i
PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA
KELAS IV SDN CATURTUNGGAL 3 DENGAN PENERAPAN
MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW II
HALAMAN JUDUL
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Theresia Startyaningsih
NIM: 091134007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEPENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ii
SKRIPSI
PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA
KELAS IV SDN CATURTUNGGAL 3 DENGAN PENERAPAN
MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW II
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Oleh:
Theresia Startyaningsih
NIM: 091134007
Telah disetujui oleh:
Pembimbing I
Drs. YB Adimassana, M.A. Tanggal: 12 Juni 2013
Pembimbing II
iii SKRIPSI
PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN CATURTUNGGAL 3 DENGAN PENERAPAN MODEL KOOPERATIF
TIPE JIGSAW II HALAMAN PENGESAHAN
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Theresia Startyaningsih NIM: 091134007
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi
pada tanggal 17 Juli 2013
dan dinyatakan mematuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua : G. Ari Nugrahanta. SJ., S.S., BST., M.A. …
Sekertaris : E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A.Ed.D. …
Anggota I : Drs. YB Adimassana, M.A. …
iv
PERSEMBAHAN
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Tuhan Yesus yang selalu menyertai perjalanan hidup saya
Ayah dan Ibu yang senantiasa memberikan semangat dan bantuan
baik secara moral maupun material serta yang selalu menyebut
nama saya dalam setiap doa mereka
Kakak dan adik yang selalu memberi masukan, dukungan dan
v
M
O
T
T
O
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
LEMBAR PENYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 17 Juli 2013
Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Theresia Startyaningsih
NIM : 091134007
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul: PENINGKATAN MINAT
DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN CATURTUNGGAL 3 DENGAN PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW II
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya
dalam bentuk penggalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 17 Juli 2013
Yang menyatakan,
viii ABSTRAK
Theresia Startyaningsih. 2013. Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPS Siswa
Kelas IV SDN Caturtunggal 3 dengan Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw II.
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Bagaimana upaya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada mata pelajaran IPS bagi siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 (2) Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada pelajaran IPS dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 dan (3) Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw II pada pelajaran IPS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SDN
Caturtunggal 3?
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Taggart. Satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian telah dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 dengan jumlah 29 siswa. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, kuesioner, dan tes. Data selanjutnya diolah berdasarkan teknik analisis data yang ditetapkan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar belajar IPS siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dilakukan dengan langkah-langkah, sebagai berikut: (a) orientasi umum, (b) pengelompokan kelompok asal yang terdiri dari lima ahli, (c) diskusi kelompok ahli, (d) sharing di dalam kelompok asal, (e) presentasi, (f) evaluasi, (g) pengakuan kelompok. (2) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw II dapat meningkatkan minat belajar IPS pada siswa kelas IV SDN
Caturtunggal 3. Hal ini nampak pada hasil penelitian yang menunjukkan skor rata-rata minat pada kondisi awal sebesar 60 dan termasuk kategori sedang. Pada siklus I skor rata-rata minat sebesar 63,7 dan termasuk dalam kategori sedang. Pada siklus II skor rata-rata minat sebesar 87 dan termasuk kategori tinggi. (3) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3. Hal ini nampak pada kondisi awal rata-rata ulangan siswa sebesar 61 dan sebanyak 40% sudah mencapai KKM (65). Pada siklus I rata-rata ulangan siswa adalah 62,7 dan sebanyak 42% mencapai KKM. Pada siklus II rata-rata ulangan siswa adalah 81,8 dan sebanyak 89% mencapai KKM.
ix ABSTRACT
Theresia Startyaningsih. 2013. Increasing Student’s Interest And Learning
Achievement IPS In Grade IV SDN Caturtunggal 3 By Implementing Cooperative Model Type Jigsaw II. Teacher Education Program Elementary School, Department
of Education, Faculty of Teacher Training and Education, University of Sanata Dharma.
This study aimed to determine (1) how the effort of implementation cooperative learning model type Jigsaw II in IPS subject in increasing the student’s interest of class IV SDN Caturtunggal 3 is (2) Does the implementation of the cooperative learning model type Jigsaw II in IPS subject increase student’s interest of class IV SDN Caturtunggal 3 and (3) Does the implementation of cooperative
learning model type Jigsaw II in IPS subject improve student’s achievement of class
IV SDN Caturtunggal 3?
This research used classroom action research which refers to the cycle model proposed by Kemmis and Taggart. One cycle consists of four steps, namely: planning, action, observation, and reflection. This research conducted in two cycles.
The subjects in this study were class IV SDN Caturtunggal 3, consists of 29 student’s.
The data collection method used observation, questionnaires, and tests. Then, the data was processed by data analysis techniques which set out in qualitative and quantitative descriptive.
The results showed: (1) Efforts to increase interest and academic achievement social studies fourth grade students at SDN Caturtunggal 3 by implementing cooperative learning model type Jigsaw II is done with the steps, as follows: (a) general orientation, (b) grouping the home group consisting of five experts, (c) the expert group discussion, (d) sharing in the home group, (e) presentation, (f) evaluation, (g) recognition of the group. (2) The implementation of cooperative
learning model type Jigsaw II can increase student’s interest in learning IPS subject
in grade IV SDN Caturtunggal 3. The evident of this is shown in the result of the
study which showed the average score of student’s interest on the initial condition is
60 and included in medium category. In the first cycle, the average score of students’
interest was 63.7 and included in the medium category. In the second cycle the average score of student’s interest was 87 and included in advanced category. (3) Application of cooperative learning model type Jigsaw II can improve learning achievement in grade IV IPS SDN Caturtunggal 3. This seems in the initial condition
of student’s average test is 61 and as many as 40% have reached the KKM (65). In
the first cycle, the average was 62.7 and as many as 42% student’s have been reached
the KKM. In the second cycle, the average was 81.8 and as many as 89% student’s have been reached the KKM.
Keywords: Learning interest, learning achievement, cooperative learning model type
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas kasih, rahmat, dan
penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan
judul “PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA
KELAS IV SDN CATURTUNGGAL 3 DENGAN PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW II”
Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan pada Fakultas Kependidikan dan Ilmu Pendidikan Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di Universitas Sanata Dharma.
Penyusunan skripsi ini diakui banyak hambatan karena keterbatasan waktu,
pengetahuan dan pengalaman. Namun berkat semangat dan dorongan berbagai pihak,
akhirnya penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu peneliti
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D, Dekan Fakultas Kependidikan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, SJ,B.,S.T.,M.A., Kepala Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
3. Bapak Drs. Y.B. Adimassana, M.A., Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan dorongan, motivasi dan dengan sabar telah meluangkan waktu
untuk membimbing, memberikan saran dan mengarahkan peneliti dalam
xi
4. Ibu Dra. Ign. Esti Sumarah, M.Hum., Dosen Pembimbing II yang telah bersedia
memberikan bimbingan, petunjuk, serta pengarahan selama proses penulisan
skripsi ini hingga selesai.
5. Bapak Puji Purnomo, M. Si., Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan
dukungannya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh dosen dan staf PGSD yang telah membimbing dan melayani kami.
