PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN ADISUCIPTO 1 MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPEJIGSAW II Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh :
Lia Yogi Artika
101134040
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN ADISUCIPTO 1 MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPEJIGSAW II Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh :
Lia Yogi Artika
101134040
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Ilmu tak terbatas oleh usia dan
karena ilmu aku ingin jadi garam
dan terang dunia”
Dengan penuh bangga dan syukur, skripsi ini kupersembahkan
sepenuhnya untuk:
Tuhan yang selalu memberkati dan melimpahkan segala
rahmat-Nya untuk menyelesaikan skripsi ini.
Kedua orangtuaku, Bapak Yohanes Eudes Sugito dan Ibu
Sukartilah yang selalu memberikan cinta kasih dan segala
dukungan yang tak terbatas
Adikku yang selalu mendukung kuliahku
Seseorang yang selalu sabar dalam menemaniku dalam segala
hal dan waktunya
vii
ABSTRAK
Lia Yogi Artika. 2014. Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPS Siswa kelas IV SDN Adisucipto 1 Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) bagaimana upaya untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa kelas IV di SD N Adisucipto 1 Yogyakarta mata pelajaran IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw II? (2) apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II
dapat meningkatkan minat belajar IPS kelas IV di SD N Adisucipto 1? (3) apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar IPS kelas IV di SD N Adisucipto 1?
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang mengacu pada model siklus yang telah dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart. Dalam satu siklus terdiri dari empat langkah yaitu: planning (rencana), action (tindakan),
observation (observasi), dan reflection (refleksi). Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SDN Adisucipto I,tahun pelajaran 20013/2014 yang berjumlah 24 siswa. Pengumpulan data menggunakan lembar pengamatan, lembar kuesioner dan tes. Data diolah menggunakan teknik analisis data secara deskritif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penerapan model kooperatif tipe
Jigsaw IIpada mata pelajaran IPS dalam upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa kelas IVA di SD N Adisucipto 1 tahun pelajaran 2013/2014 telah dapat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) pemberian materi secara menyeluruh. b) pembentukan kelompok asal yang berisi 6 ahli. c) pemberian tugas untuk setiap ahli. d) kegiatan diskusi setiap ahli. e) ahli dalam setiap tugas melaporkan hasil diskusi pada kelompok asal. f) kelompok asal presentasi di dalam kelas. g) kegiatan evaluasi secara individu. h) pemberian penghargaan (reward). (2) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan minat belajar IPS kelas IV di SD N Adisucipto 1 tahun pelajaran 2013/2014. Terbukti minat belajar siswa mengalami peningkatan; kondisi awal rata-rata minat belajar sebesar 58,37 (kategori cukup);pada siklus I rata-rata minat belajar sebesar 71,1 (kategori tinggi);pada siklus II skor rata-rata minat belajar sebesar 82,9 (kategori sangat tinggi). (3) penerapan model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw IIdapat meningkatkan prestasi belajar IPS IV di SD N Adisucipto 1 tahun pelajaran 2013/2014. Terbukti hasil ulangan siswa meningkat; kondisi awal rata-rata prestasi belajar sebesar 64,67 dan terdapat 12 siswa (40%) yang mencapai KKM.Siklus I rata-rata prestasi belajar sebesar 65,6 dan terdapat 13 siswa (54,16%) yang mencapai KKM. Siklus II rata-rata prestasi belajar sebesar 81,3 dan seluruh siswa (100%) mencapai KKM.
Kata kunci: minat belajar, prestasi belajar, model pembelajaran Kooperatif Tipe
viii
ABSTRACT
Lia Yogi Artika. 2014. The Improvement of Social Science LearningInterest and Achievement of Students Grade IV SDN Adisucipto 1 Using Cooperative Learning Model of Jigsaw Type II.Elementary Education LearningProgram, Education Science Majors, Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.
This research is aimed to know (1) how is the effort to improve learninginterest and achievement of students grade IV at SDN Adisucipto 1 Yogyakarta on Social Science lesson using cooperative learning model of Jigsaw Type II? (2) can cooperative learning model of jigsaw type II improve social science learning interest of students grade IV at SD N Adisucipto 1? (3) Can cooperative learning model of jigsaw type II improve social science learningachievement of students grade IV at SD N Adisucipto 1?
This is Class Behavioral Research that refers to cycle model that has been proposed by Kemmis and Taggart. In a cycle, there are four steps such as planning, action, observation and reflection. The subjects of this research were all students grade IV of SDN Adisuciptoacademic year 2013/2014 that numbers are 24 students. The data collection method utilized observation, questionnaire and test sheets. Furthermore, the data collection was processed using descriptive and quantitative data analysis technique as determined.
The research result indicates that : (1) the implementation of cooperative model of Jigsaw Type II on Social Science in the effort of improving learning interest and achievement of students grade IV A at SD N Adisucipto 1 academic year 2013/2014 was done through : a) whole material giving. b) Origin group formation consisting of 5 experts. c) task giving for each experts d) discussion activity of each expert. e) Expert in each task report discussion result to origin group. F) the origin group presents inthe class. G) Individual evaluation activity. H) Reward giving. (2) Cooperative learning model implementation of Jigsaw type II is able to improve learning interest social science learning interest of grade IV at SD N Adisucipto 1 academic year 2013/2014. It has proven that from learning interest, students who experience improvement, the average initial condition of learning interest is 58.37 (sufficient category). In the cycle II, the average score of learning interest is 82.9 (very high category). (3) Cooperative learning model implementation of Jigsaw type II is able to improve social science learning achievement of students grade IV at SD N Adisucipto 1 academic year 2013/2014. It is proven with the students test score that experience initian condition increase of average learning achievement 64.67 and there are 13 students (40%) whose score is above KKM. The average learning achievement of cycle II is 83.3 and all students (100%) have score above KKM.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena
atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN ADISUCIPTO 1 MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPEJIGSAW II”
. Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan di
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan khususnya Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin selesai jika
tanpa bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. G.Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST.,M.A., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Drs. YB Adimassana,M.A, selaku pembimbing I, yang telah memberikan
arahan, dorongan, semangat serta sumbangan pemikiran yang penulis
butuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Drs. Daryono, selaku Kepala Sekolah di SDN Adisucipto 1, beserta staf
pengajar, atas ijin yang diberikan sehingga penulis dapat melakukan penelitian
untuk melengkapi data dalam PTK ini.
5. Orang tua dan keluarga yang telah memberi dukungan moril maupun sepirit
x
6. Semua pihak yang telah banyak memberikan dukungan, bantuan dalam
penulisan PTK ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis dengan rendah hati bersedia menerima
sumbangan baik pemikiran, kritik, maupun saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini berguna bagi pembaca dan
peneliti lain.
