• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Servis Atas dengan Pendekatan Konvensional

a. Pengertian Pendekatan Konvensional

Ditinjau Dari Kamus Umum Bahasa Indonesia (2001: 592) konvensional

diartikan, “kesepakatan, umum seperti adat istiadat, kebiasaan, kelaziman dan tradisional”. Berdasarkan pendapat tersebut, maka pengertian pendekatan konvensional diartikan pendekatan tradisional. Berkaitan dengan pendekatan

tradisional Amung Ma’mun & Toto Subroto (2001: 7) menyatakan, “pendekatan

tradisional adalah cara belajar yang lebih menekankan komponen-komponen teknik”.

Sedangkan Beltasar Tarigan (2001: 15) berpendapat, “pendekatan tradisional

mempunyai pengertian yang sama dengan pendekatan teknik yaitu pembelajaran yang

menekankan pada penguasaan keterampilan atau teknik dasar suatu cabang olahraga”.

Berdasarkan pengertian pendekatan tradisional yang dikemukakan dua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendekatan konvesional merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada penguasaan teknik suatu cabang olahraga yang dalam pelaksanaanya dilakukan secara berulang-ulang. Dalam hal ini pembelajaran service atas dengan pendekatan konvesional dilakukan drilling atau latihan secara

terus menerus. Sugiyanto (1996: 72) menyatakan, “dalam pendekatan drill siswa melakukan gerakan-gerakan sesuai dengan apa yang diinstruksikan guru dan melakukannya secara berulang-ulang”. Pengulangan gerakan ini dimaksudkan agar

terjadi otomasisi gerakan. Oleh karena itu, dalam pendekatan konvensional perlu disusun tata urutan pembelajaran yang baik agar siswa terlibat aktif, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal. Lebih lanjut Sugiyanto (1996: 72) memberikan

commit to user

beberapa saran yang perlu dipertimbangkan apabila pendekatan drill yang digunakan yaitu:

1. Drill digunakan sampai gerakan yang benar bisa dilakukan secara otomatis atau menjadi terbiasa, serta menekankan dalam keadaan tertentu gerakan itu harus dilakukan.

2. Pelajaran diarahkan agar berkonsentrasi pada kebenaran pelaksanaan

gerakan serta ketepatan penggunaannya. Apabila pelajar tidak meningkat penguasaan geraknya, situasinya perlu dianalisis untuk menemukan penyebabnya dan kemudian membuat perbaikan pelaksanaannya. 3. Selama pelaksanaan drill perlu selalu mengoreksi agar perhatian tetap

tertuju pada kebenaran gerak.

4. Pelaksanaan drill disesuakan dengan bagian-bagian dari situasi permainan olahraga yang sebenarnya. Hal ini bisa menimbulkan daya tarik dalam latihan.

5. Perlu dilakukan latihan peralihan dari situasi drill ke situasi permainan yang sebenarnya.

6. Suasana kompetetif perlu diciptakan dalam pelaksanaan drill, tetapi tetap ada control kebenaran geraknya.

Saran-saran dalam pendekatan drill tersebut sangat penting untuk dipahami dan dimengerti oleh seorang guru dalam pelaksanaan mengajar keterampilan gerak. Seorang guru harus mampu menyusun tugas-tugas ajar secara baik, dapat membelajarkan siswa secara aktif sehingga pelaksanaan proses belajar mengajar berjalan secara kondusif.

b. Pelaksanaan Pembelajaran Servis Atas dengan Pendekatan Konvensional

Bertolak dari kesimpulan pendekatan konvensional tersebut diatas, maka pembelajaran servis atas dengan pendekatan konvensional yaitu dengan memilah-milah teknik gerakan servis atas. Bagian-bagian teknik servis atas dipelajari secara berulang-ulang dari sikap permulaan, gerakan pelaksanaan dan gerak lanjut. Kerangka kerja pendekatan konvensional yang diterapkan terangkum dalam table sebagai berikut :

commit to user

Teknik Proses Pembelajaran

1. Sikap permulaan

2. Gerak pelaksanaan

3. Gerak lanjutan

a. Di jelaskan sikap siap servis atas

b. Dijelaskan posisi kaki yang benar, sikap badan, posisi kedua tangan

c. Siswa mempraktekkan sikap permulaan servis

atas sesuai dengan instruksi

a. Dijelaskan cara melambungkan bola dan

tingginya lambungan bola.