7. Ibu Karti Andayani, S.Pd.SD., Kepala Sekolah SD Negeri Caturtunggal 3
Yogyakarta yang telah mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian.
8. Ibu Haryati, A.Ma., guru kelas IV SDN Caturtunggal 3 yang telah memberikan
bantuan untuk melakukan penelitian.
9. Keluarga tercinta atas dukungan doa dan perhatiannya.
10. Teman-teman PGSD USD angkatan 2009 atas semangat, dukungan, dan
kerjasama selama berproses dalam kegiatan perkuliahan.
11. Semua pihak yang telah mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi Universitas
Sanata Dharma.
Yogyakarta, 17 Juli 2013
Penulis
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ...v
LEMBAR PENYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
2.1.4. Pembelajaran Kooperatif ... 20
2.1.5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II ... 24
2.1.6. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial ... 31
xiii
2.2. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 37
2.3. Kerangka Berpikir ... 41
2.4. Hipotesis Tindakan ... 42
BAB III ... 44
METODE PENELITIAN ... 44
3.1. Jenis Penelitian ... 44
3.2. Setting Penelitian ... 45
3.2.1. Tempat Penelitian ... 45
3.2.2. Subjek Penelitian ... 46
3.2.3. Objek Penelitian ... 46
3.3. Rancangan Penelitian ... 46
3.3.1. Persiapan ... 47
3.3.2. Rancangan Tindakan Pembelajaran ... 48
3.4. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian... 60
3.4.1. Peubah (Variabel) ... 60
3.4.2. Teknik Pengumpulan Data ... 61
3.4.3. Penyusunan Instrumen Penelitian ... 64
3.4.4. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 66
3.4.5. Validitas dan Reliabilitas ... 71
3.4.6. Uji Reliabilitas Instrumen ... 79
3.5. Teknik Analisis Data ... 81
3.5.1. Analisis Data Minat Siswa ... 81
3.5.2. Analisis Data Prestasi Belajar Siswa ... 86
3.6. Kriteria Keberhasilan ... 89
3.7. Jadwal Penelitian ... 89
BAB IV ... 91
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 91
4.1. Hasil Penelitian ... 91
4.1.1. Pra Siklus ... 92
xiv
4.1.3. Siklus II ... 109
4.2. Pembahasan ... 120
4.2.1. Minat Belajar Siswa ... 122
1.2.1. Prestasi Belajar Siswa ... 125
BAB V ... 130
KESIMPULAN DAN SARAN ... 130
5.1. Kesimpulan ... 130
5.2. Saran ... 131
DAFTAR REFERENSI ... 133
LAMPIRAN ... 136
Lampiran 1 Silabus ... 137
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 139
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 150
Lampiran 4 Materi Siklus 1dan Siklus II ... 158
Lampiran 5 LKS Siklus 1 ... 170
Lampiran 6 Hasil Diskusi Siswa Ahli Siklus 1 ... 172
Lampiran 7 LKS Siklus 2 ... 173
Lampiran 8 Hasil Diskusi Kelompok Ahli Siklus II ... 174
Lampiran 9 Soal Evaluasi dan Kunci Siklus 1 ... 175
Lampiran 10 Soal Evaluasi dan Kunci Siklus 1 ... 178
Lampiran 11 Soal Evaluasi dan Kunci Siklus 2 ... 180
Lampiran 12 Soal Evaluasi dan Kunci Siklus II ... 183
Lampiran 13 Tabel Validasi Soal Siklus I ... 185
Lampiran 14 Penghitungan Validasi Soal Siklus I ... 186
Lampiran 15 Tabel Validasi Soal Siklus II ... 187
Lampiran 16 Penghitungan Validasi Soal Siklus II ... 188
Lampiran 17 Tabel Uji Reliabilitas Soal Siklus I ... 189
Lampiran 18 Penghitungan Reliabilitas Soal Siklus I ... 190
Lampiran 19 Tabel Uji Reliabilitas Soal Siklus II ... 191
xv
Lampiran 21 Tingkat Kesukaran Soal Siklus I ... 193
Lampiran 22 Tingkat Kesukaran Soal Siklus II ... 194
Lampiran 23 Kuesioner Minat Belajar ... 195
Lampiran 24 Hasil Kuesioner Minat Belajar Siklus I ... 197
Lampiran 25 Hasil Kuesioner Minat Belajar Siklus II ... 199
Lampiran 26 Pengamatan Minat Belajar ... 201
Lampiran 27 Tabel Minat Belajar Kondisi Awal ... 202
Lampiran 28 Tabel Minat Belajar Siklus I ... 203
Lampiran 29 Tabel Minat Belajar Siklus II ... 204
Lampiran 30 Validasi Instrumen Pembelajaran Siklus I ... 205
Lampiran 31 Validasi Instrumen Pembelajaran Siklus II ... 207
Lampiran 32 Dokumentasi ... 209
Lampiran 31 Surat Ijin Penelitian ... 213
Lampiran 32 Surat Bukti Penelitian dari Sekolah ... 214
xvi
Daftar Gambar
Gambar 1. Literature Map penelitian-penelitian sebelumnya ... 41
Gambar 2. Langkah–langkah penelitian tindakan ... 45
Gambar 3. Peningkatan Skor Rata-Rata Minat Belajar Siswa ... 124
Gambar 4. Peningkatan Nilai Rata-Rata Prestasi Siswa ... 127
xvii Daftar Tabel
Tabel 1. Pedoman poin kemajuan siswa berdasarkan Jigsaw II ... 28
Tabel 2. Contoh Format Lembar Penyekoran Kuis ... 29
Tabel 3. Lembar Penilaian Kelompok Berdasarkan Jigsaw II ... 29
Tabel 4. Pengumpulan Data dan Instrumen ... 60
Tabel 5. Kategori Tingkat Kesukaran Soal ... 64
Tabel 6. Kisi-kisi Lembar Pengamatan Minat Siswa di Kelas ... 66
Tabel 7. Kisi-kisi Instrumen Kuesioner Minat Siswa Terhadap Mata Pelajaran IPS ... 68
Tabel 8. Pedoman Skoring Kuesioner Minat Berdasarkan Skala Likert ... 68
Tabel 9. Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda Siklus I ... 69
Tabel 10. Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda Siklus II ... 70
Tabel 11. Indikator Afektif dan Psikomotorik ... 70
Tabel 12. Hasil Uji Validitas Soal Siklus 1 ... 73
Tabel 13. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I ... 74
Tabel 14. Hasil Uji Validitas Soal Siklus 2 ... 75
Tabel 15. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II ... 76
Tabel 16. Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran ... 77
Tabel 17. Kriteria Penilaian Validasi Perangkat Pembelajaran ... 78
Tabel 18. Hasil Penilaian Validasi Perangkat Pembelajaran ... 78
Tabel 19. Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 80
Tabel 20. Hasil Uji Reliabilitas Soal siklus I ... 80
Tabel 21. Hasil Uji Reliabilitas Soal Siklus 2 ... 81
Tabel 22. Pedoman Skoring Kuesioner Minat Siswa ... 84
Tabel 23. Acuan PAP tipe II (Masidjo,2010:157) ... 85
Tabel 24. Indikator Aspek Afektif ... 87
Tabel 25. Indikator Aspek Psikomotorik ... 87
Tabel 26. Kriteria keberhasilan tiap siklus ... 89
Tabel 27. Jadwal Penelitian ... 89
Tabel 28. Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 91
xviii
Tabel 30. Prestasi Belajar Siswa Kelas IV Tahun Sebelumnya ... 95
Tabel 31. Hasil Pengamatan dan Kuesioner Minat Siklus I ... 100
Tabel 32. Prestasi belajar siswa siklus I... 102
Tabel 33. Tabel Peningkatan Poin Kemajuan Jigsaw II Siswa Siklus I ... 104
Tabel 34. Tabel Peningkatan Poin Kemajuan Kelompok Siklus I ... 105
Tabel 35. Target Keberhasilan dan Capaian Siklus I ... 107
Tabel 36. Hasil pengamatan dan kuesioner minat siklus II ... 113
Tabel 37. Prestasi belajar siswa siklus II ... 114
Tabel 38. Tabel peningkatan prestasi siswa siklus II ... 116
Tabel 39. Tabel peningkatan prestasi siswa siklus II ... 117
Tabel 40. Target keberhasilan dan hasil siklus II ... 119
Tabel 41. Capaian Minat Belajar Siswa ... 123
Tabel 42. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa ... 126
1 BAB I PENDAHULUAN
Di dalam bab ini, akan diuraikan pendahuluan yang berisi tentang latar
belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
batasan penelitian.
