(Studi Kasus pada SMA Muhammadiyah Salatiga 2007 / 2008)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Melengkapi Syaraf (.una Memperoleh (>elar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.l)
SUPRIHNO
NIM. I l l 02 048
J U R U S A N T AKI l l VAII
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TING G I AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
Website : www.stainsalatiga.ac.id E -m ail: [email protected]
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 14 Maret 2008 Penulis,
Suprihno NIM. 111 02 048
J l Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721
Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga
Assalamu'(daikum. Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara :
Website : E -m ail: [email protected]
P E N G E S A H A N
Skripsi Saudara : SUPRIHNO dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 02 048 yang berjudul : " TRANSFORMASI PENGAJARAN MORAL (Studi Kasus pada SMA Muhammadiyah Salatiga 2007/2008)”, Telah .dimunaq asahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari: Rabu, 19 Maret 2008 yang bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal 1429 II dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.
19 Maret 2008 M
Salatiga, ---12 Rabiul Awal 1429 H
Drs. H. M. Znlfa, M.Ag NIP. 150 177 821
(Dengan iCmu,
J{am6aJAftah a^gn nai^^epada ketinggian
Kf6aji%an dan ^eadaanyang muCia,
(Dapat 6erhu6ungan dengan raja- raja di dunia
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
1. Bapak dan Ibu tercinta, yang telah menyayangiku sejak kecil, memberi motivasi dan kesempatan untuk menuntut ilmu.
2. Semua Dosen STAIN yang telah mencurahkan ilmunya tanpa punya kebosanan dan selalu sabar dalam membimbing mahasiswanya.
3. Semua keluargaku yang telah memberi motivasi dalam perjalanan hidup 4. Adi-adikku, Hariyanto, Eka, Wahidi, Dedi, Febri, Dewi, Sigit, Sutikno,
Tri, Ardian
5. Kawan-kawan tercinta, Manaf, Sonde, Nontin, Munip, Aris, (semoga senantiasa kukuh berkarya dan setia di garis pergerakan rakyat), kawan- kawan di Teater Getar, LPM Dinamik A, HMJ Tarbiyah, dan Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI) Dewan Kota Salatiga, SMC.
6. Teman- tamanku Robin, Ikhsan, Hartono, Joko serta temen- temenku yang tidak dapat di sebutkan.
Dan semua orang yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu.
Segala puji hanya teruntuk Allah seru sekalian alam yang telah menciptakan manusia dalam keadaan sempurna lagi mulia yang telah menurunkan kitab suci Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia sebagai pembeda antara yang hak dan yang batil serta memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
Dalam proses penulisan skripsi ini, l>crbagai kesulitan menghadang. Meskipun banyak hal akan tetapi ini bukan menjadi low spirit justru malah sebaliknya, nienip.ikaii (a n( a i > a 11 d.ilani membagi (ei ulama dalam hal waktu,
disiplin, dan tanggung jawab.
Untunglah, penulis mendapat begitu banyak bantuan dari Dr. H.M Zufa, M. Ag. sebagai pembimbing. Diskusi intensif dengan begitu mencerahkan penulis, yang sering menyita waktu-waktu mereka yang sangat padat dan dengan sabarnya memberi masukan tanpa segan-segan, dan tanpa basa-basi hal yang teknis penulisan skripsi ini.
Yang di sadari bahwa sebuah penulisan ilmiah harus dipertanggung jawabkan secara ilmiah pula, jadi tidak sekedar main-main. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua yang selalu memberi spirit untuk menjalani proses kehidupan. Rekan penulis yang lelah memberi dorongan semangat dan do'anya. Terima kasih kepada mereka semua atas segala persahabatan dan pertolongan yang diberikan.
Salatiga. 2008 Penulis
Bagan 1 Tahapan Pengajaran... 38 Bagan 2 Struktur Organisasi SMA Muhammadiyah Salatiga... 55
«•' i
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN DEKLARASI... ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
HALAMAN MO I TO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN... vi
HALAMAN KATA PENG ANT AR... vii
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR BAGAN... ix
DAFTAR LAMPIRAN... x
DAFTAR IS I... xi
BABI PENDAHULUAN A. I .atar Belakang Masalah... I B. Penjelasasan Istilah... 5
C. Permaslahan... 9
D. Tujuan Penelitian... 9
E. Metode Penelitian... 10
F. Sistematika Penulisan Skripsi... 13
BAB II LANDASAN TEORI A. Transformasi Transformasi Pendidikan Agama Islam... 15
B. Pembelajaran Sebagai Sebuah Proses... 23
D. Strategi Belajar Mengajar... 27 E. Klasifiksi Strategi Belajar Mengajar... 38 F. Peran Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Moral Dan
Akhlak... 44 BAB III TRANSFORMASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. Bentuk Transformasi Pendidikan Agama Islam... 50 B. Keadaan Akhlak Siswa SMA Muhammadiyah Salatiga... 61 G. Upaya-upaya yang di Lakukan Guru Terbentuknya Akhlak
Siswa Baik... 69 BAB IV ANALISA DATA
B. Proses Trnsformasi Pendidikan pada SMA
Muhammadiyah Salatiga... 83 C. Kondisi Akhlak Pada Siswa SMA Muhammadiyah
Salatiga... 87 D. Upaya Guru Dalam Rangka Membentuk Akhlak Siswa .... 89 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... 94 B. Saran saran... 96 C. Penutup... 97
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Problematika kepemudaan yang terbentang di hadapan kita sekarang ini sungguh kompleks sifatnya, mulai dari masalah pengangguran, krisis mental, krisis eksistensi, hingga masalah dekadensi moral. Budaya permisif dan pragmatisme yang kian merebak membuat sebagian pemuda terjebak dalam kehidupan hedonis, serba instant, dan tercabut dari idealisme pemiskinan global sehingga cendereung menjadi manusia yang findividualis anti sosial.
Sebagaimana dirasakan, krisis multi dimensi yang menerpa Indonesia belum hilang dampaknya hingga kini. Di sana sini bahkan muncul aneka masalah yang memerlukan penanganan serius dan terarah, antara lain matrialisasi pendidikan, dekadensi moral, menipisnya rasa persaudaraan dan
empnli sosial, kecenderungan menguatnya primodiulisme dan konumnlisme (sentiment kelompok / 'golongan), berkurangnya solidaritas antar daerah sebagai side effect (akibat samping) dari otonomi daerah, serta ancaman terorisme yang mengusik harga diri bangsa.
Para remaja dan pelajar yang menjadi aktor perubahan dalam masyarakat {agent o f change) saat ini menjadi korban dari penetrasi globalisasi multi demensi. Bagaimana caranya agar remaja memiliki sifat dan sikap serta rasa (Citra: disiplin dan loyalitas terhadap teman, orang tua dan cita-citanya).
Selain iln sebagai guru, harus mampu menumbuhkan suatu llutli IVkeili / Akhlaq yang luhur dan mulia; suatu keberanian untuk berbuat yang mulia dan menolong orang lain dan menjadi teladan yang baik. Akhir daripada suatu perkembangan remaja adalah pembentukan identitas diri. Pada saat ini segala norma dan nilai sebelumnya merupakan sesuatu yang datang dari luar dirinya dan harus dipatuhi agar tidak mendapat hukuman, berubah menjadi suatu bagian dari dirinya dan merupakan pegangan atau falsafah hidup yang menjadi pengendali bagi dirinya. Untuk mendapatkan nilai dan norma tersebut diperlukan tokoh identifikasi yang menurut penilaian remaja cukup di dalam
kehidupannya.
Guru memegang peranan penting dalam preoses identifikasi ini, karena mereka dapat membantu siswa dengan menjelaskan secara lebih mendalam mengenai peranan agama dalam kehidupan dewasa, sehingga penyadaran ini memberikan arti yang baru pada keyakinan agama yang telah diperolehnya. Untuk dapat menjadi tokoh identifikasi, tokoh tersebut harus menjadi kebanggaan bagi remaja. Tokoh yang dibanggakan itu dapat saja berupa orang tua sendiri atau tokoh lain dalam masyarakat, baik yang masih ada maupun yang hanya berasal dari sejarah atau cerita.
agama Islam di sekolah mengingat pendidikan agama merupakan kebutuhan dasar manusia karena adanya tantangan era globalisasi. Seperti apa peran guru dalam proses pembelajaran di sekolah.
