• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan minat dan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 dengan penerapan model kooperatif tipe Jigsaw II.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan minat dan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 dengan penerapan model kooperatif tipe Jigsaw II."

Copied!
235
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA

KELAS IV SDN CATURTUNGGAL 3 DENGAN PENERAPAN

MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW II

HALAMAN JUDUL

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Theresia Startyaningsih

NIM: 091134007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEPENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii

SKRIPSI

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA

KELAS IV SDN CATURTUNGGAL 3 DENGAN PENERAPAN

MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW II

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Oleh:

Theresia Startyaningsih

NIM: 091134007

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I

Drs. YB Adimassana, M.A. Tanggal: 12 Juni 2013

Pembimbing II

(3)

iii SKRIPSI

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN CATURTUNGGAL 3 DENGAN PENERAPAN MODEL KOOPERATIF

TIPE JIGSAW II HALAMAN PENGESAHAN

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Theresia Startyaningsih NIM: 091134007

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi

pada tanggal 17 Juli 2013

dan dinyatakan mematuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : G. Ari Nugrahanta. SJ., S.S., BST., M.A. …

Sekertaris : E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A.Ed.D. …

Anggota I : Drs. YB Adimassana, M.A. …

(4)

iv

PERSEMBAHAN

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

 Tuhan Yesus yang selalu menyertai perjalanan hidup saya

 Ayah dan Ibu yang senantiasa memberikan semangat dan bantuan

baik secara moral maupun material serta yang selalu menyebut

nama saya dalam setiap doa mereka

 Kakak dan adik yang selalu memberi masukan, dukungan dan

(5)

v

M

O

T

T

O

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

LEMBAR PENYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 17 Juli 2013

Penulis

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Theresia Startyaningsih

NIM : 091134007

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul: PENINGKATAN MINAT

DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN CATURTUNGGAL 3 DENGAN PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW II

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya

dalam bentuk penggalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa

perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 17 Juli 2013

Yang menyatakan,

(8)

viii ABSTRAK

Theresia Startyaningsih. 2013. Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPS Siswa

Kelas IV SDN Caturtunggal 3 dengan Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw II.

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Bagaimana upaya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada mata pelajaran IPS bagi siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 (2) Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada pelajaran IPS dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 dan (3) Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw II pada pelajaran IPS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SDN

Caturtunggal 3?

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Taggart. Satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian telah dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 dengan jumlah 29 siswa. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, kuesioner, dan tes. Data selanjutnya diolah berdasarkan teknik analisis data yang ditetapkan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar belajar IPS siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dilakukan dengan langkah-langkah, sebagai berikut: (a) orientasi umum, (b) pengelompokan kelompok asal yang terdiri dari lima ahli, (c) diskusi kelompok ahli, (d) sharing di dalam kelompok asal, (e) presentasi, (f) evaluasi, (g) pengakuan kelompok. (2) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw II dapat meningkatkan minat belajar IPS pada siswa kelas IV SDN

Caturtunggal 3. Hal ini nampak pada hasil penelitian yang menunjukkan skor rata-rata minat pada kondisi awal sebesar 60 dan termasuk kategori sedang. Pada siklus I skor rata-rata minat sebesar 63,7 dan termasuk dalam kategori sedang. Pada siklus II skor rata-rata minat sebesar 87 dan termasuk kategori tinggi. (3) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3. Hal ini nampak pada kondisi awal rata-rata ulangan siswa sebesar 61 dan sebanyak 40% sudah mencapai KKM (65). Pada siklus I rata-rata ulangan siswa adalah 62,7 dan sebanyak 42% mencapai KKM. Pada siklus II rata-rata ulangan siswa adalah 81,8 dan sebanyak 89% mencapai KKM.

(9)

ix ABSTRACT

Theresia Startyaningsih. 2013. Increasing Student’s Interest And Learning

Achievement IPS In Grade IV SDN Caturtunggal 3 By Implementing Cooperative Model Type Jigsaw II. Teacher Education Program Elementary School, Department

of Education, Faculty of Teacher Training and Education, University of Sanata Dharma.

This study aimed to determine (1) how the effort of implementation cooperative learning model type Jigsaw II in IPS subject in increasing the student’s interest of class IV SDN Caturtunggal 3 is (2) Does the implementation of the cooperative learning model type Jigsaw II in IPS subject increase student’s interest of class IV SDN Caturtunggal 3 and (3) Does the implementation of cooperative

learning model type Jigsaw II in IPS subject improve student’s achievement of class

IV SDN Caturtunggal 3?

This research used classroom action research which refers to the cycle model proposed by Kemmis and Taggart. One cycle consists of four steps, namely: planning, action, observation, and reflection. This research conducted in two cycles.

The subjects in this study were class IV SDN Caturtunggal 3, consists of 29 student’s.

The data collection method used observation, questionnaires, and tests. Then, the data was processed by data analysis techniques which set out in qualitative and quantitative descriptive.

The results showed: (1) Efforts to increase interest and academic achievement social studies fourth grade students at SDN Caturtunggal 3 by implementing cooperative learning model type Jigsaw II is done with the steps, as follows: (a) general orientation, (b) grouping the home group consisting of five experts, (c) the expert group discussion, (d) sharing in the home group, (e) presentation, (f) evaluation, (g) recognition of the group. (2) The implementation of cooperative

learning model type Jigsaw II can increase student’s interest in learning IPS subject

in grade IV SDN Caturtunggal 3. The evident of this is shown in the result of the

study which showed the average score of student’s interest on the initial condition is

60 and included in medium category. In the first cycle, the average score of students’

interest was 63.7 and included in the medium category. In the second cycle the average score of student’s interest was 87 and included in advanced category. (3) Application of cooperative learning model type Jigsaw II can improve learning achievement in grade IV IPS SDN Caturtunggal 3. This seems in the initial condition

of student’s average test is 61 and as many as 40% have reached the KKM (65). In

the first cycle, the average was 62.7 and as many as 42% student’s have been reached

the KKM. In the second cycle, the average was 81.8 and as many as 89% student’s have been reached the KKM.

Keywords: Learning interest, learning achievement, cooperative learning model type

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas kasih, rahmat, dan

penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan

judul “PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA

KELAS IV SDN CATURTUNGGAL 3 DENGAN PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW II

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan pada Fakultas Kependidikan dan Ilmu Pendidikan Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di Universitas Sanata Dharma.

Penyusunan skripsi ini diakui banyak hambatan karena keterbatasan waktu,

pengetahuan dan pengalaman. Namun berkat semangat dan dorongan berbagai pihak,

akhirnya penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu peneliti

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D, Dekan Fakultas Kependidikan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, SJ,B.,S.T.,M.A., Kepala Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Bapak Drs. Y.B. Adimassana, M.A., Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan dorongan, motivasi dan dengan sabar telah meluangkan waktu

untuk membimbing, memberikan saran dan mengarahkan peneliti dalam

(11)

xi

4. Ibu Dra. Ign. Esti Sumarah, M.Hum., Dosen Pembimbing II yang telah bersedia

memberikan bimbingan, petunjuk, serta pengarahan selama proses penulisan

skripsi ini hingga selesai.

5. Bapak Puji Purnomo, M. Si., Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan

dukungannya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan staf PGSD yang telah membimbing dan melayani kami.

7. Ibu Karti Andayani, S.Pd.SD., Kepala Sekolah SD Negeri Caturtunggal 3

Yogyakarta yang telah mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian.