Yogyakarta, 09 Agustus 2014
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Pemecahan Masalah ... 5
1.4 Tujuan Penelitian ... 6
1.5 Manfaat Penelitian ... 6
1.6 Batasan Pengertian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
2.1 Kajian Teori ... 9
2.1.1 Belajar ... 9
2.1.1.1 Pengertian Belajar... 9
2.1.1.2 Ciri-ciri Belajar... 10
2.1.1.3.Prinsip – Prinsip Belajar ... 11
xii
2.1.2.1. Pengertian Prestasi Belajar ... 12
2.1.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar... 14
2.1.3. Minat... 21
2.1.3.1. Pengertian Minat... 21
2.1.3.2. Faktor yang mempengaruhi minat ... 23
2.1.3.3. Ciri-ciri Minat Belajar ... 25
2.1.4. Model Pembelajaran Kooperatif ... 26
2.1.4.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 26
2.1.4.2. Macam-Macam Pembelajaran Kooperatif... 29
2.1.4.3. Manfaat Penggunaan Model Kooperatif... 31
2.1.5. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II ... 32
2.1.5.1. Pengertian Model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II... 32
2.1.5.2. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw I,II, dan III... 33
2.1.5.3. Langkah-langkah Model Kooperatif Teknik Jigsaw II ... 37
2.1.5.4. Penghargaan (Reward) kelompok ... 40
2.1.6. Hakikat IPS... 41
2.1.6.1. Pengertian IPS ... 41
2.1.6.2. Tujuan siswa mempelajari IPS di SD ... 42
2.1.6.3. Ruang Lingkup Materi IPS SD... 43
2.1.4.4. Penerapan Model Kooperatif tipeJigsaw II pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)... 44
2.2. Hasil penelitian yang relevan ... 45
2.3. Kerangka Berpikir ... 47
xiii
BAB III METODE PENELITIAN... 50
3.1. Jenis Penelitian... 50
3.2. Setting Penelitian ... 53
3.2.1. Tempat Penelitian... 53
3.2.2. Subjek Penelitian... 54
3.2.3. Objek Penelitian ... 54
3.2.4. Waktu Penelitian ... 54
3.3. Prosedur Penelitian... 55
3.3.1. Persiapan ... 55
3.3.2. Rencana Tindakan Setiap Siklus... 56
3.3.2.1. Siklus I... 56
3.3.2.2. Siklus II... 61
3.4. Pengumpulan Data dan Instrumennya ... 66
3.4.1. Peubah (variabel) Penelitian ... 66
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data... 67
3.4.2.1. Pengumpulan data minat belajar... 67
3.4.2.2. Pengumpulan Data Prestasi Belajar... 70
3.4.3. Instrumen Penelitian ... 70
3.4.3.1. Instrument minat belajar ... 71
3.4.3.2. Instrumen Penelitian ... 73
3.4.4. Validitas dan reliabilitas Instrumen Penelitian ... 75
3.4.4.1. Validitas... 75
3.4.4.2. Validasi Perangkat Pembelajaran ... 79
3.4.4.3. Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 81
3.5. Teknik Analisis Data... 82
xiv
3.5.1.1. Pengamatan Minat ... 84
3.5.1.2. Menghitung kuesioner minat... 85
3.5.1.3. Skor akhir Minat ... 86
3.5.2. Analisis Data Prestasi Belajar ... 87
3.5.2.1. Aspek Kognitif ... 87
3.6. Kriteria Keberhasilan... 88
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 89
4.1. Hasil Penelitian ... 89
4.1.1. Kondisi Awal ... 89
4.1.1.1. Minat Belajar ... 91
4.1.1.2. Prestasi Belajar Pra Siklus... 92
4.1.2. Siklus I ... 93
4.1.2.1. Perencanaan ... 93
4.1.2.2. Pelaksanaan ... 93
4.1.2.3. Pengamatan ... 99
4.1.2.4. Refleksi ... 105
4.1.3. Siklus II... 108
4.1.3.1. Perencanaan... 108
4.1.3.2. Pelaksanaan ... 109
4.1.3.3. Pengamatan ... 115
4.1.3.4. Refleksi ... 120
4.2. Pembahasan ... 123
4.2.1. Minat Belajar ... 124
4.2.2. Prestasi Belajar ... 126
xv
5.1. Kesimpulan ... 130
5.2 Saran ... 131
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.Perbedaan Jigsaw I, Jigsaw II, dan Jigsaw III ... 36
Tabel 2 Poin berdasarkan tingkat kuis ... 40
Tabel 3. Perkembangan skor kelompok ... 41
Tabel 4. Standar Kompetensi (SK) berdasarkan kurikulum tahun 2006 ... 43
Tabel 5. Jadwal Penelitian ... 54
Tabel 6. Pengumpulan Data dan Instrumennya ... 67
Tabel 7. Kisi-kisi Panduan Pengamatan Minat Belajar Siswa... 69
Tabel 8. Kisi-kisi Panduan Pengamatan Minat Belajar ... 71
Tabel 9. Kisi-kisi Lembar Kuesioner Minat Belajar ... 72
Tabel 10. Pengukuran Skala Likert yang disesuaikan ... 73
Tabel 11. Kisi-kisi Lembar kuisioner Minat Belajar Siswa ... 73
Tabel 12. Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda Siklus I dan II ... 74
Tabel 13. Perhitungan validitas soal siklus I ... 77
Tabel 14. PerhitunganValiditas soal siklus II ... 78
Table 15.Kriteria Hasil Penilaian Perangkat Pembelajaran ... 79
Tabel 16. Perhitungan Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 79
Tabel 17. Koefisien reliabilitas ... 81
Table 18.Perhitungan PAP II ... 84
Tabel 19. Batas Bawah Skor Kategori Minat Siswa ... 84
Tabel 20. Pedoman Skoring Minat Siswa ... 85
Tabel 21. Kriteria nilai ... 87
Table 22. Indikator keberhasilan ... 88
Tabel 23. Jadwal Pelaksanaan Penelitian... 89
Tabel 24.Kondisi Awal Minat Belajar Siswa ... 91
xvii
Tabel 26. Minat Belajar Siswa Siklus I... 103
Tabel 27. Prestasi Belajar Siswa Siklus I... 104
Tabel 28. Perbandingan Hasil Siklus I dengan Kondisi Awal dan Target
Keberhasilan siklus I ... 107
Tabel 29. Minat Belajar Siswa Siklus II ... 118
Tabel 30. Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 119
Tabel 31. Perbandingan Hasil Siklus I dengan Kondisi Awal dan Target
Keberhasilan siklus I ... 121
Tabel 32. Rata-rata Minat Belajar Siswa ... 124
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar1. Literature Map... 47
Gambar 2. Siklus Penelitian dari Kemmis dan Taggart ... 52
Gambar 3. Peningkatan Minat belajar... 125
Gambar 4 peningkatan Prestasi Belajar ... 127
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus Pembelajaran... 135
Lampiran 2 RPP Siklus I ... 139
RPP Siklus II ... 148
Lampiran 3 Modul Pembelajaran Siklus I ... 157
Modul Pembelajaran Siklus II... 163
Lampiran 4 LKS Siklus I ... 170
LKS Siklus II ... 172
Lampiran 5 Evaluasi Pembelajaran Siklus I ... 174`
Evaluasi Pembelajaran Siklus I... 176
Lampiran 6 Kunci Jawaban ... 178
Lampiran 7 Table Uji validitas Siklus I ... 179
Lampiran 8 Table Uji validitas Siklus II... 180
Lampiran 9 Perhitungan Reliabilitas siklus I dan II ... 181
Lampiran 10 Lembar Pengamatan Minat Belajar ... 182
Lampiran 11 Kuesioner Minat Belajar ... 185
Lampiran 12 Lembar Penilaian Prestasi Belajar ... 186
Lampiran 13 Data Pengamatan Minat Siklus I ... 187
Data Pengamatan Minat Siklus II ... 188
Lampiran 14 Data Kuisioner Minat Belajar Siklus I ... 189
Data Kuisioner Minat Belajar Siklus II... 190
Lampiran 15 Data Minat Belajar Siklus I ... 191
Data Minat Belajar Siklus I... 192
Lampiran 16 Hasil Penilaian Prestasi Siklus I ... 193
xx
Lampiran 17 Hasil Penilaian Siklus ... 195
Lampiran 18 Instrumen Validasi Desain Pembelajaran... 196
Lampiran 19 Hasil Penilaian Instrumen Validasi Desain Pembelajaran ... 199
Lampiran 20 Hasil kuesioner Minat Belajar Siswa ... 202
Lampiran 21 Hasil LKS Siklus I ... 204
Hasil LKS Siklus II ... 207
Lampiran 22 Hasil Evaluasi Siklus I ... 209
Hasil Evaluasi Siklus II... 211
Lampiran 23 Daftar Hadir Refleksi Siklus I ... 213
Daftar Hadir Refleksi Siklus I... 214
Lampiran 24 Foto Kegiatan ... 215
Lampiran 25 Surat Ijin Penelitian ... 218
Lampiran 26 Surat Telah Melakukan Pebelitian ... 219
BAB I PENDAHULUAN
Di dalam bab ini, akan diuraikan pendahuluan yang berisi tentang latar
belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian
dan batasan penelitian.