Karena anak pada masa remaja harus diberi perhatian secara mendalam karena keberadaanya pada kekritisan moralitas pada masa ini dimana seorang anak baru saja meninggalkan riang anak-anak menuju dunia dewasa yang asing bagi remaja sehingga peralihan ini sering terjadi kegoncangan dan kegelisahan.1
Pendidikan Islam dapat diartikan sebagai usaha pembinaan dan pengembangan potensi manusia secara optimal sesuai dengan statusnya dengan berpedoman kepada syari’at Islam yang di sampaikan oleh Rasulullah agar manusia dapat berperan sebagai pengabdi Allah yang setia dengan segala aktifltasnya guna tercipta suatu kondisi kehidupan umat Islam yang ideal selamat aman sejahtera dan berkualitas serta memperoleh jaminan bagi kehidupan baik di akhirat.2
Islam mewajibkan pendidikan bagi setiap manusia, Islam menentang setiap bentuk-bentuk diskriminasi, karena pada dasarnya setiap manusia mempunyai peluang yang sama untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan. Dalam pandangan Islam, seseorang yang berpendidikan, tetap memiliki kedudukan tinggi walaupun ia berasal dari "golongan rendah", Islam tidak memandang kepada darah dan keturunan akan tetapi ilmu, amal, taqwa dan kejujuran serta kesucian. Untuk itu proses pendidikan harus dilakukan secara
1 Zakiah Drajad, Pembinaan remaja., Bulan Bintang, Jakarta, 1976, him..38
2 Jalaludin, Teologi Pendidikan, Cet-1, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, him. 72.
merata tanpa membedakan jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Islam menuntut manusia agar melaksanakan sistem kehidupan yang di dasari dengan norma-norma kebajikan yang jauh dari kejahatan. Islam memerintahkan perbuatan yang makruf dan menjauhi perbuatan mungkar, bahkan manusia dituntut menegakkan keadilan dan menumpas segala bentuk kejahatan. Kebajikan harus dimenangkan atas kejahatan. Getaran hati nurani manusia harus dapat mengalahkan perilaku jahat dan nafsu-nafsu rendah manusia. Moralitas Islami memandang bahwa dosa dan perbuatan keji adalah merupkan belenggu yang menghukum jiwa manusia dan menjatuhkan serta menyeret manusia kedasamya dosa yang paling dalam. Pelepasan diri dari ikatan nafsu rendah adalah pembebasan yang hakiki. Moralitas Islami pada hakikatnya bukanlah hanya terdiri dari kumpulan larangan atau pembatasan- pembatasan melainkan kekuatan konstruktif (yang membangun) dan bersifat produktif yang mendorong kearah perkembangan yang berkesinambungan bagi pribadi yang berada dalam proses perkembangan tersebut diwarnai dengan kemurnian yang menyeluruh dan utuh
B. Penjelasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalah pahaman istilah madalam mengartikan judul maka penulis memberikan penjelasan sebagai berikut:
I. Transformasi
Kata transformasi berasal dari dua kala dasar, ‘trans dan fo r m ' Trans berarti melintasi dari satu sisi ke sisi lainnya (across), atau melampaui (beyond)-, dan kata form berarti bentuk. Transformasi mengandung makna, perubahan bentuk yang lebih dari, atau melampaui perubahan bungkus luar saja. Transformasi sering diartikan adanya perubahan atau perpindahan bentuk yang jelas, pemakaian kata transformasi menjelaskan perubahan yang bertahap dan terarah tetapi tidak radikal. Walaupun demikian pengertian transformasi sendiri secara konkret masih suatu wacana yang membingungkan, banyak pandangan yang berbeda dari pemakaian kala tersebut yang hanya disesuaikan dengan perspektif parsial para penggunanya.
Transformasi dalam bentuk kala kerja menjadi mentransformasikan, yang berarti mengubah rupa, bentuk (sifat, fungsi, dsb) dan juga berarti mengalihkan. Pengertian sama dijelaskan oleh kamus yang lain yaitu Advanced English-Indonesian Dictionary (1988) menjelaskan yang dimaksud transformation adalah perubahan bentuk dan dalam bentuk kata kerja merubah bentuk. Selanjutnya, Oxford Learner’s
Pocket Dictionary (1995) menyebutkan transform sebagai kata kerja
perubahan bentuk penampilan atau karakter secara total.3
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988), transformasi adalah sebuah kata benda yang berarti perubahan rupa, bentuk (sifat, dsb).4 Dalam penulisan karya ilmiah ini, yang dimaksud transformasi adalah proses pembinaan, pengembangan potensi dari guru kepada siswa pada SMA Muhammadiyah Salatiga yang mencakup dimensi-dimensi:
a. Ceramah b. Diskusi
c. Cerita d. Tanya jawab e. Pemberian tugas f. Presentasi
g. Materi yang di sampaikan
h. Kegiatan belajar ekstrakurikurer sekolah 2. Pendidikan Agama Islam
Menurut Marimba dalam bukunya Dr. Rahmad Tafsir mengatakan s
bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap jasmani maupun rohani melalui terbentuknya kepribadian yang utama.5 Dengan demikian pendidikan dalam arti luas adalah meliputi perbuatan atau usaha generasi tua untuk mengalihkan (melimpahkan) pengetahuannya, pengalamannya, kecakapan serta
3 --- - ... akses 2 Desember 2006 4 Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988
ketrampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmaniah maupun rohaniah.
Pendidikan agama Islam secara sederhana dapat di artikan sebagai pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai Islam sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur'an dan al-Hadist serta dalam pemikiran ulama dalam praktek sejarah umat Islam berbagai komponen dalam pendidikan mulai dari tujuan kurikulum, guru, metode pola hubungan„wufid, evaluasi, sarana prasarana, lingkungan dan evaluasi pendidikan harus didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam, maka sistem tersebut selanjutnya dapat disebut sebagai sistem pendidikan Islam.
3. Moralitas Siswa
Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat di antara sekelompok manusia. Adapun nilai moral adalah kebaikan manusia sebagai manusia. Norma moral adalah tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai manusia. Ada pcrlxxinnn anlnra kebaikan moral dan kebaikan pada umumnya. Kebaikan moral merupakan kebaikan manusia sebagai manusia. Sedangkan kebaikan pada umumnya merupakan kebaikan manusia dilihat dari satu segi saja, misalnya sebagai suami atau istri.6
Moral berkaitan dengan moralitas. Moralitas adalah sopan santun, segala sesuatu yang berhubungan dengan etiket atau sopan santun.
Moralitas dapat berasal dari sumber tradisi atau adat, agama atau sebuah ideologi atau gabungan dari beberapa sumber.
Moral adalah salah satu ciri perilaku yang berhubungan dengan ukuran setandar dalam masyarakat khususnya pada perilaku baik dan buruk, merupakan masalah yang menjadi perhatian orang dimana saja, baik dalam masyarakat yang terbelakang maupun sudah maju.7 Berkaitan dengan penulisan skripsi ini yang di maksud dengan moralitas adalah tingkah laku siswa yang mengarah pada budi pekerti yang luhur dan dapat diterapkan pada lingkungannya dalam masyarakat. Untuk mengukur
fariabel moralitas anak di sekolah, penulis batasi dengan indikator sebagai berikut:
a. Berbicara sopan kepada guru.
b. Berperilaku hormat dengan guru dan taman . c. Menghargai pendapat orang lain.
d. Tidak membeda bedakan jika bergaul.
e. Melaksanakan dan Mematui tata tertib sekolah.
Sedangkan siswa adalah keseluruhan peserta yang diajar pada siswa SMA Muhammadiyah Salatiga selama penulis mengadakan penelitian, transformasi pendidikan agama dalam belajar di sekolah variabel terikat dengan indikator sebagai berikut:
a. Pro aktif b. Kreatif
c. Terjadi komunikasi yang harmonis d. Progresif
e. Menanyakan pelajaran yang kurang jelas
f. Disiplin dalam kelas dan sekolah antusias dalam mengikuti pelajaran g. Komitmen, konsisten dan konskwen kepada guru maupun siswa h. Tidak terpengaruh oleh hal yang bersifat negatif
C. PERMASALAHAN
Permasalahan berpijak pada landasan di atas serta data yang
(lih iiiiip K iin daptif < li|K 'io lc li d e n p a ii join,‘i d a ri p e n e litia n p e n u lis akan
menganalisis agar dapat diketahui pokok-pokok permasalahan yang berhubungan dengan transformasi pendidikan agama Islam korelasinya terhadap moralitas siswa SMA Muhammadiyah Salatiga. Adapun masalah tersebut dapat diperjelas dan diperinci sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk transformasi pengajaran moral siswa pada SMA Muhammadiyah Salatiga ?
