BAB II LANDASAN TEORI
B. Pembelajaran Sebagai Sebuah Proses
Belajar adalah suatu proses perubahan yang secara sadar yang di lakukan oleh seseorang untuk mendapatan kondisi sesuai dengan kebutuhan hidup. Belajar di lakukan orang sejak lahir hingga akhir hayatnya.33 Oleh karena prinsip itu terciptalah bahwa konsep belajar itu berlangsung seumur hidup dan tidak ada kata terlambat untuk belajar.
Proses pembelajaran oleh seorang guru merupakan sebuah aktifi tas yang tersistem dan struktur untuk mencapai tujuan tertentu.34 Proses ini
k • ' 'i
merupakan salah satu lugas yang harus di emban oleh guru dalam upaya meningkatkan kwalitas kehidupan anak bangsa. Guru merupakan sentral pusat dari segala kegiatan yang di lakukan di sekolah gurulah yang menjadi harapan semua orang agar mampu membawa dan mengantarkan semua siswanya menuju ketingkat keberhasilan yang maksimal.
Proses pembelajaran tersebut di sesuaikan dengan kurikulum berbasis kompetensi yang selama ini telah di laksanakan meskipun belum sepenuhnya dilaksanakan, sebab ternyata metode-metode yang di harapkan di lapangan masih belum menunjukkan ciri dari kurikulum yang berbasis kompetensi yang di harapkan mampu mendongkrak kwalitas pendidikan di Indonesia. Masih banyak guru yang menerapkan kurikulum terdahulu dengan sedikit modifikasi
32 Ibid., him. 22
33 Muhammad Saroni, Manajemen Sekolah, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2006, him. 39 34 Ibid., him. 39
yang mengajak anak sedikit lebih kreatif dan inovatif semata tanpa mengikuti aturan dari pembelajaran yang berbasis kompetensi.
Sebagai sebuah proses pembelajaran menurut ketrampilan khusus yang harus di miliki oleh guru secara pasti secara interen selalu di kembangkan sesuai dengan kebutuhan. Hal ini di sebabkan setiap generasi selalu teijadi perubahan komposisi atau keadaan dari pembelajaran itu sendiri. Setiap tahun pelajaran selalu saja teijadi perubahan visi dan misi secara signifikan, bahkan rumor yang sering kita dengar adalah bahwa dengan bergantinya orang pertama dalam dunia pendidian maka pasti akan berganti pula kebijakan dalam memimpin dan mengarahkan pendidikan yang di terapkan dalam setiap jenjang pendidikan. Aktifitas pendidikan yang sedang di kerjakan di sekolah mengacu pada kebijakan tersebut, meski sering kali teijadi benturan yang signifikan antara tuntutan pemerintah dan tuntutan masyarakat pemakai jasa pendidikan benturan-benturan yang teijadi pada dasarnya di sebaban karena adanya ketidak singkronan pemahaman antara pemerintah sebagai penanggung jawab, perencanaan pendidikan secara nasional, sekolah sebagai penyelenggara pendidian di seolah dengan orang tua sebagai pemakai jasa pendidikan.
