lain yang masih dikembangkan antara lain:

a Group Investigation

commit to user

c Complex Instruction

d Structural Dyadic Methods (Slavin, 2008:9-11)

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pengajaran atau pembelajaran yang didasarkan pada paham konstruktivisme. Dalam teori konstruktivisme peserta didik harus menemukan sendiri dan memecahkan informasi baru dengan aturan dan merevisi apabila aturan-aturan ini tidak sesuai lagi. Sesuai dengan disiplin Ilmu Kimia dimana dalam hal ini perkembangan dalam dunia kimia sangat dinamis maka kondisi seperti ini mutlak diperlukan. Pandangan konstruktivisme menyatakan bahwa peserta didik diberi kesempatan agar menggunakan suatu strategi dalam belajar secara sadar dan pendidik dalam hal ini membimbing peserta didik ke tingkat pengetahuan ke arah yang lebih tinggi. Oleh karena itu, agar peserta didik benar-benar memahami mereka harus bekerjasama untuk memecahkan masalah dan kesulitan yang ada dengan ide-ide dan kemampuannya.

Pembelajaran dalam kelompok kecil ini akan benar-benar mencerminkan belajar kooperatif apabila telah menunjukkan lima prinsip dari ciri inilah yang membedakan dengan kelompok belajar tradisional. Menurut Slavin (2008:2), karena ada 5 prinsip ini maka proses belajar kooperatif akan berhasil, yaitu: a. Adanya Sumbangan dari Ketua Kelompok

Tugas dari seorang ketua kelompok adalah memberikan sumbangan pengetahuannya untuk anggota kelompok, karena ketua kelompok adalah seorang yang dinilai berkemampuan lebih dibandingkan dengan anggota yang lainnya. Dalam hal ini anggota diharapkan dapat memperhatikan, mempelajari informasi atau penjelasan yang diberikan oleh ketua kelompok jika ada anggota kelompok yang merasa belum jelas, walaupun tugas ini juga bisa dilakukan oleh anggota lain.

b. Keheterogenan Kelompok

Kelompok belajar yang efektif adalah yang mempunyai anggota kelompok heterogen, baik dalam jenis kelamin, latar belakang sosial, ataupun tingkat kecerdasannya.

commit to user c. Ketergantungan Pribadi yang Positif

Setiap anggota kelompok belajar untuk berkembang dan bekerjasama satu sama lain. Ketergantungan pribadi ini bisa memberikan motivasi bagi setiap individu karena pada awalnya mereka harus bisa membangun pengetahuannya terlebih dahulu sebelum mereka bekerjasama dengan temannya.

d. Ketrampilan Bekerjasama

Dalam proses bekerjasama perlu adanya ketrampilan khusus sehingga kelompok tersebut dapat berhasil membawa nama kelompoknya, proses yang dibutuhkan disini adalah adanya komunikasi yang baik antar anggota kelompok.

e. Otonomi

Setiap kelompok mempunyai tugas agar bisa membawa nama kelompoknya untuk menjadi yang terbaik. Jika mereka mengalami kesulitan dalam proses pemecahan masalah setelah melampui tahap kegiatan kelompok, maka mereka akan bertanya kepada gurunya bukan kepada kelompoknya.

Metode kooperatif mempunyai kelebihan-kelebihan dibandingkan metode lain, yaitu :

a Meningkatkan kemampuan siswa. b Meningkatkan rasa percaya diri.

c Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian.

d Memperbaiki hubungan antar kelompok .(Slavin, 2008:2) Tetapi disamping itu ada juga kelemahannya, yaitu:

a Memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakan. b Bila terjadi persaingan negatif maka hasilnya akan buruk.

Bila ada siswa yang malas atau ada yang ingin berkuasa maka dalam kelompok akan terjadi kesenjangan sehingga usaha kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Dalam metode kooperatif, setiap siswa saling bekerjasama satu dengan yang lain, berdiskusi dan berpendapat, menilai kemampuan, pengetahuan dan saling mengisi kekurangan anggota lainnya. Apabila dapat diorganisasikan secara

commit to user

tepat maka siswa akan lebih menguasai konsep yang diajarkan. Bagi siswa yang kurang mampu mereka akan diberi masukan dari teman-teman satu kelompoknya yang lebih mampu. Dan bagi siswa yang mampu, diharapkan dia bisa lebih berkembang dengan menyalurkan pengetahuannya kepada siswa yang kurang mampu.

Dokumen terkait