2. Bagaimana upaya guru untuk membentuk moralitas siswa SMA Muhammadiyah Salatiga?
3. Bagaiamana aplikasi pengajaran moral siswa SMA Muhammadiyah Salatiga?
D. TUJUAN PENELITIAN
Berdasar latar belakang dalam permasalahan tersebut diatas penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui bentuk transformasi pengajaran moral siswa pada SMA Muhammadiyah Salatiga.
2. Untuk mengetahui upaya guru untuk membentuk moralitas siswa SMA Muhammadiyah Salatiga.
3. Untuk mengetahui aplikasi pengajaran moral siswa SMA Muhammadiyah salai iga.
E. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam
o
peristilahannya. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku' yang dapat diamat i.‘J
Menurut S. Nasution, penelitian kualitatif disebut juga penelitian
naturalistik. Disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan
bercorak kualitatif, bukan kuantitatif, karena tidak menggunakan alat-alat pengukur. Disebut naturalistik, karena situasi lapangan penelitian bersifat 8 9
8 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, 3andung, 2003, him. 3
"natural" atau wajar, sebagaimana adanya, tanpa dimanipulasi, diatur dengan eksperimen atau test.10
Penelitian kualitatif bersifat generating theory bukan hypothesis testing sehingga teori yang dihasilkan berupa teori substantif dan teori- teori yang diangkat dari dasar (grounded theory).
2. Metode penelitian * *
Metode penelitian kulitatif ini penulis menggunakan pendektan
u *
atau metode penelitian deskriptif. Penelitin ini bersifat mendiskripsikan makna data atau fenomena yang dapat di tangkap oleh peneliti, dengan menunjukkan bukti buktinya. Pemaknaan terahadap fenomenana itu
banyak bergantung pada kemampuan dan ketajaman peneliti dalam dalam menganlisannya.11
Menurut S Nasulion, penelitin kualitatif bersifat generating theory bukan hipotesis-tesling sehinggga teory yang di hasilkan berupa theory subtantif dan teori teori yang di angkat dari dasar (grounded theory).
Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Partisipan
Observasi partisipan atau pengamatan berperan menurut Bogdan adalah penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subyek dalam lingkungan subyek, dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan
10 S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Tarsito, Bandung, 2003, him. 18
dikumpulkan socjiui sistematis dmi Ivrfciku tanpa gangguan.1'
Pendapat di atas diperkuat oleh M.Q. Patton yang menyatakan bahwa "paticipant observation is the most comprehensive oj all types
o f research strategies" Agar menjadi partisipan dan sekaligus
pengamat, peneliti hendaknya turut serta dalam berbagai peristiwa dan kegiatan.12 13 14
b. Wawancara Tak Berstruktur
Wawancara menurut Lexy J. Moleong adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.1'1
Wawancara dalam penelitian kualitatif biasanya merupakan jenis wawancara tak berstruktur. Tujuannya ialah memeperoleh keterangan yang terinci dan mendalam mengenai perspektif yang ada dalam hati dan pikiran orang lain karena hal ini tidak bisa didapat dengan cara observasi.
Wawancara tak berstruktur mempunyai ciri kurang diiterupsi
dan arbiter, daftar pertanyaan tidak disusun terlebih dahulu,
mempunyai irama yang bebas dan fleksibel.
3. Teknik Analisis Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang lersediii dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam caealan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya. Setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah maka langkah berikutnya ialah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan membuat dengan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan-satuan. Satuan itu kemudian dikategorisasikan pada langkah-langkah berikutnya. Kategori-kategori itu dilakukan sambil membuat koding. Tahap akhir dari analisis data ini ialah mengadkan pemeriksaan keabsahan data.15
G Sistematika Penulisan Skripsi
Dalam penulisan skripsi ini terdari dari V bab dengan masing masing bab memual sub bab. Sedangkan susunannya adalah sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan skripsi yang memuat tentang: Latar belakang masalah, Penjelasasan istilah, Perumusan masalah, Tujuan penelitian, Metode penelitian, Sistematika penulisan skripsi.
BAB II Landasan Teori, yang meliputi: Transformasi Pendidikan Agama Islam, Pembelajaran Sebagai Sebuah Proses, Tenaga Kepengajaran, Strategi Belajar Mengajar, Klasifiksi Strategi Belajar Mengajar, Peran
Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Moral Dan Akhlak * •' i
BAB III Transformasi pendidikan agama Islam di SM A Muhmmadiyah Salatiga. Memuat tentang : Bentuk Transformasi Pendidikan Agama Islam yang di lakukan oleh guru pada SMA Muhammadiyah Salatiga untuk membentuk akhlak yang baik, upaya guru untuk membentuk moralitas siswa SMA Muhammadiyah Salatiga, Aplikasi pengajaran moral dan upaya yang di lakukan guru terhadap akhlak siswa
BAB IV : Study Analisis Transformasi Pendidikan Agama Islam korelasinya dengan moralitas SMA Muhammadiyah Salatiga
LANDASAN TEORI
A. Transformasi Pendidikan Agama Islam
Tranformasi pendidikan agama Islam disini adalah teori pembelajaran di sekolah oleh seorang pengajar dalam proses belajar mengajar. Pendidikan agama Islam sangat di prioritaskan, karena merupakan hal dasar manusia dalam kehidupannya, manusia di kenalkan dengan budi pekerti, sopan santun, menghormati, menghargai, saling tolong menolong, dengan agama Islam akan di kenalkan sesuatu yang menyimpang sosial yang berakibat meresahkan masyarakat contoh siswa yang melakukan tawuran, bolos, hamil di luar nikah sampai, korupsi, kolusi dan nepotisme setelah lulus dari sekolah. Oleh karena itu pendidikan agama Islam sangatlah penting untuk membentuk karakter manusia yang bermoral dan mempunyai etika, sehingga dalam kehidupan selalu berpegang pada nilai-nilai Islam, yang mampu menjadi perubahan yang lebih baik dalam masyarakat serta melakukan berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan.
Berbagai kasus sosial yang selama ini kita jumpai misalnya illegal loging, kepentingan konglomerasi untuk menumpuk kekayaan, provokator yang menyebabkan konflik horizontal dalam masyarakat, adanya manusia yang berambisi untuk kekuasaan dan materi sehingga mengeluarkan kebijakan dan aturan yang menyebabkan rakyat semakin menderitra. kesenjangan sosial yang kaya semakin kaya yang miskin semakin miskin terjepit ekonominya, hal
ini karena ilmu pengetahuan yang di dapat mengesampingkan agama. Maka dari itu pendidikan agama Islam harus di prioritaskan untuk membentuk manusia yang dapat memperjuangkan Negara bangsa dan agama serta berakhir mulia.
Berbagai metode yang di gunakan dalam transformasi pendidikan adalah:
/
1. Diskusi kelompok
Metode diskusi adalah suatu cara penyampaian pelajaran dimana guru bersama-sama siswa mencari jalan pemecahan atas persoalan yang dihadapi.16 Merupakan metode yang sangat penting karena dengan metode ini dapat menjadikan siswa lebih kritis berani menyampaikan pendapat secara ilmiah. Diskusi suatu kegiatan kelompok untuk memecahkan suatu masalah bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesutu. atau untuk merampungkan keputusan bersama. Dalam diskusi, tiap orang di harapkan memberikan sumbangan sehingga seluruh kelompok kembali dengan pemahaman yang sama dalam suatu keputusan atau kesimpulan.
Beberapa hal yng harus di perhatikan dalam metode diskusi adalah: a. Tujun diskusi hrus jelas, agar pengarahan diskusi lebih teijamin
b. Peserta diskusi harus memenuhi persyaratan tertentu, dan jumlahnya di sesuikan dengan sifat diskusi itu sendiri.
c. Penentuan dan perumusan masalah yang akan di diskusikan harus jelas
d. Waktu dan tempat diskusi harus tepat, sehingga tidak akan berlarut larut.17
2. Presentasi
Metode presentasi adalah siswa memaparkan suatu topik pembelajaran atau masalah, kemudian didiskusikan di dalam forum dan difasilitasi oleh siswa yang presentasi.