b. Dijelaskan gerakan lengan pemukul dan

perkenaan lengan dengan bola.

c. Siswa mempraktekkan sesuai instruksi dari guru.

a. Dijelaskan sikap atau gerakan kaki setelah

memukul bola.

b. Dijelaskan maksud dan tujuan setelah melakukan

pukulan servis langsung masuk kelapangan dan melakukan sikap siap normal kembali.

c. Siswa mempraktekkan sesuai dengan instruksi

guru.

Berdasarkan kerangka pembelajaran servis atas tersebut, guru bertugas mengorganisasi pembelajaran di antaranya mengatur tata urutan pembelajaran, formasi pembelajaran, alokasi waktu pembelajaran dan lain sebagainya. Disamping itu juga, menciptakan kondisi belajar yang menggairahkan adalah sangat penting, agar siswa terhindar dari rasa bosan. Dalam hal ini seorang guru harus mampu menciptakan variasi-variasi pembelajaran servis atas, misalnya servis atas di arahkan pada sasaran yang berubah-ubah dan sebagainya.

commit to user

Keaktifan siswa melakukan tugas ajar sangat di tuntut dalam pendekatan

konvensional. Seperti dikemukakan Rusli Lutan (1988: 399) bahwa “keaktifan sendiri

dari pihak siswa merupakan kunci utama penguasaan dan pemantapan gerak. Kelangsungan proses latihan pada tahap berikutnya ialah penguasaan teknik yang ideal. Hal ini tergantung pada inisiatif dan self-activity dari pihak siswa itu sendiri”.

Sedang guru bertugas mengarahkan penguasaan gerak, melakukan koreksi dan evaluasi setiap terjadi kesalahan teknik adalah penting terhindar dari pola gerakan yang salah dari teknik yang dipelajari. Seperti dikemukakan Sugiyanto (1996: 72)

bahwa“setiap pelaksanaan drill perlu selalu mengoreksi agar perhatian tertuju pada

kebenaran gerak”.

c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Servis Atas dengan pendekatan Konvensional

Berdasarkan pengertian dan pelaksanaan pembelajaran servis atas dengan pendekatan konvensional yang telah di kemukakan di atas dapat di identifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan pembelajaran servis atas dengan pendekatan konvensional antara lain :

1) Siswa dapat memperagakan atau mempraktekkan teknik servis atas dengan baik dan benar.

2) Kesalahan teknik dapat dikenali lebih awal karena ada koreksi dari guru, sehingga dapat meminimalkan kesalahan teknik.

Pembelajaran servis atas dengan pendekatan konvensional memiliki kelemahan antara lain :

1) Dapat menimbulkan rasa bosan, karena harus mengulang–ulang gerakan yang sama secara terus menerus dan menunggu giliran untuk melakukan tugas ajar.

commit to user

2) Hasrat gerak siswa tidak terpenuhi karena pembelajaran harus dilakukan secara runtut.

3) Siswa kurang ada tantangan dalam melakukan servis atas karena gerakan terlalu

monoton.

2. Pembelajaran Servis Atas dengan Gaya Inklusi

a. Gaya Mengajar

Pembuatan keputusan pada awal pengajaran tentang gaya mengajar yang akan digunakan oleh guru pendidikan jasmani sangatlah penting untuk mencapai pengajaran yang sukses. Bila gaya mengajar tidak direncanakan , maka guru pendidikan jasmani akan menghadapi kesukaran untuk menyampaikan materi. Berkaitan dengan gaya mengajar Husdarto dan Yudah M. Saputra (2000: 21)

menyatakan, “gaya mengajar merupakan interaksi yang dilakukan oleh guru dengan

siswa dalam proses belajar mengajar agar materi yang disajikan dapat diserap oleh

siswa”. Sedangkan Srijono Brotosuroyo, Sunardi dan M. Furqon (1994: 250)

berpendapat, “gaya mengajar didefinisikan dengan keputusan-keputusan yang dibuat oleh guru dan dibuat oleh siswa di dalam episode atau peristiwa belajar yang

diberikan”.