C. Tenaga Kepengajaran
Tenaga kepengajaran adalah seorang pengajar di dalam sekolah yang bertanggung jawab pokok untuk pembentukan moral maupun intelektual, teladan pribdi yang penting sebagai sarana guna membntu para pelajar berkembang pada bidang nili dari pada pelajaran atau uraian yang
mempengaruhi pembentukan watak secara positif atau negative lewat hidupnya sendiri sebgai teladan. Tenaga pengajaran di bentuk untuk menjadi orang yang berperan utama dalam proses pembelajaran. Peran untuk menunaikan tugas pengajaran lewat pengajaran, tugas pendidikan di dalam lembaga-lembaga yang di sebut sekolah.35
Dalam hal ini merupakan tugas seorang pengajar yang dapat mentransfer berbagai macam ilmu pengetahuan dengan metode yang di gunakan peserta didik sehingga pemerdekaan manusia dapat di wujutkan dengan proses belajar mengajar. Tujuan utama proses pengajaran, atau lebih tepat tugas pembelajar adalah perkembangan sepenuhnya dari seseorang yang dijiwai semangat yang menjadi pria dan wanita yang di ciptakan Allah SWT demi sesama manusia. Tugas ini hanya dapat di mulai dan di selesaikan kalau mereka, kaum muda, remaja di SLTP atau pemuda di SMA, SMK, MA di beri kesempatan untuk menempuh jalan hidup yang memunginkan mereka menjadi pribadi dewasa atau pematangan pribadi. Ini berarti mendampingi kaum pemuda berbagi hidup dengan orang lain, sesuatu pengalaman yang membahagiakan, tetapi juga dapat menyengsarakan. Jadi pengajaran di sekolah berusaha mengubaha para kaum muda memandang diri sendiri dan makhluk insani lain, sistem dan struktur masyarakat, hasil pembelajaran adalah pria dan wanita yang kompeten, bertanggung jawab dan penuh perhatian.36
A. Admadi, Transformasi Pendidikan Memasuki Milinium Ketiga, Kanisius, Jogyakarta, 2006, him. 51
Di dalam sekolah tanggung jawab pokok untuk pembentukan moral dan intelektual tidak terletak pada salah satu prosedur atau kegiatan ekstrakurikuler dan intrakulikurer, akan tetapi pada pengajar. Suatu sekolah merupkan kebersamaan bertemu tempat berhubungan persona ontentik antara pengajar dan pelajar merupakan syarat mutlak untuk pertumbuhan sejati dari pribadi pelajar menjadi dewasa dan mandiri.
Teladan pribadi pengajar lebih penting sebagai sarana guna membantu para pelajar berkembang pada bidang nilai dari pada pelajaran atau orient, dalam komunitas sekolah seseorang pengajara akan mempengaruhu pembentukan watak secara positif atau negative melalui hidupnya sendiri sebagai teladan. Boleh di katakana masa kini para pelajar tidak mendengarkan sungguh sungguh pengajar, kalau mereka mendengarkan para pengajar karena pengajar meraka adalah saksi saksiperilaku pengajar lebih seru gaungnya dari pada suaranya. Dalam kebudayaan sekarang ini, kaum muda belajar menanggapi citra hidup dari cita cita yang di mulai di rasaan dalam hati mereka/7 Bahwa seorang pengajar merupakan pihak yang sangat berpengaruh sikap dan perilakunya dalam kesehariannya dalam peserta didik karena secara langusng berkontak sosial dalam kesehariannya. Disini letak pendidika secara langsung mempengaruhi peserta didik, pemindahan transfer ilmu tingkah laku, sikap terjadi secara lansung karena proses belajar mengajar di laksanakan, proses pembelajaran bermaksud bahwa pelajar di jadikan orang yang belajar, banyak uraian ahli filsafat mengandung bahaya mengawang dan lupa daratan
pdahal proses pembeljaran pada dasarnya menghantar pelajar melalui belajar.jadi tidak menjadikan para pelajar pandai karena mereka harus sesuai dengan mtelektual yang ada pada mereka. Proses pembelajaran adalah proses yang amat pragmatis dan kongkrit melihat dan mempergunakan nyata, terutama keadaan intelektual para pelajar, jadi pembelajaran merupakan proses yang terbatas hanya pada ranak kognitif
D. Strategi Belajar Mengajar
Strategi belajar mengajar pada dasarnya adalah tindakan nyata dari guru atau merupkan prktek guru melaksnakan pengajaran melalui cara tertentu yang di nilai lebih efektif dan efisien. Dengan kata lain strategi mengajar adalah politik atau taktik yang di gunakan guru dalam proses pembelajaran di kelas. Politik atau taktik tersebut harus mencerminkan langkah langkah yang sistematik, artinya bahwa setiap komponen pembelajaran harus saling berkaitan antar satu sama lain dan sistematik, yang mengandung pengertian bahwa pembeelajaran itu tersusun secara rapi dan logis sehingga tujuan yang di tetapkan tercapai.