1.1.Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan yang penting untuk mempersiapkan
peserta didik siap untuk berkembang dalam masyarakat yang sebenarnya
secara utuh. Pendidikan merupakan patokan untuk maju dengan
mempersiapkannya dengan baik. Pada saat ini sistem pembelajaran yang di
praktikan di sekolah-sekolah perlu ditinjau kembali. Banyak orang selalu
mempunyai pemikiran bahwa guru sebagai pendidik di sekolah selalu
menyodorkan informasi dan pengetahuan kepada siswanya Mereka mengajar
dengan metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, catat, dan
hafal (3DCH) serta mengadu siswa satu sama lain (Lie, 2007:3).,terlebih
orangtua siswa yang selalu menuntut agar nilai-nilai mereka selalu tinggi.
Oleh sebab itu, beban yang diemban oleh sekolah, dalam hal ini adalah guru
sangat berat, karena gurulah yang berada pada garis depan dalam membentuk
pribadi anak didik, sehingga sistem pendidikan di masa depan perlu
dikembangkan agar dapat menjadi lebih responsif terhadap tuntutan
masyarakat dan tantangan yang akan dihadapi di dunia kerja di masa
mendatang.
Sekarang ini, banyak jalur pendidikan yang diupayakan,baik oleh
pemerintah berupa sekolah umum maupun yang dikembangkan oleh swasta
atau sekolah masyarakat. Seluruh jalur pendidikan yang dikembangkan pada
hakikatnya mempunyai tuntutan dan tanggung jawab moral yang sama
terhadap lulusan atau terhadap kelanjutan peserta didik.
Selain membahas teori yang ada di sekolah, guru juga bertanggung
jawab untuk mempersiapkan siswa untuk dapat bersosialisasi di lingkungan
masyarakat contohnya dalam berorganisasi. Tujuan dari pembelajaran dalam
masyarakat ini berfungsi untuk mempersiapkan siswa agar dapat kelak
nantinya saat siswa keluar dari masa sekolah tidak canggung dan bingung
serta menjadi anak yang pasif dalam masyarakat, selain itu siswa mampu
untuk ikut serta dalam organisasi yang terdapat dalam masyarakat yang
awalnya sudah mempunyai bekal dari sekolah.
IPS merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan di
Sekolah Dasar (SD),seperti yang tertulis pada pasal 37 UU Sisdiknas bahwa
IPS adalah muatan wajib yang harus ada dalam kuriulum pendidikan dasar
dan menengah (Sapriya, 2009: 79). IPS yang merupakan salah satu ilmu yang
bertujuan untuk menyiapkan manusia dengan tantangan-tantangan kehidupan
di masyarakat dan lingkungannya. IPS dapat menggunakan lingkungan
sekitar untuk belajar pengetahuan, ketrampilan, sikap dalam kehidupan dan
kesehariannya. Menurut Solihatin dan Raharjo (2008:15) bahwa IPS
mempunyai tujuan untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar
pada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan
bakat,minat,kemampuan dan lingkungannya serta berbagai bekal untuk siswa
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Untuk mengukur
ketuntasan minimal setiap sekolah berbeda-beda yang dibuat dengan
disesuaikan dengan kemampuan siswanya dan fasilitas pendukungnya.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan Senin 05 Mei 2014 dengan
wali kelas dan juga guru yang mengajarkan mata pelajaran IPS kelas IVA di
SD N Adisucipto 1 KKM yang ditetapkan adalah 65. Jadi, siswa dinyatakan
lulus atau berhasil jika nilai yang dicapai adalah ≥65. Dari hasil pengamatan
di SDN Adisucipto 1 tahun ajaran 2013/2014 model mengajar guru yang
kurang bervareasi inilah yang akhirnya menimbulkan kurang minatnya siswa
terhadap mata pelajaran IPS khususnya pada materi mengenal pentingnya
koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga berdampak
pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa. Tercatat bahwa hasil
siswa yang berjumlah 24 anak yang tuntas hanya 10 anak atau sekitar 41,66%
dengan nilai rata-rata 69,56 dari sini timbul masalah yang harus ditangani.
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang telah dilakukan
peneliti mengambil keputusan untuk menetapkan model pembelajaran
kooperatif untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa yang
dikhususkan dengan menggunakan nilai kognitif saja yang dianggap lebih
mudah dengan hanya menghitung hasil pencapaian belajar siswa. Banyak
variasi yang dapat dikembangkan oleh guru dalam proses belajar mengajar.
Salah satunya guru dapat mengembangkan proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dengan tujuan
dapat membangun kelas sebagai komunitas belajar yang menghargai semua
kemampuan siswa. Dalam model pembelajaran ini siswa secara individual
berbeda. Selama pelaksanaan tipe jigsaw II, siswa dituntut untuk menjadi
aktif sedangkan guru tidak banyak menjelaskan materi kepada siswa. Model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat membuat siswa untuk berusaha
memahami materi yang menjadi tanggung jawabnya dalam kelompok ahli
karena mau tidak mau setiap siswa harus menjelaskan materi tersebut kepada
teman dalam kelompok asalnya. Dalam pembelajaran ini guru mempunyai
peran sebagai fasilitator dan konsultan untuk kelompok siswa. Model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II ini dipandang efektif dalam
pembelajaran IPS, karena siswa akan lebih aktif dan ktitis dalam berpendapat
serta materi yang disampaikan akan lebih membutuhkan waktu yang lebih
singkat berdasarkan pemaparan yang telah dibahas diatas.
Bertolak pada permasalahan yang ada, maka diperlukan perbaikan
terhadap pembelajaran, peneliti akan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw II dan mengharapkan dengan model pembelajaran
kooperatif tipejigsaw IIdapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa
dalam mata pelajaran IPS sesuai dengan judul penelitian ini adalah
”Peningkatkan Minat Dan Prestasi Belajar IPS siswa kelas IV SDN
Adisucipto I Menggunakan Model Kooperatif TipeJigsaw II”.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah dalam penelitian
yang dirumuskan sebagai berikut :
1.2.1. Bagaimana upaya untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar
siswa kelas IV A di SD N Adisucipto 1 Yogyakarta mata pelajaran
kesejahteraan masyarakat kelas IV di SD N Adisucipto 1 tahun
pelajaran 2013/2014 dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipejigsaw II?
1.2.2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipejigsaw IIdapat
meningkatkan minat belajar IPS tentang Mengenal pentingnya
koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat kelas IV di
SD N Adisucipto 1 tahun pelajaran 2013/2014?
1.2.3. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipejigsaw IIdapat
meningkatkan prestasi belajar IPS tentang Mengenal pentingnya
koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat kelas IV di
SD N Adisucipto 1 tahun pelajaran 2013/2014?
1.3. Pemecahan Masalah
Masalah rendahnya minat dan prestasi belajar siswa kelas IV SDN
Adisucipto 1 tahun ajaran 2013/2014 pada materi Mengenal pentingnya
koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat akan diatasi dengan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yang diharapkan dapat
menciptakan suasana belajar yang kondusif untuk mencapai hasil yang
maksimal dan minat siswa untuk belajar dengan langkah – langkah sebagai
berikut :
a. Memberikan materi secara keseluruhan.
b. Membentuk kelompok asal yang terdiri dari 5 ahli
c. Pemberian tugas untuk setiap ahli.
d. Melakukan diskusi tugas dalam masing-masing kelompok ahli.
f. Kelompok asal mempresentasikan dalam pleno.
g. Evaluasi individual.
h. Pemberian penghargaan(reward)
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Untuk mengetahui bagaimana upaya peningkatan minat belajar dan
prestasi belajar IPS kelas IV SD Adisucipto I semester genap tahun
pelajaran 2013/2014 melalui model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw II.
1.4.2. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw II dapat meningkatkan minat belajar IPS siswa kelas IV
SD Adisucipto I semester genap tahun pelajaran 2013/2014.