Berdasarkan pengertian gaya mengajar yang dikemukakan dua ahli tesebut dapat disimpulkan bahwa, gaya mengajar merupakan cara atau siasat yang dilakukan guru untuk mengaktifkan dan menggiatkan partisipasi siswa dalam melaksanakan tugas-tugas dari guru. Dalam hal ini guru dapat memilih atau menerapkan gaya mengajar tertentu untuk menyampaikan materi pelajaran dan mengatur kegiatan belajar. Dalam hal ini Muska Mosston dan Sara Ashworth (1992: 17-116)

mengelompokkan gaya mengajar menjadi 5 yakni “(1) The command style, (2) The practice style, (3) The reciprocal style, (4) The shelf-check style, (5) The inclusion style”.

commit to user

Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar sangat penting untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Penerapan gaya mengajar ini dikaitkan dengan pengelolaan lingkungan belajar dan atmosfir belajar mengajar .

b. Pengertian Gaya Inklusi

Setiap gaya mengajar memiliki karekteristik sendiri-sendiri dan masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan. Menurut Muska Mosston dan Sara Ashworth (1992: 116) bahwa gaya mengajar inklusi adalah gaya mengajar yang dirancang oleh guru, di mana rancangan pembelajaran yang dibuat didasarkan pada kemampuan masing-masing siswa. Dari rancangan tersebut siswa diberi kebebasan untuk melaksanakan tugas ajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Menurut Husdarta dan Yudha M. Saputra (2000: 30) tujuan gaya mengajar inklusi

adalah “untuk membelajarkan siswa pada level kemampuan masing-masing siswa”.

Gaya mengajar lainnya yang memiliki pengertian hampir sama dengan gaya inklusi adalah gaya tugas. Berkaitan dengan gaya tugas Rusli Lutan (2000: 32) menyatakan:

Ciri gaya tugas yaitu guru bertanggungjawab menentukan tujuan pengajaran, memilih aktivitas dan menetapkan tata urut kegiatan untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam gaya tugas ini siswa ikut serta menentukan cepat atau lambatnya tempo belajar. Guru memberi keleluasaan bagi setiap siswa untuk menentukan sendiri kecepatan belajar dan kemajuan belajarnya.

Berdasarkan tiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, gaya mengajar inklusi merupakan gaya mengajar yang mempunyai tujuan membelajarkan siswa berdasarkan kemampuan masing-masing siswa. Dalam hal ini siswa melakukan tugas ajar sesuai dengan rancangan yang telah dibuat guru, dimana rancangan ini dibuat dengan tingkatan-tingkatan dari yang sederhana atau mudah, sedang atau tingkatan yang lebih sulit. Peranan siswa dalam gaya inklusi adalah mencoba melakukan gerakan untuk setiap tingkatan sesuai dengan kemampuannya. Siswa dapat memilih

commit to user

gerakan yang mereka anggap mampu. Siswa dapat melanjutkan aktivitasnya pada level yang lebih sukar atau sulit, jika sebelumnya telah dikuasai.

Peranan guru dalam gaya inklusi adalah mempersiapkan tugas gerak yang akan dilakukan siswa dan menentukan tingkat kesukaran di dalam tugas gerak yang akan diberikan. Guru harus mempersiapkan keriteria untuk masing-masing tahapan tugas.