Dalam kontek pengajaran strategi di gunakan sebagai daya upaya guru dalama menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadi proses mengajar, agar tujuan berhasil guna. Guru di tuntut untuk memiliki kemampuan mengatur secara umum komponen komponen pembelajaran sedemikian rupa, sehingga terjalin keterkaitan fungsi antar komponen pembelajaran di maksud. Strategi merupakan pilihan pola kegiatan belajar mengajar yang di ambil untuk mencapai tujuan secara efektif untuk
melaksanakan tugas secara professional, guru memberikan wawasan yang matang tentang kemungkinan kemungkinan strategi belajar mengajar yang sesuai intruksional, tujuan belajar yang telah di rumuskan, baik dari efek intruksioanal, tujuan belajar yang di rumuskan secara eksplisit dalam proses belajar mengajar, maupun efek pengiring misalnya, kemampuan berpikir kritis kreatif, sikap terbuka setelah siswa mengikuti diskusi kelompok kecil dalam proses belajarnya.38
Menurut Neuman dan Logan sebagaimana dikutip Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo strategi meliputi empat masalah yaitu:
1. Mengidentifikasikan serta menetapkan sertifikasi perubahan tingkah laku kepribadian peserta didik sesuai dengan tujuan yang diharapkan
2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat
3. Memilih dan menetapkan prosedur metode dan tekhnik pembelajaran yang di anggap paling tepat dan efektif sehingga dapat di jadikan pegangan dan kegiata pembelajaran
4. Menetapkan norma norma dan batas minima keberhasilan atau criteria dan standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan pembelajaran.39
Ada tiga hal yang harus di perhatian guru dalam melaksanakan strategi belajar mengajar. Pertama adalah tahapan mengajar, kedua adalah penggunaan model atau pendekatan mengajar dan ketiga pengguanaan prinsip mengajar.
j8 Ahmad Sabri, Strategi Belajar dan Microteaching, Quntum Teaching, Jakarta, him. 3 39 Ibid., him.3
Dalam melaksanakan strategi pembelajaran ada tiga hal pokok yang harus di perhatikan oleh guru yaitu:
1. Tahapan mengajar
Secara umum ada tiga tahapan pokok yang terdapat pada tahapan ini yakni tahapan pemula (pra intruksional) tahapan pengajaran (intruksional) dan tahapan penilaian dan tindak lanjut
a. Menjelaskan kepada siswa, informasi tujuan penting di berikan kepada siswa. Berdasarkan pengamatan masih banyak guru yang melaksanakan ini.40
b. Menuliskan pokok materi yang akan di bahas hari itu. Pokok materi tersebut dapat di ambil dari buku yang telah disiapkan sebelumnya. Sudah barang tentu pokok materi tersebut sesuai dengan silabus dan tujuan pembelajaran, sebab materi bersumber dari tujuan.41
c. Membahas pokok materi yang telah di tuliskan. Dalam pembahasan pokok materi itu dapat di tempuh dua cara yakni: pertama pembahasan di mulai dari gambaran umum materi pengajaran menuju kepada topik secara lebih khusus. Cara ini dimulai dari topik khusus menuju topik umum.42
d. Pada setiap pokok materi yang di bahas sebaiknaya di berikan contoh- contoh konkret. Deinikina siswa harus di berikan pertanyaan atau tugas, untuk mengetahui tingkat pemahaman dan setiap pokok materi
40 Ibid, him. 6 4| Ibid, him. 6 42 Ibid, him. 7
yang telah dibahas. Dengan demikian penilain tidak hanya pada akhir pelajaran saja, tetapi juga pada saat pembelajaran berlangsun.
e. Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan setiap pokok materi sangat di perlukan.43 Alat bantu seperti alat peraga grafis mode, atau alat peraga yang di proyesikan (kalau ada) harus di siapkan sebelumnya. Alat ini di gunakan dalam empat fase kegiatan yakni (1) pada waktu guru menjawab pertanyaan pada siswa, (2) pada waktu guru menjawab pertanyaan siswa sehingga jawaban lebih jelas sehingga jawaban lebih jelas (3) pada waktu guru mengajukan pertanyaan pada siswa atau pada waktu memberi tugas pada siswa, (4) digunaan siswa pada waktu ia mengerjakan tugas yang di berikan guru dan pada waktu siswa melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian alat peraga tersebut dapat di gunakan oleh guru ataupun siswa.
f. Menyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok materi. Kesimpulan ini di buat oleh guru dan sebaiknya pokok pokoknya di tulis untuk di cata siswa kesimpilan dapat pula di buat guru bersama- sama siswa, pada kegiatan ini siswa di berikan waktu untuk mencatat kesimpulan pelajaran bertanya kepada teman temannya atau mendiskuiskan dalam kelompok.44 Harus di perhatikan bahwa kegiatan yang di tempuha dalam intrusiona, sebaiknya di titik beratkan kepada siswa yang harus lebih aktif melakuan kegiatan belajar. Untuk itu
43 Ibid, him. 7
44 Ahmad Sabri, Strategi Belajar dan Microteaching, Quntum Teaching, Jakarta, 2005,
haruslah dipilih pendekatan mengajar yang berorientasi kepada cara belajar siswa aktif.45
2. Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut
Tujuan tahapan ini mengetahui tingkat keberhasilan dari tahapan intruksional. Kegiatan yang di lakukan pada tahapan ini antara lain:
a. Mengajukan pertanyaan kepada kelas, atau siswa mengenai semua pokok materi yang telah di bahas pada tahapan ini ke dua pertanyaan yang di ajukan bersumber dari bahan pengajaran pertanyaan dapat di ajukan kepada siswa secara lisan ataupun tertulis.46 Pertanyaan ini disebut post tes. Berhasil ataupun tidaknya dapat dilihat dari dapat/ tidaknya siswa menjawab pertanyaan yang di ajukan tersebut dapat menjawab setiap pertanyaan yang di ajukan maka proses pengajaran tahapan ke dua ini di kataan berhasil.
b. Apabila pertanyaan belum dapat di jawab oleh siswa kurang dari 70% maka guru harus mengulang kembali materi yang belum di kuasai siswa. Teknik pembahasan dapat di tempuh dengan berbagai cara, cara pertama di jelaskan oleh guru sendiri atau menyuruh siswa yang sudah di anggap menguasai untuk menjelaskan pada kegiatan teijadwal. Cara kedua di adakan diskusi kelompok membahas pokok materi yang belum di kuasai. Cara ketiga memberikan tugas pekerjaan rumah yang berhubungan dengan pokok materi yang belum di kuasai melalui
45 Ibid., him.7 46 Ibid, him. 9
kegiatan mandiri. Cara mana yang di pilih di serahan sepenuhnya pada guru.
c. Untuk memperkaya pengetahuan siswa materi yang di bahas, guru dapat memberikan tugas atau pekerajaan rumah yang ada hubungannya dengan topik atau pokok materi yang telah di bahas misalnya tugas memecahkan masalah menulis karangan, makalah, membuat kliping dan koran. Yang erat hubungannya dengan bahan yang telah di bahas. d. Akhiri pelajaran dengan menjelaskan atau memberitahukan pokok
materi yang akan di bahas pada pelajaran berikutnya. Informasi ini perlu agar siswa dapat mempelajari bahan tersebut dari sumber sumber yang di milikinya.47
Ketiga tahap yang di atas, merupakan satu rangkaian kegiatan terpadu tidak terpisahkan satu sama lain. Guru di tuntut untuk dapat mengatur waktu dan kegiatan secara fesibel, sehingga etiga rangkaaian di terima oleh siswa secara utuh. Di sini letak ketrampilan professional guru khususnya dalam melaksanakan strategi mengajar. Kemampuan mengajar seperti di uraikan di atas secara teoritis mudah di kuasai namun dalam prakteknya tidak semudah seperti di gambaran dengan latihan dan kebiasaan yang terencana kemampuan itu dapat di peroleh.