3. Demonstrasi dan ekperimen
Metode demonstrsi dan eksperimen adalah suatu penyampaian pelajaran lisan disertai perbuatan atau memperlihatkan suatu proses tertentu yang kemudian diikuti atau dicoba oleh siswa untuk melakukanya. Strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan ketrampilan spesifik yang di pelajari di kelas melalui demonstrasi. Siswa diberi waktu untuk menciptakan sekenario sendiri bagaimana mereka mengilustrasikan yang baru saja dijelaskan.19 Metode demonstrsi adalah suatu metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses teijadinya sesuatu. Ini dapat di lakukan oleh guru atau orang lain yang sengaja di minta dalam suatu proses. Misalnya proses berwudlu.
Metode eksperimen adalah metode pengajaran yang di lakukan guru dan siswa bersama sama mengerejakan misalnya siswa mengerjakan shalat jumat merawat jenzah.
17 Ahmad sabari, strategi belajar mengajajr micro teching, Quntum tech i n a, jakarta, 2005, him 57
- 18 Ibid., him. 129
Metode demonstrasi dan eksperimentasi dapat dilakukan apabila: a. Anak mempunyai ketrampilan tertentu
b. Untuk memudahkan berbagai penjelasan
c. Untuk membantu anak memahmi dengan jelas jalanya suatu proses dengan penuh perhtian
d. Untuk menghindari verbalisme.20 4. Tanya jawab
Metode tanya jawab adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dalam bentuk pertanyaan dari guru yang harus di jawab oleh siswa atau sebaliknya, baik secara Hsan maupun tertulis.21 Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic, sebab pada saat yang sama teijadi dialog antara guru dengan siswa.22 Guru bertanya siswa menjawab, atau siswa bertanya guru menjawab komuniksi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secra langsung antara guru dan siswa.
5. Penelitian
Penelitian atau kerja lapangan adalah suatu metode yang memberi pengalaman langsung kepada siswa untuk melatih ketrampilan, mengopservasi, mencatat data, menganalisis data, dan menyusun laporan.23
'° Ahmad Sabari, Strategi Belajar Mengajar Micro Teching, Quntum Teching, Jakarta, 2005, him 61
21 Hisyam Zaini, Berwamy Munthe, Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi, CTSA, Yogyakarta, him., him. 122
22 Ibid him. 55
6. Simulasi
Kala simulasi berasal dari kala simulate yang artinya pura-pura atau perbuatan yang berpura-pura saja. Renliik-benluk simulasi menurut Gilstrap antara lain, peer teaching, sosiodrama, pesiko drama, game, role
playing}* Dalam metode sosiodrama adalah metode mengajar dengan
mendemonstrasikan cara bertingkah laku dalam hubungan sosil, sedangkan bermain peran menekankan kenyataan d i mana para siswa diikut sertakan dalam permainan permainan di dalam mendemonstrsikan maslah masalah sosil. Penggunn metode sosio dram dan bermain pemn di lkukn: a. Apabila ingin melatih anak anak agar mereka dapat menyelesaikan
masalah masalah yang bersifat sosil psikologis.
b. Apabila akan melatih anak anak agar mereka dapat bergaul dan memberi pemahaman terhadap orang lain serta masalahnya
e. Apabila ingin menerangkan sualu peristiwa di dalamnya menyangkut orang banyak.2>
7. Kerja kelompok
Metode keija kelompok tau bekerja dalam kelompok menganusng pengertian bahwa siswa dalam satu kelas di pndang sebagai satu kestuan kelompok tersendiri atau di bagi atas kelompok kelompok kecil sub kelompok.
Metode kerja kelompok dapat di lakukan apabila: 24 *
a. Kekurangan fasilitas di dalam kelas. Misalnya tidak cukup buku pada
■A - ' j '
siswa dalam kelas dengan metode keija kelompok sehingga masing masing kelompok dapat memperoleh sebuah buku.
b. Kemampuan siswa berbeda beda, siswa yang kurang pandai dapat bekerja sama dengan siswa yang kurang pandai.
c. Minat antra individual berbeeda beda.26 27 28
Metode kerja kelompok adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan cara siswa mengerjakan sesuatu (tugas) dalam situasi kelompok
'7*7
dibawah bimbingan guru. 8. Pemberian tugas dan resitasi
Metode pemberian tugas dan resitasi adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan cara guru memberi tugas tertentu dalam waktu yang telah ditentukan dan siswa mempertanggung jawabkan tugas yang dibebankan kepadanya. Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi lebih luas dari itu. Tugas dilaksanakan di rumah di sekolah di
perpustakaan dan di tempat lainnya, metode lugas dan resitasi merangsang anak aklil lu lajai haik secara individual ataupun secara kelompok.
9. Metode ceramah
Metode ceramah adalah metode yang dilakukan oleh guru dalam menyampaikan bahan pelajaran di dalam kelas secara lisan. Interaksi guru
dan siswa banyak menggunkan bahasa lisan. Dalam metode ceramah ini yang mempunyai peran utama adalah guru.29
Untuk merangsang agar siswa tidak jenuh maka metode ceramah dapat diterapkan. Dengan ini maka menjadikan siswa tidak tegang, metode ceramah ini sangat penting disamping membseri motivasi semangat belajar, juga dorongan utuk lebih melaksanakan ajaranya.
Dengan transpormasi pendidikan agama Islam maka peserta didik dapat beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan, memiliki ketrampilan, memiliki kesehatan rohani, memiliki kepribadian yang mandiri, memiliki tanggung jawab kemasyarakatan, memiliki rasa kebangsaan.
Ilmu pendidikan pada dasarnya adalah suatu program yakni yang mempersiapkan calon guru atau tenaga kependidikan yang professional pengertian ini memberi makna bahwa:
a. Ilmu pendidikan adalah suatu program yakni sebagai pendidikan professional.
b. Ilmu pendidikan mempersiapkan calon guru professional.
c. Ilmu pendidikan berada dalam ruang lingkup profesionalisasi tenaga pendidikan.
Jadi fungsi ilmu pengetahuan adalah menguraikan persoalan- persoalan pokok tentang pedidikan. Uraian pokok pendidikan segera berguna bagi para pendidik atau calon pendidik peranan ilmu pengetahuan
melaksanakan peranan-peranan sebagaimana diungkapkan oleh Oemar Hamalik peranan spesialisasi yaitu menyediakan materi bidang ilmu dan perangkat pengetahuan yang wajib dikuasai oleh calon guru materi yang dikuasai oleh seorang guru tiap calon guru. Materi yang dikuasai meliputi teori konsep prinsip dan berbagai strategi.
Peranan profesionalisasi, yang merupakan alat dalam kerangka sistem yang dikuasai oleh calon guru pada umumnya bagi guru pada khususnya. Ilmu pendidikan sekasigus berperan ganda yakni sebagai suatu yang akan di sampaikan dan sebagai sistem penyampaian berbagai sistem penyampaian dengan berbagai alternative pilihan. Peranan sosial kemungkinan bagi guru untuk memberikan pengabdianya kepada masyarakat dalam bidang ilmu pendidikan.30
Pegertian pedidikan agama Islam adalah usaha yang lebih khusus untuk ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagaman sobjek didik agar lebih mampu menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam implikasi dari pengertian ini, pendidikan agama Islam merupkan komponen yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan Islam. ’1
Kedudukan dalam Islam, pendidikan Islam sebagai sebuah proses pengubahan tingkah laku manusia dengan berdasar nilai-nilai normative pendidikan Islam secara etimologis di wakili oleh istilah taklim dan tarbiah yang berasal dari kata alama dan rabba mempunyai konotasi makna yang lebih luas, karena mengandung makna mengajar (allama) secara istilah pendidikan ialah tindakan yang dilakukan secara sadar dengan tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah serta potensi
j0 Toto Fathoni, Ilmu Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1987, him. 12
sumber dayu insani menuju (erbenluknyu manusia seutuhnya (insane kami h ? 2
B. Pembelajaran Sebagai Sebuah Proses
Belajar adalah suatu proses perubahan yang secara sadar yang di lakukan oleh seseorang untuk mendapatan kondisi sesuai dengan kebutuhan hidup. Belajar di lakukan orang sejak lahir hingga akhir hayatnya.33 Oleh
karena prinsip itu terciptalah bahwa konsep belajar itu berlangsung seumur hidup dan tidak ada kata terlambat untuk belajar.