8. Ibu Haryati, A.Ma., guru kelas IV SDN Caturtunggal 3 yang telah memberikan

bantuan untuk melakukan penelitian.

9. Keluarga tercinta atas dukungan doa dan perhatiannya.

10. Teman-teman PGSD USD angkatan 2009 atas semangat, dukungan, dan

kerjasama selama berproses dalam kegiatan perkuliahan.

11. Semua pihak yang telah mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi Universitas

Sanata Dharma.

Yogyakarta, 17 Juli 2013

Penulis

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ...v

LEMBAR PENYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

2.1.4. Pembelajaran Kooperatif ... 20

2.1.5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II ... 24

2.1.6. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial ... 31

(13)

xiii

2.2. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 37

2.3. Kerangka Berpikir ... 41

2.4. Hipotesis Tindakan ... 42

BAB III ... 44

METODE PENELITIAN ... 44

3.1. Jenis Penelitian ... 44

3.2. Setting Penelitian ... 45

3.2.1. Tempat Penelitian ... 45

3.2.2. Subjek Penelitian ... 46

3.2.3. Objek Penelitian ... 46

3.3. Rancangan Penelitian ... 46

3.3.1. Persiapan ... 47

3.3.2. Rancangan Tindakan Pembelajaran ... 48

3.4. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian... 60

3.4.1. Peubah (Variabel) ... 60

3.4.2. Teknik Pengumpulan Data ... 61

3.4.3. Penyusunan Instrumen Penelitian ... 64

3.4.4. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 66

3.4.5. Validitas dan Reliabilitas ... 71

3.4.6. Uji Reliabilitas Instrumen ... 79

3.5. Teknik Analisis Data ... 81

3.5.1. Analisis Data Minat Siswa ... 81

3.5.2. Analisis Data Prestasi Belajar Siswa ... 86

3.6. Kriteria Keberhasilan ... 89

3.7. Jadwal Penelitian ... 89

BAB IV ... 91

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 91

4.1. Hasil Penelitian ... 91

4.1.1. Pra Siklus ... 92

(14)

xiv

4.1.3. Siklus II ... 109

4.2. Pembahasan ... 120

4.2.1. Minat Belajar Siswa ... 122

1.2.1. Prestasi Belajar Siswa ... 125

BAB V ... 130

KESIMPULAN DAN SARAN ... 130

5.1. Kesimpulan ... 130

5.2. Saran ... 131

DAFTAR REFERENSI ... 133

LAMPIRAN ... 136

Lampiran 1 Silabus ... 137

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 139

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 150

Lampiran 4 Materi Siklus 1dan Siklus II ... 158

Lampiran 5 LKS Siklus 1 ... 170

Lampiran 6 Hasil Diskusi Siswa Ahli Siklus 1 ... 172

Lampiran 7 LKS Siklus 2 ... 173

Lampiran 8 Hasil Diskusi Kelompok Ahli Siklus II ... 174

Lampiran 9 Soal Evaluasi dan Kunci Siklus 1 ... 175

Lampiran 10 Soal Evaluasi dan Kunci Siklus 1 ... 178

Lampiran 11 Soal Evaluasi dan Kunci Siklus 2 ... 180

Lampiran 12 Soal Evaluasi dan Kunci Siklus II ... 183

Lampiran 13 Tabel Validasi Soal Siklus I ... 185

Lampiran 14 Penghitungan Validasi Soal Siklus I ... 186

Lampiran 15 Tabel Validasi Soal Siklus II ... 187

Lampiran 16 Penghitungan Validasi Soal Siklus II ... 188

Lampiran 17 Tabel Uji Reliabilitas Soal Siklus I ... 189

Lampiran 18 Penghitungan Reliabilitas Soal Siklus I ... 190

Lampiran 19 Tabel Uji Reliabilitas Soal Siklus II ... 191

(15)

xv

Lampiran 21 Tingkat Kesukaran Soal Siklus I ... 193

Lampiran 22 Tingkat Kesukaran Soal Siklus II ... 194

Lampiran 23 Kuesioner Minat Belajar ... 195

Lampiran 24 Hasil Kuesioner Minat Belajar Siklus I ... 197

Lampiran 25 Hasil Kuesioner Minat Belajar Siklus II ... 199

Lampiran 26 Pengamatan Minat Belajar ... 201

Lampiran 27 Tabel Minat Belajar Kondisi Awal ... 202

Lampiran 28 Tabel Minat Belajar Siklus I ... 203

Lampiran 29 Tabel Minat Belajar Siklus II ... 204

Lampiran 30 Validasi Instrumen Pembelajaran Siklus I ... 205

Lampiran 31 Validasi Instrumen Pembelajaran Siklus II ... 207

Lampiran 32 Dokumentasi ... 209

Lampiran 31 Surat Ijin Penelitian ... 213

Lampiran 32 Surat Bukti Penelitian dari Sekolah ... 214

(16)

xvi

Daftar Gambar

Gambar 1. Literature Map penelitian-penelitian sebelumnya ... 41

Gambar 2. Langkah–langkah penelitian tindakan ... 45

Gambar 3. Peningkatan Skor Rata-Rata Minat Belajar Siswa ... 124

Gambar 4. Peningkatan Nilai Rata-Rata Prestasi Siswa ... 127

(17)

xvii Daftar Tabel

Tabel 1. Pedoman poin kemajuan siswa berdasarkan Jigsaw II ... 28

Tabel 2. Contoh Format Lembar Penyekoran Kuis ... 29

Tabel 3. Lembar Penilaian Kelompok Berdasarkan Jigsaw II ... 29

Tabel 4. Pengumpulan Data dan Instrumen ... 60

Tabel 5. Kategori Tingkat Kesukaran Soal ... 64

Tabel 6. Kisi-kisi Lembar Pengamatan Minat Siswa di Kelas ... 66

Tabel 7. Kisi-kisi Instrumen Kuesioner Minat Siswa Terhadap Mata Pelajaran IPS ... 68

Tabel 8. Pedoman Skoring Kuesioner Minat Berdasarkan Skala Likert ... 68

Tabel 9. Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda Siklus I ... 69

Tabel 10. Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda Siklus II ... 70

Tabel 11. Indikator Afektif dan Psikomotorik ... 70

Tabel 12. Hasil Uji Validitas Soal Siklus 1 ... 73

Tabel 13. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I ... 74

Tabel 14. Hasil Uji Validitas Soal Siklus 2 ... 75

Tabel 15. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II ... 76

Tabel 16. Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran ... 77

Tabel 17. Kriteria Penilaian Validasi Perangkat Pembelajaran ... 78

Tabel 18. Hasil Penilaian Validasi Perangkat Pembelajaran ... 78

Tabel 19. Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 80

Tabel 20. Hasil Uji Reliabilitas Soal siklus I ... 80

Tabel 21. Hasil Uji Reliabilitas Soal Siklus 2 ... 81

Tabel 22. Pedoman Skoring Kuesioner Minat Siswa ... 84

Tabel 23. Acuan PAP tipe II (Masidjo,2010:157) ... 85

Tabel 24. Indikator Aspek Afektif ... 87

Tabel 25. Indikator Aspek Psikomotorik ... 87

Tabel 26. Kriteria keberhasilan tiap siklus ... 89

Tabel 27. Jadwal Penelitian ... 89

Tabel 28. Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 91

(18)

xviii

Tabel 30. Prestasi Belajar Siswa Kelas IV Tahun Sebelumnya ... 95

Tabel 31. Hasil Pengamatan dan Kuesioner Minat Siklus I ... 100

Tabel 32. Prestasi belajar siswa siklus I... 102

Tabel 33. Tabel Peningkatan Poin Kemajuan Jigsaw II Siswa Siklus I ... 104

Tabel 34. Tabel Peningkatan Poin Kemajuan Kelompok Siklus I ... 105

Tabel 35. Target Keberhasilan dan Capaian Siklus I ... 107

Tabel 36. Hasil pengamatan dan kuesioner minat siklus II ... 113

Tabel 37. Prestasi belajar siswa siklus II ... 114

Tabel 38. Tabel peningkatan prestasi siswa siklus II ... 116

Tabel 39. Tabel peningkatan prestasi siswa siklus II ... 117

Tabel 40. Target keberhasilan dan hasil siklus II ... 119

Tabel 41. Capaian Minat Belajar Siswa ... 123

Tabel 42. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa ... 126

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

Di dalam bab ini, akan diuraikan pendahuluan yang berisi tentang latar

belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

batasan penelitian.