Pendekatan mengajar yang digunakan oleh guru. Beberapa pendapat mengenai pendekatan mengajar. Richard Anderson mengajukan dua pendekatan yakni pendekatan yang berorientasi kepada guru atau di
47
sebut student strered. Pendeatan pertama di sebut pula tipe otokratis dan pendekatan kedua adalah tipe demokratis. Pendapat lainnya di kemukakan oleh Masialas, yang mengajukan dua pendapat yakni pendekatan ckspnsitori dan im|uiri. Kedua pendapat di alas pada haikalnya sama hanya nama dan islilahnyua saja yang berbeda. Sedangkan Brused Jois mengemukakan empat katagori, yakni model personel, model interaksi social dan model tingkah laku beberapa model atau pendekatan
I O
mengajar.
a. Pendekatan Ekspositeri atau Model Informasi
Pendekatan ini bertolak dari pandangan, bahawa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan di kontrol dan di tentukan oleh guru/ pengajar. Hakekat pengajar menurut pandangan ini adalah menyampaikan informasi mengenai bahan pengajaran dalam bentu penjelasan dan penuturan secara lisan, yang di kenal dengan istilah kuliah/ ceramah/ lecture. Dalam pendekatan ini siswa di harapakan dapat menangkap dan mengingat informasi yang telah di milikinya melalui respon yang ia beriakan pada saat di berikan pertanyaan oleh guru komunikasi yang digunakan guru dalam interaksinya dengan siswa menggunakan komunikasi satu arah sebagai saksi. Oleh sebab itu kegiatan siswa kurang optimal sebab terbatas mendengarkan uraian guru, mencatat, dan sekali kali bertanya kepada guru. Guru yang kreatif biasanya dalam memberikan informasi dan penjelasan kepada
48
siswa mengunakan alat bantu seperti gambar bagan, grafik, dan lain- lain. Di samping memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan,
b. Pendekatan Inquiry atau Discovery
Pendekatan ini menganggap bahwa siswa sebagai subjek dan objek dalam belajar mempunyai kemampuan-kemampuan dasar secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Proses pembelajaran harus di pandang sebagai stimulus yang dapat menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Peranan guru lebih banyak menempatkan diri sebagai pembimbing atau pemimpin belajar dan fasilitator belajar dengan demikian, siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan permasalahan.49
Pendekatan "inquiry" merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah. Pendekatan ini menepatkan siswa lebih banyak belajar sendiri mengembangkan kreatifitas dalam pemecahan masalah. Siswa betul- betul di tempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pendekatan "inquiri" adalah pembimbing belajar dan fasilitator belajar. Tugas utama guru adalah memilih masalah yang perlu di lontarkan kepada kelas untuk di pecahkan oleh siswa sendiri. Tugas berikutnya dari guru adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka
pemecahan masalah sudah barang tentu bimbingan dan pengawasan dari guru masih tetap diperlukan, namun campur tangan atau intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah, harus dikurangi.
Pendekatan inquiri dalam mengajar termasuk pendekatan modem, yang sangat di dambakan untuk di laksanakan di setiap sekolah. Adanya tuduhan bahwa sekolah menciptakan keulture bisu tidak akan teijadi apabila pendekatan ini di gunakan. Pendekatan inquiri dapat dilaksanakan apabila syarat-syarat sebagai berikut di penuhi:
1) Guru hams trampil memilih persoalan yang relevan untuk di ajukan kepada kelas (persoalan bersumber dari bahan pelajaran yang menantang siswa/problematic) dan sesuai dengan daya nalar siswa.
2) Guru hams trampil menumbuhkan motivasi belajar siswa dan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan.
3) Adanya fasilitas dan sumber yang cukup
4) Adanya kebebasan siswa dalam berpendapat, berkarya diskusi. 5) Partisipasi siswa dalam setiap kegiatan belajar.
6) Guru tidak banyak campurtangan dan interfensi terhadap kegiatan siswa.50
Ada lima tahapan yang di tempuh dalam melaksanakan pendekatan inquiry atau discovery yakni:
50
1) Perumusan masalah untuk di pecahkan siswa
2) Menetapkan jawaban sementara atau lebih di kenal dengan istilah hipotesis
3) Siswa mencari informasi data fakta yang di perlukan untuk menjawab permasalahan /hipotesis
4) Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi.51
5) Mengaplikasikan kesimpulan atau generalisasi dalam situasi baru Metode mengajar yang digunakan guru dalam pendekatan ini antara lain metode diskusi dan pemberian tugas. Diskusi untuk memecahkan permasalahan di lakukan oleh sekelompok kecil siswa antara tiga sampai lima orang dengan arahan dan bimbingan guru. Kegiatan ini dilaksanakan pada saat tatap muka atau pada kegiatan terjadwal dengan demikian dalam pendekatan inquiry’/discovery model komunikasi yang digunakan bukan komunikasi satu arah,
c. Pendekatan interaksi sosial
Pendekatan interaksi sosial pada hakikatnya bertolak dari pemikiran pentinganya hubungan pribadi (inter/personal relationship).
