• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan minat dan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SDN Adisucipto 1 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peningkatan minat dan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SDN Adisucipto 1 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II - USD Repository"

Copied!
242
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN ADISUCIPTO 1 MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPEJIGSAW II Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh :

Lia Yogi Artika

101134040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN ADISUCIPTO 1 MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPEJIGSAW II Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh :

Lia Yogi Artika

101134040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Ilmu tak terbatas oleh usia dan

karena ilmu aku ingin jadi garam

dan terang dunia”

Dengan penuh bangga dan syukur, skripsi ini kupersembahkan

sepenuhnya untuk:

 Tuhan yang selalu memberkati dan melimpahkan segala

rahmat-Nya untuk menyelesaikan skripsi ini.

 Kedua orangtuaku, Bapak Yohanes Eudes Sugito dan Ibu

Sukartilah yang selalu memberikan cinta kasih dan segala

dukungan yang tak terbatas

 Adikku yang selalu mendukung kuliahku

 Seseorang yang selalu sabar dalam menemaniku dalam segala

hal dan waktunya

(6)
(7)
(8)

vii

ABSTRAK

Lia Yogi Artika. 2014. Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPS Siswa kelas IV SDN Adisucipto 1 Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) bagaimana upaya untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa kelas IV di SD N Adisucipto 1 Yogyakarta mata pelajaran IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw II? (2) apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II

dapat meningkatkan minat belajar IPS kelas IV di SD N Adisucipto 1? (3) apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar IPS kelas IV di SD N Adisucipto 1?

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang mengacu pada model siklus yang telah dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart. Dalam satu siklus terdiri dari empat langkah yaitu: planning (rencana), action (tindakan),

observation (observasi), dan reflection (refleksi). Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SDN Adisucipto I,tahun pelajaran 20013/2014 yang berjumlah 24 siswa. Pengumpulan data menggunakan lembar pengamatan, lembar kuesioner dan tes. Data diolah menggunakan teknik analisis data secara deskritif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penerapan model kooperatif tipe

Jigsaw IIpada mata pelajaran IPS dalam upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa kelas IVA di SD N Adisucipto 1 tahun pelajaran 2013/2014 telah dapat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) pemberian materi secara menyeluruh. b) pembentukan kelompok asal yang berisi 6 ahli. c) pemberian tugas untuk setiap ahli. d) kegiatan diskusi setiap ahli. e) ahli dalam setiap tugas melaporkan hasil diskusi pada kelompok asal. f) kelompok asal presentasi di dalam kelas. g) kegiatan evaluasi secara individu. h) pemberian penghargaan (reward). (2) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan minat belajar IPS kelas IV di SD N Adisucipto 1 tahun pelajaran 2013/2014. Terbukti minat belajar siswa mengalami peningkatan; kondisi awal rata-rata minat belajar sebesar 58,37 (kategori cukup);pada siklus I rata-rata minat belajar sebesar 71,1 (kategori tinggi);pada siklus II skor rata-rata minat belajar sebesar 82,9 (kategori sangat tinggi). (3) penerapan model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw IIdapat meningkatkan prestasi belajar IPS IV di SD N Adisucipto 1 tahun pelajaran 2013/2014. Terbukti hasil ulangan siswa meningkat; kondisi awal rata-rata prestasi belajar sebesar 64,67 dan terdapat 12 siswa (40%) yang mencapai KKM.Siklus I rata-rata prestasi belajar sebesar 65,6 dan terdapat 13 siswa (54,16%) yang mencapai KKM. Siklus II rata-rata prestasi belajar sebesar 81,3 dan seluruh siswa (100%) mencapai KKM.

Kata kunci: minat belajar, prestasi belajar, model pembelajaran Kooperatif Tipe

(9)

viii

ABSTRACT

Lia Yogi Artika. 2014. The Improvement of Social Science LearningInterest and Achievement of Students Grade IV SDN Adisucipto 1 Using Cooperative Learning Model of Jigsaw Type II.Elementary Education LearningProgram, Education Science Majors, Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.

This research is aimed to know (1) how is the effort to improve learninginterest and achievement of students grade IV at SDN Adisucipto 1 Yogyakarta on Social Science lesson using cooperative learning model of Jigsaw Type II? (2) can cooperative learning model of jigsaw type II improve social science learning interest of students grade IV at SD N Adisucipto 1? (3) Can cooperative learning model of jigsaw type II improve social science learningachievement of students grade IV at SD N Adisucipto 1?

This is Class Behavioral Research that refers to cycle model that has been proposed by Kemmis and Taggart. In a cycle, there are four steps such as planning, action, observation and reflection. The subjects of this research were all students grade IV of SDN Adisuciptoacademic year 2013/2014 that numbers are 24 students. The data collection method utilized observation, questionnaire and test sheets. Furthermore, the data collection was processed using descriptive and quantitative data analysis technique as determined.

The research result indicates that : (1) the implementation of cooperative model of Jigsaw Type II on Social Science in the effort of improving learning interest and achievement of students grade IV A at SD N Adisucipto 1 academic year 2013/2014 was done through : a) whole material giving. b) Origin group formation consisting of 5 experts. c) task giving for each experts d) discussion activity of each expert. e) Expert in each task report discussion result to origin group. F) the origin group presents inthe class. G) Individual evaluation activity. H) Reward giving. (2) Cooperative learning model implementation of Jigsaw type II is able to improve learning interest social science learning interest of grade IV at SD N Adisucipto 1 academic year 2013/2014. It has proven that from learning interest, students who experience improvement, the average initial condition of learning interest is 58.37 (sufficient category). In the cycle II, the average score of learning interest is 82.9 (very high category). (3) Cooperative learning model implementation of Jigsaw type II is able to improve social science learning achievement of students grade IV at SD N Adisucipto 1 academic year 2013/2014. It is proven with the students test score that experience initian condition increase of average learning achievement 64.67 and there are 13 students (40%) whose score is above KKM. The average learning achievement of cycle II is 83.3 and all students (100%) have score above KKM.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena

atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN ADISUCIPTO 1 MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPEJIGSAW II”

. Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan di

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan khususnya Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin selesai jika

tanpa bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. G.Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST.,M.A., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Drs. YB Adimassana,M.A, selaku pembimbing I, yang telah memberikan

arahan, dorongan, semangat serta sumbangan pemikiran yang penulis

butuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Drs. Daryono, selaku Kepala Sekolah di SDN Adisucipto 1, beserta staf

pengajar, atas ijin yang diberikan sehingga penulis dapat melakukan penelitian

untuk melengkapi data dalam PTK ini.

5. Orang tua dan keluarga yang telah memberi dukungan moril maupun sepirit

(11)

x

6. Semua pihak yang telah banyak memberikan dukungan, bantuan dalam

penulisan PTK ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu penulis dengan rendah hati bersedia menerima

sumbangan baik pemikiran, kritik, maupun saran yang membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini berguna bagi pembaca dan

peneliti lain.

Yogyakarta, 09 Agustus 2014

Penulis

(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Pemecahan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

1.6 Batasan Pengertian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1 Kajian Teori ... 9

2.1.1 Belajar ... 9

2.1.1.1 Pengertian Belajar... 9

2.1.1.2 Ciri-ciri Belajar... 10

2.1.1.3.Prinsip – Prinsip Belajar ... 11

(13)

xii

2.1.2.1. Pengertian Prestasi Belajar ... 12

2.1.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar... 14

2.1.3. Minat... 21

2.1.3.1. Pengertian Minat... 21

2.1.3.2. Faktor yang mempengaruhi minat ... 23

2.1.3.3. Ciri-ciri Minat Belajar ... 25

2.1.4. Model Pembelajaran Kooperatif ... 26

2.1.4.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 26

2.1.4.2. Macam-Macam Pembelajaran Kooperatif... 29

2.1.4.3. Manfaat Penggunaan Model Kooperatif... 31

2.1.5. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II ... 32

2.1.5.1. Pengertian Model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II... 32

2.1.5.2. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw I,II, dan III... 33