1.4.3. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif
tipejigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas IV
SD Adisucipto I semester genap tahun pelajaran 2013/2014.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Bagi peneliti
Merupakan pengalaman yang berkesan dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw IIdi kelas IV SD N Adisucipto 1 tahun pelajaran 2013/2014
1.5.2. Bagi Guru
Dapat menjadi pertimbangan dalam usaha meningkatkan prestasi
belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
1.5.3. Bagi Siswa
Memberikan pengalaman mempelajari Mengenal pentingnya
koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipejigsaw II.
1.5.4. Bagi Sekolah
Menambah bahan bacaan terkait dengan PTK khususnya penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dalam upaya
meningkatkan prestasi belajar pada materi Mengenal pentingnya
koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
1.6.Batasan Pengertian
Untuk mencegah kesalahan persepsi terhadap judul penelitian
ini,maka definisi yang digunakan adalah sebagai berikut:
1.6.1 Prestasi belajar adalah bukti hasil belajar yang dicapai seseorang
dalam bentuk nilai atau skor setelah mengikuti pembelajaran yang
mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Namun dalam
penelitian ini hanya di khususkan pada penelitian aspek kognitif saja
yang dianggap lebih mudah perhitungannya menggunakan hasil nilai
yang diperoleh siswa.
1.6.2 Model pembelajaran kooperatif merupakan sebuah pengembangan
teknik belajar bersama yang melibatkan siswa yang belajar dan
bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan
belajar.
1.6.3 Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II adalah satu jenis
satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian
materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada
anggota lain dalam kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw II adalah setiap kelompok berkompetisi untuk
mendapatkan penghargaan kelompok (group reward). Dengan cara
siswa belajar dalam kelompok yang melakukan tiga kali diskusi
yaitu diskusi kelompok asal, kelompok ahli dan kemudian kembali
ke kelompok asal dimana masing-masing ahli mempunyai tanggung
jawab akan tugasnya dalam kelompok.
1.6.4 Minat Belajar merupakan ketertarikan seseorang dengan dasar
perasaan senang terhadap suatu objek maupun kegiatan yang akan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Di dalam bab ini, diuraikan kajian pustaka yang akan digunakan untuk
memecahkan masalah dalam penelitian ini. Pembahasan tentang teori ini berisi
tentang kajian teori, kerangka berpikir, hipotesis tindakan.
2.1. Kajin teori 2.1.1. Belajar
2.1.1.1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh tiap individu yang
bertanggung jawab, yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan dan
pengalaman dalam kehidupan sehari-hari dan mempunyai tujuan untuk mencapai
suatu tujuan tertentu yang ingin dicapai. Belajar menurut Slameto (2003:13)
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan linngkungannya. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2008:24), belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan
untuk mengetahui sesuatu yang belum pernah dikuasai maupun keterampilan.
Dengan kata lain, belajar merupakan suatu proses untuk mencapai maupun
memperoleh suatu hal yang sama sekali belum pernah dicapai.
Menurut Syah (2003:63) belajar yaitu kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam menyelenggarakan setiap jenis
dan jenjang pendidikan. Menurut Hilgard dalam Wens Tanlain (2007:6)
bahwa”belajar adalah suatu proses dan melalui proses itu terjadi pendidikan serta
proses ini terjadi dalam diri anak sejak ia lahir”.
Dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan usaha yang harus dilakukan
untuk memenuhi target dan tujuan tertentu yang ingin dicapai.
2.1.1.2.Ciri-Ciri Belajar
Pada dasarnya belajar merupakan tingkah laku seseorang, perubahan dari
tidak tahu menjadi tahu karena pengalaman yang telah dialaminya, seperti yang
dikemukakan Djamarah (2002 : 15) bahwa cirri-ciri belajar ialah mengacu pada
adanya perubahan yang terjadi secara sadar, bersifat fungsional, bersifat positif,
tidak bersifat sementara, bertujuan , terahah, serta mencakup seluruh aspek
tingkah laku. Ciri-ciri belajar menurut Baharuddin (2002:15) sebagai berikut:
a) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingklah laku (change
behavior
b) Perubahan tingkah laku relative permanent
c) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat
proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat
potensial.
d) Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.
e) Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.
Menurut Soekamto dan Winataputra dalam Baharuddin (2002:16) dalam
proses belajar guru perlu memperhatikan beberapa prinsip belajar berikut:
a) Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang
lain.
c) Siswa dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung
pada setiap langkah yang dapat dilakukan selama proses belajar.
d) Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa
akan membuat proses belajar lebih berarti.
e) Motivasi siswa akan lebih meningkat apabila diberi tanggung jawab dan
kepercayaan penuh atas belajarnya.
Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku yang mana
perubahan tersebut dapat menyebabkan tingkah laku seseorang menjadi lebih baik
atau bahkan menjadi buruk yang dipengaruhi oleh hal-hal yang sedang dipelajari
oleh seseorang tersebut.
2.1.1.3.Prinsip – Prinsip Belajar
Menurut Slameto (2010:27), seorang guru atau calon guru perlu
mengetahui prinsip-prinsip belajar yang harus dilaksanakan dalam situasi kondisi
yang berbeda oleh setiap siswa secara individual. Prinsip belajar dibedakan
berdasarkan prasyarat yang diperlukan sesuai hakikat belajar sesuai bahan yang
harus dipelajari dan syarat keberhasilan belajar.
Berdasarkan prasyarat tersebut yang diperlukan untuk belajar siswa harus
diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat, dan membimbing untuk
mencapai tujuan instruksional. Siswa tidak hanya belajar dalam lingkungan
formal namun juga lingkungan sekitar untuk menambah motivasi siswa dan
menghubungkan teori yang diperoleh di lembaga formal dengan lingkungan
2.1.2. Prestasi Belajar
2.1.2.1. Pengertian Prestasi Belajar
Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia, prestasi berarti hasil yang telah
dicapai (dari yang telah dilakukan atau dikerjakan). Menurut Bloom dalam
Suprijono (2009:6) hasil belajar mempunyai cakupan kemampuan
kognitif,afektif,dan psikomotorik. Menurut Masidjo (1995), hasil belajar adalah
segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar.
Belajar yang dilakukan oleh siswa menyangkut tiga bidang yaitu ranah kognitif
(pengetahuan dan pemahaman), afektif (perasaan, minat, motivasi, sikap, dan
nilai), dan psikomotoris (pengamatan dan gerakan-gerakan motorik), menurut
Winkel (1991:162) “prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai”.
Menurut Arifin (1988:3) bahwa “prestasi belajar adalah kemampuan, ketrampilan,
dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal. Jadi dapat disimpulkan
bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai setelah seseorang
melakukan kegiatan tertentu. Menurut Arifin (1988:3) prestasi belajar mempunyai
beberapa fungsi utama sebagai berikut:
a) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.
b) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
c) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi
pendidikan
d) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern suatu
institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi
pendidikan asumsinya adalah bahwa kurikulun yang digunakan
relevan dengan kebutuhan masyarakat anak didik . Indikator
ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar
dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan anak didik di
masyarakat.
e) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap
(kecerdasan) anak didik
Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang
dinyatakan dalam bentuk simbol-simbol, angka, huruf, atau kalimat yang dapat
mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap peserta didik dalam periode
tertentu (Tirtonegoro, 1984:24). Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2008) merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau
angka hasil yang diberikan oleh guru.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan hasil dari
suatu proses dan usaha dengan target tertentu sesuai dengan yang ingin dicapai
disamping itu juga kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik merupakan
suatu akibat dari interaksi aktif dari berbagai factor yang mempengaruhi dari
dalam maupun luar individu. Dalam penelitian ini peneliti mengkhususkan
pengambilan data hasil prestasi belajar dengan menggunakan data penilaian
2.1.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di bawah ini akan
dijabarkan beberapa hal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar (Ahmadi,
1991:130 – 131).
a. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri anak.