Dan hubungan sosial dan individu dengan lingkungan sosialnya. Proses belajar pada hakikatnya adalah mengadakan hubungan sosial dalam pengertian siswa berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dan berinteraksi sesama kelompoknya. Langkah yang di tempuh guru dalam pendekatan ini adalah:
51
1) Guru melemparkan masalah dalam bentuk situasi sosial pada para siswa
2) Siswa dengan bimbingan guru menelusuri berbagai jawaban yang terdapat dalam situasi tersebut
3) Siswa di bertu tugas atau permasalahan untuk di pecahkan dianalisis, di keijakan sesuai dengan situasi dan kondisi
4) Dalam memecahkan masalah tersebut siswa di minta untuk mendiskusikannya
5) Siswa membuat kesimpulan dari hasil diskusinya 6) Pembahasan kembali hasil-hasil kegiatannya'2 d. Pendekatan tingkah laku (berhavioral model)
Beberapa istilah yang digunakan oleh pendekatan ini antara lain behavior modification, behavior therapy, social learning theory.
Pendekatan ini menekankan kepada teori tingkah laku individu pada dasarnya di control oleh stimulus dan respon yang diberikan individu. Penguatan hubungan stimulus dengan respon merupakan proses belajar yang menyebabkan perubahan tingkah laku. Teori ini dimulai oleh pavlo dengan teory classical conditioning, thorndike dengan teori instrumental conditioning dan di kembangkan oleh seiner dengan teori operant conditioning. Paradikma utama dalam proses belajar adalah stimulus respon. Dalam pendekatan ini langkah guru mengajar adalah sebagai berikut:
1) Guru menyajikan stimulasi belajar kepada siswa mengamati tingkah laku siswa dalam menanggapi stimulus yang di berikan guru (respon siswa)
2) Menyediakan atau memberikan latihan kepada siswa dalam memberikan respon terhadap stimulus
3) Memperkuat respon siswa di pandang paling sebagai jawaban terhadap stimulus.53
Aspek penting dari pendekatan ini adalah memilih siswa dan memperkuat respon siswa yang paling tepat terhadap stimulus.
Bagan 1 Tahap Pengajaran E. Klasifikasi Strategi Belajar Mengajar
Menurut Tabrani Rusyan ada berbagai masalah sehubungan dengan strategi belajar mengajar yang secara keseluruhan digolongkan sebagai berikut:
1. Konsep dasar strategi belajar mengajar 2. Sasaran kegiatan belajar
3. Belajar mengajar sebagai suatu sistem 4. Hakikat proses belajar
5. Entering behavior siswa
. . K ' ' 7
6. Pola-pola belajar siswa
7. Pemilian sistem belajar mengajar 8. Pengorganisasian kelompok belajar54 1. Konsep dasar strategi belajar mengajar
Konsep dasar strategi belajar mengajar meliputi:
a. Menetapkan spesifikasi dan kualilikasi perubahan perilaku
b. Menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan dengan masalah belajar mengajar dan memilih prosedur, metode dan teknik belajar mengajar.
c. Norma dan criteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar. 2. Sasaran kegiatan belajar
Mempunyai sasaran dan tujuan. Tujuan itu bertahap dan berjenjang mulai dari yang sangat operasional dan konkret, yakni tujuan pembelajaran khusus dan tujuan pembelajaran umum, tujuan kurikuler, tujuan nasional sampai kepada tujuan yang bersifat universal. Persepsi guru dan persepsi peserta didik mengenai tujuan yang akan dicapai sasaran itu harus diterjemahkan kedalam ciri-ciri perilaku kepribadian yang di dambakan. Dalam tingkat sasaran dan tujuan yang universal, manusia yang di