Proses pembelajaran oleh seorang guru merupakan sebuah aktifi tas yang tersistem dan struktur untuk mencapai tujuan tertentu.34 Proses ini
k • ' 'i
merupakan salah satu lugas yang harus di emban oleh guru dalam upaya meningkatkan kwalitas kehidupan anak bangsa. Guru merupakan sentral pusat dari segala kegiatan yang di lakukan di sekolah gurulah yang menjadi harapan semua orang agar mampu membawa dan mengantarkan semua siswanya menuju ketingkat keberhasilan yang maksimal.
Proses pembelajaran tersebut di sesuaikan dengan kurikulum berbasis kompetensi yang selama ini telah di laksanakan meskipun belum sepenuhnya dilaksanakan, sebab ternyata metode-metode yang di harapkan di lapangan
masih belum menunjukkan ciri dari kurikulum yang berbasis kompetensi yang di harapkan mampu mendongkrak kwalitas pendidikan di Indonesia. Masih banyak guru yang menerapkan kurikulum terdahulu dengan sedikit modifikasi
32 Ibid., him. 22
yang mengajak anak sedikit lebih kreatif dan inovatif semata tanpa mengikuti aturan dari pembelajaran yang berbasis kompetensi.
Sebagai sebuah proses pembelajaran menurut ketrampilan khusus yang harus di miliki oleh guru secara pasti secara interen selalu di kembangkan sesuai dengan kebutuhan. Hal ini di sebabkan setiap generasi selalu teijadi perubahan komposisi atau keadaan dari pembelajaran itu sendiri. Setiap tahun pelajaran selalu saja teijadi perubahan visi dan misi secara signifikan, bahkan rumor yang sering kita dengar adalah bahwa dengan bergantinya orang pertama dalam dunia pendidian maka pasti akan berganti pula kebijakan dalam memimpin dan mengarahkan pendidikan yang di terapkan dalam setiap jenjang pendidikan. Aktifitas pendidikan yang sedang di kerjakan di sekolah mengacu pada kebijakan tersebut, meski sering kali teijadi benturan yang signifikan antara tuntutan pemerintah dan tuntutan masyarakat pemakai jasa pendidikan benturan-benturan yang teijadi pada dasarnya di sebaban karena adanya ketidak singkronan pemahaman antara pemerintah sebagai penanggung jawab, perencanaan pendidikan secara nasional, sekolah sebagai penyelenggara pendidian di seolah dengan orang tua sebagai pemakai jasa pendidikan.
C. Tenaga Kepengajaran
mempengaruhi pembentukan watak secara positif atau negative lewat hidupnya sendiri sebgai teladan. Tenaga pengajaran di bentuk untuk menjadi orang yang berperan utama dalam proses pembelajaran. Peran untuk menunaikan tugas pengajaran lewat pengajaran, tugas pendidikan di dalam lembaga-lembaga yang di sebut sekolah.35
Dalam hal ini merupakan tugas seorang pengajar yang dapat mentransfer berbagai macam ilmu pengetahuan dengan metode yang di gunakan peserta didik sehingga pemerdekaan manusia dapat di wujutkan dengan proses belajar mengajar. Tujuan utama proses pengajaran, atau lebih tepat tugas pembelajar adalah perkembangan sepenuhnya dari seseorang yang dijiwai semangat yang menjadi pria dan wanita yang di ciptakan Allah SWT demi sesama manusia. Tugas ini hanya dapat di mulai dan di selesaikan kalau mereka, kaum muda, remaja di SLTP atau pemuda di SMA, SMK, MA di beri kesempatan untuk menempuh jalan hidup yang memunginkan mereka menjadi pribadi dewasa atau pematangan pribadi. Ini berarti mendampingi kaum pemuda berbagi hidup dengan orang lain, sesuatu pengalaman yang membahagiakan, tetapi juga dapat menyengsarakan. Jadi pengajaran di sekolah berusaha mengubaha para kaum muda memandang diri sendiri dan makhluk insani lain, sistem dan struktur masyarakat, hasil pembelajaran adalah pria dan wanita yang kompeten, bertanggung jawab dan penuh perhatian.36
A. Admadi, Transformasi Pendidikan Memasuki Milinium Ketiga, Kanisius, Jogyakarta, 2006, him. 51
Di dalam sekolah tanggung jawab pokok untuk pembentukan moral dan intelektual tidak terletak pada salah satu prosedur atau kegiatan ekstrakurikuler dan intrakulikurer, akan tetapi pada pengajar. Suatu sekolah merupkan kebersamaan bertemu tempat berhubungan persona ontentik antara pengajar dan pelajar merupakan syarat mutlak untuk pertumbuhan sejati dari pribadi pelajar menjadi dewasa dan mandiri.
Teladan pribadi pengajar lebih penting sebagai sarana guna membantu para pelajar berkembang pada bidang nilai dari pada pelajaran atau orient, dalam komunitas sekolah seseorang pengajara akan mempengaruhu pembentukan watak secara positif atau negative melalui hidupnya sendiri sebagai teladan. Boleh di katakana masa kini para pelajar tidak mendengarkan sungguh sungguh pengajar, kalau mereka mendengarkan para pengajar karena pengajar meraka adalah saksi saksiperilaku pengajar lebih seru gaungnya dari pada suaranya. Dalam kebudayaan sekarang ini, kaum muda belajar menanggapi citra hidup dari cita cita yang di mulai di rasaan dalam hati mereka/7 Bahwa seorang pengajar merupakan pihak yang sangat berpengaruh sikap dan perilakunya dalam kesehariannya dalam peserta didik karena secara langusng berkontak sosial dalam kesehariannya. Disini letak pendidika secara langsung mempengaruhi peserta didik, pemindahan transfer ilmu tingkah laku, sikap terjadi secara lansung karena proses belajar mengajar di laksanakan, proses pembelajaran bermaksud bahwa pelajar di jadikan orang yang belajar, banyak uraian ahli filsafat mengandung bahaya mengawang dan lupa daratan
pdahal proses pembeljaran pada dasarnya menghantar pelajar melalui belajar.jadi tidak menjadikan para pelajar pandai karena mereka harus sesuai dengan mtelektual yang ada pada mereka. Proses pembelajaran adalah proses yang amat pragmatis dan kongkrit melihat dan mempergunakan nyata, terutama keadaan intelektual para pelajar, jadi pembelajaran merupakan proses yang terbatas hanya pada ranak kognitif
D. Strategi Belajar Mengajar
Strategi belajar mengajar pada dasarnya adalah tindakan nyata dari guru atau merupkan prktek guru melaksnakan pengajaran melalui cara tertentu yang di nilai lebih efektif dan efisien. Dengan kata lain strategi mengajar adalah politik atau taktik yang di gunakan guru dalam proses pembelajaran di kelas. Politik atau taktik tersebut harus mencerminkan langkah langkah yang sistematik, artinya bahwa setiap komponen pembelajaran harus saling berkaitan antar satu sama lain dan sistematik, yang mengandung pengertian bahwa pembeelajaran itu tersusun secara rapi dan logis sehingga tujuan yang di tetapkan tercapai.
melaksanakan tugas secara professional, guru memberikan wawasan yang matang tentang kemungkinan kemungkinan strategi belajar mengajar yang sesuai intruksional, tujuan belajar yang telah di rumuskan, baik dari efek intruksioanal, tujuan belajar yang di rumuskan secara eksplisit dalam proses belajar mengajar, maupun efek pengiring misalnya, kemampuan berpikir kritis kreatif, sikap terbuka setelah siswa mengikuti diskusi kelompok kecil dalam proses belajarnya.38
Menurut Neuman dan Logan sebagaimana dikutip Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo strategi meliputi empat masalah yaitu:
1. Mengidentifikasikan serta menetapkan sertifikasi perubahan tingkah laku kepribadian peserta didik sesuai dengan tujuan yang diharapkan
2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat
3. Memilih dan menetapkan prosedur metode dan tekhnik pembelajaran yang di anggap paling tepat dan efektif sehingga dapat di jadikan pegangan dan kegiata pembelajaran
4. Menetapkan norma norma dan batas minima keberhasilan atau criteria dan standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan pembelajaran.39
Ada tiga hal yang harus di perhatian guru dalam melaksanakan strategi belajar mengajar. Pertama adalah tahapan mengajar, kedua adalah penggunaan model atau pendekatan mengajar dan ketiga pengguanaan prinsip mengajar.
