• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING Rima Buana P, Suhartik Wahyuni, Qurnia Ni’matul, dan Adelina Ratna Sari A

Dalam dokumen Pengertian Problem Based Learning ( PBL ) (Halaman 92-97)

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING Rima Buana P, Suhartik Wahyuni, Qurnia Ni’matul, dan Adelina Ratna Sari A

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN FISIKA

Oktober 2012

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING Rima Buana P, Suhartik Wahyuni, Qurnia Ni’matul, dan Adelina Ratna Sari A.

Universitas Negeri Malang

ABSTRAK:Cooperative learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Model ini berbasis pada teori belajar kognitif dan teori belajar sosial. Langkah-langkah

pembelajaran menurut cooperative learning dibagi dalam beberapa langkah dengan urutan indikator yaitu: menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, menyajikan informasi,

mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, membimbing kelompok belajar, evaluasi, dan memberikan penghargaan. Untuk pengelolaan kelas menurut model cooperative learning dijabarkan menjadi pengelompokan, semangat gotong royong, dan penataan kelas. Dalam model pembelajaran cooperative learning terdapat tiga model evaluasi, yaitu: model evaluasi kompetisi, evaluasi individual, dan evaluasi cooperative learning.

Kata Kunci: Cooperative learning, model, pembelajaran, evaluasi.

1. 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. dalam konteks ini, guru dituntut untuk membentuk suatu perencanaan kegiatan pembelajaran sistematis yang berpedoman pada kurikulum yang saat itu digunakan.

Pada pelaksanaannya dilapangan, proses pembelajaran yang ada masih banyak

menerapkan metode konvensional dengan menggunakan ceramah dalam menyampaikan materi. Sehingga dengan metode ini siswa hanya akan mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru. Dapat dikatakan siswa menjadi individu yang pasif. Sementara itu, kurikulum yang ada saat ini (KTSP) menuntut siswa yang berperan aktif dalam membangun konsep dalam diri. Jadi menurut KTSP kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas menjadi hidup.

Oleh karena itu, guru perlu mengetahui serta memahami suatu model pembelajaran lain yang sesuai digunakan pada kurikulum yang ada sekarang ini (KTSP). Salah satu model tersebut adalah model pembelajaran problem based learning yang akan dibahas lebih lanjut dalam

makalah ini.

1.2 Batasan Masalah

1. Apa pengertian dari model pembelajaran problem based learning?

2. Apa saja teori belajar yang melandasi model pembelajaran cooperative learning? 3. Bagaimana tahapan langkah-langkah pembelajaran dalam cooperative learning? 4. Bagaimana pengelolaan kelas menurut model pembelajaran cooperative learning? 5. Bagaimana model evaluasi belajar cooperative learning?

1.3 Tujuan Masalah

Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk:

1. Mengetahui pengertian dari model pembelajaran cooperative learning.

2. Mengetahui teori belajar yang melandasi model pembelajaran cooperative learning. 3. Mengetahui tahapan-tahapan pembelajaran dalam cooperative learning.

4. Mengetahui proses pengelolaan kelas menurut model pembelajaran cooperative learning. 5. Mengetahui model evaluasi belajar cooperative learning.

1. 2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Cooperative Learning

Pembelajaran Berbasis Masalah dalam bahasa inggrisnya diistilahkanProblem-based

learning (PBL) adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada pebelajar dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau openended melalui stimulus dalam belajar. PBL memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: (1) belajar dimulai dengan suatu permasalahan, (2) memastikan bahwa permasalahan yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata pebelajar, (3) mengorganisasikan pelajaran di seputar permasalahan, bukan di seputar disiplin ilmu, (4)

memberikan tanggung jawab sepenuhnya kepada pebelajar dalam mengalami secara langsung proses belajar mereka sendiri, (5) menggunakan kelompok kecil, dan (6) menuntut pebelajar untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja (performance).

Jonassen (1999) mendesain model lingkungan belajar konstruktivistik yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran kontekstual dengan pendekatan problem-based learning. Model tersebut memuat komponen-komponen esensial yang meliputi:(1) pertanyaan-pertanyaan, kasus, masalah atau proyek, (2) kasus-kasus yang saling terkait satu sama lain, (3) sumber-sumber informasi, (4) cognitive tools, (5) pemodelan yang dinamis, (6) percakapan dan kolaborasi, (7) dukungan kontekstual/sosial. Masalah dalam model tersebut mengintegrasikan komponen-komponen konteks permasalahan, representasi atau simulasi masalah, dan manipulasi ruang permasalahan. kelebihan PBL dibandingkan dengan model pengajaran lainnya adalah 1). mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas, 2). mendorong siswa melakukan pengamatan dan dialog dengan orang lain, 3). melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri, 4). membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri.

sama halnya dengan model pengajaran yang lain, PBL juga memiliki beberapa kelemahan dalam penerapannya. kelemahan pelaksanaan PBL yakni 1). Kondisi kebanyakan sekolah yang tidak kondusif untuk pendekatan PBL, 2). Pelaksanaan PBL memerlukan waktu yang cukup lama, 3) Model PBL tidak mencakup semua informasi atau pengetahuan dasar.

Kekurangan PBL

Sama halnya dengan model pengajaran yang lain, PBL juga memiliki beberapa

kelemahan/hambatan dalam penerapannya (Ricard I Arends dan Ibrahim dalam Rusmiyati, 2007: 17). Kelemahan dari pelaksanaan PBL adalah sebagai berikut:

1) Kondisi kebanyakan sekolah tidak kondusif untuk pendekatan PBL. Dalam

Sebagai contoh, banyak sekolah yang belum memiliki fasilitas laboratorium cukup memadai untuk kelengkapan pelaksanaan PBL.