2.1.5.3. Langkah-langkah Model Kooperatif Teknik Jigsaw II ... 37

2.1.5.4. Penghargaan (Reward) kelompok ... 40

2.1.6. Hakikat IPS... 41

2.1.6.1. Pengertian IPS ... 41

2.1.6.2. Tujuan siswa mempelajari IPS di SD ... 42

2.1.6.3. Ruang Lingkup Materi IPS SD... 43

2.1.4.4. Penerapan Model Kooperatif tipeJigsaw II pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)... 44

2.2. Hasil penelitian yang relevan ... 45

2.3. Kerangka Berpikir ... 47

(14)

xiii

BAB III METODE PENELITIAN... 50

3.1. Jenis Penelitian... 50

3.2. Setting Penelitian ... 53

3.2.1. Tempat Penelitian... 53

3.2.2. Subjek Penelitian... 54

3.2.3. Objek Penelitian ... 54

3.2.4. Waktu Penelitian ... 54

3.3. Prosedur Penelitian... 55

3.3.1. Persiapan ... 55

3.3.2. Rencana Tindakan Setiap Siklus... 56

3.3.2.1. Siklus I... 56

3.3.2.2. Siklus II... 61

3.4. Pengumpulan Data dan Instrumennya ... 66

3.4.1. Peubah (variabel) Penelitian ... 66

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data... 67

3.4.2.1. Pengumpulan data minat belajar... 67

3.4.2.2. Pengumpulan Data Prestasi Belajar... 70

3.4.3. Instrumen Penelitian ... 70

3.4.3.1. Instrument minat belajar ... 71

3.4.3.2. Instrumen Penelitian ... 73

3.4.4. Validitas dan reliabilitas Instrumen Penelitian ... 75

3.4.4.1. Validitas... 75

3.4.4.2. Validasi Perangkat Pembelajaran ... 79

3.4.4.3. Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 81

3.5. Teknik Analisis Data... 82

(15)

xiv

3.5.1.1. Pengamatan Minat ... 84

3.5.1.2. Menghitung kuesioner minat... 85

3.5.1.3. Skor akhir Minat ... 86

3.5.2. Analisis Data Prestasi Belajar ... 87

3.5.2.1. Aspek Kognitif ... 87

3.6. Kriteria Keberhasilan... 88

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 89

4.1. Hasil Penelitian ... 89

4.1.1. Kondisi Awal ... 89

4.1.1.1. Minat Belajar ... 91

4.1.1.2. Prestasi Belajar Pra Siklus... 92

4.1.2. Siklus I ... 93

4.1.2.1. Perencanaan ... 93

4.1.2.2. Pelaksanaan ... 93

4.1.2.3. Pengamatan ... 99

4.1.2.4. Refleksi ... 105

4.1.3. Siklus II... 108

4.1.3.1. Perencanaan... 108

4.1.3.2. Pelaksanaan ... 109

4.1.3.3. Pengamatan ... 115

4.1.3.4. Refleksi ... 120

4.2. Pembahasan ... 123

4.2.1. Minat Belajar ... 124

4.2.2. Prestasi Belajar ... 126

(16)

xv

5.1. Kesimpulan ... 130

5.2 Saran ... 131

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.Perbedaan Jigsaw I, Jigsaw II, dan Jigsaw III ... 36

Tabel 2 Poin berdasarkan tingkat kuis ... 40

Tabel 3. Perkembangan skor kelompok ... 41

Tabel 4. Standar Kompetensi (SK) berdasarkan kurikulum tahun 2006 ... 43

Tabel 5. Jadwal Penelitian ... 54

Tabel 6. Pengumpulan Data dan Instrumennya ... 67

Tabel 7. Kisi-kisi Panduan Pengamatan Minat Belajar Siswa... 69

Tabel 8. Kisi-kisi Panduan Pengamatan Minat Belajar ... 71

Tabel 9. Kisi-kisi Lembar Kuesioner Minat Belajar ... 72

Tabel 10. Pengukuran Skala Likert yang disesuaikan ... 73

Tabel 11. Kisi-kisi Lembar kuisioner Minat Belajar Siswa ... 73

Tabel 12. Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda Siklus I dan II ... 74

Tabel 13. Perhitungan validitas soal siklus I ... 77

Tabel 14. PerhitunganValiditas soal siklus II ... 78

Table 15.Kriteria Hasil Penilaian Perangkat Pembelajaran ... 79

Tabel 16. Perhitungan Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 79

Tabel 17. Koefisien reliabilitas ... 81

Table 18.Perhitungan PAP II ... 84

Tabel 19. Batas Bawah Skor Kategori Minat Siswa ... 84

Tabel 20. Pedoman Skoring Minat Siswa ... 85

Tabel 21. Kriteria nilai ... 87

Table 22. Indikator keberhasilan ... 88

Tabel 23. Jadwal Pelaksanaan Penelitian... 89

Tabel 24.Kondisi Awal Minat Belajar Siswa ... 91

(18)

xvii

Tabel 26. Minat Belajar Siswa Siklus I... 103

Tabel 27. Prestasi Belajar Siswa Siklus I... 104

Tabel 28. Perbandingan Hasil Siklus I dengan Kondisi Awal dan Target

Keberhasilan siklus I ... 107

Tabel 29. Minat Belajar Siswa Siklus II ... 118

Tabel 30. Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 119

Tabel 31. Perbandingan Hasil Siklus I dengan Kondisi Awal dan Target

Keberhasilan siklus I ... 121

Tabel 32. Rata-rata Minat Belajar Siswa ... 124

(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar1. Literature Map... 47

Gambar 2. Siklus Penelitian dari Kemmis dan Taggart ... 52

Gambar 3. Peningkatan Minat belajar... 125

Gambar 4 peningkatan Prestasi Belajar ... 127

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus Pembelajaran... 135

Lampiran 2 RPP Siklus I ... 139

RPP Siklus II ... 148

Lampiran 3 Modul Pembelajaran Siklus I ... 157

Modul Pembelajaran Siklus II... 163

Lampiran 4 LKS Siklus I ... 170

LKS Siklus II ... 172

Lampiran 5 Evaluasi Pembelajaran Siklus I ... 174`

Evaluasi Pembelajaran Siklus I... 176

Lampiran 6 Kunci Jawaban ... 178

Lampiran 7 Table Uji validitas Siklus I ... 179

Lampiran 8 Table Uji validitas Siklus II... 180

Lampiran 9 Perhitungan Reliabilitas siklus I dan II ... 181

Lampiran 10 Lembar Pengamatan Minat Belajar ... 182

Lampiran 11 Kuesioner Minat Belajar ... 185

Lampiran 12 Lembar Penilaian Prestasi Belajar ... 186

Lampiran 13 Data Pengamatan Minat Siklus I ... 187

Data Pengamatan Minat Siklus II ... 188

Lampiran 14 Data Kuisioner Minat Belajar Siklus I ... 189

Data Kuisioner Minat Belajar Siklus II... 190

Lampiran 15 Data Minat Belajar Siklus I ... 191

Data Minat Belajar Siklus I... 192

Lampiran 16 Hasil Penilaian Prestasi Siklus I ... 193

(21)

xx

Lampiran 17 Hasil Penilaian Siklus ... 195

Lampiran 18 Instrumen Validasi Desain Pembelajaran... 196

Lampiran 19 Hasil Penilaian Instrumen Validasi Desain Pembelajaran ... 199

Lampiran 20 Hasil kuesioner Minat Belajar Siswa ... 202

Lampiran 21 Hasil LKS Siklus I ... 204

Hasil LKS Siklus II ... 207

Lampiran 22 Hasil Evaluasi Siklus I ... 209

Hasil Evaluasi Siklus II... 211

Lampiran 23 Daftar Hadir Refleksi Siklus I ... 213

Daftar Hadir Refleksi Siklus I... 214

Lampiran 24 Foto Kegiatan ... 215

Lampiran 25 Surat Ijin Penelitian ... 218

Lampiran 26 Surat Telah Melakukan Pebelitian ... 219

(22)

BAB I PENDAHULUAN

Di dalam bab ini, akan diuraikan pendahuluan yang berisi tentang latar

belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian

dan batasan penelitian.

1.1.Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan yang penting untuk mempersiapkan

peserta didik siap untuk berkembang dalam masyarakat yang sebenarnya

secara utuh. Pendidikan merupakan patokan untuk maju dengan

mempersiapkannya dengan baik. Pada saat ini sistem pembelajaran yang di

praktikan di sekolah-sekolah perlu ditinjau kembali. Banyak orang selalu

mempunyai pemikiran bahwa guru sebagai pendidik di sekolah selalu

menyodorkan informasi dan pengetahuan kepada siswanya Mereka mengajar

dengan metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, catat, dan

hafal (3DCH) serta mengadu siswa satu sama lain (Lie, 2007:3).,terlebih

orangtua siswa yang selalu menuntut agar nilai-nilai mereka selalu tinggi.