Dalam melaksanakan strategi pembelajaran ada tiga hal pokok yang harus di perhatikan oleh guru yaitu:
1. Tahapan mengajar
Secara umum ada tiga tahapan pokok yang terdapat pada tahapan ini yakni tahapan pemula (pra intruksional) tahapan pengajaran (intruksional) dan tahapan penilaian dan tindak lanjut
a. Menjelaskan kepada siswa, informasi tujuan penting di berikan kepada siswa. Berdasarkan pengamatan masih banyak guru yang melaksanakan ini.40
b. Menuliskan pokok materi yang akan di bahas hari itu. Pokok materi tersebut dapat di ambil dari buku yang telah disiapkan sebelumnya. Sudah barang tentu pokok materi tersebut sesuai dengan silabus dan tujuan pembelajaran, sebab materi bersumber dari tujuan.41
c. Membahas pokok materi yang telah di tuliskan. Dalam pembahasan pokok materi itu dapat di tempuh dua cara yakni: pertama pembahasan di mulai dari gambaran umum materi pengajaran menuju kepada topik secara lebih khusus. Cara ini dimulai dari topik khusus menuju topik umum.42
d. Pada setiap pokok materi yang di bahas sebaiknaya di berikan contoh- contoh konkret. Deinikina siswa harus di berikan pertanyaan atau tugas, untuk mengetahui tingkat pemahaman dan setiap pokok materi
yang telah dibahas. Dengan demikian penilain tidak hanya pada akhir pelajaran saja, tetapi juga pada saat pembelajaran berlangsun.
e. Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan setiap pokok materi sangat di perlukan.43 Alat bantu seperti alat peraga grafis mode, atau alat peraga yang di proyesikan (kalau ada) harus di siapkan sebelumnya. Alat ini di gunakan dalam empat fase kegiatan yakni (1) pada waktu guru menjawab pertanyaan pada siswa, (2) pada waktu guru menjawab pertanyaan siswa sehingga jawaban lebih jelas sehingga jawaban lebih jelas (3) pada waktu guru mengajukan pertanyaan pada siswa atau pada waktu memberi tugas pada siswa, (4) digunaan siswa pada waktu ia mengerjakan tugas yang di berikan guru dan pada waktu siswa melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian alat peraga tersebut dapat di gunakan oleh guru ataupun siswa.
f. Menyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok materi. Kesimpulan ini di buat oleh guru dan sebaiknya pokok pokoknya di tulis untuk di cata siswa kesimpilan dapat pula di buat guru bersama- sama siswa, pada kegiatan ini siswa di berikan waktu untuk mencatat kesimpulan pelajaran bertanya kepada teman temannya atau mendiskuiskan dalam kelompok.44 Harus di perhatikan bahwa kegiatan yang di tempuha dalam intrusiona, sebaiknya di titik beratkan kepada siswa yang harus lebih aktif melakuan kegiatan belajar. Untuk itu
43 Ibid, him. 7
44 Ahmad Sabri, Strategi Belajar dan Microteaching, Quntum Teaching, Jakarta, 2005,
haruslah dipilih pendekatan mengajar yang berorientasi kepada cara belajar siswa aktif.45
2. Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut
Tujuan tahapan ini mengetahui tingkat keberhasilan dari tahapan intruksional. Kegiatan yang di lakukan pada tahapan ini antara lain:
a. Mengajukan pertanyaan kepada kelas, atau siswa mengenai semua pokok materi yang telah di bahas pada tahapan ini ke dua pertanyaan yang di ajukan bersumber dari bahan pengajaran pertanyaan dapat di ajukan kepada siswa secara lisan ataupun tertulis.46 Pertanyaan ini disebut post tes. Berhasil ataupun tidaknya dapat dilihat dari dapat/ tidaknya siswa menjawab pertanyaan yang di ajukan tersebut dapat menjawab setiap pertanyaan yang di ajukan maka proses pengajaran tahapan ke dua ini di kataan berhasil.
b. Apabila pertanyaan belum dapat di jawab oleh siswa kurang dari 70% maka guru harus mengulang kembali materi yang belum di kuasai siswa. Teknik pembahasan dapat di tempuh dengan berbagai cara, cara pertama di jelaskan oleh guru sendiri atau menyuruh siswa yang sudah di anggap menguasai untuk menjelaskan pada kegiatan teijadwal. Cara kedua di adakan diskusi kelompok membahas pokok materi yang belum di kuasai. Cara ketiga memberikan tugas pekerjaan rumah yang berhubungan dengan pokok materi yang belum di kuasai melalui
kegiatan mandiri. Cara mana yang di pilih di serahan sepenuhnya pada guru.
c. Untuk memperkaya pengetahuan siswa materi yang di bahas, guru dapat memberikan tugas atau pekerajaan rumah yang ada hubungannya dengan topik atau pokok materi yang telah di bahas misalnya tugas memecahkan masalah menulis karangan, makalah, membuat kliping dan koran. Yang erat hubungannya dengan bahan yang telah di bahas. d. Akhiri pelajaran dengan menjelaskan atau memberitahukan pokok
materi yang akan di bahas pada pelajaran berikutnya. Informasi ini perlu agar siswa dapat mempelajari bahan tersebut dari sumber sumber yang di milikinya.47
Ketiga tahap yang di atas, merupakan satu rangkaian kegiatan terpadu tidak terpisahkan satu sama lain. Guru di tuntut untuk dapat mengatur waktu dan kegiatan secara fesibel, sehingga etiga rangkaaian di terima oleh siswa secara utuh. Di sini letak ketrampilan professional guru khususnya dalam melaksanakan strategi mengajar. Kemampuan mengajar seperti di uraikan di atas secara teoritis mudah di kuasai namun dalam prakteknya tidak semudah seperti di gambaran dengan latihan dan kebiasaan yang terencana kemampuan itu dapat di peroleh.
Pendekatan mengajar yang digunakan oleh guru. Beberapa pendapat mengenai pendekatan mengajar. Richard Anderson mengajukan dua pendekatan yakni pendekatan yang berorientasi kepada guru atau di
47
sebut student strered. Pendeatan pertama di sebut pula tipe otokratis dan pendekatan kedua adalah tipe demokratis. Pendapat lainnya di kemukakan
oleh Masialas, yang mengajukan dua pendapat yakni pendekatan ckspnsitori dan im|uiri. Kedua pendapat di alas pada haikalnya sama hanya nama dan islilahnyua saja yang berbeda. Sedangkan Brused Jois mengemukakan empat katagori, yakni model personel, model interaksi social dan model tingkah laku beberapa model atau pendekatan
I O
mengajar.
a. Pendekatan Ekspositeri atau Model Informasi
Pendekatan ini bertolak dari pandangan, bahawa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan di kontrol dan di tentukan oleh guru/ pengajar. Hakekat pengajar menurut pandangan ini adalah
menyampaikan informasi mengenai bahan pengajaran dalam bentu penjelasan dan penuturan secara lisan, yang di kenal dengan istilah kuliah/ ceramah/ lecture. Dalam pendekatan ini siswa di harapakan dapat menangkap dan mengingat informasi yang telah di milikinya melalui respon yang ia beriakan pada saat di berikan pertanyaan oleh guru komunikasi yang digunakan guru dalam interaksinya dengan siswa menggunakan komunikasi satu arah sebagai saksi. Oleh sebab itu kegiatan siswa kurang optimal sebab terbatas mendengarkan uraian guru, mencatat, dan sekali kali bertanya kepada guru. Guru yang kreatif biasanya dalam memberikan informasi dan penjelasan kepada
48
siswa mengunakan alat bantu seperti gambar bagan, grafik, dan lain- lain. Di samping memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan,
b. Pendekatan Inquiry atau Discovery
Pendekatan ini menganggap bahwa siswa sebagai subjek dan objek dalam belajar mempunyai kemampuan-kemampuan dasar secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Proses pembelajaran harus di pandang sebagai stimulus yang dapat menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Peranan guru lebih banyak menempatkan diri sebagai pembimbing atau pemimpin belajar dan fasilitator belajar dengan demikian, siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan permasalahan.49
Pendekatan "inquiry" merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah. Pendekatan ini menepatkan siswa lebih banyak belajar sendiri mengembangkan kreatifitas dalam pemecahan masalah. Siswa betul- betul di tempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pendekatan "inquiri" adalah pembimbing belajar dan fasilitator belajar. Tugas utama guru adalah memilih masalah yang perlu di lontarkan kepada kelas untuk di pecahkan oleh siswa sendiri. Tugas berikutnya dari guru adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka
pemecahan masalah sudah barang tentu bimbingan dan pengawasan dari guru masih tetap diperlukan, namun campur tangan atau intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah, harus dikurangi.