1.1. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang

diberikan sejak Sekolah Dasar (SD). Mata pelajaran IPS mengkaji seperangkat

peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara

yang demokratis dan bertanggung jawab. Hal ini senada dengan pendapat

Sumaatmadja (2006:40) yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah

membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki

pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta

bagi masyarakat dan negara.

Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa mata pelajaran IPS

membantu siswa dalam memahami dan mengenal konsep-konsep yang berkaitan

dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Hal ini membuktikan bahwa

mata pelajaran IPS penting bagi siswa, sehingga materi dalam pelajaran ini harus

dikuasai. Untuk itu, diperlukan pengembangan keterampilan dalam IPS yang

dapat memotivasi anak dalam memperdalam konsep-konsep IPS, menumbuhkan

(20)

sosial dalam IPS dan dapat meningkatkan rasa sosial anak. Guru harus jeli

menentukan metode yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran sehingga

siswa aktif mengikuti kegiatan pembelajaran yang bertujuan ilmu yang didapat

siswa bermakna dan dapat dipahami oleh siswa.

Pada kenyataannya siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 belum

mempunyai minat dan prestasi belajar yang tinggi pada mata pelajaran IPS. Hal

ini dibuktikan berdasarkan data nilai siswa dua tahun ajaran sebelumnya yang

diperoleh dari guru kelas IV SDN Caturtunggal 3 bahwa hasil tes mata pelajaran

IPS pada Kompetensi Dasar (KD) “2.3 Mengenal perkembangan teknologi

produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya”,

menunjukkan bahwa siswa yang mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) untuk tahun ajaran 2010/2011 ada 57% atau 20 dari 35 siswa

dan 43% atau 15 dari 35 siswa yang dinyatakan tuntas dalam materi tersebut.

Nilai rata-rata kelas adalah 60 masih di bawah nilai KKM yaitu 65. Pada tahun

ajaran 2011/2012 ada 66 % (21 siswa) yang mendapatkan nilai di bawah KKM

dan hanya terdapat 34% (11 siswa) yang dinyatakan tuntas dalam materi tersebut.

Nilai rata-rata dari seluruh siswa yang ada di kelas tersebut 60 masih di bawah

nilai KKM yaitu 65.

Berdasarkan penjelasan guru saat wawancara penyebab dari kegagalan

tersebut dikarenakan rendahnya minat siswa saat pelaksanaan pembelajaran.

Siswa cenderung pasif saat mengikuti pelajaran IPS, ada yang sibuk berbicara

(21)

kelas. Hal ini diperkuat dengan pengamatan yang dilakukan peneliti pada hari

Rabu, tanggal 9 Januari 2013 diperoleh data bahwa dari 29 siswa, siswa yang

aktif mengungkapkan pendapatnya ketika guru memberikan soal sebanyak 6 anak

(20,7%), siswa yang mengumpulkan tugas tepat waktu sebanyak 20 anak

(68,9%), dan siswa yang berani mengajukan pertanyaan dalam kegiatan

pembelajaran sebanyak 5 siswa (17%). Pada pengamatan kedua pada hari Kamis,

tanggal 10 Januari 2013 diketahui bahwa dari 29 siswa, siswa yang aktif

mengungkapkan pendapatnya ketika guru memberikan soal sebanyak 7 anak

(24,14%); siswa yang mengumpulkan tugas tepat waktu sebanyak 20 anak

(68,96%), dan siswa yang berani mengajukan pertanyaan dalam kegiatan

pembelajaran sebanyak 5 siswa (17%). Hasil pengamatan di atas menunjukkan

bahwa minat belajar siswa rendah dalam mengikuti pelajaran IPS, hal ini terlihat

dari indikator-indikator minat belajar yang tidak terpenuhi.

Berdasarkan paparan hasil pengamatan, wawancara, dan dokumentasi data

tersebut, maka peneliti tertarik untuk menerapkan metode baru dalam

pembelajaran IPS di SDN Caturtunggal 3. Untuk meningkatkan minat siswa baik

secara individual dan kelompok terhadap proses pembelajaran IPS. oleh karena

itu, diperlukan model pembelajaran yang inovatif agar siswa berproses lebih baik.

Dengan minat siswa yang mendukung dalam proses pembelajaran, maka akan

berpengaruh lebih baik pada prestasi siswa terutama dalam mata pelajaran IPS.

Ada berbagai macam model pembelajaran inovatif yang dapat digunakan untuk

(22)

and Learning (CTL), Cooperative Learning (CL), dan Inquiry (Davidson dan

Warsham dalam Isjoni, 2011:28).

Berdasarkan masalah yang terjadi pada kelas IV SDN Caturtunggal 3,

maka alternatif pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan minat siswa adalah

menggunakan model pembelajaran kooperatif. Tipe pembelajaran kooperatif yang

sesuai adalah tipe Jigsaw II, sebab tipe Jigsaw II merupakan pembelajaran

dengan metode diskusi kelompok yang memiliki langkah kerja yang lebih efektif

dibanding dengan tipe Jigsaw I. Menurut Lie dalam Rusmawan (2010:218)

menjelaskan bahwa menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II

dapat menunjukkan bahwa siswa memperoleh prestasi lebih baik, mempunyai

sikap yang lebih baik dan lebih positif dalam pembelajaran, disamping saling

menghargai perbedaan siswa juga dapat menghargai pendapat orang lain. Hal ini

didukung dengan pendapat Slavin (2005:237) bahwa Jigsaw II dapat digunakan

jika materi yang akan dipelajari dalam bentuk narasi tertulis.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul: “Peningkatan Minat dan

(23)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dikemukakan rumusan masalah

sebagai berikut:

1.2.1. Bagaimana upaya peningkatan minat dan prestasi belajar IPS pada siswa kelas

IV SDN Caturtunggal 3 semester genap tahun pelajaran 2012/2013 melalui

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II?

1.2.2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat

meningkatkan minat belajar IPS pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3

semester genap tahun pelajaran 2012/2013?

1.2.3. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat

meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3

semester genap tahun pelajaran 2012/2013?