Oleh sebab itu, beban yang diemban oleh sekolah, dalam hal ini adalah guru

sangat berat, karena gurulah yang berada pada garis depan dalam membentuk

pribadi anak didik, sehingga sistem pendidikan di masa depan perlu

dikembangkan agar dapat menjadi lebih responsif terhadap tuntutan

masyarakat dan tantangan yang akan dihadapi di dunia kerja di masa

mendatang.

Sekarang ini, banyak jalur pendidikan yang diupayakan,baik oleh

pemerintah berupa sekolah umum maupun yang dikembangkan oleh swasta

(23)

atau sekolah masyarakat. Seluruh jalur pendidikan yang dikembangkan pada

hakikatnya mempunyai tuntutan dan tanggung jawab moral yang sama

terhadap lulusan atau terhadap kelanjutan peserta didik.

Selain membahas teori yang ada di sekolah, guru juga bertanggung

jawab untuk mempersiapkan siswa untuk dapat bersosialisasi di lingkungan

masyarakat contohnya dalam berorganisasi. Tujuan dari pembelajaran dalam

masyarakat ini berfungsi untuk mempersiapkan siswa agar dapat kelak

nantinya saat siswa keluar dari masa sekolah tidak canggung dan bingung

serta menjadi anak yang pasif dalam masyarakat, selain itu siswa mampu

untuk ikut serta dalam organisasi yang terdapat dalam masyarakat yang

awalnya sudah mempunyai bekal dari sekolah.

IPS merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan di

Sekolah Dasar (SD),seperti yang tertulis pada pasal 37 UU Sisdiknas bahwa

IPS adalah muatan wajib yang harus ada dalam kuriulum pendidikan dasar

dan menengah (Sapriya, 2009: 79). IPS yang merupakan salah satu ilmu yang

bertujuan untuk menyiapkan manusia dengan tantangan-tantangan kehidupan

di masyarakat dan lingkungannya. IPS dapat menggunakan lingkungan

sekitar untuk belajar pengetahuan, ketrampilan, sikap dalam kehidupan dan

kesehariannya. Menurut Solihatin dan Raharjo (2008:15) bahwa IPS

mempunyai tujuan untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar

pada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan

bakat,minat,kemampuan dan lingkungannya serta berbagai bekal untuk siswa

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Untuk mengukur

(24)

ketuntasan minimal setiap sekolah berbeda-beda yang dibuat dengan

disesuaikan dengan kemampuan siswanya dan fasilitas pendukungnya.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan Senin 05 Mei 2014 dengan

wali kelas dan juga guru yang mengajarkan mata pelajaran IPS kelas IVA di

SD N Adisucipto 1 KKM yang ditetapkan adalah 65. Jadi, siswa dinyatakan

lulus atau berhasil jika nilai yang dicapai adalah ≥65. Dari hasil pengamatan

di SDN Adisucipto 1 tahun ajaran 2013/2014 model mengajar guru yang

kurang bervareasi inilah yang akhirnya menimbulkan kurang minatnya siswa

terhadap mata pelajaran IPS khususnya pada materi mengenal pentingnya

koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga berdampak

pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa. Tercatat bahwa hasil

siswa yang berjumlah 24 anak yang tuntas hanya 10 anak atau sekitar 41,66%

dengan nilai rata-rata 69,56 dari sini timbul masalah yang harus ditangani.

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang telah dilakukan

peneliti mengambil keputusan untuk menetapkan model pembelajaran

kooperatif untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa yang

dikhususkan dengan menggunakan nilai kognitif saja yang dianggap lebih

mudah dengan hanya menghitung hasil pencapaian belajar siswa. Banyak

variasi yang dapat dikembangkan oleh guru dalam proses belajar mengajar.

Salah satunya guru dapat mengembangkan proses pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dengan tujuan

dapat membangun kelas sebagai komunitas belajar yang menghargai semua

kemampuan siswa. Dalam model pembelajaran ini siswa secara individual

(25)

berbeda. Selama pelaksanaan tipe jigsaw II, siswa dituntut untuk menjadi

aktif sedangkan guru tidak banyak menjelaskan materi kepada siswa. Model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat membuat siswa untuk berusaha

memahami materi yang menjadi tanggung jawabnya dalam kelompok ahli

karena mau tidak mau setiap siswa harus menjelaskan materi tersebut kepada

teman dalam kelompok asalnya. Dalam pembelajaran ini guru mempunyai

peran sebagai fasilitator dan konsultan untuk kelompok siswa. Model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II ini dipandang efektif dalam

pembelajaran IPS, karena siswa akan lebih aktif dan ktitis dalam berpendapat

serta materi yang disampaikan akan lebih membutuhkan waktu yang lebih

singkat berdasarkan pemaparan yang telah dibahas diatas.

Bertolak pada permasalahan yang ada, maka diperlukan perbaikan

terhadap pembelajaran, peneliti akan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw II dan mengharapkan dengan model pembelajaran

kooperatif tipejigsaw IIdapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa

dalam mata pelajaran IPS sesuai dengan judul penelitian ini adalah

”Peningkatkan Minat Dan Prestasi Belajar IPS siswa kelas IV SDN

Adisucipto I Menggunakan Model Kooperatif TipeJigsaw II”.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah dalam penelitian

yang dirumuskan sebagai berikut :

1.2.1. Bagaimana upaya untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar

siswa kelas IV A di SD N Adisucipto 1 Yogyakarta mata pelajaran

(26)

kesejahteraan masyarakat kelas IV di SD N Adisucipto 1 tahun

pelajaran 2013/2014 dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipejigsaw II?

1.2.2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipejigsaw IIdapat

meningkatkan minat belajar IPS tentang Mengenal pentingnya

koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat kelas IV di

SD N Adisucipto 1 tahun pelajaran 2013/2014?

1.2.3. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipejigsaw IIdapat

meningkatkan prestasi belajar IPS tentang Mengenal pentingnya

koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat kelas IV di

SD N Adisucipto 1 tahun pelajaran 2013/2014?

1.3. Pemecahan Masalah

Masalah rendahnya minat dan prestasi belajar siswa kelas IV SDN

Adisucipto 1 tahun ajaran 2013/2014 pada materi Mengenal pentingnya

koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat akan diatasi dengan

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yang diharapkan dapat

menciptakan suasana belajar yang kondusif untuk mencapai hasil yang

maksimal dan minat siswa untuk belajar dengan langkah – langkah sebagai

berikut :

a. Memberikan materi secara keseluruhan.

b. Membentuk kelompok asal yang terdiri dari 5 ahli

c. Pemberian tugas untuk setiap ahli.

d. Melakukan diskusi tugas dalam masing-masing kelompok ahli.

(27)

f. Kelompok asal mempresentasikan dalam pleno.

g. Evaluasi individual.

h. Pemberian penghargaan(reward)

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Untuk mengetahui bagaimana upaya peningkatan minat belajar dan

prestasi belajar IPS kelas IV SD Adisucipto I semester genap tahun

pelajaran 2013/2014 melalui model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw II.

1.4.2. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw II dapat meningkatkan minat belajar IPS siswa kelas IV

SD Adisucipto I semester genap tahun pelajaran 2013/2014.

1.4.3. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif

tipejigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas IV

SD Adisucipto I semester genap tahun pelajaran 2013/2014.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi peneliti

Merupakan pengalaman yang berkesan dalam meningkatkan prestasi

belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw IIdi kelas IV SD N Adisucipto 1 tahun pelajaran 2013/2014

1.5.2. Bagi Guru

Dapat menjadi pertimbangan dalam usaha meningkatkan prestasi

belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

(28)

1.5.3. Bagi Siswa

Memberikan pengalaman mempelajari Mengenal pentingnya

koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipejigsaw II.