Pendekatan inquiri dalam mengajar termasuk pendekatan modem, yang sangat di dambakan untuk di laksanakan di setiap sekolah. Adanya tuduhan bahwa sekolah menciptakan keulture bisu tidak akan teijadi apabila pendekatan ini di gunakan. Pendekatan inquiri dapat dilaksanakan apabila syarat-syarat sebagai berikut di penuhi:
1) Guru hams trampil memilih persoalan yang relevan untuk di ajukan kepada kelas (persoalan bersumber dari bahan pelajaran yang menantang siswa/problematic) dan sesuai dengan daya nalar siswa.
2) Guru hams trampil menumbuhkan motivasi belajar siswa dan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan.
3) Adanya fasilitas dan sumber yang cukup
4) Adanya kebebasan siswa dalam berpendapat, berkarya diskusi. 5) Partisipasi siswa dalam setiap kegiatan belajar.
6) Guru tidak banyak campurtangan dan interfensi terhadap kegiatan siswa.50
Ada lima tahapan yang di tempuh dalam melaksanakan pendekatan inquiry atau discovery yakni:
50
1) Perumusan masalah untuk di pecahkan siswa
2) Menetapkan jawaban sementara atau lebih di kenal dengan istilah hipotesis
3) Siswa mencari informasi data fakta yang di perlukan untuk menjawab permasalahan /hipotesis
4) Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi.51
5) Mengaplikasikan kesimpulan atau generalisasi dalam situasi baru Metode mengajar yang digunakan guru dalam pendekatan ini antara lain metode diskusi dan pemberian tugas. Diskusi untuk memecahkan permasalahan di lakukan oleh sekelompok kecil siswa antara tiga sampai lima orang dengan arahan dan bimbingan guru. Kegiatan ini dilaksanakan pada saat tatap muka atau pada kegiatan terjadwal dengan demikian dalam pendekatan inquiry’/discovery model komunikasi yang digunakan bukan komunikasi satu arah,
c. Pendekatan interaksi sosial
Pendekatan interaksi sosial pada hakikatnya bertolak dari pemikiran pentinganya hubungan pribadi (inter/personal relationship).
Dan hubungan sosial dan individu dengan lingkungan sosialnya. Proses belajar pada hakikatnya adalah mengadakan hubungan sosial dalam pengertian siswa berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dan berinteraksi sesama kelompoknya. Langkah yang di tempuh guru dalam pendekatan ini adalah:
51
1) Guru melemparkan masalah dalam bentuk situasi sosial pada para siswa
2) Siswa dengan bimbingan guru menelusuri berbagai jawaban yang terdapat dalam situasi tersebut
3) Siswa di bertu tugas atau permasalahan untuk di pecahkan dianalisis, di keijakan sesuai dengan situasi dan kondisi
4) Dalam memecahkan masalah tersebut siswa di minta untuk mendiskusikannya
5) Siswa membuat kesimpulan dari hasil diskusinya 6) Pembahasan kembali hasil-hasil kegiatannya'2 d. Pendekatan tingkah laku (berhavioral model)
Beberapa istilah yang digunakan oleh pendekatan ini antara lain behavior modification, behavior therapy, social learning theory.
Pendekatan ini menekankan kepada teori tingkah laku individu pada dasarnya di control oleh stimulus dan respon yang diberikan individu. Penguatan hubungan stimulus dengan respon merupakan proses belajar yang menyebabkan perubahan tingkah laku. Teori ini dimulai oleh pavlo dengan teory classical conditioning, thorndike dengan teori instrumental conditioning dan di kembangkan oleh seiner dengan teori operant conditioning. Paradikma utama dalam proses belajar adalah stimulus respon. Dalam pendekatan ini langkah guru mengajar adalah sebagai berikut:
1) Guru menyajikan stimulasi belajar kepada siswa mengamati tingkah laku siswa dalam menanggapi stimulus yang di berikan guru (respon siswa)
2) Menyediakan atau memberikan latihan kepada siswa dalam memberikan respon terhadap stimulus
3) Memperkuat respon siswa di pandang paling sebagai jawaban terhadap stimulus.53
Aspek penting dari pendekatan ini adalah memilih siswa dan memperkuat respon siswa yang paling tepat terhadap stimulus.
Bagan 1 Tahap Pengajaran E. Klasifikasi Strategi Belajar Mengajar
Menurut Tabrani Rusyan ada berbagai masalah sehubungan dengan strategi belajar mengajar yang secara keseluruhan digolongkan sebagai berikut:
1. Konsep dasar strategi belajar mengajar 2. Sasaran kegiatan belajar
3. Belajar mengajar sebagai suatu sistem 4. Hakikat proses belajar
5. Entering behavior siswa
. . K ' ' 7
6. Pola-pola belajar siswa
7. Pemilian sistem belajar mengajar
8. Pengorganisasian kelompok belajar54
1. Konsep dasar strategi belajar mengajar
Konsep dasar strategi belajar mengajar meliputi:
a. Menetapkan spesifikasi dan kualilikasi perubahan perilaku
b. Menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan dengan masalah
belajar mengajar dan memilih prosedur, metode dan teknik belajar mengajar.
c. Norma dan criteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar. 2. Sasaran kegiatan belajar
Mempunyai sasaran dan tujuan. Tujuan itu bertahap dan berjenjang mulai dari yang sangat operasional dan konkret, yakni tujuan pembelajaran khusus dan tujuan pembelajaran umum, tujuan kurikuler, tujuan nasional sampai kepada tujuan yang bersifat universal. Persepsi guru dan persepsi peserta didik mengenai tujuan yang akan dicapai sasaran itu harus diterjemahkan kedalam ciri-ciri perilaku kepribadian yang di dambakan. Dalam tingkat sasaran dan tujuan yang universal, manusia yang di
id a m k a n te rse b u t m e m ilik i k u a lilik a s i :
a. Pengembangan bakat secara optimal
b. I lu b im g a n a n ta r m a n u s ia
54
c. Efisiensi secara ekonomi
d. Tanggung jawab selaku warga negara.35
Pandangan hidup para guru maupun siswa akan turut mewarnai gambaran karakteristik sasaran manusia idaman konsekuensinya akan mempengaruhi juga kebijaksanaan tentang perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta penilaian terhadap kegiatan belajar mengajar.
3. Belajar mengajar sebagai suatu sistem
Belajar mengajar sebagai suatu sistem intruksional mengacu pada pengertian sebagai seperangkat komponen yang saling bergantungan antara satu dan lainnya untuk mencapai tujuan sebagai suatu sistem belajar mengajar meliputi komponen antara lain: tujuan, bahan siswa, guru metode, situasi, dan evaluasi. Agar tujuan itu tercapai semua komponen yang ada harus di organisasikan sehingga setiap komponen itu terjadi keijasama. Oleh karena itu guru tidak boleh hanya memperlihatkan komponen tertentu saja misalnya metode, bahan dan evaluasi saja, tetapi harus mempertimbangkan komponen secara keseluruhan.
Berbagai persoalan yang dihadapai guru antara lain adalah : a. Tujuan-tujuan apa yang hendak di capai
b. Materi pelajaran apa yang perlu dicampaikan c. Metode dan alat apa yang harus dipakai
d. Prosedur apa yang akan di tempuh untuk melakukan evaluasi55 56
55 Ibid., him. 18
Secara khusus dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai pengajar pembimbing perantara sekolah dengan masyarakat, administrator, untuk itu wajar bila guru memahami segenap aspek pribadi peserta didik seperti :
a. Kecerdasan dan bakat khusus b. Prestasi sejak permulaan sekolah
c. Perkembangan jasmani dan kesehatannya d. Kecendrungan emosi dan karakternya e. Sikap dan minat belajar
f. Cita-cita
g. Kebiasaan belajar dan bekeija
h. Hobi dan penggunaan waktu sengang i. Hubungan sekolah dan rumah
j. Latar belakang keluarga k. Lingkungan tempat tinggal
l. Sifat-sifat khusus dan kesulitan anak didik^7
Usaha untuk memahami peserta anak didik dilakukan melalui evaluasi, selain guru mempunyai kewajiban untuk melaporkan perkembangan hasil belajar para siswa, kepala sekolah, orang tua. serta instansi yang terkait.