Faktor internal meliputi faktor jasmani, psikologis, potensial, serta faktor
kematangan fisik maupun psikis. Berikut akan dijabarkan beberapa faktor
internal tersebut:
1) Faktor Jasmani
Menurut Slameto (1988:56 – 57) faktor jasmani meliputi
faktor kesehatan dan juga cacat tubuh. Seseorang yang mempunyai
kondisi tubuh yang sehat, maka seseorang tersebut akan dapat
belajar dengan baik. Ia akan mampu menguasai apa yang sedang ia
pelajari terganggu oleh kondisi fisik yang kurang baik. Cacat pada
tubuh juga sangat mempengaruhi prestasi belajar, hal ini dapat
terlihat apabila anak memiliki cacat tubuh dan bersekolah.
2) Faktor Psikologis
Faktor psikologis ini terdiri faktor intelektif dan non
intelektif. Faktor intelektif terdiri dari faktor potensial (bakat) dan
hal-hal yang berkaitan dengan kepribadian. Berikut akan
dijabarkan faktor intelektif dan faktor non intelektif (Slameto,
1988:57 – 59).
a) Faktor Intelektif
(1) Faktor Potensial
Faktor potensial merupakan kecerdasaan atau bakat
yang telah dimiliki oleh anak. Bakat sangat mempengaruhi
prestasi belajar dikarenakan apabila anak belajar sesuai
dengan bakatnya maka anak tersebut akan memperoleh
hasil belajar yang baik. Maka dari itu orang tua perlu
mengetahui bakat apa yang dimiliki oleh anaknya. Hal ini
di maksudkan supaya orang tua membantu anak untuk
mengembangkan bakat yang telah dimilikinya (Slameto,
1988:59).
(2) Faktor Kecakapan Nyata
Faktor kecakapan nyata mempengaruhi prestasi
belajar anak dikarenakan faktor kecakapan nyata yaitu
prestasi yang telah dimilliki oleh anak. Apabila anak
tersebut pernah memiliki prestasi maka anak tersebut akan
termotivasi untuk mendapatkan prestasi lagi (Slameto,
b) Faktor Non Intelektif
Faktor non intelektif ini terdiri dari beberapa hal yang
berkaitan dengan kepribadian, seperti halnya minat, motivasi,
kematangan, kesiapan, perhatian, serta kebutuhan (Slameto,
1988:58 – 61).
(1) Minat
Minat menurut Slameto (1988:59) merupakan
kecenderungan yang dimiliki seseorang secara tetap,
digunakan untuk memperhatikan maupun untuk mengingat
beberapa kegiatan. Minat sangat mempengaruhi prestasi
belajar, dikarenakan apabila anak belajar tidak sesuai
dengan minatnya maka anak tersebut tidak dapat belajar
secara optimal.
(2) Motivasi
Motivasi sangat mempengaruhi prestasi belajar, hal
ini dikarenakan motivasi sangat dibutuhkan anak dalam
kegiatan belajar. Motivasi yang dapat diberikan anak
supaya anak dapat belajar dengan optimal yaitu dengan
memberikan latihan-latihan kepada anak. Dengan adanya
latihan-latihan tersebut anak akan termotivasi untuk belajar
(3) Kematangan
Kematangan merupakan suatu tingkat pertubuhan
di mana alat-alat tubuh yang dimiliki seseorang sudah siap
untuk memperoleh serta melaksanakan kecakapan maupun
kemampuan yang baru (Slameto, 1988:60)
(4) Kesiapan
Kesiapan menurut James Drever dalam Slameto
(1988:61) merupakan “preparedness to respond or react”
yang berarti bahwa seseorang sudah memiliki kesiapan
untuk menanggapi beberapa hal.
(5) Perhatian
Perhatian sangat mempengaruhi prestasi belajar
siswa. Hal ini dapat dilihat pada anak yang perhatiannya
tidak terpusat pada apa yang sedang dia pelajari maka anak
tersebut tidak akan bisa menguasai dengan baik hal yang
sedang ia pelajari sehingga hasil belajarnya tidak akan
mendapat hasil yang maksimal.
(6) Kebutuhan
Kebutuhan sangat mempengaruhi prestasi belajar,
hal ini dapat terlihat jika anak telah memiliki kesadaran
hingga anak tersebut akan belajar dengan baik. Akan tetapi
apabila anak tersebut tidak mempunyai kesadaran akan
pentingnya belajar maka anak tersebut tidak akan dapat
belajar dengan baik dan akan memperoleh hasil yang
kurang memuaskan.
3) Faktor Kematangan Fisik maupun Psikis
Faktor kematangan fisik maupun psikis ini mempengaruhi
prestasi belajar anak, hal ini dikarenakan apabila anak telah
memiliki kematangan baik secara fisik maupun psikis maka anak
tersebut akan lebih mudah untuk dapat memperoleh prestasi yang
anak inginkan.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri
anak. Faktor eksternal meliputi faktor sosial, budaya, lingkungan fisik,
serta lingkungan spiritual. Berikut ini akan diuraikan beberapa hal
yang termasuk faktor eksternal:
1) Faktor Sosial
Faktor sosial merupakan faktor di mana anak berinteraksi
dengan orang lain maupun dengan masyarakat sekitar dimana anak
tersebut tinggal. Berikut akan dijabarkan beberapa hal yang
a) Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga di sini dapat dilihat dari cara
orang mendidik anak, hubungan anak dengan anggota
keluarga, suasana yang ada di rumah, keadaan ekonomi
keluarga, serta pengertian orang tua kepada anak (Slameto,
1988:62 – 66).
b) Lingkungan Sekolah
Lingkungan ekolah terdiri dari metode mengajar di
kelas, kurikulum yang digunakan oleh sekolah, hubungan
guru dengan siswa, kedisiplinan sekolah, alat pengajaran,
waktu yang ditetapkan sekolah, standar pelajarn di atas
ukuran, keadaan gedung, motode belajar, serta tugas rumah
(Slameto, 1988:66 – 72
c) Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat juga mempengaruhi
prestasi belajar anak. Hal ini dapat terlihat apabila anak
berada di lingkungan masyarakat yang terpelajar yang baik
maka anak tersebut akan terdorong untuk belajar serta
mewujudkan cita-citanya tersebut. Sedangkan anak yang
tinggal di lingkungan masyarakat yang tidak begitu
mempedulikan pendidikan maka anak tersebut akan malas
d) Lingkungan Kelompok
Lingkungan kelompok yang dimaksud ialah
lingkungan di mana tempat anak bergaul dengan
teman-temannya. Apabila anak bergaul dengan anak yang suka
bermainplay station dan tidak belajar, maka anak tersebut
akan mengikuti kegiatan yang dilakukan temannya. Anak
tersebut untuk menjadi malas untuk belajar dan akan
memilih mengikuti temannya untuk ikut bermain play
station.Sedangkan untuk anak yang bergaul dengan teman
yang suka belajar bersama maka anak tersebut akan terlibat
aktif dalam kegiatan temannya dan akan lebih
mementingkan belajar daripada bermain. Hal possitif
lainnya yaitu prestasi anak yang bergaul dengan anak yang
suka belajar akan lebih tinggi prestasinya dibandingkan
dengan anak yang hanya suka bermain.
2) Faktor Budaya
Faktor budaya meliputi keadaan budaya di mana anak
tersebut hidup dan berkembang. Anak dapat mencapai prestasinya
apabila di dalam lingkungan tersebut menerapkan akan
pentingnya budaya belajar serta menghargai benar akan
3) Faktor Lingkungan Fisik
Faktor lingkungan fisik merupakan faktor yang meliputi
fasilitasyang ada guna menunjang anak untuk mencapai
prestasinya. Fasilitas yang di maksud dapat berupa rumah,
fasilitas belajar, dan keadaan iklim. Apabila fasilitas yang
dibutuhkan anak sudah terpenuhi dengan baik maka anak akan
lebih mudah untuk mencapai prestasinya. Anak akan belajar
dengan optimal apabila alat-alat tulis serta buku pelajaran sudah
terpenuhi dengan baik.