1.5.4. Bagi Sekolah

Menambah bahan bacaan terkait dengan PTK khususnya penggunaan

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dalam upaya

meningkatkan prestasi belajar pada materi Mengenal pentingnya

koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

1.6.Batasan Pengertian

Untuk mencegah kesalahan persepsi terhadap judul penelitian

ini,maka definisi yang digunakan adalah sebagai berikut:

1.6.1 Prestasi belajar adalah bukti hasil belajar yang dicapai seseorang

dalam bentuk nilai atau skor setelah mengikuti pembelajaran yang

mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Namun dalam

penelitian ini hanya di khususkan pada penelitian aspek kognitif saja

yang dianggap lebih mudah perhitungannya menggunakan hasil nilai

yang diperoleh siswa.

1.6.2 Model pembelajaran kooperatif merupakan sebuah pengembangan

teknik belajar bersama yang melibatkan siswa yang belajar dan

bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan

belajar.

1.6.3 Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II adalah satu jenis

(29)

satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian

materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada

anggota lain dalam kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw II adalah setiap kelompok berkompetisi untuk

mendapatkan penghargaan kelompok (group reward). Dengan cara

siswa belajar dalam kelompok yang melakukan tiga kali diskusi

yaitu diskusi kelompok asal, kelompok ahli dan kemudian kembali

ke kelompok asal dimana masing-masing ahli mempunyai tanggung

jawab akan tugasnya dalam kelompok.

1.6.4 Minat Belajar merupakan ketertarikan seseorang dengan dasar

perasaan senang terhadap suatu objek maupun kegiatan yang akan

(30)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Di dalam bab ini, diuraikan kajian pustaka yang akan digunakan untuk

memecahkan masalah dalam penelitian ini. Pembahasan tentang teori ini berisi

tentang kajian teori, kerangka berpikir, hipotesis tindakan.

2.1. Kajin teori 2.1.1. Belajar

2.1.1.1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh tiap individu yang

bertanggung jawab, yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan dan

pengalaman dalam kehidupan sehari-hari dan mempunyai tujuan untuk mencapai

suatu tujuan tertentu yang ingin dicapai. Belajar menurut Slameto (2003:13)

merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan linngkungannya. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia (2008:24), belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan

untuk mengetahui sesuatu yang belum pernah dikuasai maupun keterampilan.

Dengan kata lain, belajar merupakan suatu proses untuk mencapai maupun

memperoleh suatu hal yang sama sekali belum pernah dicapai.

Menurut Syah (2003:63) belajar yaitu kegiatan yang berproses dan

merupakan unsur yang sangat fundamental dalam menyelenggarakan setiap jenis

dan jenjang pendidikan. Menurut Hilgard dalam Wens Tanlain (2007:6)

(31)

bahwa”belajar adalah suatu proses dan melalui proses itu terjadi pendidikan serta

proses ini terjadi dalam diri anak sejak ia lahir”.

Dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan usaha yang harus dilakukan

untuk memenuhi target dan tujuan tertentu yang ingin dicapai.

2.1.1.2.Ciri-Ciri Belajar

Pada dasarnya belajar merupakan tingkah laku seseorang, perubahan dari

tidak tahu menjadi tahu karena pengalaman yang telah dialaminya, seperti yang

dikemukakan Djamarah (2002 : 15) bahwa cirri-ciri belajar ialah mengacu pada

adanya perubahan yang terjadi secara sadar, bersifat fungsional, bersifat positif,

tidak bersifat sementara, bertujuan , terahah, serta mencakup seluruh aspek

tingkah laku. Ciri-ciri belajar menurut Baharuddin (2002:15) sebagai berikut:

a) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingklah laku (change

behavior

b) Perubahan tingkah laku relative permanent

c) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat

proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat

potensial.

d) Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.

e) Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.

Menurut Soekamto dan Winataputra dalam Baharuddin (2002:16) dalam

proses belajar guru perlu memperhatikan beberapa prinsip belajar berikut:

a) Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang

lain.

(32)

c) Siswa dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung

pada setiap langkah yang dapat dilakukan selama proses belajar.

d) Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa

akan membuat proses belajar lebih berarti.

e) Motivasi siswa akan lebih meningkat apabila diberi tanggung jawab dan

kepercayaan penuh atas belajarnya.

Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku yang mana

perubahan tersebut dapat menyebabkan tingkah laku seseorang menjadi lebih baik

atau bahkan menjadi buruk yang dipengaruhi oleh hal-hal yang sedang dipelajari

oleh seseorang tersebut.

2.1.1.3.Prinsip – Prinsip Belajar

Menurut Slameto (2010:27), seorang guru atau calon guru perlu

mengetahui prinsip-prinsip belajar yang harus dilaksanakan dalam situasi kondisi

yang berbeda oleh setiap siswa secara individual. Prinsip belajar dibedakan

berdasarkan prasyarat yang diperlukan sesuai hakikat belajar sesuai bahan yang

harus dipelajari dan syarat keberhasilan belajar.

Berdasarkan prasyarat tersebut yang diperlukan untuk belajar siswa harus

diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat, dan membimbing untuk

mencapai tujuan instruksional. Siswa tidak hanya belajar dalam lingkungan

formal namun juga lingkungan sekitar untuk menambah motivasi siswa dan

menghubungkan teori yang diperoleh di lembaga formal dengan lingkungan

(33)

2.1.2. Prestasi Belajar

2.1.2.1. Pengertian Prestasi Belajar

Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia, prestasi berarti hasil yang telah

dicapai (dari yang telah dilakukan atau dikerjakan). Menurut Bloom dalam

Suprijono (2009:6) hasil belajar mempunyai cakupan kemampuan

kognitif,afektif,dan psikomotorik. Menurut Masidjo (1995), hasil belajar adalah

segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar.

Belajar yang dilakukan oleh siswa menyangkut tiga bidang yaitu ranah kognitif

(pengetahuan dan pemahaman), afektif (perasaan, minat, motivasi, sikap, dan

nilai), dan psikomotoris (pengamatan dan gerakan-gerakan motorik), menurut

Winkel (1991:162) “prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai”.

Menurut Arifin (1988:3) bahwa “prestasi belajar adalah kemampuan, ketrampilan,

dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal. Jadi dapat disimpulkan

bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai setelah seseorang

melakukan kegiatan tertentu. Menurut Arifin (1988:3) prestasi belajar mempunyai

beberapa fungsi utama sebagai berikut:

a) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas

pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.

b) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

c) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi

pendidikan

d) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern suatu

institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi

(34)

pendidikan asumsinya adalah bahwa kurikulun yang digunakan

relevan dengan kebutuhan masyarakat anak didik . Indikator

ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar

dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan anak didik di

masyarakat.

e) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap

(kecerdasan) anak didik

Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang

dinyatakan dalam bentuk simbol-simbol, angka, huruf, atau kalimat yang dapat

mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap peserta didik dalam periode

tertentu (Tirtonegoro, 1984:24). Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2008) merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau

angka hasil yang diberikan oleh guru.

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan hasil dari

suatu proses dan usaha dengan target tertentu sesuai dengan yang ingin dicapai

disamping itu juga kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik merupakan

suatu akibat dari interaksi aktif dari berbagai factor yang mempengaruhi dari

dalam maupun luar individu. Dalam penelitian ini peneliti mengkhususkan

pengambilan data hasil prestasi belajar dengan menggunakan data penilaian

(35)

2.1.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di bawah ini akan

dijabarkan beberapa hal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar (Ahmadi,

1991:130 – 131).

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri anak.

Faktor internal meliputi faktor jasmani, psikologis, potensial, serta faktor

kematangan fisik maupun psikis. Berikut akan dijabarkan beberapa faktor

internal tersebut:

1) Faktor Jasmani

Menurut Slameto (1988:56 – 57) faktor jasmani meliputi

faktor kesehatan dan juga cacat tubuh. Seseorang yang mempunyai

kondisi tubuh yang sehat, maka seseorang tersebut akan dapat

belajar dengan baik. Ia akan mampu menguasai apa yang sedang ia

pelajari terganggu oleh kondisi fisik yang kurang baik. Cacat pada

tubuh juga sangat mempengaruhi prestasi belajar, hal ini dapat

terlihat apabila anak memiliki cacat tubuh dan bersekolah.