4. Hakikat proses belajar
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman
r o
dan pelatihan/ Artinya tujuan kegiatan belajar ialah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, ketrampilan, sikap bahkan segenap aspek pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, menilai proses dan hasil belajar, termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru.
5. Entering behavior siswa
Hasil kegiatan belajar mengajar tercermin dalam perubahan perilaku, baik secara material substansi sal, struktur fungsional maupun secara behavioral. Yang di persoalkan adalah kepastian mengetahuan yang bersangkutan untuk itu harus mengetahui karakteristik perilaku siswa yang telah dimiliki ketika mau masuk sekolah dan mengikuti kegiatan belajar mengajar itulah yang dimaksudkan dengan entering behavior.59
6. Pola-pola belajar siswa
Gagne menggolongkan pola-pola belajar siswa ke dalam delapan tipe dimana yang satu merupakan prasyarat bagi yang lainnya yang lebih tinggi tingkatannya masing-masing tipe dapat dibedakan dari yang lainnya dilihat dari kondisi yang diperlukan buat berlangsungnya proses belajar bagi yang bersangkutan, kedelapan tipe tersebut adalah :
a. Singal learning (belajar isyarat) diartikan sebagai pola-pola dasar perilaku involuntray tidak di sengaja atau tidak di sadari tujuannya
5 8 5 9
Ibid., him. 20
b. Stimulus respon learning (belajar rangsangan tanggapan)
c. Chaining (mempertautkan) prinsip kesinambungan, pengulangan, dan
reinformed penting bagi berlangsungnya proses chaining dan
association
d. Discrimination learning (belajar membedakan) mengadakan seleksi
dan pengujian antara dua perangsang atau sejumlah stimulus yang diterimannya. Kemudian memilih pola-pola respon yang dianggap paling sesuai
e. Concept learning (belajar pengertian) dengan berdasarkan kesamaan
ciri-ciri dari kesimpulan stimulus dan objek-objeknya ia membentuk suatu pengertian atau konsep utama yang diperlukan yaitu kemahiran diskriminasu dan proses kognitif fundamental sebelumnya
f. Rule learning (belajar membuat generalisasi, hukum dan kaidah) siswa
belajar mengadakan kombinasi sebagai konsep dengan mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (induktif, deduktifanalisy, sintesis asosiasi, defensisasi, komparasi dan kausalitas) supaya anak didik dapat memberikan kesimpulan yang selanjutnya dapat di pandang sebagai aturan: prinsip dalil aturan hukum dan akidah
yang menggambarkan atau membangkitkan situasi problematika, mempergunakan berbagai kaidah yang telah dikuasai.60
F. Peran Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Moral dan Akhlak Banyak anak yang tidak melakukan shalat lima waktu dengan tertip tidak melakukan puasa di bulan ramadhan dan tidak berakhlak, masih terjadi tawuran antar pelajar bahkan sampai memakan korban jiwa masih terjadi pelanggaran susila seperti perkosaan serta tingginya prosentasi penguna obat terlarang dan minuman keras di kalangan anak sekolah.
Masih meluasnya korupsi, kolusi dan nepotisme di semua sektor kemasyarakatan merupakan isyarat masih lemahnya kendali akhlak di dalam diri seseorang sehingga bersifat konsumtif berperilaku hidup mewah dan mudah tergoda untuk berbuat tidak baik ini menggambarkan kurang berperannya pendidikan agama.
Alasan kekumgan berhasilnya pendidikan agama di sekolah oleh sebagian pendapat dikatakan karena: isi pendidikan agama di sekolah terlalu akademis, terlalu banyak topik banyak pengulangan yang tidak perlu.61 Akhlak dalam perilaku hampir tidak di perhatikan, terkecuali dalam sifat kognitif dan hapalan di dalam hal pengajaran Al-Qur'an, proses yang ada hampir tidak memungkinkan anak didik memiliki kemampuan membaca dn menulis Al-Qur'an dengan baik, karena metode yang dipakai tidak memadai harapan terhadap pendidikan agama.
60 Ibid., him. 25
Harapan undang-undang terhadap pendidikan agama tercermin dalam tujuan nasional pendidikan yang menegaskan bahwa tujuan nasional pendidikan Indonesia adalah tercapainya kualitas manusia Indonesia yang mempunyai kriteria.
1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 2. Berbudi pekerti luhur
3. Memiliki pengetahuan 4. Memiliki ketrampilan
5. Memiliki kesehatan jasmani 6. Memiliki kesehatan rohani
7. Memiliki kepribadian yang mantap 8. Memiliki keperibadian yang mandiri 9. Memiliki tanggung jawab kemasyrakatan
10. Memiliki rasa kebangsaan62
Keselupuh nilai di atas mengharuskan adanya usaha yang sungguh- sungguh untuk memberikan pendidikan agama yang sebaik-baiknya kepada generasi muda calon elit bangsa. Sasaran yang ingin di capai bukan hanya anak Indonesia yang sekedar kuat penalarannya tetapi manusia yang utuh ke pribadiannya, berakhlak luhur. Tujuan ini akan dapat di capai bila pendidikan agama dapat di berikan secara tepat dan benar.
Harapan masyarakat terhadap pendidikan agama di sekolah di nyatakan oleh orang tua di ungkapkan yang sederhana anaknya menguasai
62Ibid.,
dasar-dasar agama termasuk kemampuan membaca Al-Qur'an dan berdoa anaknya taat beribadah (shalat, puasa, zakat) dan berakhlak luhur.
1. Akhlak atau budi pekerti adalah inti ajaran agama
Akhlak adalah tahap ketiga, menyatakan dengan keimanan dengan mengucapkan syahadat tahap kedua melakukan ibadah seperti shalat, zakat, puasa termasuk membaca Al-Qur'an dan berdoa dan tahap ketiga sebagai buah dari keimanan dan ibadah adalah akhlak.
Akhlak merupakan fungsionalisasi agama. Artinya keberagamaan menjadi tidak berarti bila tidak di buktikan dengan berakhlak orang mungkin banyak shalat, puasa, membaca Al-Qur'an dan berdoa tetapi jika perilakukany tidak berakhlak seperti merugikan orang, tidak jujur, korupsi dan lain-lain pekerjaan tercela, maka keberagamaan menjadi tidak benar dan sia-sia.63
Akhlak adalah perilaku sehari-hari yang dicerminkan dalam ucapkan sikap dan perbuatan.64 Bentuknya yang kongkrit adalah hormat dan santun kepada orang tua, guru dan sesama manusia, suka bekerja keras, peduli dan mau membantu orang lemah/ mendapat kesulitan, suka belajar, tak suka membuang-buang waktu untuk hal yang tidak berguna, menjauhi dan tidak mau melakukan kerusakan/vandalisme, merugikan orang mencuri, menipu atau berbohong. Terpercaya jujur pemaaf dan berani. Tidak mau minum minuman keras mengharamkan obat terlarang dan menjauhi perilaku menyimpang, apalagi melakukan hubungan sek
dengan hukan istrinya bercita-cita luhur untuk memajukan bangsa dan mengatasi masalah kemanusiaan.
Dalam rangka yang lebih luas berakhlak berarti hiduo untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam asrtinya hidup berguna bukan hanya untuk umat Islam tetapi untuk seluruh umat manusia dan alam sekitarnya bersikap santun dan tidak merusak nilai-nilai kemanusiaan, hewan, tumbuh tumbuhan, udara, dan air sebagai ciri manusia berakhlak luhur. 2. Mengajarkan akhlak
Pemberian pelajaran akhlak tidak hanya sekedar menyuruh, menghafal nilai-nilai normatif khlak secara kognitif, yang di berikan dalam bentuk ceramah dan di akhiri dengan ulangan akhlak harus di ajarkan sebagai perangkast sistem yang satu sama lain saling berkait dn mendukung yang mencangkup guru agama, guru bidang studi lain, pimpinan sekolah, kurikulum, bahan dan sarana tapi juga mencangkup orang tua, tokoh masyarakat dan pimpinan formal.
Guru agama adalah motor penggerak pendidikan agama, karena itu ia adalah pribadi berakhlak yang di cerminkan dalam dirinya dengan disiplin tinggi, berwibawa cerdas, gemar belajar, menguasai metode dan memiliki kepemimpinan.65 Ia harus tekun bekerja memeriksa semua penugasan kepada semua murid sekaligus memberikan bimbingan teguran dan sangsi.
Guru bidang studi lain tidak kalah pentingnya dalam mendukung proses pendidikan agama bagi anak didiknya. Guru bidang studi lain juga
65