1.1. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang
diberikan sejak Sekolah Dasar (SD). Mata pelajaran IPS mengkaji seperangkat
peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.
Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara
yang demokratis dan bertanggung jawab. Hal ini senada dengan pendapat
Sumaatmadja (2006:40) yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah
membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta
bagi masyarakat dan negara.
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa mata pelajaran IPS
membantu siswa dalam memahami dan mengenal konsep-konsep yang berkaitan
dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Hal ini membuktikan bahwa
mata pelajaran IPS penting bagi siswa, sehingga materi dalam pelajaran ini harus
dikuasai. Untuk itu, diperlukan pengembangan keterampilan dalam IPS yang
dapat memotivasi anak dalam memperdalam konsep-konsep IPS, menumbuhkan
sosial dalam IPS dan dapat meningkatkan rasa sosial anak. Guru harus jeli
menentukan metode yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran sehingga
siswa aktif mengikuti kegiatan pembelajaran yang bertujuan ilmu yang didapat
siswa bermakna dan dapat dipahami oleh siswa.
Pada kenyataannya siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 belum
mempunyai minat dan prestasi belajar yang tinggi pada mata pelajaran IPS. Hal
ini dibuktikan berdasarkan data nilai siswa dua tahun ajaran sebelumnya yang
diperoleh dari guru kelas IV SDN Caturtunggal 3 bahwa hasil tes mata pelajaran
IPS pada Kompetensi Dasar (KD) “2.3 Mengenal perkembangan teknologi
produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya”,
menunjukkan bahwa siswa yang mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) untuk tahun ajaran 2010/2011 ada 57% atau 20 dari 35 siswa
dan 43% atau 15 dari 35 siswa yang dinyatakan tuntas dalam materi tersebut.
Nilai rata-rata kelas adalah 60 masih di bawah nilai KKM yaitu 65. Pada tahun
ajaran 2011/2012 ada 66 % (21 siswa) yang mendapatkan nilai di bawah KKM
dan hanya terdapat 34% (11 siswa) yang dinyatakan tuntas dalam materi tersebut.
Nilai rata-rata dari seluruh siswa yang ada di kelas tersebut 60 masih di bawah
nilai KKM yaitu 65.
Berdasarkan penjelasan guru saat wawancara penyebab dari kegagalan
tersebut dikarenakan rendahnya minat siswa saat pelaksanaan pembelajaran.
Siswa cenderung pasif saat mengikuti pelajaran IPS, ada yang sibuk berbicara
kelas. Hal ini diperkuat dengan pengamatan yang dilakukan peneliti pada hari
Rabu, tanggal 9 Januari 2013 diperoleh data bahwa dari 29 siswa, siswa yang
aktif mengungkapkan pendapatnya ketika guru memberikan soal sebanyak 6 anak
(20,7%), siswa yang mengumpulkan tugas tepat waktu sebanyak 20 anak
(68,9%), dan siswa yang berani mengajukan pertanyaan dalam kegiatan
pembelajaran sebanyak 5 siswa (17%). Pada pengamatan kedua pada hari Kamis,
tanggal 10 Januari 2013 diketahui bahwa dari 29 siswa, siswa yang aktif
mengungkapkan pendapatnya ketika guru memberikan soal sebanyak 7 anak
(24,14%); siswa yang mengumpulkan tugas tepat waktu sebanyak 20 anak
(68,96%), dan siswa yang berani mengajukan pertanyaan dalam kegiatan
pembelajaran sebanyak 5 siswa (17%). Hasil pengamatan di atas menunjukkan
bahwa minat belajar siswa rendah dalam mengikuti pelajaran IPS, hal ini terlihat
dari indikator-indikator minat belajar yang tidak terpenuhi.
Berdasarkan paparan hasil pengamatan, wawancara, dan dokumentasi data
tersebut, maka peneliti tertarik untuk menerapkan metode baru dalam
pembelajaran IPS di SDN Caturtunggal 3. Untuk meningkatkan minat siswa baik
secara individual dan kelompok terhadap proses pembelajaran IPS. oleh karena
itu, diperlukan model pembelajaran yang inovatif agar siswa berproses lebih baik.
Dengan minat siswa yang mendukung dalam proses pembelajaran, maka akan
berpengaruh lebih baik pada prestasi siswa terutama dalam mata pelajaran IPS.
Ada berbagai macam model pembelajaran inovatif yang dapat digunakan untuk
and Learning (CTL), Cooperative Learning (CL), dan Inquiry (Davidson dan
Warsham dalam Isjoni, 2011:28).
Berdasarkan masalah yang terjadi pada kelas IV SDN Caturtunggal 3,
maka alternatif pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan minat siswa adalah
menggunakan model pembelajaran kooperatif. Tipe pembelajaran kooperatif yang
sesuai adalah tipe Jigsaw II, sebab tipe Jigsaw II merupakan pembelajaran
dengan metode diskusi kelompok yang memiliki langkah kerja yang lebih efektif
dibanding dengan tipe Jigsaw I. Menurut Lie dalam Rusmawan (2010:218)
menjelaskan bahwa menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II
dapat menunjukkan bahwa siswa memperoleh prestasi lebih baik, mempunyai
sikap yang lebih baik dan lebih positif dalam pembelajaran, disamping saling
menghargai perbedaan siswa juga dapat menghargai pendapat orang lain. Hal ini
didukung dengan pendapat Slavin (2005:237) bahwa Jigsaw II dapat digunakan
jika materi yang akan dipelajari dalam bentuk narasi tertulis.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul: “Peningkatan Minat dan
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dikemukakan rumusan masalah
sebagai berikut:
1.2.1. Bagaimana upaya peningkatan minat dan prestasi belajar IPS pada siswa kelas
IV SDN Caturtunggal 3 semester genap tahun pelajaran 2012/2013 melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II?
