• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tipe Jigsaw II ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan- kawan dari Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawan (Sugiyanto,2010:45). Menurut Suprijono (2011:89) pembelajaran kooperatif dengan tipe Jigsaw II diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru. Guru bisa menuliskan topik yang dipelajari pada papan tulis, white board, penayangan power point dan sebagainya. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk

siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam/heterogen. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli adalah kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu serta menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Menurut Trianto (2010:75) pada tipe Jigsaw II ini siswa memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep (scan read) sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi ahli (expert). Hal ini untuk memperoleh gambaran menyeluruh dari konsep yang akan dibicarakan. Melengkapi pendapat Trianto, Egen. P dan Kauchak. D (2012:137) mengatakan bahwa Jigsaw II merupakan strategi pembelajaran dimana siswa individu menjadi pakar tentang sub bagian satu topik dan mengajarkan sub-bagian itu kepada orang lain. Menurut Slavin (2005:237) mengenai tipe Jigsaw II adalah

Jigsaw II dapat digunakan jika materi yang akan dipelajari dalam

bentuk narasi tertulis. Metode ini paling sesuai untuk subjek-subjek seperti pelajaran ilmu sosial, literatur, sebagian pelajaran ilmu pengetahuan ilmiah, dan bidang-bidang lainnya yang tujuan pembelajaran lebih kepada penguasaan konsep daripada penguasaan kemampuan. Pengajaran “bahan baku” untuk Jigsaw II biasanya

berupa sebuah bab, cerita, biografi atau materi-materi narasi atau deskripsi”.

Berdasarkan dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tipe Jigsaw II adalah siswa diberikan kesempatan belajar

secara keseluruhan konsep sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi ahli. Hal ini bertujuan agar siswa dapat mengetahui keseluruhan materi yang akan dipelajarinya. Jadi setidaknya siswa sudah mengetahui garis besar materi yang dipelajari dalam kelompok. Setelah itu baru siswa akan mendalami bagian yang akan menjadi spesialisnya untuk dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

2.1.5.1. Langkah-langkah Pembelajaran tipe Jigsaw II

Langkah-langkah pembelajaran tipe Jigsaw II menurut Trianto (2010:238), yaitu:

a) Orientasi, guru menyampaikan tujuan pada materi yang akan dipelajari. Memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan tipe Jigsaw II dalam proses belajar mengajar. Guru memberikan motivasi untuk meningkatkan rasa percaya diri, kritis, dan bekerja kelompok dengan baik. Siswa diminta belajar konsep secara keseluruhan, yang berguna untuk memperoleh gambaran keseluruhan konsep.

b) Pengelompokan, guru sudah membentuk berdasarkan tigkat kemampuan siswa, dalam hal ini siswa tidak perlu mengetahui. Guru membagi dalam 25% kelompok sangat baik, 25% kelompok baik, 25% kelompok sedang, dan 25% kelompok rendah.

c) Diskusi. Selanjutnya kelompok yang telah dibentuk dipecah menjadi kelompok yang akan mempelajari materi yang guru berikan dan dibina agar menjadi kelompok ahli. Kelompok ahli yang sudah terbentuk memulai untuk berdiskusi. Diskusi dilakukan dalam setiap kelompok

dan membahas satu materi yang sama sesuai dengan materi yang telah diberikan guru, kemudian siswa kelompok ahli kembali dalam grup semula atau kelompok asal. Selanjutnya anggota kelompok untuk mempresentasikan keahliannya atau hasil diskusi pada kelompok ahli kepada anggota kelompoknya secara bergiliran.

d) Presentasi. Proses ini bertujuan untuk membantu siswa dalam memahami materi yang belum jelas atau terpotong karena ada anggota yang tidak hadir.

e) Tes (Penilaian). Guru memberikan penilaian, berupa tes tulis untuk dikerjakan siswa yang memuat seluruh konsep atau materi yang didiskusikan. Pada tes ini, siswa tidak diperbolehkan untuk bekerja sama.

f) Pengakuan kelompok. Penilaian didasarkan poin kemajuan individu, penilaian didasarkan pada seberapa jauh poin itu melampaui rata-rata poin sebelumnya bukan didasarkan pada skor akhir yang diperoleh siswa.

2.1.5.2. Evaluasi dalam Tipe Jigsaw II

Terdapat beberapa langkah dalam melakukan penilaian Jigsaw II yaitu

(Slavin, 2005:159-163): a) Pengetesan

Tes dilakukan dengan guru memberikan soal evaluasi kepada siswa untuk menjawab secara individual tentang materi yang telah dipelajari. Siswa mengerjakan soal secara individu untuk memperlihatkan apa yang

telah mereka pelajari secara individual. b) Skor Peningkatan/Kemajuan

Siswa memperoleh skor peningkatan berdasarkan tingkat skala dimana skor tes mereka melebihi atau kurang dari skor dasar mereka. Untuk itu, terdapat langkah-langkah dalam menghitung skor individual yaitu:

a. Menetapkan skor dasar

Setiap siswa diberikan skor dasar berdasarkan skor kuis yang lalu atau nilai evaluasi pada materi sebelumnya.