2) Faktor Psikologis

Faktor psikologis ini terdiri faktor intelektif dan non

intelektif. Faktor intelektif terdiri dari faktor potensial (bakat) dan

(36)

hal-hal yang berkaitan dengan kepribadian. Berikut akan

dijabarkan faktor intelektif dan faktor non intelektif (Slameto,

1988:57 – 59).

a) Faktor Intelektif

(1) Faktor Potensial

Faktor potensial merupakan kecerdasaan atau bakat

yang telah dimiliki oleh anak. Bakat sangat mempengaruhi

prestasi belajar dikarenakan apabila anak belajar sesuai

dengan bakatnya maka anak tersebut akan memperoleh

hasil belajar yang baik. Maka dari itu orang tua perlu

mengetahui bakat apa yang dimiliki oleh anaknya. Hal ini

di maksudkan supaya orang tua membantu anak untuk

mengembangkan bakat yang telah dimilikinya (Slameto,

1988:59).

(2) Faktor Kecakapan Nyata

Faktor kecakapan nyata mempengaruhi prestasi

belajar anak dikarenakan faktor kecakapan nyata yaitu

prestasi yang telah dimilliki oleh anak. Apabila anak

tersebut pernah memiliki prestasi maka anak tersebut akan

termotivasi untuk mendapatkan prestasi lagi (Slameto,

(37)

b) Faktor Non Intelektif

Faktor non intelektif ini terdiri dari beberapa hal yang

berkaitan dengan kepribadian, seperti halnya minat, motivasi,

kematangan, kesiapan, perhatian, serta kebutuhan (Slameto,

1988:58 – 61).

(1) Minat

Minat menurut Slameto (1988:59) merupakan

kecenderungan yang dimiliki seseorang secara tetap,

digunakan untuk memperhatikan maupun untuk mengingat

beberapa kegiatan. Minat sangat mempengaruhi prestasi

belajar, dikarenakan apabila anak belajar tidak sesuai

dengan minatnya maka anak tersebut tidak dapat belajar

secara optimal.

(2) Motivasi

Motivasi sangat mempengaruhi prestasi belajar, hal

ini dikarenakan motivasi sangat dibutuhkan anak dalam

kegiatan belajar. Motivasi yang dapat diberikan anak

supaya anak dapat belajar dengan optimal yaitu dengan

memberikan latihan-latihan kepada anak. Dengan adanya

latihan-latihan tersebut anak akan termotivasi untuk belajar

(38)

(3) Kematangan

Kematangan merupakan suatu tingkat pertubuhan

di mana alat-alat tubuh yang dimiliki seseorang sudah siap

untuk memperoleh serta melaksanakan kecakapan maupun

kemampuan yang baru (Slameto, 1988:60)

(4) Kesiapan

Kesiapan menurut James Drever dalam Slameto

(1988:61) merupakan “preparedness to respond or react”

yang berarti bahwa seseorang sudah memiliki kesiapan

untuk menanggapi beberapa hal.

(5) Perhatian

Perhatian sangat mempengaruhi prestasi belajar

siswa. Hal ini dapat dilihat pada anak yang perhatiannya

tidak terpusat pada apa yang sedang dia pelajari maka anak

tersebut tidak akan bisa menguasai dengan baik hal yang

sedang ia pelajari sehingga hasil belajarnya tidak akan

mendapat hasil yang maksimal.

(6) Kebutuhan

Kebutuhan sangat mempengaruhi prestasi belajar,

hal ini dapat terlihat jika anak telah memiliki kesadaran

(39)

hingga anak tersebut akan belajar dengan baik. Akan tetapi

apabila anak tersebut tidak mempunyai kesadaran akan

pentingnya belajar maka anak tersebut tidak akan dapat

belajar dengan baik dan akan memperoleh hasil yang

kurang memuaskan.

3) Faktor Kematangan Fisik maupun Psikis

Faktor kematangan fisik maupun psikis ini mempengaruhi

prestasi belajar anak, hal ini dikarenakan apabila anak telah

memiliki kematangan baik secara fisik maupun psikis maka anak

tersebut akan lebih mudah untuk dapat memperoleh prestasi yang

anak inginkan.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri

anak. Faktor eksternal meliputi faktor sosial, budaya, lingkungan fisik,

serta lingkungan spiritual. Berikut ini akan diuraikan beberapa hal

yang termasuk faktor eksternal:

1) Faktor Sosial

Faktor sosial merupakan faktor di mana anak berinteraksi

dengan orang lain maupun dengan masyarakat sekitar dimana anak

tersebut tinggal. Berikut akan dijabarkan beberapa hal yang

(40)

a) Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga di sini dapat dilihat dari cara

orang mendidik anak, hubungan anak dengan anggota

keluarga, suasana yang ada di rumah, keadaan ekonomi

keluarga, serta pengertian orang tua kepada anak (Slameto,

1988:62 – 66).

b) Lingkungan Sekolah

Lingkungan ekolah terdiri dari metode mengajar di

kelas, kurikulum yang digunakan oleh sekolah, hubungan

guru dengan siswa, kedisiplinan sekolah, alat pengajaran,

waktu yang ditetapkan sekolah, standar pelajarn di atas

ukuran, keadaan gedung, motode belajar, serta tugas rumah

(Slameto, 1988:66 – 72

c) Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat juga mempengaruhi

prestasi belajar anak. Hal ini dapat terlihat apabila anak

berada di lingkungan masyarakat yang terpelajar yang baik

maka anak tersebut akan terdorong untuk belajar serta

mewujudkan cita-citanya tersebut. Sedangkan anak yang

tinggal di lingkungan masyarakat yang tidak begitu

mempedulikan pendidikan maka anak tersebut akan malas

(41)

d) Lingkungan Kelompok

Lingkungan kelompok yang dimaksud ialah

lingkungan di mana tempat anak bergaul dengan

teman-temannya. Apabila anak bergaul dengan anak yang suka

bermainplay station dan tidak belajar, maka anak tersebut

akan mengikuti kegiatan yang dilakukan temannya. Anak

tersebut untuk menjadi malas untuk belajar dan akan

memilih mengikuti temannya untuk ikut bermain play

station.Sedangkan untuk anak yang bergaul dengan teman

yang suka belajar bersama maka anak tersebut akan terlibat

aktif dalam kegiatan temannya dan akan lebih

mementingkan belajar daripada bermain. Hal possitif

lainnya yaitu prestasi anak yang bergaul dengan anak yang

suka belajar akan lebih tinggi prestasinya dibandingkan

dengan anak yang hanya suka bermain.

2) Faktor Budaya

Faktor budaya meliputi keadaan budaya di mana anak

tersebut hidup dan berkembang. Anak dapat mencapai prestasinya

apabila di dalam lingkungan tersebut menerapkan akan

pentingnya budaya belajar serta menghargai benar akan

(42)

3) Faktor Lingkungan Fisik

Faktor lingkungan fisik merupakan faktor yang meliputi

fasilitasyang ada guna menunjang anak untuk mencapai

prestasinya. Fasilitas yang di maksud dapat berupa rumah,

fasilitas belajar, dan keadaan iklim. Apabila fasilitas yang

dibutuhkan anak sudah terpenuhi dengan baik maka anak akan

lebih mudah untuk mencapai prestasinya. Anak akan belajar

dengan optimal apabila alat-alat tulis serta buku pelajaran sudah

terpenuhi dengan baik.

4) Faktor Lingkungan Spiritual

Lingkungan spiritual adalah lingkungan di mana anak

mendekatkan diri kepada Tuhan. Sesuatu hal yang ada di dunia

ini tidak akan berjalan lancar apabila tidak ada campur tangan

dari Tuhan. Ada beberapa macam cara yang dapat dilakukan

untuk mendekatkan diri dengan Tuhan yaitu anak diajak untuk

pergi ke sembahyang, mensyukuri atas semua karunia yang telah

di beri oleh Tuhan, mengajarkan kepada anak untuk berdoa

sebelum melaksanakan kegiatan.