2) Pelaksanaan PBL memerlukan waktu yang cukup lama. Standar 40-50 menit untuk satu jam pelajaran yang banyak dijumpai di berbagai sekolah tidak mencukupi standar waktu pelaksanaan PBL yang melibatkan aktivitas siswa di luar sekolah.

3) Model PBL tidak mencakup semua informasi atau pengetahuan dasar.

Model pembelajaran kooperatif memiliki basis pada teori psikologi kognitif dan teori

pembelajaran sosial. Fokus pembelajaran kooperatif tidak saja tertumpu pada apa yang dilakukan peserta didik tetapi juga pada apa yang dipikirkan peserta didik selama aktivitas belajar

berlangsung. Informasi yang ada pada kurikulum tidak ditransfer begitu saja oleh guru kepada peserta didik, tetapi peserta didik difasilitasi dan dimotivasi untuk berinteraksi dengan peserta didik lain dalam kelompok, dengan guru dan dengan bahan ajar secara optimal agar ia mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Dalam model pembelajaran kooperatif, guru berperan sebagai fasilitator, penyedia sumber belajar bagi peserta didik, pembimbing peserta didik dalam belajar kelompok, pemberi motivasi peserta didik dalam memecahkan masalah, dan sebagai pelatih peserta didik agar memiliki ketrampilan kooperatif.

2.2 Langkah-langkah dalam Cooperative Learning

Langkah-langkah pembelajaran cooperative learning dapat dituliskan dalam table sebagai berikut:

Langkah Indikator Tingkah Laku Guru

Langkah 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa. Langkah 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa Langkah 3 Mengorganisasikan siswa ke

dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menginformasikan pengelompokan siswa

Langkah 4 Membimbing kelompok belajar

Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompokkelompok belajar Langkah 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang

materi pembelajaran yang telah dilaksanakan

Langkah 6 Memberikan penghargaan Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.

2.3 Pengelolaan Kelas Menurut Model Cooperative Learning

1. Pengelompokan

1. Kelompok homogen (Ability grouping) adalah praktik memasukkan beberapa siswa dengankemampuan yang setara dalam kelompok yang sama.

2. Pengelompokan heterogenitas (kemacam-ragaman),dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang sosioekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis.

2. Semangat gotong-royong

Dalam proses pembelajaran ini, agar berjalan secara efektif maka semua anggota kelompok hendaknya mempunyai semangat bergotong royong yaitu dengan cara membina niat dan semangat dalam bekerja sama yaitu dengan beberapa cara: a. Kesamaan Kelompok. b. Identitas Kelompok c. Sapaan dan Sorak Kelompok.

1. Penataan ruang kelas

Dalam hal ini keputusan guru dalam penataan ruang disesuaikan dengan kondisi dan situasi ruang kelas dan sekolah. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan adalah: a) Ukuran ruang kelas, b) Jumlah siswa, c) Tingkat kedewasaan siswa, f) Pengalaman guru dan siswa dalam melaksanakan metode pembelajaran gotong royong.

2.4 Model Evaluasi belajar Cooperative Learning

Dalam model pembelajaran cooperative learning terdapat tiga model evaluasi, ketiga model evaluasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Model Evaluasi Kompetisi

Pada sistem peringkat jelas menanamkan jiwa kompetitif, karena sejak masa awal

pendidikan formal, siswa dipacu agar bisa menjadi lebih baik dari teman-teman sekelas, sehingga siswa yang jauh melebihi kebanyakan siswa yang dianggap berprestasi, yang kemampuannya berada di bawah rata-rata kelas dianggap gagal atau tidak berprestasi.

1. Model Evaluasi Individual

Dalam sistem ini, sistem siswa belajar dengan pendekatan dan kecepatan yang sesuai dengan kemampuan mereka sendiri. Anak didik tak bersaing dengan siapa-siapa, kecuali bersaing dengan diri mereka sendiri. Teman-teman satu kelas dianggap tidak ada karena jarang interaksi antar siswa di kelas. Berbeda dengan sistem penilaian peringkat, dalam penyajian individual guru menetapkan standar untuk setiap murid.

Sistem ini menganut pemahaman homohomini soclus. Falsafah ini menekankan saling ketergantungan antar makhluk hidup. Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Prosedur sistem penilaian Cooperative Learning diantaranya adalah tanggung jawab pribadi dan kelompok. Jadi siswa mendapat nilai pribadi dan nilai kelompok.

1. 3. PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada makalah ini, dapat disimpulkan:

1. 1. Cooperative learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur

kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yaitu Hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu, dan

pengembangan keterampilan sosial.

2. 2. Teori belajar yang melandasi model pembelajaran cooperative learning adalah teori

belajar kognitif dan teori pembelajaran social.

3. Langkah-langkah pembeajaran menurut cooperative learning dibagi dalam beberapa langkah

dengan urutan indikator yaitu: menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, menyajikan

informasi, mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, membimbing kelompok belajar, evaluasi, dan memberikan penghargaan.

4. Pengelolaan kelas menurut model cooperative learning dijabarkan menjadi pengelompokan, semangat gotong royong, dan penataan kelas.

5. Dalam model pembelajaran cooperative learning terdapat tiga model evaluasi, yaitu: model evaluasi kompetisi, evaluasi individual, dan evaluasi cooperative learning.

Pendekatan Berbasis Masalah (PBL)

Dalam dokumen Pengertian Problem Based Learning ( PBL ) (Halaman 92-97)

Dokumen terkait