1.3. Pemecahan Masalah

Upaya pemecahan masalah dalam meningkatkan minat dan prestasi belajar

IPS pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 semester genap tahun pelajaran

2012/2013 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Orientasi umum mengenai target yang harus dikuasai siswa

b) Pembentukan kelompok dan penyampaian tujuan

c) Diskusi membahas tugas dalam kelompok ahli

d) Sharing setiap anggota kelompok ahli dalam kelompok asal

(24)

f) Evaluasi

g) Pengakuan kelompok berdasarkan model pembelajaran tipe Jigsaw II

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat dikemukakan tujuan penelitian

sebagai berikut:

1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana upaya peningkatan minat dan prestasi belajar

IPS pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 semester genap tahun pelajaran

2012/2013 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

1.3.2 Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw II dapat meningkatkan minat belajar IPS pada siswa kelas IV SDN

Caturtunggal 3 semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

1.3.3 Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV SDN

Caturtunggal 3 semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

1.5. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, pengamatan ini dapat dimanfaatkan untuk menambah

wawasan mengenai model pembelajaran tipe Jigsaw II yang dapat

(25)

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan mendapat wawasan

baru dalam pengalaman melakukan penelitian kelas IV pada mata pelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

1.4.2.2Bagi Guru Kelas

Bagi guru kelas, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

inspirasi serta wawasan baru dalam melakukan pembelajaran untuk

meningkatkan prestasi siswa.

1.4.2.3Bagi Sekolah

Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

referensi bacaan yang dimanfaatkan sebagai contoh pendekatan yang

diharapkan dapat memberi insipirasi dan memacu guru melakukan penelitian

sama maupun penelitian yang lain.

1.6. Batasan Pengertian

Beberapa istilah yang perlu diberi batasan pengertian, sebagai berikut :

1.5.1 Minat belajar adalah suatu rasa suka yang kuat dan terikat terhadap sesuatu,

sebagai contoh merasa senang mempelajari materi tertentu.

1.5.2 Prestasi belajar adalah tingkat kemampuan yang dimiliki siswa dalam

(26)

materi dengan memenuhi tiga aspek penting yaitu aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

1.5.3 Ilmu Pengetahuan Sosial adalah kajian yang luas tentang manusia dan

dunianya dengan tujuan agar dapat menemukan dan mengatasi masalah yang

dihadapi dalam kehidupan.

1.5.4 Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II merupakan salah satu tipe

pembelajaran kooperatif. Dalam tipe ini, siswa diberikan keseluruhan materi

ajar dan dibagi dalam kelompok-kelompok, setiap anggota kelompok

(27)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Di dalam bab ini, diuraikan kajian pustaka yang akan digunakan untuk

memecahkan masalah dalam penelitian ini. Pembahasan tentang teori terdiri dari

kajian teori, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan.

2.1. Kajian Teori 2.1.1. Belajar

2.1.1.1. Pengertian Belajar

Pengertian belajar menurut Dahar dalam Udin S Winataputra (2008),

adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai

akibat pengalaman. Hilgard dalam Mulyati (2005:2) memberikan penjelasan

bahwa belajar adalah “By learning we mean the shaping of individual

behavior through the training that contact with the physical environment

and that life among a species own kind provide”. Ungkapan Hilgrad ini

dapat diartikan bahwa belajar merupakan pembentukan tingkah laku

individual melalui kontak dengan lingkungan. Melengkapi pendapat

Hilgard, Dimiyati & Mudjiono (2006:17) mengungkapkan bahwa:

(28)

benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.

Dari definisi belajar menurut beberapa ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dari

serangkaian kegiatan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan

lingkungannya sehingga membawa pada kondisi kehidupan yang lebih baik

dan bermakna.

2.1.1.2. Jenis-jenis Belajar

Belajar dibedakan menjadi delapan jenis, hal tersebut dikemukakan

oleh Robert M Gagne dalam Udin S Winataputra (2008:19). Kedelapan

jenis belajar tersebut adalah :

a) Belajar isyarat

Belajar isyarat adalah melakukan atau tidak melakukan sesuatu

karena adanya tanda atau isyarat. Bentuk belajar seperti ini biasanya

respon diberikan secara tidak sadar.

b) Belajar stimulus-respon

Belajar seperti ini terjadi pada diri individu karena adanya

rangsangan dari luar. Misalnya, membalas menendang bila ditendang.

c) Belajar rangkaian

Belajar rangkaian melahirkan perilaku yang segera atau spontan

seperti adik-kakak karena melalui perpaduan berbagai proses

(29)

d) Belajar asosiasi verbal

Belajar ini terjadi bila individu mampu menangkap makna bersifat

verbal. Misalnya, pesawat terbang seperti burung yang sedang terbang.

e) Belajar diskriminasi

Belajar diskriminasi misalnya, membedakan bentuk tumbuhan,

binatang, dsb. Belajar seperti ini terjadi bila individu berhadapan

dengan benda dan mencoba membedakannya.

f) Belajar konsep

Belajar konsep dipengaruhi jika individu sudak mampu melakukan

diskriminasi. Contohnya, adalah penggolongan mahkluk hidup.

g) Belajar pemecahan masalah

Proses memecahkan masalah selalu berkaitan dengan kecakapan

memecahkan masalah serta memperbesar kemampuan individu untuk

memecahkan masalah-masalah yang lain.

2.1.1.3. Ciri-ciri Belajar

Menurut Zainal Aqid (2009:48) belajar mempunyai karakteristik

tertentu, antara lain:

a) Belajar harus memungkinkan perubahan tingkah laku diri individu

yang meliputi tiga aspek, yaitu aspek pengetahuan (kognitif), aspek

sikap atau nilai (afektif), serta keterampilan (psikomotorik)

b) Belajar merupakan buah dari pengalaman yang terjadi karena adanya

(30)

c) Hasil belajar/perubahan sikap relatif tetap diperoleh melalui

pengalaman atau latihan.

2.1.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Menurut Syah (1997:123) ada tiga faktor yang mempengaruhi

keberhasilan siswa dalam belajar yaitu:

a) Faktor internal (berasal dari dalam diri siswa) meliputi dua aspek yaitu

aspek fisiologis yang lebih bersifat jasmani dan aspek psikologis yang

bersifat rohaniah. Aspek psikologis meliputi inteligensi siswa, sikap

siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa.

b) Faktor eksternal (berasal dari luar diri siswa) siswa dapat dibedakan

menjadi dua yakni lingkungan sosial dan lingkungan non sosial.

Lingkungan sosial yang dimaksud adalah para guru dan teman-teman

sekelas. Sedangkan faktor lingkungan non sosial seperti gedung sekolah

dan letaknya, alat-alat belajar dan lain sebagainya.

c) Faktor pendekatan belajar yaitu segala cara atau strategi yang digunakan

siswa dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran

materi tertentu.

2.1.2. Minat Belajar

2.1.2.1. Pengertian Minat Belajar

Menurut Slamento (2010), minat adalah suatu rasa lebih suka dan

rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.

(31)

kecenderungan hati yang sangat tinggi terhadap sesuatu. Menurut Winkel

(2004:211) minat adalah kecenderungan subyek yang menetap, untuk

merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa

senang mempelajari materi itu. Berdasarkan beberapa pengertian di atas

dapat disimpulkan bahwa pengertian minat adalah suatu rasa suka yang kuat

dan terikat terhadap sesuatu, sebagai contoh merasa senang mempelajari

materi tertentu.

2.1.2.2. Ciri-ciri Siswa Berminat dalam Belajar

Menurut Winkel (2004:212), ciri-ciri minat cenderung merasa

tertarik dan senang pada materi atau topik yang sedang dipelajarinya.