4) Faktor Lingkungan Spiritual
Lingkungan spiritual adalah lingkungan di mana anak
mendekatkan diri kepada Tuhan. Sesuatu hal yang ada di dunia
ini tidak akan berjalan lancar apabila tidak ada campur tangan
dari Tuhan. Ada beberapa macam cara yang dapat dilakukan
untuk mendekatkan diri dengan Tuhan yaitu anak diajak untuk
pergi ke sembahyang, mensyukuri atas semua karunia yang telah
di beri oleh Tuhan, mengajarkan kepada anak untuk berdoa
sebelum melaksanakan kegiatan.
2.1.3. Minat
2.1.3.1. Pengertian Minat
Menurut H.C. Witherington yang dikutip Arikunto (1983)., “Minat adalah
mengandung kaitan dengan dirinya.” Batasan ini lebih memperjelas pengertian
minat tersebut dalam kaitannya dengan perhatian seseorang. Perhatian adalah
pemilihan suatu perangsang dari sekian banyak perangsang yang dapat menimpa
mekanisme penerimaan seseorang. Orang, masalah atau situasi tertentu adalah
perangsang yang datang pada mekanisme penerima seseorang , karena pada suatu
waktu tertentu hanya satu perangsang yang dapat disadari. Maka dari sekian
banyak perangsang tersebut harus dipilih salah satu. Perangsang ini dipilih karena
disadari bahwa ia mempunyai sangkut paut dengan seseorang itu. Kesadaran yang
menyebabkan timbulnya perhatian itulah yang disebut minat.
Slameto (2010 : 180), Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Sumadi
Suryabrata (2002:68) definisi minat adalah “Suatu rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh”. Minat pada
dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan
sesuatu hal diluar dirinya. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin
besar minatnya. Minat dapat diartikan sebagai “Kecenderungan yang tinggi
terhadap sesuatu, tertarik, perhatian,gairah dan keinginan”. Pendapat lain tentang
pengertian minat yaitu yang diungkapkan oleh T. Albertus yang diterjemahkan
Sardiman A.M, minat adalah “Kesadaran seseorang bahwa suatu obyek,
seseorang, suatu soal maupun situasi yang mengandung sangkut paut dengan
dirinya” (2006:32).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa minat merupakan dorongan
2.1.3.2.Faktor yang mempengaruhi minat
Minat tidak akan timbul dengan sendirinya, tetapi minat dapat timbul
dengan adanya proses. Banyak factor yang mempengaruhi minat seseorang akan
hal-hal tertentu. Pendapat tersebut sejalan dengan yang dikemukakan Sudarsono
(1980:12), faktor-faktor yang menimbulkan minat dapat digolongkan sebagai
berikut :
a) Faktor kebutuhan dari dalam. Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan
yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan.
b) Faktor motif sosial, Timbulnya minat dalam diri seseorang dapat
didorong oleh motif sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan
pengakuan, perhargaan dari lingkungan dimana ia berada.
c) Faktor emosional. Faktor ini merupakan ukuran intensitas seseorang
dalam menaruh perhatian terhadap sesuat kegiatan atau objek tertentu
Miflen & Miflen (2003:114) mengemukakan ada dua faktor yang
mempengaruhi minat belajar peserta didik, yaitu :
1. Faktor dari dalam yaitu sifat pembawaan
2. Faktor dari luar, diantaranya adalah keluarga, sekolah dan masyarakat
atau lingkungan.
Menurut Crow and Crow yang dikutip (Mahmud, 2001:56) yang
menyebutkan bahwa ada tiga faktor yang mendasari timbulnya minat seseorang
yaitu :
Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan
jasmani dan kejiwaan.
2. Faktor motif sosial.
Timbulnya minat dari seseorang dapat didorong dari motif sosial
yaitu kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan dan lingkungan dimana
mereka berada.
3. Faktor emosional.
Faktor ini merupakan ukuran intensitas seseorang dalam menaruh
perhatian terhadap sesuatu kegiatan atau obyek tertentu.
Menurut Taufani (2008:38), ada tiga factor yang mendasari timbulnya
minat yaitu:
1. Factor dorongan dalam, yaitu dorongan dari individu itu sendiri,
sehingga timbul minat untuk melakukan aktivitas atau tindakan
tertentu untuk memenuhinya. Misalnya, dorongan untuk belajar dan
menimbulkan minat untuk belajar.
2. Factor motivasi social, yaitu factor untuk melakukan suatu aktivitas
agar dapat diterima dan diakui oleh lingkungannya. Minat ini
merupakan semacam kompromi pihak individu dengan lingkungan
sosialnya. Misalnya minat pada studi karena ingin mendapatkan
penghargaan dari orangtuanya
3. Factor emosional,yakni minat erat hubungannya dengan emosi karena
factor emosional selalu menyertai seseorang dalam berhubungan
2.1.3.3. Ciri-ciri Minat Belajar
Menurut Slameto (2010:57), siswa yang berminat memiliki kecenderungan
untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang
disenangi seseorang akan diperhatikan secara terus menerus sehingga seseorang
mempunyai kepuasan tersendiri.
Dari penjabaran tersebut dapat disimpulkan bahasa siswa yang mempunyai
minat untuk belajar memiliki perhatian penuh, suka dan senang melalui partisipasi
dan ke ikut sertaannya dalam kegiatan yang berhubungan dengan yang dipelajari.
Ciri-ciri minat belajar dapat dijadikan pula sebagai indicator minat belajar seperti
yang diungkapkan oleh Isnandar (2012:14),yaitu :
a) Ekspresi perasaan senang, yang meliputi : 1) dimana siswa mampu mengikuti pelajarn dengan antusias;2) disaat guru memberikan tugas kepada siswanya,siswa tidak mengeluh; 3) siswa dating tepat waktu sebelum pelajaran dimulai atau dilaksanakan; 4)siswa secara mandiri menyiapkan peralatan pelajaran.contohnya buku; 5)dan siswa siap mengikuti pelajaran dengan duduk tenang untuk belajar.
b) Perhatian dalam mengikuti pelajaran, yang meliputi: 1) siswa mampu aktif menjawab pertanyaan disaat pelajaran berlangsung:2) siswa menyimak penjelasan guru dengan seksama;3)siswa tidak melamun didalam kelas;4) dan siswa tidak mengobrol atau memngganggu teman lain ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung.
c) Ketertarikan siswa pada materi, yang meliputi:1) siswa giat membaca buku pelajaran;2)siswa membaca materi pelajaran sebelum diajarkan oleh guru;3) siswa membuat catatan pelajaran;4) siswa berusaha dan serius menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
d) Ketertarikan siswa pada metode guru, yang meliputi: 1) siswa menanyakan kesulitan yang dialami; 2) siswa menunjukkan sikap yang antusias dan memperhatikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan metode pembelajaran yang diajarkan guru.
Berdasarkan pemaparan dari Isnandar tersebut, dapat disimpulkan bahwa
indicator minat belajar terdiri dari: perasaan senang, perhatian dalam mengikuti
pelajaran dan tertarik dalam materi dan metode yang disampaikan guru, dan siswa
mampu untuk ikut serta dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan pemaparan
tersebut peneliti menyimpilkan kembali indicator minat belajar terdiri dari:
adanya perasaan senang, adanya perhatian ,adanya kemauan untuk
mengembangkan , dan adanya keterlibatan diri.
2.1.4. Model Pembelajaran Kooperatif 2.1.4.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Lie (2007:28) mengatakan bahwa falsafah yang mendasari model
pembelajaran gotong royong adalah falsafah homo hominis socius. Falsafah ini
menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kerja sama merupakan
kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerjasama
tidak akan ada individu, keluarga, organisasi atau sekolah. Model pembelajaran
Cooperative Learning atau gotong royong adalah sistem pengajaran yang
memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa
dalam tugas-tugas terstruktur.