1.2.2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat
meningkatkan minat belajar IPS pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3
semester genap tahun pelajaran 2012/2013?
1.2.3. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat
meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3
semester genap tahun pelajaran 2012/2013?
1.3. Pemecahan Masalah
Upaya pemecahan masalah dalam meningkatkan minat dan prestasi belajar
IPS pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 semester genap tahun pelajaran
2012/2013 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Orientasi umum mengenai target yang harus dikuasai siswa
b) Pembentukan kelompok dan penyampaian tujuan
c) Diskusi membahas tugas dalam kelompok ahli
d) Sharing setiap anggota kelompok ahli dalam kelompok asal
f) Evaluasi
g) Pengakuan kelompok berdasarkan model pembelajaran tipe Jigsaw II
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat dikemukakan tujuan penelitian
sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana upaya peningkatan minat dan prestasi belajar
IPS pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 semester genap tahun pelajaran
2012/2013 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.
1.3.2 Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw II dapat meningkatkan minat belajar IPS pada siswa kelas IV SDN
Caturtunggal 3 semester genap tahun pelajaran 2012/2013.
1.3.3 Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV SDN
Caturtunggal 3 semester genap tahun pelajaran 2012/2013.
1.5. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis, pengamatan ini dapat dimanfaatkan untuk menambah
wawasan mengenai model pembelajaran tipe Jigsaw II yang dapat
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan mendapat wawasan
baru dalam pengalaman melakukan penelitian kelas IV pada mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.
1.4.2.2Bagi Guru Kelas
Bagi guru kelas, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
inspirasi serta wawasan baru dalam melakukan pembelajaran untuk
meningkatkan prestasi siswa.
1.4.2.3Bagi Sekolah
Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
referensi bacaan yang dimanfaatkan sebagai contoh pendekatan yang
diharapkan dapat memberi insipirasi dan memacu guru melakukan penelitian
sama maupun penelitian yang lain.
1.6. Batasan Pengertian
Beberapa istilah yang perlu diberi batasan pengertian, sebagai berikut :
1.5.1 Minat belajar adalah suatu rasa suka yang kuat dan terikat terhadap sesuatu,
sebagai contoh merasa senang mempelajari materi tertentu.
1.5.2 Prestasi belajar adalah tingkat kemampuan yang dimiliki siswa dalam
materi dengan memenuhi tiga aspek penting yaitu aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
1.5.3 Ilmu Pengetahuan Sosial adalah kajian yang luas tentang manusia dan
dunianya dengan tujuan agar dapat menemukan dan mengatasi masalah yang
dihadapi dalam kehidupan.
1.5.4 Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif. Dalam tipe ini, siswa diberikan keseluruhan materi
ajar dan dibagi dalam kelompok-kelompok, setiap anggota kelompok
9 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Di dalam bab ini, diuraikan kajian pustaka yang akan digunakan untuk
memecahkan masalah dalam penelitian ini. Pembahasan tentang teori terdiri dari
kajian teori, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan.
2.1. Kajian Teori 2.1.1. Belajar
2.1.1.1. Pengertian Belajar
Pengertian belajar menurut Dahar dalam Udin S Winataputra (2008),
adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai
akibat pengalaman. Hilgard dalam Mulyati (2005:2) memberikan penjelasan
bahwa belajar adalah “By learning we mean the shaping of individual
behavior through the training that contact with the physical environment
and that life among a species own kind provide”. Ungkapan Hilgrad ini
dapat diartikan bahwa belajar merupakan pembentukan tingkah laku
individual melalui kontak dengan lingkungan. Melengkapi pendapat
Hilgard, Dimiyati & Mudjiono (2006:17) mengungkapkan bahwa:
benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.
Dari definisi belajar menurut beberapa ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dari
serangkaian kegiatan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
lingkungannya sehingga membawa pada kondisi kehidupan yang lebih baik
dan bermakna.
2.1.1.2. Jenis-jenis Belajar
Belajar dibedakan menjadi delapan jenis, hal tersebut dikemukakan
oleh Robert M Gagne dalam Udin S Winataputra (2008:19). Kedelapan
jenis belajar tersebut adalah :
a) Belajar isyarat
Belajar isyarat adalah melakukan atau tidak melakukan sesuatu
karena adanya tanda atau isyarat. Bentuk belajar seperti ini biasanya
respon diberikan secara tidak sadar.
b) Belajar stimulus-respon
Belajar seperti ini terjadi pada diri individu karena adanya
rangsangan dari luar. Misalnya, membalas menendang bila ditendang.
c) Belajar rangkaian
Belajar rangkaian melahirkan perilaku yang segera atau spontan
seperti adik-kakak karena melalui perpaduan berbagai proses
d) Belajar asosiasi verbal
Belajar ini terjadi bila individu mampu menangkap makna bersifat
verbal. Misalnya, pesawat terbang seperti burung yang sedang terbang.
e) Belajar diskriminasi
Belajar diskriminasi misalnya, membedakan bentuk tumbuhan,
binatang, dsb. Belajar seperti ini terjadi bila individu berhadapan
dengan benda dan mencoba membedakannya.
f) Belajar konsep
Belajar konsep dipengaruhi jika individu sudak mampu melakukan
diskriminasi. Contohnya, adalah penggolongan mahkluk hidup.
g) Belajar pemecahan masalah
Proses memecahkan masalah selalu berkaitan dengan kecakapan
memecahkan masalah serta memperbesar kemampuan individu untuk
memecahkan masalah-masalah yang lain.
2.1.1.3. Ciri-ciri Belajar
Menurut Zainal Aqid (2009:48) belajar mempunyai karakteristik
tertentu, antara lain:
a) Belajar harus memungkinkan perubahan tingkah laku diri individu
yang meliputi tiga aspek, yaitu aspek pengetahuan (kognitif), aspek
sikap atau nilai (afektif), serta keterampilan (psikomotorik)
b) Belajar merupakan buah dari pengalaman yang terjadi karena adanya
c) Hasil belajar/perubahan sikap relatif tetap diperoleh melalui
pengalaman atau latihan.
2.1.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Menurut Syah (1997:123) ada tiga faktor yang mempengaruhi
keberhasilan siswa dalam belajar yaitu:
a) Faktor internal (berasal dari dalam diri siswa) meliputi dua aspek yaitu
aspek fisiologis yang lebih bersifat jasmani dan aspek psikologis yang
bersifat rohaniah. Aspek psikologis meliputi inteligensi siswa, sikap
siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa.
b) Faktor eksternal (berasal dari luar diri siswa) siswa dapat dibedakan
menjadi dua yakni lingkungan sosial dan lingkungan non sosial.
Lingkungan sosial yang dimaksud adalah para guru dan teman-teman
sekelas. Sedangkan faktor lingkungan non sosial seperti gedung sekolah
dan letaknya, alat-alat belajar dan lain sebagainya.
c) Faktor pendekatan belajar yaitu segala cara atau strategi yang digunakan
siswa dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran
materi tertentu.