Melengkapi pendapat Winkel, Slamento (2010:180) menjelaskan bahwa:

“Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang

menunjukan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktifitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap

subjek tersebut”.

Berdasarkan beberapa ciri yang dikemukakan para ahli di atas, dapat

disimpulkan bahwa ciri-ciri minat yaitu rasa ingin tahu yang begitu besar

kepada materi atau topik membuat siswa merasa tertarik terhadap suatu

topik atau materi yang sedang dibahas atau dipelajari. Sehingga siswa

memusatkan perhatian secara penuh terhadap materi yang telah dipelajari

dengan perhatian tersebut maka siswa akan belajar lebih giat terhadap

(32)

2.1.2.3. Cara Meningkatkan Minat Siswa

Menurut Slamento (2010:180) cara paling efektif untuk

membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan

menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Tanner & Tanner (1975)

dalam Slamento (2010:181), menyarankan agar guru berusaha membentuk

minat-minat yang baru dalam diri siswa, yaitu dengan menghubungkan

suatu materi dengan materi yang lalu, dan memberikan gambaran mengenai

kegunaan untuk masa depan.

Peran guru adalah memberikan ruang gerak kepada siswa, hal ini

bertujuan untuk meningkatkan minat siswa, dalam hal ini siswa

mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri, mendapatkan

bimbingan, dan guru harus melibatkan siswa dalam pembelajaran.

Berdasarkan persyaratan-persyaratan untuk meningkatkan minat siswa di

atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa guru harus bertindak

menghubungkan minat-minat yang telah ada dalam diri siswa, jika minat itu

belum ada guru dapat memberikan bujukan kepada siswa, pemberian ruang

gerak kepada siswa untuk belajar mandiri, guru mampu memberikan

bimbingan kepada siswa, dan siswa dapat terlibat dalam proses

pembelajaran, serta guru harus bersikap baik, jangan memberikan hukuman

kepada siswa jika siswa mendapatkan nilai yang buruk, pemberian hadiah

digunakan jika siswa mampu mengerjakan tugas dengan baik hal ini dapat

(33)

2.1.2.4. Indikator Minat

Menurut Slameto (2003:58) siswa yang berminat dalam belajar

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk untuk memperhatikan dan

mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.

2) Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.

3) Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang

diminati. Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang

diminati.

4) Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang

lainnya.

5) Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.

Menurut Isnandar (2012:14-15), ciri-ciri minat belajar, yaitu:

1) Ekspresi perasaan senang, yang meliputi: 1) dimana siswa mampu

mengikuti pelajaran dengan antusias; 2) disaat guru memberikan tugas

kepada siswa, siswa tidak mengeluh; 3) siswa datang tepat waktu

sebelum pelajaran dimulai atau dilaksanakan; 4) siswa secara mandiri

menyiapkan peralatan pelajaran, contohnya buku; 5) dan siswa siap

mengikuti pelajaran dengan duduk dengan tenang untuk belajar.

2) Perhatian dalam mengikuti pelajaran, yang meliputi: 1) siswa mampu

aktif untuk bertanya dan aktif menjawab pertanyaan di saat pelajaran

(34)

siswa tidak melamun di dalam kelas; 4) dan siswa tidak mengobrol atau

mengganggu teman lain ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung.

3) Ketertarikan siswa pada materi, yang meliputi: 1) siswa giat membaca

buku pelajaran; 2) siswa membaca materi pelajaran sebelum diajarkan

oleh guru; 3) siswa membuat catatan pelajaran; 4) siswa berusaha dan

serius menyelesaikan tugas yang diberikan guru.

4) Ketertarikan siswa pada metode guru, yang meliputi: 1) siswa

menanyakan kesulitan yang dialami; 2) siswa menunjukkan sikap yang

antusias dan memperhatikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran

dengan metode pembelajaran yang diajarkan guru.

5) Keterlibatan siswa dalam pembelajaran, yang meliputi: 1) siswa aktif

menyampaikan pendapat saat diskusi; 2) siswa bersedia membantu

teman lain yang mengalami kesulitan; 3) siswa mampu bekerja sama

dengan kelompok; 4) siswa berani mengerjakan tugas; 5) dan siswa

mengajukan diri untuk menjawab pertanyaan secara spontan dari guru.

Berdasarkan pemaparan ciri-ciri minat belajar yang dikemukakan

oleh Slameto dan Isnandar di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya

indikator-indikator minat belajar siswa terdiri dari

a) Memiliki perasaan senang terhadap mata pelajaran.

b) Memiliki perhatian atau konsentrasi dalam belajar.

c) Kemauan mengembangkan kompetensi/penguasaan terhadap materi.

(35)

Peneliti menyimpulkan indikator minat belajar menjadi empat

indikator minat belajar karena setiap indikator minat tersebut masih

dijabarkan ke dalam deskriptor-deskriptor yang mencakup masing-masing

indikator tersebut.

2.1.3. Prestasi Belajar

2.1.3.1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan

dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan

prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi belajar digunakan

untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa setelah proses belajar

mengajar. Sehubungan dengan prestasi belajar para ahli mengemukakan

pendapatnya sesuai pandangan yang mereka anut. S. Nasution (1996)

berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan kesempurnaan seorang siswa

dalam berfikir, merasa, dan berbuat. Prestasi belajar seorang siswa

dikatakan sempurna jika memenuhi tiga aspek yaitu: aspek kognitif, aspek

afektif, dan aspek psikomotorik. Melengkapi pendapat Nasution, Winkel

(1996:162) mengatakan bahwa prestasi belajar merupakan salah satu bukti

yang menunjukkan kemampuan atau keberhasilan seseorang yang

melakukan proses belajar sesuai dengan bobot atau nilai yang berhasil

diraihnya.

Dari penjabaran Nasution dan Winkel di atas, dapat disimpulkan

(36)

dalam menerima, menolak, dan menilai informasi yang didapat setelah

mempelajari materi dengan memenuhi tiga aspek penting yaitu aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2.1.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Mulyasa (2006:191), menjelaskan bahwa prestasi belajar bukanlah

sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi merupakan hasil berbagai faktor yang

melatar belakanginya. Prestasi belajar siswa dibagi menjadi dua, yaitu faktor

dari dalam diri siswa (faktor intern) dan faktor dari lingkungan atau dari luar

diri siswa (faktor ekstern).

Faktor yang mempengaruhi prestasi dari dalam diri siswa (faktor

intern) antara lain :

a) Minat dan Motivasi

Minat merupakan sumber motivasi untuk mendorong seseorang

melakukan sesuatu. Sehingga minat berpengaruh besar terhadap suatu

aktifitas. Sedangkan motivasi adalah dorongan untuk melakukan suatu

kegiatan belajar. Kedua hal tersebut berpengaruh terhadap tingkat

keberhasilan belajar mengajar.

b) Kecerdasan

Kecerdasan merupakan suatu kemampuan belajar untuk dapat

menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapinya. Kecerdasan

dipengaruhi oleh kemampuan intelegensi siswa, jika intelegensinya tinggi

(37)

c) Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu hal yang penting yang

mempengaruhi prestasi belajar siswa. Jika siswa sakit maka tidak dapat

belajar dengan baik sehingga prestasi belajarnya akan menurun.

