• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1.9 Pembelajaran Matematika

Menurut Reyt (1994: 8) dalam Budi (2010) (http://budiusada. staff. fkip. uns. ac. id/tag/pembelajaran/), matematika adalah:

1) Studi pola dan hubungan (study of patterns and relationships) dengan demikian masing-masing topik yang ada dalam matematika saling berjalinan satu dengan yang lainnya yang membentuknya.

2) Cara berpikir (way of thinking) yaitu memberikan strategi untuk mengatur, menganalisis dan mensintesa data atau semua yang ditemui dalam masalah sehari-hari.

3) Suatu seni (an art) karena dalam matematika ditandai dengan adanya urutan dan konsistensi internal.

4) Sebagai bahasa (a language) karena matematika dipergunakan secara hati-hati dan didefinisikan dalam term dan simbol yang meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi sains, keadaan kehidupan riil, dan matematika itu sendiri.

5) Sebagai alat (a tool) karena matematika dipergunakan oleh setiap orang dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.

2.1.9.2. Landasan Pembelajaran Matematika

Muhsetyo (2008: 1.8-1.12) menyatakan bahwa guru matematika yang professional dan kompeten mempunyai wawasan landasan yang dapat dipakai dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran matematika. Wawasan itu berupa dasar-dasar teori belajar yang dapat diterapkan untuk pengembangan dan atau perbaikan pembelajaran matematika.

1. Teori Thorndike

didik sebagai selembar kertas putih, penerima pengetahuan yang siap menerima pengetahuan secara pasif. Pandangan belajar semacam ini mempunyai dampak terhadap pandangan mengajar. Mengajar dipandang sebagai perencanaan dari urutan bahan pelajaran yang disusun secara cermat, mengkomunikasikan bahan kepada peserta didik, dan membawa mereka untuk praktik menggunakan konsep atau prosedur baru. Konsep dan prosedur baru itu akan semakin mantap jika makin banyak praktik (latihan) dilakukan.

2. Teori Ausubel

Teori makna (meaning theory) dari Ausubel (Brownell dan Chazal) mengemukakan pentingnya pembelajaran bermakna dalam mengajar matematika. Kebermaknaan pembelajaran akan membuat kegiatan belajar lebih menarik, lebih bermanfaat, dan lebih menantang, sehingga konsep dan prosedur matematika akan lebih mudah dipahami dan lebih tahan lama diingat oleh pesera didik. Kebermaknaan yang dimaksud dapat berupa struktur matematika yang lebih ditonjolkan untuk memudahkan pemahaman (understanding).

3. Teori Jean Piaget

Menyatakan bahwa kemampuan intelektual anak berkembang secara bertingkat atau bertahap, yaitu (a) sensori motor (0-2 tahun), (b) pra operasional (2-7 tahun), (c) operasional konkret (7-11 tahun), dan (d) operasional ( 11 tahun). Teori ini merekomondasikan perlunya mengamati tingkatan perkembangan intelektual anak sebelum suatu bahan matematika diberikan, terutama untuk menyesuaikan

“keabstrakan” bahan matematika dengan kemampuan berfikir abstrak anak pada saat itu. Teori Jean Piaget juga menyatakan bahwa setiap makhluk hidup mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi belajar atau lingkungan. Keadaan ini memberi petunjuk bahwa orang selalu belajar untuk mencari tahu dan memperoleh pengetahuan, dan setiap orang berusaha untuk membangun sendiri pengetahuan yang diperolehnya.

4. Teori Vygotsky

Teori Vigostky berusaha mengembangkan model kontruktivistik belajar mandiri dari peaget menjadi belajar kelompok. Dalam membangun sendiri pengetahuannya, peserta didik dapat memperoleh pengetahuan melalui kegiatan yang beranekragam dengan guru sebagai fasilitator. Kegiatan itu dapat berupa diskusi kelompok kecil, diskusi kelas, mengerjakan tugas kelompok. Dengan kegiatan yang beragam, peserta didik akan membangun pengetahuannya sendiri melalui membaca, diskusi, Tanya jawab, kerja kelompok, pengamatan, pencatatan, pengerjaan dan presensi.