2.1.2. Minat Belajar
2.1.2.1. Pengertian Minat Belajar
Menurut Slamento (2010), minat adalah suatu rasa lebih suka dan
rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
kecenderungan hati yang sangat tinggi terhadap sesuatu. Menurut Winkel
(2004:211) minat adalah kecenderungan subyek yang menetap, untuk
merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa
senang mempelajari materi itu. Berdasarkan beberapa pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa pengertian minat adalah suatu rasa suka yang kuat
dan terikat terhadap sesuatu, sebagai contoh merasa senang mempelajari
materi tertentu.
2.1.2.2. Ciri-ciri Siswa Berminat dalam Belajar
Menurut Winkel (2004:212), ciri-ciri minat cenderung merasa
tertarik dan senang pada materi atau topik yang sedang dipelajarinya.
Melengkapi pendapat Winkel, Slamento (2010:180) menjelaskan bahwa:
“Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang
menunjukan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktifitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap
subjek tersebut”.
Berdasarkan beberapa ciri yang dikemukakan para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa ciri-ciri minat yaitu rasa ingin tahu yang begitu besar
kepada materi atau topik membuat siswa merasa tertarik terhadap suatu
topik atau materi yang sedang dibahas atau dipelajari. Sehingga siswa
memusatkan perhatian secara penuh terhadap materi yang telah dipelajari
dengan perhatian tersebut maka siswa akan belajar lebih giat terhadap
2.1.2.3. Cara Meningkatkan Minat Siswa
Menurut Slamento (2010:180) cara paling efektif untuk
membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan
menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Tanner & Tanner (1975)
dalam Slamento (2010:181), menyarankan agar guru berusaha membentuk
minat-minat yang baru dalam diri siswa, yaitu dengan menghubungkan
suatu materi dengan materi yang lalu, dan memberikan gambaran mengenai
kegunaan untuk masa depan.
Peran guru adalah memberikan ruang gerak kepada siswa, hal ini
bertujuan untuk meningkatkan minat siswa, dalam hal ini siswa
mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri, mendapatkan
bimbingan, dan guru harus melibatkan siswa dalam pembelajaran.
Berdasarkan persyaratan-persyaratan untuk meningkatkan minat siswa di
atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa guru harus bertindak
menghubungkan minat-minat yang telah ada dalam diri siswa, jika minat itu
belum ada guru dapat memberikan bujukan kepada siswa, pemberian ruang
gerak kepada siswa untuk belajar mandiri, guru mampu memberikan
bimbingan kepada siswa, dan siswa dapat terlibat dalam proses
pembelajaran, serta guru harus bersikap baik, jangan memberikan hukuman
kepada siswa jika siswa mendapatkan nilai yang buruk, pemberian hadiah
digunakan jika siswa mampu mengerjakan tugas dengan baik hal ini dapat
2.1.2.4. Indikator Minat
Menurut Slameto (2003:58) siswa yang berminat dalam belajar
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk untuk memperhatikan dan
mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.
2) Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.
3) Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang
diminati. Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang
diminati.
4) Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang
lainnya.
5) Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.
Menurut Isnandar (2012:14-15), ciri-ciri minat belajar, yaitu:
1) Ekspresi perasaan senang, yang meliputi: 1) dimana siswa mampu
mengikuti pelajaran dengan antusias; 2) disaat guru memberikan tugas
kepada siswa, siswa tidak mengeluh; 3) siswa datang tepat waktu
sebelum pelajaran dimulai atau dilaksanakan; 4) siswa secara mandiri
menyiapkan peralatan pelajaran, contohnya buku; 5) dan siswa siap
mengikuti pelajaran dengan duduk dengan tenang untuk belajar.
2) Perhatian dalam mengikuti pelajaran, yang meliputi: 1) siswa mampu
aktif untuk bertanya dan aktif menjawab pertanyaan di saat pelajaran
siswa tidak melamun di dalam kelas; 4) dan siswa tidak mengobrol atau
mengganggu teman lain ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung.
3) Ketertarikan siswa pada materi, yang meliputi: 1) siswa giat membaca
buku pelajaran; 2) siswa membaca materi pelajaran sebelum diajarkan
oleh guru; 3) siswa membuat catatan pelajaran; 4) siswa berusaha dan
serius menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
4) Ketertarikan siswa pada metode guru, yang meliputi: 1) siswa
menanyakan kesulitan yang dialami; 2) siswa menunjukkan sikap yang
antusias dan memperhatikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran
dengan metode pembelajaran yang diajarkan guru.
5) Keterlibatan siswa dalam pembelajaran, yang meliputi: 1) siswa aktif
menyampaikan pendapat saat diskusi; 2) siswa bersedia membantu
teman lain yang mengalami kesulitan; 3) siswa mampu bekerja sama
dengan kelompok; 4) siswa berani mengerjakan tugas; 5) dan siswa
mengajukan diri untuk menjawab pertanyaan secara spontan dari guru.
Berdasarkan pemaparan ciri-ciri minat belajar yang dikemukakan
oleh Slameto dan Isnandar di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
indikator-indikator minat belajar siswa terdiri dari
a) Memiliki perasaan senang terhadap mata pelajaran.
b) Memiliki perhatian atau konsentrasi dalam belajar.
c) Kemauan mengembangkan kompetensi/penguasaan terhadap materi.
Peneliti menyimpulkan indikator minat belajar menjadi empat
indikator minat belajar karena setiap indikator minat tersebut masih
dijabarkan ke dalam deskriptor-deskriptor yang mencakup masing-masing
indikator tersebut.
2.1.3. Prestasi Belajar
2.1.3.1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan
dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan
prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi belajar digunakan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa setelah proses belajar
mengajar. Sehubungan dengan prestasi belajar para ahli mengemukakan
pendapatnya sesuai pandangan yang mereka anut. S. Nasution (1996)
berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan kesempurnaan seorang siswa
dalam berfikir, merasa, dan berbuat. Prestasi belajar seorang siswa
dikatakan sempurna jika memenuhi tiga aspek yaitu: aspek kognitif, aspek
afektif, dan aspek psikomotorik. Melengkapi pendapat Nasution, Winkel
(1996:162) mengatakan bahwa prestasi belajar merupakan salah satu bukti
yang menunjukkan kemampuan atau keberhasilan seseorang yang
melakukan proses belajar sesuai dengan bobot atau nilai yang berhasil
diraihnya.
Dari penjabaran Nasution dan Winkel di atas, dapat disimpulkan
dalam menerima, menolak, dan menilai informasi yang didapat setelah
mempelajari materi dengan memenuhi tiga aspek penting yaitu aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2.1.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Mulyasa (2006:191), menjelaskan bahwa prestasi belajar bukanlah
sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi merupakan hasil berbagai faktor yang
melatar belakanginya. Prestasi belajar siswa dibagi menjadi dua, yaitu faktor
dari dalam diri siswa (faktor intern) dan faktor dari lingkungan atau dari luar
diri siswa (faktor ekstern).