Berdasarkan pengertian gaya inklusi di atas, gaya mengajar inklusi ini memiliki karakteristik yaitu, siswa diberi kebebasan untuk melakukan tugas gerak yang telah disusun oleh guru. Siswa dapat melakukan tugas gerak sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Dengan kata lain, siswa diberikan pembelajaran servis atas bola voli dari rancangan yang sederhana atau mudah, untuk kemudian meningkat pada rancangan yang lebih sulit atau kompleks.

c. Pembelajaran Servis Atas Gaya Inklusi (Net meningkat dengan Jarak Bertahap)

Pembelajaran servis atas gaya Inklusi dengan net meningkat jarak bertahap berorientasi pada kondisi siswa yang belum siap atau belum mampu melakukan servis dari jarak yang sebenarnya. Seringkali servis atas dari jarak sebenarnya maupun dengan tinggi net yang sesuai kurang dapat dilakukan dengan baik, bolanya sering menyangkut net, atau bolanya melenceng diluar lapangan permainan. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu disusun cara belajar dari yang mudah atau sederhana, untuk selanjutnya ditingkatkan secara bertahap. Menurut Sugiyanto (1996: 64) bahwa:

Berdasarkan pertimbangan tingkat kesulitan dan tingkat kompleksitas,

penyusunan materi pelajaran hendaknya mengikuti prinsip-prinsip

penyusunan materi keterampilan yaitu: (1)dimulai dari materi belajar yang mudah dan ditingkatkan secara berangsur-angsur ke materi yang lebih sukar, (2) dimulai dari materi belajar yang sederhana dan ditingkatkan secara berangsur-angsur ke materi yang semakin komplek.

commit to user

Dari pendapat yang di kemukakan tokoh di atas ada pendapat lain yang dikemukakan Rusli Lutan dan Adang Suherman (2000: 76) bahwa:

Manakala kondisi sebenarnya menjadi penghambat belajar keterampilan tertutup, rubahlah kondisi latihan itu pada tingkat yang bisa dilakukan siswa selama perubahan kondisi tersebut tidak merusak integritas skill yang dipelajarinya. Pada kesempatan ini ubahlah orientasi pembelajaran agar lebih menekankan pada efisiensi (proses) daripada efektivitas (produk). Jelaskanlah pengetahuan hasil tentang proses. Untuk elanjutnya tingkatkan kondisi. Berdasarkan dua pendapat ahli diatas menunjukkan bahwa, pembelajaran servis atas dengan net meningkat dan jarak bertahap merupakan cara belajar yang dilakukan dalam pembelajaran servis atas dengan gaya inklusi, karena servis atas dari jarak maupun tinggi net yang sesuai siswa mengalami kesulitan. Pembelajaran servis atas ini dilakukan dari kondisi yang mudah atau sederhana baik dari tinggi net maupun jarak servis secara bertahap di tingkatkan menuju yang sebenarnya atau sesuai. Belajar tahap demi tahap hasilnya akan lebih baik. Hasil yang dicapai pada tahap awal bisa menjadi modal untuk mempelajari materi berikutnya. Kemampuan fisik dan gerak akan berkembang sejalan dengan aktifitas mempraktekkan gerak berulang-ulang. Dengan meningkatnya daya fisik dan gerak akan menjadi siap untuk mempelajari gerakan-gerakan yang semakin sukar atau berat dan kompleks.

Pelaksanaan pembelajaran servis atas yaitu: Berdasarkan jadwal yang direncanakan yaitu selama enam minggu dengan tiga kali pembelajaran dalam satu minggu. Pada minggu pertama servis atas dilakukan dengan tinggi net putri (2,10 meter), setelah tiga kali pertemuan tinggi net di naikkan 6 cm (dari sisa ketinggian 2,10 yaitu 33 cm di bagi 5 minggu yaitu 6,6 diambil 6 cm) dan seterusnya hingga ketinggian net pada ketinggian yang sebenarnya (prinsip overload). Jarak servis pada pertemuan 1 adalah 3 m. dari program yang dijadwalkan ada jarak sisa 6 meter. Dari 6 meter di bagi 5 minggu hasilnya 1,20 m. Dengan demikian jarak servis setelah tiga kali pertemuan jaraknya ditambah 1,20 m.. Dari jarak servis dan tinggi net yang bertahap sampai mencapai tinggi dan jarak servis yang sebenarnya tersebut di harapkan siswa akan lebih mudah menyeberangkan bola ke daerah lapangan lawan.