5. Teori Jerome Bruner

Teori ini berkaitan dengan perkembangan mental, yaitu kemampuan mental anak berkembang secara bertahap mulai dari sederhana ke yang rumit, mulai dari yang mudah ke yang sulit, dan mulai dari yang nyata konkret ke yang abstrak. Urutan tersebut dapat membantu peserta didik untuk mengikuti pelajaran dengan lebih mudah. Urutan bahan yang dirancang juga biasanya terkait usia dan umur anak.

Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk melaksanakan pembelajaran matematika yang baik dan sesuai dengan tujuan yang dicapai, seorang

guru harus memahami karakteristik siswa sesuai tingkat perkembangannya. Siswa usia Sekolah Dasar (usia 7-11 tahun) memasuki tahap operasional konkret sehingga guru hendaknya dalam menanamkan konsep saat pembelajaran matematika dimulai dengan memperkenalkan benda-benda yang nyata dan diketahui siswa, misalnya kelereng dan lidi untuk penyelesaian operasi hitung. Kemudian mengarahkan siswa untuk berpikir semi konkret dan pada akhirnya mengarahakan siswa pada hal yang abstrak. Selain itu dalam mengembangkan pengetahuannya siswa dapat memperoleh pengetahuan melalui kegiatan yang beraneka ragam. Kegiatan itu diantaranya diskusi, mengerjakan tugas kelompok, tugas bersama membuat laporan atau presentasi tentang sesuatu yang terkait dengan matematika. Oleh karena itu model pembelajaran Think Pair Share yang paling sesuai diterapkan untuk pembelajaran yang semacam itu. Dalam pembelajaran dengan model Think Pair Share siswa akan membangun pengetahuannya sendiri melalui diskusi, tanya jawab, kerja kelompok, pengamatan, persentasi. Sehingga siswa belajar dengan mengaitkan pada kehidupan sehari-hari dan benda konkret di sekitarnya.

2.1.9.3. Tujuan Pembelajaran Matematika

Menurut standar kompetensi dan kompetensi dasar tingkat SD/MI dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi

untuk satuan pendidikan dasar dan menengah menyatakan bahwa mata pelajaran Matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

2.1.9.4. Pembelajaran Matematika di SD

Menurut Gagne, Brings, dan Wager (dalam, Winataputra. 2008: 1. 19), pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses pembelajaran pada siswa. Sedangkan pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari (Muhsetyo, 2008: 1.26).

Berikut adalah pemaparan pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matematika.

1) Penanaman konsep dasar (Penanaman Konsep)

Yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika. Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru matematika yang abstrak.

2) Pemahaman Konsep

Yaitu lanjutan pembelajaran dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika. Pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian. Pertama,merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari pemahaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya.

3) Pembinaan Keterampilan

Yaitu pembelajaran lanjutan dari pemahaman konsep dan penanaman konsep. Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika. Seperti halnya pada pemahaman konsep, pembinaan keterampilan juga terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dan pemahaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pembinaan keterampilan dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tapi masih merupakan lanjutan dari penanaman dan

pemahaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman dan pemahaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya (Heruman, 2010: 2-3).

Berdasar uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap pembelajaran pasti memiliki tahapan-tahapan tersendiri, begitu juga dengan pembelajaran matematika yang memiliki tiga tahapan di atas, tiga tahapan tersebut saling berkesinambungan. Dalam melaksanakan tiga tahapan di atas guru tidak boleh lepas dari landasan pembelajaran matematika yang ada. Agar pembelajaran matematika yang berlangsung dapat memberikan kebermaknaan konsep bagi siswa sehingga siswa dapat memiliki kompetensi yang diharapkan dengan begitu tujuan matematika tercapai.

2.1.10.Materi Pembelajaran

Dokumen terkait