Faktor yang mempengaruhi prestasi dari dalam diri siswa (faktor
intern) antara lain :
a) Minat dan Motivasi
Minat merupakan sumber motivasi untuk mendorong seseorang
melakukan sesuatu. Sehingga minat berpengaruh besar terhadap suatu
aktifitas. Sedangkan motivasi adalah dorongan untuk melakukan suatu
kegiatan belajar. Kedua hal tersebut berpengaruh terhadap tingkat
keberhasilan belajar mengajar.
b) Kecerdasan
Kecerdasan merupakan suatu kemampuan belajar untuk dapat
menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapinya. Kecerdasan
dipengaruhi oleh kemampuan intelegensi siswa, jika intelegensinya tinggi
c) Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu hal yang penting yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Jika siswa sakit maka tidak dapat
belajar dengan baik sehingga prestasi belajarnya akan menurun.
Selain faktor dari dalam diri siswa, terdapat faktor dari luar diri
siswa atau lingkungan (faktor ekstern), antara lain :
a) Keadaan Keluarga
Keluarga adalah lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat
seseorang dilahirkan dan tumbuh besar. Keluarga seharusnya menciptakan
rasa aman, sehingga siswa dapat merasa nyaman dalam proses belajar
yang dilakukan di lingkungan keluarga.
b) Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga formal dan tempat dimana siswa
berkembang dan belajar setelah dari lingkungan keluarga. Lingkungan
sekolah yang baik akan mempengaruhi prestasi siswa tidak terkecuali
interaksi guru dengan siswa.
c) Lingkungan Masyarakat
Perkembangan pribadi anak dapat dipengaruhi oleh lingkungan
masyarakat. Lingkungan masyarakat dapat membentuk seorang anak,
sehingga terkadang seorang anak mengalami berbagai permasalahan
2.1.4. Pembelajaran Kooperatif
2.1.4.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan
cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif. Banyak tokoh yang mendefinisikan tentang pengertian
kooperatif, seperti dijelaskan oleh Rusman (2011:204) Cooperative
Learning adalah teknik pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja
terarah pada tujuan bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri
dari 4-5 orang. Melengkapi pendapat Rusman, Abdulhak dalam
Rusmawan (2010:203) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif
dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga
dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajar itu
sendiri. Terdapat empat hal penting dalam strategi pembelajaran
kooperatif menurut Rusmawan (2010:204) yakni : 1) adanya siswa dalam
kelompok, 2) minat dan bakat siswa, 3) adanya upaya belajar dalam
kelompok, 4) adanya kompetensi yang harus dicapai oleh kelompok.
Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar
dari guru kepada siswa, tetapi siswa dapat saling membelajarkan sesama
2.1.4.2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif berbeda dengan model pembelajaran
lainnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang
lebih menekankan pada proses kerjasama dalam kelompok. Tujuan yang
ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian
penguasaan materi pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk
penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri
khas dari Kooperatif (Rusman,2011:206). Menurut Ibrahim (2009)
pembelajaran kooperatif dilaksanakan mengikuti tahapan-tahapan sebagai
berikut:
1) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan perlengkapan pembelajaran,
2) Menyampaikan informasi,
3) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar,
4) Membantu siswa belajar dan bekerja dalam kelompok,
5) Evaluasi atau memberikan umpan balik,
6) Memberikan penghargaan.
2.1.4.3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yang disarikan dalam Ibrahim,
dkk (2009:7-8) sebagai berikut:
a) Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa
ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa
b) Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras,
budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan.
Mengajarkan untuk saling menghargai satu sama lain.
c) Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.
Keterampilan ini penting karena banyak anak muda dan orang dewasa
masih kurang dalam keterampilan sosial.
Johnson & Johnson (1994) dalam Trianto (2010:57) menyatakan
bahwa tujuan pokok pembelajaran kooperatif adalah memaksimalkan
belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik
secara individu maupun kelompok. Dari kedua pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran Kooperatif adalah untuk
meningkatkan keterampilan kepada siswa meliputi keterampilan akademik
maupun ketrampilan sosial (bekerjasama) menggunakan pembelajaran
dalam kelompok.
2.1.4.4. Tipe-Tipe dalam Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin dalam Rismiati dan Susento (2007:228), ada lima
tipe pembelajaran kooperatif di antaranya:
a. Student Teams Achievement Division (STAD)
Dalam tipe ini, siswa berkelompok mengerjakan soal latihan dalam
lembar kerja. Tiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang yang terdiri dari
siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Setelah semua
jawaban dan meminta siswa untuk memeriksa hasil pekerjaan.
Kemudian guru mengadakan kuis.
b. Teams Games Tournament (TGT)
Tipe ini hampir sama dengan STAD. Yang membedakan adalah dalam
tipe TGT ini tidak ada kuis, tetapi hasil belajar akan dievaluasi dengan
menggunakan permainan akademik seperti cepat tepat. Skor team
secara keseluruhan akan ditentukan oleh prestasi kelompok.
c. Learning Together
Dalam tipe ini guru menjelaskan materi pembelajaran. Setelah itu siswa
dibagi dalam kelompok heterogen yang terdiri dari empat sampai enam
orang untuk mengerjakan lembar kerja. Guru menilai hasil kerja
kelompok. Kemudian siswa mengerjakan kuis secara individual yang
mana kuis tersebut akan dinilai oleh guru sebagai hasil kerja individu.
d. Group Investigation
Dalam tipe ini, siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok
mempelajari satu bagian materi pelajaran, kemudian menjelaskannya
kepada seluruh siswa di kelas. Diharapkan untuk menerima tanggung
jawab besar untuk menentukan apa yang dipelajari, mengorganisasikan
kelompok mereka sendiri tentang bagaimana cara menguasai materi dan
memutuskan bagaimana mengkomunikasikannya kepada seluruh siswa
e. Jigsaw I
Dalam tipe ini, tiap kelompok terdiri dari lima atau enam orang. Setiap
anggota kelompok diminta untuk mempelajari satu bagian materi
pelajaran kemudian menjelaskannya kepada anggota kelompok yang
lain, kemudian guru mengadakan kuis.
f. Jigsaw II
Dalam tipe ini, pembelajaran dilaksanakan dengan cara berkelompok 4-5
siswa. Guru memberikan keseluruhan materi yang akan dipelajari dalam
kelompok asal, kemudian setiap anggota kelompok diminta untuk
mempelajari satu bagian materi pelajaran dan bergabung dalam
kelompok ahli. Kegiatan selanjutnya adalah kembali ke kelompok asal
dan hasil diskusi disharingkan untuk bahan presentasi. Kemudian guru
mengadakan kuis/evaluasi.
2.1.5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II
Tipe Jigsaw II ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan
kawan-kawan dari Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan
kawan-kawan (Sugiyanto,2010:45). Menurut Suprijono (2011:89)
pembelajaran kooperatif dengan tipe Jigsaw II diawali dengan pengenalan
topik yang akan dibahas oleh guru. Guru bisa menuliskan topik yang
dipelajari pada papan tulis, white board, penayangan power point dan
sebagainya. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, terdapat
siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar
belakang keluarga yang beragam/heterogen. Kelompok asal merupakan
gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli adalah kelompok siswa yang
terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk
mempelajari dan mendalami topik tertentu serta menyelesaikan tugas-tugas
yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada
anggota kelompok asal.