Dalam pembelajaran Cooperative Learning siswa bisa juga mengajar
dengan sesama siswa yang lainnya. Dalam sistem ini, guru bertindak sebagai
fasilitator. Suasana belajar Cooperative Learning dapat menghasilkan prestasi
yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif, dan penyesuaian psikologi yang
lebih baik daripada suasana belajar yang penuh persaingan dan
memisah-misahkan siswa menurut Johnson & johnson (dalam Lie, 2007:29) Roger dan
kelompok bisa dianggap Cooperative Learning”. Untuk mencapai hasil yang
maksimal, perlu diterapkan lima unsur pembelajaran Cooperative Learning (Lie,
2007:31) yaitu:
a. Saling Ketergantungan Positif
Dalam model pembelajaran kooperatif pengajar perlu menciptakan
suasana yang mendorong anak-anak merasa saling membutuhkan satu
sama lain. Pengajar dapat menciptakan kelompok kerja yang efektif yaitu
dengan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota
kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa
mencapai tujuan mereka. Dalam model pembelajaran kooperatif siswa
yang kurang mampu tidak akan merasa minder terhadap rekan-rekan
mereka karena mereka juga memberi sumbangan. Justru mereka akan
merasa terpacu untuk meningkatkan usaha mereka dan dengan demikian
menaikkan nilai mereka. Sebaliknya siswa yang lebih pandai juga tidak
akan merasa dirugikan karena rekannya yang kurang mampu juga telah
memberikan bagian sumbangan mereka.
b. Tanggung Jawab Perorangan
Setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan
yang terbaik, jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model
pembelajaran kooperatif. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok
adalah persiapan guru dalam penyusunan tugas. Pengajaran yang efektif
dalam model pembelajaran kooperatif membuat persiapan dan menyusun
tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus
pertama kali dikembangkan oleh Aronson dkk di Universitas Texas.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model
pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari
4-5 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan
setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari
materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota
kelompok yang lain.
c. Tatap Muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk saling bertatap
muka, sehingga mereka dapat saling berdiskusi, interaksi semacam ini
memungkinkan anak-anak dapat saling menjadi sumber belajar. Anak
anak sering merasa lebih mudah belajar dengan teman sesamanya daripada
belajar dari guru. Interaksi tatap muka memungkinkan terciptanya sumber
belajar yang bervariasi, sehingga dapat mengoptimalkan pencapaian hasil
belajar.
d. Komunikasi Antar anggota
Siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara.
Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kesediaan para anggotanya
untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka mengutarakan
pendapat mereka. Proses komunikasi antar kelompok merupakan proses
yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya
pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional
e. Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kelompok untuk mengevaluasi proses kerja
kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama
dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali
kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah
beberapa kali siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran kooperatif.
Menurut Slavin (2005:4) model kooperatif merujuk pada berbagai macam
pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk
saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam
kelas pembelajaran kooperatif, para siswa diharapkan untuk mampu saling
membantu, saling berdiskusi dan berargumentasi. Hal ini dilakukan untuk
mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan
dalam pemahaman masing-masing.
Dari penjelasan tersebut, pembelajaran kooperatif tidak hanya belajar
dalam kelompok saja, tetapi juga melibatkan proses kerja. Seperti yang ditegaskan
oleh Sugandi dalam Rusman bahwa belajar kooperatif lebih dari belajar dalam
kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif terdapat struktur
dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan interaksi
yang terbuka dan hubungan yang bersifat interdepensi efektif diantara anggota
kelompok.
2.1.4.2. Macam-Macam Pembelajaran Kooperatif
Menurut Trianto (2010:67) macam-macam pembelajaran kooperatif
a.Tipe Number Heads Together (NHT)
Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993). Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
b.Tipe Team Assisted Individualization (TAI)
Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini merupakan model kelompok berkemampuan heterogen.Siswa belajar pada aspek khusus pembelajaran secara individual. Anggota tim menggunakan lembar jawab yang digunakan untuk saling memeriksa jawaban teman se-tim, dan semua bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban pada akhir kegiatan. Diskusi terjadi pada saat siswa saling mempertanyakan jawaban yang dikerjakan teman sekelompoknya. c. Tipe Teams Games-Tournament (TGT)
TGT menekankan adanya kompetisi, kegiatannya seperti STAD, tetapi kompetisi dilakukan dengan cara membandingkan kemampuan antar anggota tim dalam suatu ‘turnamen’. Kemudian diambil nilai dari hasil turnamen dan juga dengan memberikan penghargaan kepada tim yang berhasil.
d.Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD).
Metode ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan -kawannya dari Universitas John Hopkins. Metode ini dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan paling langsung dari pembelajaran kooperatif. Para guru menggunakan metode STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu baik melalui penyajian verbal mupun tertulis.
e.TipeJigsaw
Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan- kawannya dari Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawannya. Melalui metode Jigsaw kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Bahan-bahan akademik di sajikan kepada siswa dalam bentuk teks, dan tiap siswa bertanggung jawab mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut. Para anggota dari tim yang berbeda memiliki tanggung jawab mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa seperti ini disebut “kelompok pakar” (expert group). Selanjutnya, para siswa yang berada pada kelompok pakar kembali ke kelompok semula(home teams)untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajarai dalam kelompok pakar. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam(home teams).
f. Tipe Group Investigation (GI)
(group process skills).Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan.
2.1.4.3.Manfaat Penggunaan Model Kooperatif
Menurut Karli dan Yuliaritaningsih (2002:72), kelebihan dari
pembelajaran model kooperatif yaitu antara lain; dapat melibatkan siswa secara
aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan ketrampilannya dalam
suasana pembelajaran yang bersifat terbuka dan demokratis; dapat
mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang telah dimiliki oleh siswa ;
dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap,nilai, dan ketrampilan –
ketrampilan social untuk diterapkan dalam kehidupan di masyarakat, siswa tidak
hanya sebagai obyek belajar melainkan sebagai subjek belajar karena siswa
mampu menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya, siswa dilatih untuk bekerjasama,
karena bukan hanya materi yang dipelajari namun juga tuntutan untuk
mengembangkan potensi dirinya secara optimal demi kesuksesan kelompoknya;
serta member kesempatan pada siswa untuk belajar memperoleh dan memahami
pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung sehingga lebih bermakna untuk
dirinya.
Menurut Sugiyanto (2009:43), terdapat banyak nilai dari model
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran Kooperatif mempermudah siswa
melakukan penyesuaian social yang meliputi meningkatkan kepekaan dan
kesetiakawanan social antara lain: saling belajar mengenai sikap, ketrampilan,
informasi, perilaku social, dan pandangan-pandangan, berkembangnya nilai-nilai
membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa, berbagai
ketrampilan social yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling
membutuhkan dapat diajarkan atau dipraktekan, meningkatkan rasa percaya
sesame manusia, meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari
berbagai perpektif, meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lainyang
dirasa lebih baik, serta meningkatkan kegemaran berteman tanpa memilih atau
membedakan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas social,
agama dan orientasi tugas.
Dari penjelasan tersebut terdapat kemiripan dari dua pemaparan ahli yang
semua terpusat pada siswa untuk aktif dan bekerjasama dalam pengerjaan tugas
kelompoknya.
2.1.5. Model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw II
2.1.5.1.Pengertian Model pembelajaran Kooperatif TipeJigsaw II
Teknik mengajar denganJigsaw IIdikembangkan oleh Elliot Aronson dan
kawan-kawan dari Universitas Texas yang kemudian diadaptasi oleh Slavin dan
kawan-kawan (Sugiyanto, 2009:45). Menurut Triyanto (2010:75) pengertian
Jigsaw II yang dikembangkan oleh Slavin, bahwa dalam pembelajaran setiap
siswa akan memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep sebelum
siswa belajar spesialisasinya untuk menjadi expert. Hal tersebut bertujuan agar
siswa dapat mempunyai gambaran tentang hal yang akan dibahas.