2.1.3. Minat

2.1.3.1. Pengertian Minat

Menurut H.C. Witherington yang dikutip Arikunto (1983)., “Minat adalah

(43)

mengandung kaitan dengan dirinya.” Batasan ini lebih memperjelas pengertian

minat tersebut dalam kaitannya dengan perhatian seseorang. Perhatian adalah

pemilihan suatu perangsang dari sekian banyak perangsang yang dapat menimpa

mekanisme penerimaan seseorang. Orang, masalah atau situasi tertentu adalah

perangsang yang datang pada mekanisme penerima seseorang , karena pada suatu

waktu tertentu hanya satu perangsang yang dapat disadari. Maka dari sekian

banyak perangsang tersebut harus dipilih salah satu. Perangsang ini dipilih karena

disadari bahwa ia mempunyai sangkut paut dengan seseorang itu. Kesadaran yang

menyebabkan timbulnya perhatian itulah yang disebut minat.

Slameto (2010 : 180), Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa

ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Sumadi

Suryabrata (2002:68) definisi minat adalah “Suatu rasa lebih suka dan rasa

ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh”. Minat pada

dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan

sesuatu hal diluar dirinya. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin

besar minatnya. Minat dapat diartikan sebagai “Kecenderungan yang tinggi

terhadap sesuatu, tertarik, perhatian,gairah dan keinginan”. Pendapat lain tentang

pengertian minat yaitu yang diungkapkan oleh T. Albertus yang diterjemahkan

Sardiman A.M, minat adalah “Kesadaran seseorang bahwa suatu obyek,

seseorang, suatu soal maupun situasi yang mengandung sangkut paut dengan

dirinya” (2006:32).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa minat merupakan dorongan

(44)

2.1.3.2.Faktor yang mempengaruhi minat

Minat tidak akan timbul dengan sendirinya, tetapi minat dapat timbul

dengan adanya proses. Banyak factor yang mempengaruhi minat seseorang akan

hal-hal tertentu. Pendapat tersebut sejalan dengan yang dikemukakan Sudarsono

(1980:12), faktor-faktor yang menimbulkan minat dapat digolongkan sebagai

berikut :

a) Faktor kebutuhan dari dalam. Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan

yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan.

b) Faktor motif sosial, Timbulnya minat dalam diri seseorang dapat

didorong oleh motif sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan

pengakuan, perhargaan dari lingkungan dimana ia berada.

c) Faktor emosional. Faktor ini merupakan ukuran intensitas seseorang

dalam menaruh perhatian terhadap sesuat kegiatan atau objek tertentu

Miflen & Miflen (2003:114) mengemukakan ada dua faktor yang

mempengaruhi minat belajar peserta didik, yaitu :

1. Faktor dari dalam yaitu sifat pembawaan

2. Faktor dari luar, diantaranya adalah keluarga, sekolah dan masyarakat

atau lingkungan.

Menurut Crow and Crow yang dikutip (Mahmud, 2001:56) yang

menyebutkan bahwa ada tiga faktor yang mendasari timbulnya minat seseorang

yaitu :

(45)

Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan

jasmani dan kejiwaan.

2. Faktor motif sosial.

Timbulnya minat dari seseorang dapat didorong dari motif sosial

yaitu kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan dan lingkungan dimana

mereka berada.

3. Faktor emosional.

Faktor ini merupakan ukuran intensitas seseorang dalam menaruh

perhatian terhadap sesuatu kegiatan atau obyek tertentu.

Menurut Taufani (2008:38), ada tiga factor yang mendasari timbulnya

minat yaitu:

1. Factor dorongan dalam, yaitu dorongan dari individu itu sendiri,

sehingga timbul minat untuk melakukan aktivitas atau tindakan

tertentu untuk memenuhinya. Misalnya, dorongan untuk belajar dan

menimbulkan minat untuk belajar.

2. Factor motivasi social, yaitu factor untuk melakukan suatu aktivitas

agar dapat diterima dan diakui oleh lingkungannya. Minat ini

merupakan semacam kompromi pihak individu dengan lingkungan

sosialnya. Misalnya minat pada studi karena ingin mendapatkan

penghargaan dari orangtuanya

3. Factor emosional,yakni minat erat hubungannya dengan emosi karena

factor emosional selalu menyertai seseorang dalam berhubungan

(46)

2.1.3.3. Ciri-ciri Minat Belajar

Menurut Slameto (2010:57), siswa yang berminat memiliki kecenderungan

untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang

disenangi seseorang akan diperhatikan secara terus menerus sehingga seseorang

mempunyai kepuasan tersendiri.

Dari penjabaran tersebut dapat disimpulkan bahasa siswa yang mempunyai

minat untuk belajar memiliki perhatian penuh, suka dan senang melalui partisipasi

dan ke ikut sertaannya dalam kegiatan yang berhubungan dengan yang dipelajari.

Ciri-ciri minat belajar dapat dijadikan pula sebagai indicator minat belajar seperti

yang diungkapkan oleh Isnandar (2012:14),yaitu :

a) Ekspresi perasaan senang, yang meliputi : 1) dimana siswa mampu mengikuti pelajarn dengan antusias;2) disaat guru memberikan tugas kepada siswanya,siswa tidak mengeluh; 3) siswa dating tepat waktu sebelum pelajaran dimulai atau dilaksanakan; 4)siswa secara mandiri menyiapkan peralatan pelajaran.contohnya buku; 5)dan siswa siap mengikuti pelajaran dengan duduk tenang untuk belajar.

b) Perhatian dalam mengikuti pelajaran, yang meliputi: 1) siswa mampu aktif menjawab pertanyaan disaat pelajaran berlangsung:2) siswa menyimak penjelasan guru dengan seksama;3)siswa tidak melamun didalam kelas;4) dan siswa tidak mengobrol atau memngganggu teman lain ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung.

c) Ketertarikan siswa pada materi, yang meliputi:1) siswa giat membaca buku pelajaran;2)siswa membaca materi pelajaran sebelum diajarkan oleh guru;3) siswa membuat catatan pelajaran;4) siswa berusaha dan serius menyelesaikan tugas yang diberikan guru.

d) Ketertarikan siswa pada metode guru, yang meliputi: 1) siswa menanyakan kesulitan yang dialami; 2) siswa menunjukkan sikap yang antusias dan memperhatikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan metode pembelajaran yang diajarkan guru.

(47)

Berdasarkan pemaparan dari Isnandar tersebut, dapat disimpulkan bahwa

indicator minat belajar terdiri dari: perasaan senang, perhatian dalam mengikuti

pelajaran dan tertarik dalam materi dan metode yang disampaikan guru, dan siswa

mampu untuk ikut serta dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan pemaparan

tersebut peneliti menyimpilkan kembali indicator minat belajar terdiri dari:

adanya perasaan senang, adanya perhatian ,adanya kemauan untuk

mengembangkan , dan adanya keterlibatan diri.

2.1.4. Model Pembelajaran Kooperatif 2.1.4.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Lie (2007:28) mengatakan bahwa falsafah yang mendasari model

pembelajaran gotong royong adalah falsafah homo hominis socius. Falsafah ini

menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kerja sama merupakan

kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerjasama

tidak akan ada individu, keluarga, organisasi atau sekolah. Model pembelajaran

Cooperative Learning atau gotong royong adalah sistem pengajaran yang

memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa

dalam tugas-tugas terstruktur.

Dalam pembelajaran Cooperative Learning siswa bisa juga mengajar

dengan sesama siswa yang lainnya. Dalam sistem ini, guru bertindak sebagai

fasilitator. Suasana belajar Cooperative Learning dapat menghasilkan prestasi

yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif, dan penyesuaian psikologi yang

lebih baik daripada suasana belajar yang penuh persaingan dan

memisah-misahkan siswa menurut Johnson & johnson (dalam Lie, 2007:29) Roger dan

(48)

kelompok bisa dianggap Cooperative Learning”. Untuk mencapai hasil yang

maksimal, perlu diterapkan lima unsur pembelajaran Cooperative Learning (Lie,

2007:31) yaitu:

a. Saling Ketergantungan Positif

Dalam model pembelajaran kooperatif pengajar perlu menciptakan

suasana yang mendorong anak-anak merasa saling membutuhkan satu

sama lain. Pengajar dapat menciptakan kelompok kerja yang efektif yaitu

dengan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota

kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa

mencapai tujuan mereka. Dalam model pembelajaran kooperatif siswa

yang kurang mampu tidak akan merasa minder terhadap rekan-rekan

mereka karena mereka juga memberi sumbangan. Justru mereka akan

merasa terpacu untuk meningkatkan usaha mereka dan dengan demikian

menaikkan nilai mereka. Sebaliknya siswa yang lebih pandai juga tidak

akan merasa dirugikan karena rekannya yang kurang mampu juga telah

memberikan bagian sumbangan mereka.

b. Tanggung Jawab Perorangan

Setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan

yang terbaik, jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model

pembelajaran kooperatif. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok

adalah persiapan guru dalam penyusunan tugas. Pengajaran yang efektif

dalam model pembelajaran kooperatif membuat persiapan dan menyusun

tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus

(49)

pertama kali dikembangkan oleh Aronson dkk di Universitas Texas.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model

pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari

4-5 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan

setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari

materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota

kelompok yang lain.

c. Tatap Muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk saling bertatap

muka, sehingga mereka dapat saling berdiskusi, interaksi semacam ini

memungkinkan anak-anak dapat saling menjadi sumber belajar. Anak

anak sering merasa lebih mudah belajar dengan teman sesamanya daripada

belajar dari guru. Interaksi tatap muka memungkinkan terciptanya sumber

belajar yang bervariasi, sehingga dapat mengoptimalkan pencapaian hasil

belajar.

d. Komunikasi Antar anggota

Siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara.

Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kesediaan para anggotanya

untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka mengutarakan

pendapat mereka. Proses komunikasi antar kelompok merupakan proses

yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya

pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional

(50)

e. Evaluasi Proses Kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kelompok untuk mengevaluasi proses kerja

kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama

dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali

kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah

beberapa kali siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran kooperatif.

Menurut Slavin (2005:4) model kooperatif merujuk pada berbagai macam

pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk

saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam

kelas pembelajaran kooperatif, para siswa diharapkan untuk mampu saling

membantu, saling berdiskusi dan berargumentasi. Hal ini dilakukan untuk

mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan

dalam pemahaman masing-masing.

Dari penjelasan tersebut, pembelajaran kooperatif tidak hanya belajar

dalam kelompok saja, tetapi juga melibatkan proses kerja. Seperti yang ditegaskan

oleh Sugandi dalam Rusman bahwa belajar kooperatif lebih dari belajar dalam

kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif terdapat struktur

dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan interaksi

yang terbuka dan hubungan yang bersifat interdepensi efektif diantara anggota

kelompok.

2.1.4.2. Macam-Macam Pembelajaran Kooperatif

Menurut Trianto (2010:67) macam-macam pembelajaran kooperatif

(51)

a.Tipe Number Heads Together (NHT)

Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993). Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.

b.Tipe Team Assisted Individualization (TAI)

Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini merupakan model kelompok berkemampuan heterogen.Siswa belajar pada aspek khusus pembelajaran secara individual. Anggota tim menggunakan lembar jawab yang digunakan untuk saling memeriksa jawaban teman se-tim, dan semua bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban pada akhir kegiatan. Diskusi terjadi pada saat siswa saling mempertanyakan jawaban yang dikerjakan teman sekelompoknya. c. Tipe Teams Games-Tournament (TGT)

TGT menekankan adanya kompetisi, kegiatannya seperti STAD, tetapi kompetisi dilakukan dengan cara membandingkan kemampuan antar anggota tim dalam suatu ‘turnamen’. Kemudian diambil nilai dari hasil turnamen dan juga dengan memberikan penghargaan kepada tim yang berhasil.

d.Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD).

Metode ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan -kawannya dari Universitas John Hopkins. Metode ini dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan paling langsung dari pembelajaran kooperatif. Para guru menggunakan metode STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu baik melalui penyajian verbal mupun tertulis.

e.TipeJigsaw

Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan- kawannya dari Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawannya. Melalui metode Jigsaw kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Bahan-bahan akademik di sajikan kepada siswa dalam bentuk teks, dan tiap siswa bertanggung jawab mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut. Para anggota dari tim yang berbeda memiliki tanggung jawab mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa seperti ini disebut “kelompok pakar” (expert group). Selanjutnya, para siswa yang berada pada kelompok pakar kembali ke kelompok semula(home teams)untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajarai dalam kelompok pakar. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam(home teams).

f. Tipe Group Investigation (GI)

(52)

(group process skills).Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan.

2.1.4.3.Manfaat Penggunaan Model Kooperatif

Menurut Karli dan Yuliaritaningsih (2002:72), kelebihan dari

pembelajaran model kooperatif yaitu antara lain; dapat melibatkan siswa secara

aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan ketrampilannya dalam

suasana pembelajaran yang bersifat terbuka dan demokratis; dapat

mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang telah dimiliki oleh siswa ;

dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap,nilai, dan ketrampilan –

ketrampilan social untuk diterapkan dalam kehidupan di masyarakat, siswa tidak

hanya sebagai obyek belajar melainkan sebagai subjek belajar karena siswa

mampu menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya, siswa dilatih untuk bekerjasama,

karena bukan hanya materi yang dipelajari namun juga tuntutan untuk

mengembangkan potensi dirinya secara optimal demi kesuksesan kelompoknya;

serta member kesempatan pada siswa untuk belajar memperoleh dan memahami

pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung sehingga lebih bermakna untuk

dirinya.

Menurut Sugiyanto (2009:43), terdapat banyak nilai dari model

pembelajaran kooperatif. Pembelajaran Kooperatif mempermudah siswa

melakukan penyesuaian social yang meliputi meningkatkan kepekaan dan

kesetiakawanan social antara lain: saling belajar mengenai sikap, ketrampilan,

informasi, perilaku social, dan pandangan-pandangan, berkembangnya nilai-nilai

(53)

membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa, berbagai

ketrampilan social yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling

membutuhkan dapat diajarkan atau dipraktekan, meningkatkan rasa percaya

sesame manusia, meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari

berbagai perpektif, meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lainyang

dirasa lebih baik, serta meningkatkan kegemaran berteman tanpa memilih atau

membedakan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas social,

agama dan orientasi tugas.

Dari penjelasan tersebut terdapat kemiripan dari dua pemaparan ahli yang

semua terpusat pada siswa untuk aktif dan bekerjasama dalam pengerjaan tugas

kelompoknya.

2.1.5. Model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw II

2.1.5.1.Pengertian Model pembelajaran Kooperatif TipeJigsaw II

Teknik mengajar denganJigsaw IIdikembangkan oleh Elliot Aronson dan

kawan-kawan dari Universitas Texas yang kemudian diadaptasi oleh Slavin dan

kawan-kawan (Sugiyanto, 2009:45). Menurut Triyanto (2010:75) pengertian

Jigsaw II yang dikembangkan oleh Slavin, bahwa dalam pembelajaran setiap

siswa akan memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep sebelum

siswa belajar spesialisasinya untuk menjadi expert. Hal tersebut bertujuan agar

siswa dapat mempunyai gambaran tentang hal yang akan dibahas.

Menurut Rusman (2011:218) memberikan penjelasan bahwa penjelasan

teknik Jigsaw, siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan

pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan

(54)

bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II diawali dengan pengenalan

topik yang dibahas oleh guru. Guru dapat menuuliskan di papan tulis, white

board,penanyanganpower pointdan sebagainya.

Berdasarkan pemaparan yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II merupakan pembelajaran

yang dilakukan dengan cara pembentukan kelompok kecil yang memerlukan

seluruh anggota kelompok untuk terlibat dan bekerja sama serta bertanggung

jawab terhadap kelompok, keberhasilan materi sehingga mampu untuk

menyampaikan informasi kepada kelompok lain.

2.1.5.2. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif TipeJigsaw I,II,III

Peneliti sebelumnya menemukan beberapa model pembelajaran kooperatif

teknikJigsaw I, Jigsaw II, Jigsaw III.

a.Jigsaw I

Tipe Jigsawini pertama kali dikembangkan oleh Aronson (1975).