Menurut Trianto (2010:75) pada tipe Jigsaw II ini siswa memperoleh
kesempatan belajar secara keseluruhan konsep (scan read) sebelum ia
belajar spesialisasinya untuk menjadi ahli (expert). Hal ini untuk
memperoleh gambaran menyeluruh dari konsep yang akan dibicarakan.
Melengkapi pendapat Trianto, Egen. P dan Kauchak. D (2012:137)
mengatakan bahwa Jigsaw II merupakan strategi pembelajaran dimana
siswa individu menjadi pakar tentang sub bagian satu topik dan
mengajarkan sub-bagian itu kepada orang lain. Menurut Slavin (2005:237)
mengenai tipe Jigsaw II adalah
“Jigsaw II dapat digunakan jika materi yang akan dipelajari dalam
bentuk narasi tertulis. Metode ini paling sesuai untuk subjek-subjek seperti pelajaran ilmu sosial, literatur, sebagian pelajaran ilmu pengetahuan ilmiah, dan bidang-bidang lainnya yang tujuan pembelajaran lebih kepada penguasaan konsep daripada penguasaan
kemampuan. Pengajaran “bahan baku” untuk Jigsaw II biasanya
berupa sebuah bab, cerita, biografi atau materi-materi narasi atau
deskripsi”.
Berdasarkan dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
secara keseluruhan konsep sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi
ahli. Hal ini bertujuan agar siswa dapat mengetahui keseluruhan materi yang
akan dipelajarinya. Jadi setidaknya siswa sudah mengetahui garis besar
materi yang dipelajari dalam kelompok. Setelah itu baru siswa akan
mendalami bagian yang akan menjadi spesialisnya untuk dijelaskan kepada
anggota kelompok asal.
2.1.5.1. Langkah-langkah Pembelajaran tipe Jigsaw II
Langkah-langkah pembelajaran tipe Jigsaw II menurut Trianto
(2010:238), yaitu:
a) Orientasi, guru menyampaikan tujuan pada materi yang akan dipelajari.
Memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan tipe Jigsaw II
dalam proses belajar mengajar. Guru memberikan motivasi untuk
meningkatkan rasa percaya diri, kritis, dan bekerja kelompok dengan
baik. Siswa diminta belajar konsep secara keseluruhan, yang berguna
untuk memperoleh gambaran keseluruhan konsep.
b) Pengelompokan, guru sudah membentuk berdasarkan tigkat kemampuan
siswa, dalam hal ini siswa tidak perlu mengetahui. Guru membagi dalam
25% kelompok sangat baik, 25% kelompok baik, 25% kelompok
sedang, dan 25% kelompok rendah.
c) Diskusi. Selanjutnya kelompok yang telah dibentuk dipecah menjadi
kelompok yang akan mempelajari materi yang guru berikan dan dibina
agar menjadi kelompok ahli. Kelompok ahli yang sudah terbentuk
dan membahas satu materi yang sama sesuai dengan materi yang telah
diberikan guru, kemudian siswa kelompok ahli kembali dalam grup
semula atau kelompok asal. Selanjutnya anggota kelompok untuk
mempresentasikan keahliannya atau hasil diskusi pada kelompok ahli
kepada anggota kelompoknya secara bergiliran.
d) Presentasi. Proses ini bertujuan untuk membantu siswa dalam
memahami materi yang belum jelas atau terpotong karena ada anggota
yang tidak hadir.
e) Tes (Penilaian). Guru memberikan penilaian, berupa tes tulis untuk
dikerjakan siswa yang memuat seluruh konsep atau materi yang
didiskusikan. Pada tes ini, siswa tidak diperbolehkan untuk bekerja
sama.
f) Pengakuan kelompok. Penilaian didasarkan poin kemajuan individu,
penilaian didasarkan pada seberapa jauh poin itu melampaui rata-rata
poin sebelumnya bukan didasarkan pada skor akhir yang diperoleh
siswa.
2.1.5.2. Evaluasi dalam Tipe Jigsaw II
Terdapat beberapa langkah dalam melakukan penilaian Jigsaw II yaitu
(Slavin, 2005:159-163):
a) Pengetesan
Tes dilakukan dengan guru memberikan soal evaluasi kepada siswa
untuk menjawab secara individual tentang materi yang telah dipelajari.
telah mereka pelajari secara individual.
b) Skor Peningkatan/Kemajuan
Siswa memperoleh skor peningkatan berdasarkan tingkat skala
dimana skor tes mereka melebihi atau kurang dari skor dasar mereka.
Untuk itu, terdapat langkah-langkah dalam menghitung skor individual
yaitu:
a. Menetapkan skor dasar
Setiap siswa diberikan skor dasar berdasarkan skor kuis yang lalu atau
nilai evaluasi pada materi sebelumnya.
b. Menghitung skor kuis terkini
Setiap siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan
pelajaran terkini.
c. Menghitung skor peningkatan/kemajuan
Siswa akan memperoleh poin peningkatan yang besarnya ditentukan
apakah skor kuis menyamai atau melampaui skor dasar mereka dengan
menggunakan skala skor kuis sebagai berikut (Slavin, 2005:159):
Tabel 1. Pedoman poin kemajuan siswa berdasarkan Jigsaw II
No. Skor Kuis Poin
Kemajuan
1. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5
2. 10-1 poin di bawah skor awal 10
3. Skor akhir Sampai 10 poin di atas skor awal 20
4. Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30
5. Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor
Sedangkan format lembar penyekoran kuis ditunjukkan sebagai
berikut:
Contoh:
Tabel 2. Contoh Format Lembar Penyekoran Kuis
No. Siswa Skor Awal Skor Kuis Skor Kemajuan
Kegiatan akhir dari suatu penilaian dan evaluasi sangat penting
dilakukan dalam pembelajaran kooperatif yang berupa pemberian
penghargaan. Setelah poin setiap siswa diperoleh, kemudian nilai poin
dimasukkan ke dalam nilai kelompok mereka untuk mencari kelompok
yang mendapat poin tertinggi dan mendapat pengakuan kelompok. Untuk
lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3. Lembar Penilaian Kelompok Berdasarkan Jigsaw II
Kelompok Nama Anggota Poin Peringkat
1. A 1.
N ≤ 20 mendapat sertifikat tim sangat baik (Great team) dan kelompok
dengan rata-rata skor 6 ≤ N ≤ 15 mendapat sertifikat tim baik (Good team)
(Slavin,2009:160).
2.1.5.3. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw I
Perbedaan antara tipe Jigsaw II dan Jigsaw I dapat terlihat dari hasil
proses itu sendiri dan dalam cara dimana saling membantu. Pada Jigsaw II
siswa mensyaratkan siswa untuk mempelajari materi kembali, pendekatan
digabungkan dengan menggunakan struktur hadiah ekstrinsik, dimana
kelompok inti disebut dengan kelompok “tim” yang terdiri dari berbagai
latar belakang kemampuan yang berbeda (pintar, sedang, kurang pintar).