commit to user d. Kelebihan dan Kelemahan Mengajar Inklusi

Mengajar gaya inklusi merupakan bentuk mengajar yang menekankan pada tingkat kesukaran dan kompleksitas gerakan yang dipelajari. Tingkat kemudahan atau kesukaran tugas gerak telah disusun atau dirancang oleh guru dan siswa dapat memilih tugas ajar sesuai dengan kemampuannya. Berdasarkan hal tersebut, gaya mengajar inklusi dapat di identifikasi kelebihan dan kelemahannya.

Kelebihan gaya mengajar inklusi terhadap penguasaan teknik dasar bolavoli antara lain:

1. Siswa dapat mengukur tingkat kemampuannya masing-masing, sehingga

dapat menentukan dan memilih tugas ajar sesuai dengan kemampuannya.

2. Belajar tahap demi tahap mempunyai dampak yang lebih baik, sehingga akan

memberi kemudahan untuk mempelajari tugas gerak yang lebih sulit atau rumit.

3. Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, karena merasa tertantang dengan

tugas ajar yang semakin sukar atau rumit.

Sedangkan kelemahan gaya mengajar inklusi terhadap penguasaan teknik dasar bolavoli antara lain:

1. Dibutuhkan ketelatenan dan kesabaran dalam pembelajaran, karena menuntut

kemampuan yang memadai sebelum mempelajari tahap berikutnya.

2. Waktu yang dibutuhkan lebih lama, bila pada tahap sebelumnya siswa belum

menguasai dengan baik.

3. Kemampuan yang dicapai siswa akan berbeda, siswa yang terampil akan semakin berkembang, sedangkan yang kemampuannya rendah peningkatan kemampuan agak lambat.

commit to user

3

. Permainan Bolavoli

a. Pengertian Permainan Bolavoli

Permainan bolavoli merupakan cabang olahraga yang cukup populer yang diciptakan oleh William G. Morgan pada tahun 1895. Dia adalah seorang Pembina pendidikan jasmani pada organisasi Young Man Cristian Association (YMCA) di kota Massachusetts, Amerika Serikat. Mula-mula permainan bolavoli diberi nama Mintonette, di mana permainanya hampir serupa dengan permainan badminton. Jumlah pemain tidak terbatas, sesuai dengan tujuan yaitu untuk mengembangkan kesegaran jasmani para buruh di samping bersenam umum. Kemudian permainan diubah menjadi Volleyball yang artinya memvoli bola berganti-ganti. Pada tahun 1992 YMCA berhasil mengadakan kejuaran nasional bolavoli di negara Amerika Serikat. Pertandingan bolavoli yang pertama tahun 1947 di polandia. Pada tahun 1948 IVBF(Internasional Volley Ball Federation) didirikan dengan beranggotakan 15 negara dan berpusat di Paris.

Bolavoli masuk ke Indonesia pada tahun 1928, yang dibawa oleh serdadu-serdadu Belanda, serta guru yang di datangkan dari Belanda, sewaktu mereka bertugas di Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, bekas angkatan perang Belanda yang bergabung dengan TNI, ikut mempopulerkan bolavoli. Pada PON III tahun 1953 di Medan (sumatera Utara) bola voli mulai dipertandingkan. Pada tahun 1954, Surabaya dan Jakarta mulai membentuk organisasai bolavoli nasional, atas jasa Dr. Azis Saleh, waktu itu menjabat komisaris teknik KOI (Komite Olimpiade Indonesia). Setelah diadakan pertemuan IBVOS (Surabaya) dan PERVID (Jakarta), bersepakat membentuk Organisasi bolavoli nasional. Dan pada tanggal 22 januari 1955, lahirlah

Organisasi persatuan Bolavoli Indonesia(PBVSI), dengan ketuanya W.J. Latumenten.