Menurut Huda (2012:120) dalam teknik Jigsaw siswa akan ditempatkan

dalam kelompok-kelompok kecil yang masing-masing terdiri dari 5

anggota yang dikenal sebagai ‘Kelompok Asal”. Setiap kelompok

diberiikan informasi yang membahas satu materi atau topic dari materi

pelajaran saat itu. Melalui informasi yang diperoleh kelompok ini,

masing-masing anggota kelompok harus mempelajari bagian yang

berbeda dari informasi tersebut. Setelah mempelajari secara mandiri,

setiap kelompok harus membuat kelompok baru sesuai dengan bagian

materi yang sama. Kelompok baru ini dikenal dengan istilah “kelompok

(55)

mencari cara terbaik untuk memberikan penjelasan untuk teman-teman

dari kelompok sebelumnya. Setelah diskusi selesai masing-masing siswa

kembali ke kelompok asal untuk menyampaikan informasi yang telah

diperolehnya. Setelah selesai siswa diuji dengan mengerjakan soal

evaluasi atau kuis secara individu untuk mengetahui sejauh mana

pemahaman yang mereka dapat dari materi yang dipelajari. Skor yang

diperoleh setiap anggota kelompok dari hasil evaluasi/kuis akan

menentukan skor yang diperoleh kelompok mereka.

b. Jigsaw II

Ketika Aronson (1975) mengembangkan Jigsaw untuk pertama

kalinya, Slavin (1989) mengadopsi dan memodifikasi Jigsaw tersebut

yang dikenal dengan Jigsaw II. Menurut Huda (2012:118) pelaksaan

Jigsaw IIhampir sama dengan Jigsaw I. Perbedaannya padaJigsaw II

siswa mendapat kesempatan untuk mempelajari materi secara

menyeluruh yang kemudian hal tersebut dijelaskan oleh Trianto

(2010:75), bahwa;

“Ada perbedaan mendasar antara pembelajaran Jigsaw I dan

Jigsaw II , kalau pada tipe I, awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu yang akan menjdai spesialisasinya sementara konsep-konsep yang lain ia dapatkan melalui diskusi dengan teman segrupnya. Pada tipe II ini setiap siswa memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep (scan read)

sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadiexpert. hal ini untuk memperoleh gambaran menyeluruh dari konsep yang dibicarakan.”

Hal lain yang membedakan adalah adanya penghargaan

atau reward untuk individu atau kelompok pada akhir

(56)

mengatakan bahwa Jigsaw I tidak ada penghargaan khusus untuk

individu ataupun kelompok, sedangkan dalam Jigsaw II

“kompetisi” lebih terlihat jelas,sebab penghargaan akan diberikan

berdasarkan peforma masing-masing anggota. Setiap kelompok

akan memperoleh poin tambahan jika masing-masing anggotanya

menunjukkan peningkatan performa dibandingkan sbelumnya saat

mengerjakan soal atau kuis. Penghargaan tersebut dipercaya akan

meningkatkan kerjasama antar kelompok (Sharan, 2012:58)

c. Jigsaw III

TipeJigsaw IIIdikembangkan oleh Kagan (1990). Menurut

Kagan (1990) dalam Huda (2012:122) mengemukakan bahwa

Jigsaw III lebih focus diterapkan dalam kelas-kelas bilingual, jadi

sangat berbeda dengan Jigsaw sebelumnya yang dapat diterapkan

pada semua mata pelajaran. Menurut Huda (2012:122)

menjelaskan bahwa kelas bilingual diartikan sebagai kelas yang

diartikan sebagai kelas yang di dalamnya terdapat para pembelajar

bahasa Inggris dari berbagai daerah, maka pelaksanaan jigsaw III

materi, bahan, lembar kerja, dan kuisnya juga menggunakan

bahasa Inggris.

Dari pemaparan diatas sudah Nampak bahwa masing-masing teknikjigsaw

I ,jigsaw II dan jigsaw III mempunyai perbedaan yang tidak terlalu menonjol

dalam pelaksaannya. Lebih jelasnya perbedaan jigsaw I, jigsaw II dan jigsaw III

(57)

Table 1. Perbedaan jigsaw I, jigsaw II dan jigsaw III

Jigsaw I Jigsaw II Jigsaw III

Persamaan

1. sama-sama masuk dalam kerja kelompok kecil.

2. Mempunyai langkah-langkah pembelajaran yang sama, sebagai berikut:

a. Membentuk kelompok heterogen (terdiri 4-6 orang)

b. Tiap orang diberi tugas yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru (ahli)

c. Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan menjelaskan apa yang telah mereka bahas d. Tiap kelompok ahli mempresentasikan hasil diskusi.

Perbedaan konsep yang lain ia dapatkan melalui

3. Dapat diterapkan di semua mata menjadiexpert. hal ini untuk memperoleh

3. Dapat diterapkan di semua mata pelajaran

Dalam penelitian ini akan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipejigsaw II. Peneliti memilih menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw II, karena model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw IImemiliki

langkah-langkah yang efektif dibandingkan dengan Jigsaw I. Pada tipe Jigsaw II siswa

akan mendapat kesempatan untuk memperoleh kesempatan mempelajari seluruh

(58)

menjadi expert. Pada akhir kegiatan pembelajaran siswa akan mendapatkan

penghargaan (reward) yang bertujuan siswa dapat menumbuhkan minat untuk

belajar. Peneliti tidak menggunakan Jigsaw III karena pada SD Adisucipto I

belum memenuhi syarat pelaksanaanJigsaw III karena bukan merupakan sekolah

yang menggunakan kelas bilingual.

2.1.5.3. Langkah-langkah Model Kooperatif TeknikJigsaw II

Menurut Trianto (2010:239), model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw II

adalah sebagai berikut: tahap orientasi, guru menyampaikan tujuan pembelajaran

yang akan diberikan dengan menekankan manfaat dari penggunaan tipeJigsaw II,

dan guru selalu mengingatkan siswa untuk percaya diri dan kooperatif selama

kegiatan berlangsung. Peserta didik diminta untuk belajar konsep secara

keseluruhan (scan read) agar memperoleh gambaran keseluruhan dari konsep

yang akan dipelajari.

Pada tahap pengelompokan guru dapat mengelompokkan siswa

berdasarkan peringkat kemampuan siswa tanpa harus diketahui siswanya. Guru

membagi dalam 25% kelompok sangat baik, 25%݈݇݁݋݉݌݋݇ ܾܽ݅݇ ,

25%݈݇݁݋݉݌݋݇ ݏ݁݀ܽ݊݃,25%݈݇݁݋݉݌݋݇ ݎ݁݊݀ܽℎ. Pada masing-masing

kelompok tersebut guru dapat memberikan indeks misal indeks 1 untuk kelompok

sangat baik sampai pada indeks 4 untuk kelompok rendah. Misalkan A1 berarti

kelompok sangat baik,…,…., A4 group A dari kelompok rendah contohnya :

group A {ܣ1,ܣ2,ܣ3,ܣ4}, group B {ܤ1,ܤ2,ܤ3,ܤ4}, group C

Gambar

Tabel 31. Perbandingan Hasil Siklus I dengan Kondisi Awal dan Target
Gambar 5 Peningkatan Jumlah siswa yang mencapai KKM ........................................
Tabel 3. perkembangan skor kelompok
Tabel 4. Standar Kompetensi (SK) berdasarkan kurikulum tahun
+7

Referensi

Dokumen terkait

8.6.1.Guru dapat mengolah hasil penilaian proses pembelajar-an untuk berbagai tujuan pada setiap standar kompetensi teknik Pemelihara-an Mekanik Industri 8.7 Melakukan

PENGARW PDMBIRIAN KIAMBANC (Sattinid hote) YAnG DIFEnMTNTASI DtrNGAN TaAPANC rntt'd"" I''IC DALAM RAXSTM TERHADAP L{IU

Setelah itu peneliti membandingkan antara perilaku earnings management yang berada pada tahap growth dan mature, juga mature dan stagnant dan hasilnya terdapat

We offer you lots of varieties of link to get guide Battlemage (Age Of Darkness) By Stephen Aryan On is as you require this Battlemage (Age Of Darkness) By Stephen Aryan You can

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabilitas penampilan fenotipik dan variabilitas genetik berdasarkan pola pita RAPD tanaman manggis generasi M1

Mengingat impulse buying sangat memberikan manfaat bagi pelaku ritel, penelitian ini berusaha untuk mengkaji faktor-faktor yang ada di dalam diri konsumen meliputi

Dengan demikian, melalui proses pendidikan yang memanusiakan manusia melalui pembinaan kemampuan berfikir ilmiah, sentuhan hati yang beretika, dan pengembangan kejernihan jiwa

Setiap sasaran jangka pendek harus secara jelas terkait dengan satu atau beberapa sasaran jangka panjang dari strategi umum perusahaan. Kriteria Sasaran