Slavin dalam Huda (2012:118) menjelaskan bahwa pada Jigsaw II setiap
kelompok “berkompetisi” untuk memperoleh penghargaan kelompok
(group reward). Hal ini juga yang membedakan Jigsaw II dan Jigsaw I
karena pada Jigsaw I siswa hanya berkompetisi untuk memperoleh nilai
individu. Menurut Sharan (2012:58) dalam Jigsaw II skor peningkatan
diperuntukkan agar siswa yang kurang pintar mampu menyumbangkan yang
lebih berbobot kepada kelompoknya. Penghargaan kelompok dapat
diumumkan di kelas. Dengan penghargaan tersebut maka setiap kelompok
akan terdorong kerjasamanya dan berusaha untuk meningkatkan skornya.
Jigsaw II merupakan sebuah adaptasi dari tipe Jigsaw Elliot
Aronson (1978). Jigsaw II dalam hal ini juga membantu siswa belajar setiap
yang kompleks. Seperti halnya pada Jigsaw I, setiap siswa menjadi ahli
dalam materi yang dipelajarinya dan bertanggung jawab atas materi yang
ditugaskan. Perbedaan yang mendasar adalah dalam Jigsaw II, siswa
membaca semua materi karena dapat membantu siswa untuk mendapatkan
gambaran besar sebelum mereka membaca kembali untuk menemukan
informasi yang berkaitan dengan topik yang ditugaskan. Kelebihan dari
Jigsaw II adalah bahwa semua siswa membaca semua materi yang akan
membuat konsep-konsep yang telah disatukan menjadi lebih mudah
dipahami. Dalam Jigsaw I, siswa menerima penjelasan potongan materi dari
teman dari kelompok asal. Hal ini mengkhawatirkan karena bisa jadi siswa
tersebut belum memahami materi. Jigsaw II cocok digunakan apabila materi
yang dipelajari berbentuk narasi tertulis seperti pelajaran sosial, sastra,
beberapa bagian sains, dan pelajaran lain yang bertujuan lebih menekankan
pada konsep daripada keterampilan. Bahan ajar Jigsaw II biasanya
merupakan sebuah bab, cerita, biografi, dan bahan deskriptif lainnya.
2.1.6. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial 2.1.6.1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial yang disingkat menjadi IPS. Menurut
Sapriya (2009:7), istilah IPS di Indonesia mulai di kenal sejak tahun 1970an
sebagai hasil kesepakatan komunikasi akademik dan secara formal mulai
digunakan dalam sistem pendidikan nasional dalam kurikulum 1975. Dalam
yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mata
pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran ilmu integrasi dari
mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran ilmu
sosial lainnya. Tokoh lain Solihatin (2008:14) berpendapat IPS adalah ilmu
yang membahas hubungan antara manusia dan lingkungannya, lingkungan
dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat,
dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan
sekitar. Melengkapi pendapat di atas, National Council for Social Studies
(NCSS) mendefinisikan IPS adalah sebagai berikut:
“Social studies are the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon
such disciplines as anthropology, archaeology, economics,
geography, histori, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well asappropriate content from the humanities, mathematics, and the natural sciences” (Savage and Armstrong, 1996).
Pendidikan IPS adalah studi ilmu-ilmu sosial dan humaniora yang
diintegrasikan untuk tujuan membentuk kompetensi kewarganegaraan. IPS
disekolah menjadi suatu studi secara sistematik dalam berbagai disiplin
ilmu seperti anthropologi, arkheologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum,
filsafat, politik, psikologi, agama, dan sosiologi, sebagaimana yang ada
dalam ilmu-ilmu humaniora, bahkan termasuk matematika, dan ilmu ilmu
alam dapat menjadi aspek dalam IPS.
Dari berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Ilmu
perpaduan dari sejumlah disiplin ilmu sosial seperti geografi, sosiologi,
sejarah, ekonomi, hukum, politik, kewarganegaraan dan masih banyak lagi.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) lebih banyak menekankan hubungan antara
manusia dengan masyarakat, hubungan manusia didalam masyarakat,
disamping hubungan manusia dengan lingkungan fisiknya.
2.1.6.2. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial
Menurut Rosdijati (2010:1) mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) merupakan satu diantara sekian banyak mata pelajaran yang diberikan
di tingkat SD/MI/SDLB. Hal ini dinyatakan dalam Standar Isi 2006. IPS
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang
berkaitan dengan isu sosial. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan
untuk dapat mencapai kompetensi sebagai berikut:
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya.
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan
berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk ditingkat lokal,
Menurut Marpaung dalam Rosdijati (2010:2), walaupun memiliki
tujuan yang sangat mulia, kualitas pembelajaran IPS sering kali jauh dari
harapan. Para guru mengalami masalah klasik yaitu rendahnya prestasi
siswa serta kurangnya minat terhadap pelajaran IPS di sekolah. Hal ini
terjadi karena para siswa umumnya menganggap IPS adalah pelajaran yang
tidak penting sehingga tidak penting pula untuk diikuti atau didalami.
Umumnya para guru menyajikan IPS dengan kaku dan cenderung
membosankan. Guru menyampaikan informasi yang dibacanya dari buku,
sementara siswa diminta mendengarkan atau mencatat, tanpa ada interaksi
dan proses pembelajaran yang aktif. Guru tidak mendorong siswa untuk
menggali strategi sendiri, melainkan secara instan menerima apa yang
diberikan guru. Dampaknya, siswa hanya menyampaikan apa yang mereka
terima dari guru.
Pelajaran IPS sebenarnya berisi fakta, peristiwa yang sangat dekat
dengan kehidupan siswa. Oleh karena itu, sudah semestinya pelajaran IPS
menarik dan menyenangkan untuk dipelajari oleh siswa. Dengan tujuan
tersebut maka siswa diharapkan dapat memadukan antara konsep yang ada
dengan keadaan nyata dalam lingkungannya, sehingga siswa mempunyai
keterampilan untuk menemukan informasi dalam memecahkan masalah
2.1.6.3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas IV
Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran IPS kelas IV semester 2
adalah mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan
teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi. Dari standar
kompetensi tersebut kemudian dijabarkan menjadi empat Kompetensi Dasar
(KD) “2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya
alam dan potensi lain di daerahnya”, KD “2.2 Mengenal pentingnya
koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat”, KD “2.3
Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi
serta pengalaman menggunakannya”, KD “2.4 Mengenal permasalahan
sosial di daerahnya”.
Dari hasil pengamatan, wawancara kepada guru kelas dan siswa,
serta melihat hasil dokumen dua tahun lalu diketahui bahwa siswa yang
mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk tahun
ajaran 2010/2011 ada 57% atau 20 dari 35 siswa dan 43% atau 15 dari 35
siswa yang dinyatakan tuntas dalam materi tersebut. Nilai rata-rata kelas
adalah 60 masih di bawah nilai KKM yaitu 65. Pada tahun ajaran 2011/2012
ada 66 % (21 siswa) yang mendapatkan nilai di bawah KKM dan hanya
terdapat 34% (11 siswa) yang dinyatakan tuntas dalam materi tersebut. Nilai
rata-rata dari seluruh siswa yang ada di kelas tersebut hanya 60 masih di
bawah nilai KKM yaitu 65. Dari kedua data di atas dapat disimpulkan
bahwa rata-rata nilai siswa kondisi awal adalah 60 dan 61% siswa yang