b. Menghitung skor kuis terkini

Setiap siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan pelajaran terkini.

c. Menghitung skor peningkatan/kemajuan

Siswa akan memperoleh poin peningkatan yang besarnya ditentukan apakah skor kuis menyamai atau melampaui skor dasar mereka dengan menggunakan skala skor kuis sebagai berikut (Slavin, 2005:159):

Tabel 1. Pedoman poin kemajuan siswa berdasarkan Jigsaw II

No. Skor Kuis Poin

Kemajuan

1. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

2. 10-1 poin di bawah skor awal 10

3. Skor akhir Sampai 10 poin di atas skor awal 20 4. Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 5. Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor

Sedangkan format lembar penyekoran kuis ditunjukkan sebagai berikut:

Contoh:

Tabel 2. Contoh Format Lembar Penyekoran Kuis

No. Siswa Skor Awal Skor Kuis Skor Kemajuan

1. A 90 100 30

2. B 80 60 5

3. C 75 80 20

Dst.

c) Penghargaan Skor Tim

Kegiatan akhir dari suatu penilaian dan evaluasi sangat penting dilakukan dalam pembelajaran kooperatif yang berupa pemberian penghargaan. Setelah poin setiap siswa diperoleh, kemudian nilai poin dimasukkan ke dalam nilai kelompok mereka untuk mencari kelompok yang mendapat poin tertinggi dan mendapat pengakuan kelompok. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Lembar Penilaian Kelompok Berdasarkan Jigsaw II

Kelompok Nama Anggota Poin Peringkat

1. A 1. 2. 3. 4. Jumlah 2. B 1. 2. 3. 4. Jumlah

Untuk kelompok dengan rata-rata skor 21 ≤ N ≤ 30 mendapat sertifikat tim istimewa (Super team), kelompok dengan rata-rata skor 16 ≤

N ≤ 20 mendapat sertifikat tim sangat baik (Great team) dan kelompok dengan rata-rata skor 6 ≤ N ≤ 15 mendapat sertifikat tim baik (Good team) (Slavin,2009:160).

2.1.5.3. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II dengan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw I

Perbedaan antara tipe Jigsaw II dan Jigsaw I dapat terlihat dari hasil proses itu sendiri dan dalam cara dimana saling membantu. Pada Jigsaw II siswa mensyaratkan siswa untuk mempelajari materi kembali, pendekatan digabungkan dengan menggunakan struktur hadiah ekstrinsik, dimana kelompok inti disebut dengan kelompok “tim” yang terdiri dari berbagai latar belakang kemampuan yang berbeda (pintar, sedang, kurang pintar). Slavin dalam Huda (2012:118) menjelaskan bahwa pada Jigsaw II setiap kelompok “berkompetisi” untuk memperoleh penghargaan kelompok

(group reward). Hal ini juga yang membedakan Jigsaw II dan Jigsaw I

karena pada Jigsaw I siswa hanya berkompetisi untuk memperoleh nilai individu. Menurut Sharan (2012:58) dalam Jigsaw II skor peningkatan diperuntukkan agar siswa yang kurang pintar mampu menyumbangkan yang lebih berbobot kepada kelompoknya. Penghargaan kelompok dapat diumumkan di kelas. Dengan penghargaan tersebut maka setiap kelompok akan terdorong kerjasamanya dan berusaha untuk meningkatkan skornya.

Jigsaw II merupakan sebuah adaptasi dari tipe Jigsaw Elliot

Aronson (1978). Jigsaw II dalam hal ini juga membantu siswa belajar setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan dasar sampai pemecahan masalah

yang kompleks. Seperti halnya pada Jigsaw I, setiap siswa menjadi ahli dalam materi yang dipelajarinya dan bertanggung jawab atas materi yang ditugaskan. Perbedaan yang mendasar adalah dalam Jigsaw II, siswa membaca semua materi karena dapat membantu siswa untuk mendapatkan gambaran besar sebelum mereka membaca kembali untuk menemukan informasi yang berkaitan dengan topik yang ditugaskan. Kelebihan dari

Jigsaw II adalah bahwa semua siswa membaca semua materi yang akan

membuat konsep-konsep yang telah disatukan menjadi lebih mudah dipahami. Dalam Jigsaw I, siswa menerima penjelasan potongan materi dari teman dari kelompok asal. Hal ini mengkhawatirkan karena bisa jadi siswa tersebut belum memahami materi. Jigsaw II cocok digunakan apabila materi yang dipelajari berbentuk narasi tertulis seperti pelajaran sosial, sastra, beberapa bagian sains, dan pelajaran lain yang bertujuan lebih menekankan pada konsep daripada keterampilan. Bahan ajar Jigsaw II biasanya merupakan sebuah bab, cerita, biografi, dan bahan deskriptif lainnya.

Dokumen terkait