Prestasi yang pernah dicapai Indonesia adalah juara Asia dalam Asian Game IV tahun 1962, Ganefo I di Jakarta, juara putra Sea Games XI di Manila, juara putri Sea Game XII di Singapura.

commit to user

Permainan bola voli merupakan cabang olahraga beregu atau tim. Permainan bolavoli dimainkan oleh dua tim yang masing-masing tim terdiri dari enam orang pemain. Permainan bolavoli dimainkan di atas lapangan berbentuk empat persegi panjang berukuran 18 X 9 meter yang dipisahkan oleh net. Pelaksanaan permainan bola voli yaitu dengan memvoli atau memantulkan bola. Syarat pantulan bola harus sempurna tidak terjadi pukulan ganda. Bola divoli atau dipantulkan sebanyak tiga kali dan selanjutnya diseberangkan kedaerah permainan lawan. Seperti dikemukakan

Amung Ma’mun dan Toto Subroto (2001: 43) bahwa, “Pada dasarnya prinsip

bermain bolavoli adalah memantulkan bola agar jangan sampai bola menyentuh lantai, bola di mainkan sebanyak-banyaknya tiga kali sentuhan dalam lapangan sendiri dan mengusahakan bola hasil sentuhan itu diseberangkan ke lapangan lawan

melewati jaring dan masuk sesulit mungkin”.

Seiring dengan upaya penyempurnaan permainan agar lebih menarik, maka unsur-unsur dalam permainan bolavoli mengalami perubahan. Dalam sejarahnya, perkembangan bolavoli menyangkut empat hal pokok, yaitu: Teknik, Peraturan permainan, sarana dan perlengkapan, dan perkembangan bentuk permainan. Perkembangan teknik diarahkan pada peningkatan keterampilan gerak, dirancang agar bola yang dimainkan dapat dilewatkan melalui jaring ke lapangan lawan sehingga lawan tidak mampu mengembalikan bola atau mengalami kesulitan untuk mengembalikan bola dengan baik, tanpa mengabaikan peraturan permainan bola voli. Pada awalnya servis dilakukan, semata-mata hanya membuka permainan. Dalam perkembangannya, servis dimanfaatkan sekaligus sebagai serangan. Caranya pemain yang melakukan servis melompat ke udara setelah bola dilambungkan, mirip pelaksanaan spike. Kini teknik itu sudah menjadi bagian keterampilan bermain bolavoli. Demikian juga dengan teknik spike, Dalam permainan bola voli sekarang bukan hanya pemain depan yang berfungsi melakukan serangan, tetapi pemain belakang pun mampu melakukanya. Tentu pelaksanan seperti itu tidak melanggar peraturan. Telapak kaki saat tolakan dilakukan tidak didalam daerah depan (daerah tiga meter). Pelaksanaan spike itu membutuhkan power yang besar untuk mampu

commit to user

melompat ke atas depan melakukan serangan. Berkaitan dengan hal tersebut

Soedarwo, Sunardi & Agus Margono (2000: 31) menyatakan, “Teknik bermain bola

boli terus berkembang sesuai dengan peraturan permainan yang berlaku, dan yang seharusnya selalu berorientasi pada prinsip efisiensi dan efektifitas daripada

gerakan”. Hal serupa dikemukakan Amung Ma’mun & Toto Subroto(2001: 37) bahwa, “Semula bagian tubuh yang sah untuk memainkan bola batasanya dari lutut ke atas. Sekarang seluruh bagian tubuh diperkenankan untuk memainkan bola”. Dengan

demikian permainan bola voli dari tahun ke tahun akan semakin berkembang baik itu teknik maupun peraturan, semata-mata untuk tujuan rekreasi agar diperoleh kesenangan dan kegembiraan.