Selain faktor dari dalam diri siswa, terdapat faktor dari luar diri

siswa atau lingkungan (faktor ekstern), antara lain :

a) Keadaan Keluarga

Keluarga adalah lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat

seseorang dilahirkan dan tumbuh besar. Keluarga seharusnya menciptakan

rasa aman, sehingga siswa dapat merasa nyaman dalam proses belajar

yang dilakukan di lingkungan keluarga.

b) Keadaan Sekolah

Sekolah merupakan lembaga formal dan tempat dimana siswa

berkembang dan belajar setelah dari lingkungan keluarga. Lingkungan

sekolah yang baik akan mempengaruhi prestasi siswa tidak terkecuali

interaksi guru dengan siswa.

c) Lingkungan Masyarakat

Perkembangan pribadi anak dapat dipengaruhi oleh lingkungan

masyarakat. Lingkungan masyarakat dapat membentuk seorang anak,

sehingga terkadang seorang anak mengalami berbagai permasalahan

(38)

2.1.4. Pembelajaran Kooperatif

2.1.4.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan

cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara

kolaboratif. Banyak tokoh yang mendefinisikan tentang pengertian

kooperatif, seperti dijelaskan oleh Rusman (2011:204) Cooperative

Learning adalah teknik pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja

terarah pada tujuan bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri

dari 4-5 orang. Melengkapi pendapat Rusman, Abdulhak dalam

Rusmawan (2010:203) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif

dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga

dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajar itu

sendiri. Terdapat empat hal penting dalam strategi pembelajaran

kooperatif menurut Rusmawan (2010:204) yakni : 1) adanya siswa dalam

kelompok, 2) minat dan bakat siswa, 3) adanya upaya belajar dalam

kelompok, 4) adanya kompetensi yang harus dicapai oleh kelompok.

Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar

dari guru kepada siswa, tetapi siswa dapat saling membelajarkan sesama

(39)

2.1.4.2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif berbeda dengan model pembelajaran

lainnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang

lebih menekankan pada proses kerjasama dalam kelompok. Tujuan yang

ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian

penguasaan materi pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk

penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri

khas dari Kooperatif (Rusman,2011:206). Menurut Ibrahim (2009)

pembelajaran kooperatif dilaksanakan mengikuti tahapan-tahapan sebagai

berikut:

1) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan perlengkapan pembelajaran,

2) Menyampaikan informasi,

3) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar,

4) Membantu siswa belajar dan bekerja dalam kelompok,

5) Evaluasi atau memberikan umpan balik,

6) Memberikan penghargaan.

2.1.4.3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai

setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yang disarikan dalam Ibrahim,

dkk (2009:7-8) sebagai berikut:

a) Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa

ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa

(40)

b) Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras,

budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan.

Mengajarkan untuk saling menghargai satu sama lain.

c) Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.

Keterampilan ini penting karena banyak anak muda dan orang dewasa

masih kurang dalam keterampilan sosial.

Johnson & Johnson (1994) dalam Trianto (2010:57) menyatakan

bahwa tujuan pokok pembelajaran kooperatif adalah memaksimalkan

belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik

secara individu maupun kelompok. Dari kedua pendapat di atas, dapat

disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran Kooperatif adalah untuk

meningkatkan keterampilan kepada siswa meliputi keterampilan akademik

maupun ketrampilan sosial (bekerjasama) menggunakan pembelajaran

dalam kelompok.

2.1.4.4. Tipe-Tipe dalam Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin dalam Rismiati dan Susento (2007:228), ada lima

tipe pembelajaran kooperatif di antaranya:

a. Student Teams Achievement Division (STAD)

Dalam tipe ini, siswa berkelompok mengerjakan soal latihan dalam

lembar kerja. Tiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang yang terdiri dari

siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Setelah semua

(41)

jawaban dan meminta siswa untuk memeriksa hasil pekerjaan.

Kemudian guru mengadakan kuis.

b. Teams Games Tournament (TGT)

Tipe ini hampir sama dengan STAD. Yang membedakan adalah dalam

tipe TGT ini tidak ada kuis, tetapi hasil belajar akan dievaluasi dengan

menggunakan permainan akademik seperti cepat tepat. Skor team

secara keseluruhan akan ditentukan oleh prestasi kelompok.

c. Learning Together

Dalam tipe ini guru menjelaskan materi pembelajaran. Setelah itu siswa

dibagi dalam kelompok heterogen yang terdiri dari empat sampai enam

orang untuk mengerjakan lembar kerja. Guru menilai hasil kerja

kelompok. Kemudian siswa mengerjakan kuis secara individual yang

mana kuis tersebut akan dinilai oleh guru sebagai hasil kerja individu.

d. Group Investigation

Dalam tipe ini, siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok

mempelajari satu bagian materi pelajaran, kemudian menjelaskannya

kepada seluruh siswa di kelas. Diharapkan untuk menerima tanggung

jawab besar untuk menentukan apa yang dipelajari, mengorganisasikan

kelompok mereka sendiri tentang bagaimana cara menguasai materi dan

memutuskan bagaimana mengkomunikasikannya kepada seluruh siswa

(42)

e. Jigsaw I

Dalam tipe ini, tiap kelompok terdiri dari lima atau enam orang. Setiap

anggota kelompok diminta untuk mempelajari satu bagian materi

pelajaran kemudian menjelaskannya kepada anggota kelompok yang

lain, kemudian guru mengadakan kuis.

f. Jigsaw II

Dalam tipe ini, pembelajaran dilaksanakan dengan cara berkelompok 4-5

siswa. Guru memberikan keseluruhan materi yang akan dipelajari dalam

kelompok asal, kemudian setiap anggota kelompok diminta untuk

mempelajari satu bagian materi pelajaran dan bergabung dalam

kelompok ahli. Kegiatan selanjutnya adalah kembali ke kelompok asal

dan hasil diskusi disharingkan untuk bahan presentasi. Kemudian guru

mengadakan kuis/evaluasi.

2.1.5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II

Tipe Jigsaw II ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan

kawan-kawan dari Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan

kawan-kawan (Sugiyanto,2010:45). Menurut Suprijono (2011:89)

pembelajaran kooperatif dengan tipe Jigsaw II diawali dengan pengenalan

topik yang akan dibahas oleh guru. Guru bisa menuliskan topik yang

dipelajari pada papan tulis, white board, penayangan power point dan

sebagainya. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, terdapat

(43)

siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar

belakang keluarga yang beragam/heterogen. Kelompok asal merupakan

gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli adalah kelompok siswa yang

terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk

mempelajari dan mendalami topik tertentu serta menyelesaikan tugas-tugas

yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada

anggota kelompok asal.

Menurut Trianto (2010:75) pada tipe Jigsaw II ini siswa memperoleh

kesempatan belajar secara keseluruhan konsep (scan read) sebelum ia

belajar spesialisasinya untuk menjadi ahli (expert). Hal ini untuk

memperoleh gambaran menyeluruh dari konsep yang akan dibicarakan.

Melengkapi pendapat Trianto, Egen. P dan Kauchak. D (2012:137)

mengatakan bahwa Jigsaw II merupakan strategi pembelajaran dimana

siswa individu menjadi pakar tentang sub bagian satu topik dan

mengajarkan sub-bagian itu kepada orang lain. Menurut Slavin (2005:237)

mengenai tipe Jigsaw II adalah

Jigsaw II dapat digunakan jika materi yang akan dipelajari dalam

bentuk narasi tertulis. Metode ini paling sesuai untuk subjek-subjek seperti pelajaran ilmu sosial, literatur, sebagian pelajaran ilmu pengetahuan ilmiah, dan bidang-bidang lainnya yang tujuan pembelajaran lebih kepada penguasaan konsep daripada penguasaan

kemampuan. Pengajaran “bahan baku” untuk Jigsaw II biasanya

berupa sebuah bab, cerita, biografi atau materi-materi narasi atau

deskripsi”.