Menurut Rusman (2011:218) memberikan penjelasan bahwa penjelasan
teknik Jigsaw, siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan
pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II diawali dengan pengenalan
topik yang dibahas oleh guru. Guru dapat menuuliskan di papan tulis, white
board,penanyanganpower pointdan sebagainya.
Berdasarkan pemaparan yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II merupakan pembelajaran
yang dilakukan dengan cara pembentukan kelompok kecil yang memerlukan
seluruh anggota kelompok untuk terlibat dan bekerja sama serta bertanggung
jawab terhadap kelompok, keberhasilan materi sehingga mampu untuk
menyampaikan informasi kepada kelompok lain.
2.1.5.2. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif TipeJigsaw I,II,III
Peneliti sebelumnya menemukan beberapa model pembelajaran kooperatif
teknikJigsaw I, Jigsaw II, Jigsaw III.
a.Jigsaw I
Tipe Jigsawini pertama kali dikembangkan oleh Aronson (1975).
Menurut Huda (2012:120) dalam teknik Jigsaw siswa akan ditempatkan
dalam kelompok-kelompok kecil yang masing-masing terdiri dari 5
anggota yang dikenal sebagai ‘Kelompok Asal”. Setiap kelompok
diberiikan informasi yang membahas satu materi atau topic dari materi
pelajaran saat itu. Melalui informasi yang diperoleh kelompok ini,
masing-masing anggota kelompok harus mempelajari bagian yang
berbeda dari informasi tersebut. Setelah mempelajari secara mandiri,
setiap kelompok harus membuat kelompok baru sesuai dengan bagian
materi yang sama. Kelompok baru ini dikenal dengan istilah “kelompok
mencari cara terbaik untuk memberikan penjelasan untuk teman-teman
dari kelompok sebelumnya. Setelah diskusi selesai masing-masing siswa
kembali ke kelompok asal untuk menyampaikan informasi yang telah
diperolehnya. Setelah selesai siswa diuji dengan mengerjakan soal
evaluasi atau kuis secara individu untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman yang mereka dapat dari materi yang dipelajari. Skor yang
diperoleh setiap anggota kelompok dari hasil evaluasi/kuis akan
menentukan skor yang diperoleh kelompok mereka.
b. Jigsaw II
Ketika Aronson (1975) mengembangkan Jigsaw untuk pertama
kalinya, Slavin (1989) mengadopsi dan memodifikasi Jigsaw tersebut
yang dikenal dengan Jigsaw II. Menurut Huda (2012:118) pelaksaan
Jigsaw IIhampir sama dengan Jigsaw I. Perbedaannya padaJigsaw II
siswa mendapat kesempatan untuk mempelajari materi secara
menyeluruh yang kemudian hal tersebut dijelaskan oleh Trianto
(2010:75), bahwa;
“Ada perbedaan mendasar antara pembelajaran Jigsaw I dan
Jigsaw II , kalau pada tipe I, awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu yang akan menjdai spesialisasinya sementara konsep-konsep yang lain ia dapatkan melalui diskusi dengan teman segrupnya. Pada tipe II ini setiap siswa memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep (scan read)
sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadiexpert. hal ini untuk memperoleh gambaran menyeluruh dari konsep yang dibicarakan.”
Hal lain yang membedakan adalah adanya penghargaan
atau reward untuk individu atau kelompok pada akhir
mengatakan bahwa Jigsaw I tidak ada penghargaan khusus untuk
individu ataupun kelompok, sedangkan dalam Jigsaw II
“kompetisi” lebih terlihat jelas,sebab penghargaan akan diberikan
berdasarkan peforma masing-masing anggota. Setiap kelompok
akan memperoleh poin tambahan jika masing-masing anggotanya
menunjukkan peningkatan performa dibandingkan sbelumnya saat
mengerjakan soal atau kuis. Penghargaan tersebut dipercaya akan
meningkatkan kerjasama antar kelompok (Sharan, 2012:58)
c. Jigsaw III
TipeJigsaw IIIdikembangkan oleh Kagan (1990). Menurut
Kagan (1990) dalam Huda (2012:122) mengemukakan bahwa
Jigsaw III lebih focus diterapkan dalam kelas-kelas bilingual, jadi
sangat berbeda dengan Jigsaw sebelumnya yang dapat diterapkan
pada semua mata pelajaran. Menurut Huda (2012:122)
menjelaskan bahwa kelas bilingual diartikan sebagai kelas yang
diartikan sebagai kelas yang di dalamnya terdapat para pembelajar
bahasa Inggris dari berbagai daerah, maka pelaksanaan jigsaw III
materi, bahan, lembar kerja, dan kuisnya juga menggunakan
bahasa Inggris.
Dari pemaparan diatas sudah Nampak bahwa masing-masing teknikjigsaw
I ,jigsaw II dan jigsaw III mempunyai perbedaan yang tidak terlalu menonjol
dalam pelaksaannya. Lebih jelasnya perbedaan jigsaw I, jigsaw II dan jigsaw III
Table 1. Perbedaan jigsaw I, jigsaw II dan jigsaw III
Jigsaw I Jigsaw II Jigsaw III
Persamaan
1. sama-sama masuk dalam kerja kelompok kecil.
2. Mempunyai langkah-langkah pembelajaran yang sama, sebagai berikut:
a. Membentuk kelompok heterogen (terdiri 4-6 orang)
b. Tiap orang diberi tugas yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru (ahli)
c. Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan menjelaskan apa yang telah mereka bahas d. Tiap kelompok ahli mempresentasikan hasil diskusi.
Perbedaan konsep yang lain ia dapatkan melalui
3. Dapat diterapkan di semua mata menjadiexpert. hal ini untuk memperoleh
3. Dapat diterapkan di semua mata pelajaran
Dalam penelitian ini akan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipejigsaw II. Peneliti memilih menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw II, karena model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw IImemiliki
langkah-langkah yang efektif dibandingkan dengan Jigsaw I. Pada tipe Jigsaw II siswa
akan mendapat kesempatan untuk memperoleh kesempatan mempelajari seluruh
menjadi expert. Pada akhir kegiatan pembelajaran siswa akan mendapatkan
penghargaan (reward) yang bertujuan siswa dapat menumbuhkan minat untuk
belajar. Peneliti tidak menggunakan Jigsaw III karena pada SD Adisucipto I
belum memenuhi syarat pelaksanaanJigsaw III karena bukan merupakan sekolah
yang menggunakan kelas bilingual.
2.1.5.3. Langkah-langkah Model Kooperatif TeknikJigsaw II
Menurut Trianto (2010:239), model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw II
adalah sebagai berikut: tahap orientasi, guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan diberikan dengan menekankan manfaat dari penggunaan tipeJigsaw II,
dan guru selalu mengingatkan siswa untuk percaya diri dan kooperatif selama
kegiatan berlangsung. Peserta didik diminta untuk belajar konsep secara
keseluruhan (scan read) agar memperoleh gambaran keseluruhan dari konsep
yang akan dipelajari.
Pada tahap pengelompokan guru dapat mengelompokkan siswa
berdasarkan peringkat kemampuan siswa tanpa harus diketahui siswanya. Guru
membagi dalam 25% kelompok sangat baik, 25%݈݇݁݉݇ ܾܽ݅݇ ,
25%݈݇݁݉݇ ݏ݁݀ܽ݊݃,25%݈݇݁݉݇ ݎ݁݊݀ܽℎ. Pada masing-masing
kelompok tersebut guru dapat memberikan indeks misal indeks 1 untuk kelompok
sangat baik sampai pada indeks 4 untuk kelompok rendah. Misalkan A1 berarti
kelompok sangat baik,…,…., A4 group A dari kelompok rendah contohnya :
group A {ܣ1,ܣ2,ܣ3,ܣ4}, group B {ܤ1,ܤ2,ܤ3,ܤ4}, group C