b. Macam-macam Teknik Dasar Bermain Bolavoli

Menguasai teknik dasar bolavoli merupakan syarat mutlak agar dapat bermain bolavoli dengan baik. Teknik dasar bolavoli merupakan serangkaian gerakan yang harus dilakukan dalam permainan bolavoli. Dalam permainan bolavoli ada beberapa bentuk teknik dasar yang harus dikuasai. Teknik-teknik dalam permainan bolavoli terdiri atas servis, passing bawah, passing atas, block,dan smash. Berkaitan dengan teknik dasar bolavoli Aip Syaifudin dan Muhadi (1991/1992: 187) menyatakan,

“teknik dasar permainan bolavoli merupakan permainan untuk melakukan bentuk

-bentuk gerakan yang berhubungan dengan permainan bolavoli”. Menurut M. Yunus (1992: 108) mengemukakan bahwa, “teknik dasar adalah cara melakukan sesuatu

untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien sesuai dengan peraturan

yang berlaku untuk mencapai hasil yang optimal”. Sedangkan Soedarwo, Sunardi &

Agus Margono (2000: 6) menyatakan, “Teknik dasar bolavoli adalah proses

melahirkan keaktifan jasmani dan pembuktian praktek dengan sebaik mungkin untuk

menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang olahraga permainan bolavoli”

Berdasarkan pengertian teknik dasar bolavoli yang dikemukakan oleh tiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, teknik dasar bolavoli merupakan suatu proses gerakan tubuh yang dibuktikan dengan praktek yang dilakukan dengan

sebaik-commit to user

baiknya dalam arti efektif dan efisien untuk menyelesaiakan tugas yang pasti guna mencapai hasil yang baik dalam bermain bolavoli. Dengan meguasai teknik dasar bolavoli, maka mempunyai peluang untuk mencapai prestasi yang optimal. Seperti

dikemukakan A. Sarumpaet dkk. (1992: 87) bahwa, “Teknik dasar bolavoli harus

benar-benar dikuasai terlebih dahulu agar dapat mengembangkan mutu permainan,

lancar dan teratur”. Adapun macam-macam teknik dasar bolavoli menurut Sugiyanto,

Soedarwo dan Sunardi (1994: 21) bahwa, “Teknik dasar bermain bolavoli terdiri dari:

(1) sikap dasar siap, (2) gerakan menyongsong bola, (3) gerakan menjangkau bola,

(4) pas atas dan pas bawah, (5) servis, (6)semes dan, (7) blok”. Hal serupa

dikemukakan Soedarwo dkk. (2000: 7) bahwa teknik dasar bermain bolavoli dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu:

1) Passing:

a) Teknik pass atas b) Teknik pass bawah. c) Set-up/umpan. 2) Smash: a) Normal smash b) Semi smash c) Push smash 3) Service: a) Tenis service. b) Floating. c) Cekis.

Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, teknik dasar bolavoli terdiri dua macam yaitu teknik tanpa bola dan teknik dengan bola. Teknik tanpa bola berupa gerakan-gerakan khusus yang mendukung teknik dengan bola, sedangkan teknik dengan bola adalah cara memainkan bola dengan anggota badan secara efektif dan efisien sesuai dengan peraturan yang berlaku. Keterkaitan antara teknik tanpa bola dan teknik dengan bola didasarkan pada kebutuhan dalam permainan.

commit to user c. Pentingnya Penguasaan Teknik Dasar Bolavoli

Penguasan teknik dasar bolavoli merupakan unsur yang sangat mendasar untuk mencapai prestasi bolavoli, selain faktor fisik, taktik dan mental. Teknik dasar bolavoli merupakan faktor utama yang harus dikembangkan melalui latihan yang baik dan teratur. Berkaitan dengan teknik dasar bolavoli. Marta Dinata (2004: 5)

menyatakan,”Untuk meningkatkan prestasi, seorang pemain bolavoli harus menguasai beberapa teknik dasar terlebih dahulu. Teknik dasar merupakan faktor

Dokumen terkait