Berdasarkan dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

(44)

secara keseluruhan konsep sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi

ahli. Hal ini bertujuan agar siswa dapat mengetahui keseluruhan materi yang

akan dipelajarinya. Jadi setidaknya siswa sudah mengetahui garis besar

materi yang dipelajari dalam kelompok. Setelah itu baru siswa akan

mendalami bagian yang akan menjadi spesialisnya untuk dijelaskan kepada

anggota kelompok asal.

2.1.5.1. Langkah-langkah Pembelajaran tipe Jigsaw II

Langkah-langkah pembelajaran tipe Jigsaw II menurut Trianto

(2010:238), yaitu:

a) Orientasi, guru menyampaikan tujuan pada materi yang akan dipelajari.

Memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan tipe Jigsaw II

dalam proses belajar mengajar. Guru memberikan motivasi untuk

meningkatkan rasa percaya diri, kritis, dan bekerja kelompok dengan

baik. Siswa diminta belajar konsep secara keseluruhan, yang berguna

untuk memperoleh gambaran keseluruhan konsep.

b) Pengelompokan, guru sudah membentuk berdasarkan tigkat kemampuan

siswa, dalam hal ini siswa tidak perlu mengetahui. Guru membagi dalam

25% kelompok sangat baik, 25% kelompok baik, 25% kelompok

sedang, dan 25% kelompok rendah.

c) Diskusi. Selanjutnya kelompok yang telah dibentuk dipecah menjadi

kelompok yang akan mempelajari materi yang guru berikan dan dibina

agar menjadi kelompok ahli. Kelompok ahli yang sudah terbentuk

(45)

dan membahas satu materi yang sama sesuai dengan materi yang telah

diberikan guru, kemudian siswa kelompok ahli kembali dalam grup

semula atau kelompok asal. Selanjutnya anggota kelompok untuk

mempresentasikan keahliannya atau hasil diskusi pada kelompok ahli

kepada anggota kelompoknya secara bergiliran.

d) Presentasi. Proses ini bertujuan untuk membantu siswa dalam

memahami materi yang belum jelas atau terpotong karena ada anggota

yang tidak hadir.

e) Tes (Penilaian). Guru memberikan penilaian, berupa tes tulis untuk

dikerjakan siswa yang memuat seluruh konsep atau materi yang

didiskusikan. Pada tes ini, siswa tidak diperbolehkan untuk bekerja

sama.

f) Pengakuan kelompok. Penilaian didasarkan poin kemajuan individu,

penilaian didasarkan pada seberapa jauh poin itu melampaui rata-rata

poin sebelumnya bukan didasarkan pada skor akhir yang diperoleh

siswa.

2.1.5.2. Evaluasi dalam Tipe Jigsaw II

Terdapat beberapa langkah dalam melakukan penilaian Jigsaw II yaitu

(Slavin, 2005:159-163):

a) Pengetesan

Tes dilakukan dengan guru memberikan soal evaluasi kepada siswa

untuk menjawab secara individual tentang materi yang telah dipelajari.

(46)

telah mereka pelajari secara individual.

b) Skor Peningkatan/Kemajuan

Siswa memperoleh skor peningkatan berdasarkan tingkat skala

dimana skor tes mereka melebihi atau kurang dari skor dasar mereka.

Untuk itu, terdapat langkah-langkah dalam menghitung skor individual

yaitu:

a. Menetapkan skor dasar

Setiap siswa diberikan skor dasar berdasarkan skor kuis yang lalu atau

nilai evaluasi pada materi sebelumnya.

b. Menghitung skor kuis terkini

Setiap siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan

pelajaran terkini.

c. Menghitung skor peningkatan/kemajuan

Siswa akan memperoleh poin peningkatan yang besarnya ditentukan

apakah skor kuis menyamai atau melampaui skor dasar mereka dengan

menggunakan skala skor kuis sebagai berikut (Slavin, 2005:159):

Tabel 1. Pedoman poin kemajuan siswa berdasarkan Jigsaw II

No. Skor Kuis Poin

Kemajuan

1. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

2. 10-1 poin di bawah skor awal 10

3. Skor akhir Sampai 10 poin di atas skor awal 20

4. Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30

5. Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor

(47)

Sedangkan format lembar penyekoran kuis ditunjukkan sebagai

berikut:

Contoh:

Tabel 2. Contoh Format Lembar Penyekoran Kuis

No. Siswa Skor Awal Skor Kuis Skor Kemajuan

Kegiatan akhir dari suatu penilaian dan evaluasi sangat penting

dilakukan dalam pembelajaran kooperatif yang berupa pemberian

penghargaan. Setelah poin setiap siswa diperoleh, kemudian nilai poin

dimasukkan ke dalam nilai kelompok mereka untuk mencari kelompok

yang mendapat poin tertinggi dan mendapat pengakuan kelompok. Untuk

lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Lembar Penilaian Kelompok Berdasarkan Jigsaw II

Kelompok Nama Anggota Poin Peringkat

1. A 1.

(48)

N ≤ 20 mendapat sertifikat tim sangat baik (Great team) dan kelompok

dengan rata-rata skor 6 ≤ N ≤ 15 mendapat sertifikat tim baik (Good team)

(Slavin,2009:160).

2.1.5.3. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw I

Perbedaan antara tipe Jigsaw II dan Jigsaw I dapat terlihat dari hasil

proses itu sendiri dan dalam cara dimana saling membantu. Pada Jigsaw II

siswa mensyaratkan siswa untuk mempelajari materi kembali, pendekatan

digabungkan dengan menggunakan struktur hadiah ekstrinsik, dimana

kelompok inti disebut dengan kelompok “tim” yang terdiri dari berbagai

latar belakang kemampuan yang berbeda (pintar, sedang, kurang pintar).

Slavin dalam Huda (2012:118) menjelaskan bahwa pada Jigsaw II setiap

kelompok “berkompetisi” untuk memperoleh penghargaan kelompok

(group reward). Hal ini juga yang membedakan Jigsaw II dan Jigsaw I

karena pada Jigsaw I siswa hanya berkompetisi untuk memperoleh nilai

individu. Menurut Sharan (2012:58) dalam Jigsaw II skor peningkatan

diperuntukkan agar siswa yang kurang pintar mampu menyumbangkan yang

lebih berbobot kepada kelompoknya. Penghargaan kelompok dapat

diumumkan di kelas. Dengan penghargaan tersebut maka setiap kelompok

akan terdorong kerjasamanya dan berusaha untuk meningkatkan skornya.

Jigsaw II merupakan sebuah adaptasi dari tipe Jigsaw Elliot

Aronson (1978). Jigsaw II dalam hal ini juga membantu siswa belajar setiap

(49)

yang kompleks. Seperti halnya pada Jigsaw I, setiap siswa menjadi ahli

dalam materi yang dipelajarinya dan bertanggung jawab atas materi yang

ditugaskan. Perbedaan yang mendasar adalah dalam Jigsaw II, siswa

membaca semua materi karena dapat membantu siswa untuk mendapatkan

gambaran besar sebelum mereka membaca kembali untuk menemukan

informasi yang berkaitan dengan topik yang ditugaskan. Kelebihan dari

Jigsaw II adalah bahwa semua siswa membaca semua materi yang akan

membuat konsep-konsep yang telah disatukan menjadi lebih mudah

dipahami. Dalam Jigsaw I, siswa menerima penjelasan potongan materi dari

teman dari kelompok asal. Hal ini mengkhawatirkan karena bisa jadi siswa

tersebut belum memahami materi. Jigsaw II cocok digunakan apabila materi

yang dipelajari berbentuk narasi tertulis seperti pelajaran sosial, sastra,

beberapa bagian sains, dan pelajaran lain yang bertujuan lebih menekankan

pada konsep daripada keterampilan. Bahan ajar Jigsaw II biasanya

merupakan sebuah bab, cerita, biografi, dan bahan deskriptif lainnya.

2.1.6. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial 2.1.6.1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial yang disingkat menjadi IPS. Menurut

Sapriya (2009:7), istilah IPS di Indonesia mulai di kenal sejak tahun 1970an

sebagai hasil kesepakatan komunikasi akademik dan secara formal mulai

digunakan dalam sistem pendidikan nasional dalam kurikulum 1975. Dalam

(50)

yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mata

pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran ilmu integrasi dari

mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran ilmu

sosial lainnya. Tokoh lain Solihatin (2008:14) berpendapat IPS adalah ilmu

yang membahas hubungan antara manusia dan lingkungannya, lingkungan

dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat,

dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan

sekitar. Melengkapi pendapat di atas, National Council for Social Studies

(NCSS) mendefinisikan IPS adalah sebagai berikut:

“Social studies are the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon

such disciplines as anthropology, archaeology, economics,

geography, histori, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well asappropriate content from the humanities, mathematics, and the natural sciences” (Savage and Armstrong, 1996).

Pendidikan IPS adalah studi ilmu-ilmu sosial dan humaniora yang

diintegrasikan untuk tujuan membentuk kompetensi kewarganegaraan. IPS

disekolah menjadi suatu studi secara sistematik dalam berbagai disiplin

ilmu seperti anthropologi, arkheologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum,

filsafat, politik, psikologi, agama, dan sosiologi, sebagaimana yang ada

dalam ilmu-ilmu humaniora, bahkan termasuk matematika, dan ilmu ilmu

alam dapat menjadi aspek dalam IPS.

Dari berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Ilmu

(51)

perpaduan dari sejumlah disiplin ilmu sosial seperti geografi, sosiologi,

sejarah, ekonomi, hukum, politik, kewarganegaraan dan masih banyak lagi.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) lebih banyak menekankan hubungan antara

manusia dengan masyarakat, hubungan manusia didalam masyarakat,

disamping hubungan manusia dengan lingkungan fisiknya.

2.1.6.2. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial

Menurut Rosdijati (2010:1) mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

(IPS) merupakan satu diantara sekian banyak mata pelajaran yang diberikan

di tingkat SD/MI/SDLB. Hal ini dinyatakan dalam Standar Isi 2006. IPS

mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang

berkaitan dengan isu sosial. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan

untuk dapat mencapai kompetensi sebagai berikut:

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungannya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin

tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan

sehari-hari.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan

berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk ditingkat lokal,

(52)

Menurut Marpaung dalam Rosdijati (2010:2), walaupun memiliki

tujuan yang sangat mulia, kualitas pembelajaran IPS sering kali jauh dari

harapan. Para guru mengalami masalah klasik yaitu rendahnya prestasi

siswa serta kurangnya minat terhadap pelajaran IPS di sekolah. Hal ini

terjadi karena para siswa umumnya menganggap IPS adalah pelajaran yang

tidak penting sehingga tidak penting pula untuk diikuti atau didalami.

Umumnya para guru menyajikan IPS dengan kaku dan cenderung

membosankan. Guru menyampaikan informasi yang dibacanya dari buku,

sementara siswa diminta mendengarkan atau mencatat, tanpa ada interaksi

dan proses pembelajaran yang aktif. Guru tidak mendorong siswa untuk

menggali strategi sendiri, melainkan secara instan menerima apa yang

diberikan guru. Dampaknya, siswa hanya menyampaikan apa yang mereka

terima dari guru.

Pelajaran IPS sebenarnya berisi fakta, peristiwa yang sangat dekat

dengan kehidupan siswa. Oleh karena itu, sudah semestinya pelajaran IPS

menarik dan menyenangkan untuk dipelajari oleh siswa. Dengan tujuan

tersebut maka siswa diharapkan dapat memadukan antara konsep yang ada

dengan keadaan nyata dalam lingkungannya, sehingga siswa mempunyai

keterampilan untuk menemukan informasi dalam memecahkan masalah

(53)

2.1.6.3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas IV

Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran IPS kelas IV semester 2

adalah mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan

teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi. Dari standar

kompetensi tersebut kemudian dijabarkan menjadi empat Kompetensi Dasar

(KD) “2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya

alam dan potensi lain di daerahnya”, KD “2.2 Mengenal pentingnya

koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat”, KD “2.3

Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi

serta pengalaman menggunakannya”, KD “2.4 Mengenal permasalahan

sosial di daerahnya”.

Dari hasil pengamatan, wawancara kepada guru kelas dan siswa,

serta melihat hasil dokumen dua tahun lalu diketahui bahwa siswa yang

mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk tahun

ajaran 2010/2011 ada 57% atau 20 dari 35 siswa dan 43% atau 15 dari 35

siswa yang dinyatakan tuntas dalam materi tersebut. Nilai rata-rata kelas

adalah 60 masih di bawah nilai KKM yaitu 65. Pada tahun ajaran 2011/2012

ada 66 % (21 siswa) yang mendapatkan nilai di bawah KKM dan hanya

terdapat 34% (11 siswa) yang dinyatakan tuntas dalam materi tersebut. Nilai

rata-rata dari seluruh siswa yang ada di kelas tersebut hanya 60 masih di

bawah nilai KKM yaitu 65. Dari kedua data di atas dapat disimpulkan

bahwa rata-rata nilai siswa kondisi awal adalah 60 dan 61% siswa yang

Gambar

Tabel 3. Lembar Penilaian Kelompok Berdasarkan Jigsaw II
Gambar 1. Literature Map penelitian-penelitian sebelumnya
Gambar 2. Langkah–langkah penelitian tindakan (Kemmis dan Mc Taggart)
Tabel 5. Kategori Tingkat Kesukaran Soal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penyebab lain belum optimalnya pencapaian prestasi belajar IPS siswa karena guru belum menggunakan pendekatan yang tepat dalam pembelajaran IPS, pendekatan yang

Hasil dari penelitian ini adalah penerapan metode kooperatif tipe Jigsaw II berpengaruh secara signifikan terhadap minat belajar dan prestasi belajar IPS Kompetensi

ada pengaruh penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II terhadap minat belajar siswa walaupun tidak secara signifikan yang ditunjukkan dengan nilai

Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup

Hasil dari penelitian ini adalah penerapan metode kooperatif tipe Jigsaw II berpengaruh secara signifikan terhadap minat belajar dan prestasi belajar IPS

Masalah yang ditemukan di kelas IV SDN 3 Cawas adalah rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS. Tujuan dari penelitian ini adalah

Hasil penelitian menunjukkan 1 upaya yang dilakukan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa adalah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

Terlihat dari kebiasaan belajar siswa yang rendah seperti siswa tidak mempunyai jadwal pelajaran, banyak dari siswa tidak memiliki buku catatan geografi, membaca dan