commit to user
i
KONVENSIONAL DAN GAYA INKLUSI TERHADAP HASIL BELAJAR SERVIS ATAS DALAM PERMAINAN
BOLAVOLI PADA SISWA PUTRA KELAS VII SMP NEGERI 1 KARANGGEDE
TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh:
ANDRI SURYANTO
K4606017
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
KONVENSIONAL DAN GAYA INKLUSI TERHADAP HASIL BELAJAR SERVIS ATAS DALAM PERMAINAN
BOLAVOLI PADA SISWA PUTRA KELAS VII
SMP NEGERI 1 KARANGGEDE
TAHUN AJARAN 2009/2010
Oleh:
ANDRI SURYANTO
K4606017
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
iii
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. H. Sunardi, M.kes NIP. 19581121 199003 1 004
commit to user
iv
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan
diterima untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar sarjana
pendidikan.
Pada hari: Kamis
Tanggal : 29 juli 2010
Tim Penguji Skripsi :
(Nama Terang) (Tanda Tangan)
Ketua : Drs. H Mulyono, M.M. ____________
Sekretaris : Dra. Hanik Liskustyawati, M.Kes. _____________
Anggota I : Drs. H. Sunardi, M.Kes _____________
Anggota II : Drs. Waluyo, M.Or _____________
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd,
commit to user
v
Andri Suryanto. PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN
PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DAN GAYA INKLUSI TERHADAP HASIL BELAJAR SERVIS ATAS DALAM PERMAINAN BOLAVOLI PADA SISWA PUTRA KELAS VII SMP N 1 KARANGGEDE TAHUN AJARAN 2009/2010, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Perbedaan Pengaruh Pembelajaran Servis atas bolavoli dengan pendekatan konvensional dan gaya inklusi terhadap hasil belajar servis atas bolavoli pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 1 Karanggede tahun ajaran 2009/2010. (2) Pembelajaran servis atas bolavoli yang lebih baik pengaruhnya antara pendekatan konvensional dan gaya inklusi terhadap hasil belajar servis atas bolavoli pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 1 Karanggede tahun ajaran 2009/2010.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi penelitian adalah siswa putra kelas VII SMP Negeri 1 Karanggede tahun ajaran 2009/2010
berjumlah 113 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah random
sampling. Bila Subjek penelitian adalah sampel yang diambil dari populasi (N) yang diketahui besarnya,maka rumus yang digunakan adalah yang mengandung N, sehingga besarnya sampel yang digunakan sebanyak 40 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan pengukuran kemampuan servis atas dalam permainan bolavoli dari Nurhasan tahun 2001. Teknik analisis data yang digunakan dengan uji t pada taraf signifikansi 5%.
commit to user
vi
Andri Suryanto. THE DIFFERENCE OF CONVENTIONAL AND INCLUSION STYLE LEARNING APPROACHES EFFECT ON THE LEARNING ACHIEVEMENT OF UPPER SERVICE IN VOLLEYBALL GAME IN THE VII MALE GRADERS OF SMP N 1 KARANGEDE IN THE SCHOOL YEAR OF 2009/2010, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University, July 2010.
The objective of research is to find out: (1) The difference of volleyball upper service learning effect with conventional approach and inclusion style on the learning achievement of upper service in volleyball game in the VII male graders of SMP N 1 Karangede in the School Year of 2009/2010, and (2) the volleyball upper service learning with the better effect between the conventional approach and inclusion style on the learning achievement of upper service in volleyball game in the VII male graders of SMP N 1 Karangede in the School Year of 2009/2010.
This research employed an experimental method. The population of research was the VII male graders of SMP N 1 Karangede in the School Year of 2009/2010 consisting of 113 students. The sampling technique used was random sampling one. If the subject of research was the sample taken from the population (N) with its known size, the formula used was the one containing N, so that the sample size used was 40 respondents. Techniques of collecting data used were test and the measurement of upper service competency in volleyball game from Nurhasan 2001. Technique of analyzing data employed was t-test at significance level of 5%.
commit to user
vii
Hidup adalah tantangan yang harus dihadapi, jangan pernah takut &
menyerah dalam menghadapinya.
“Mensana in corpora sano”. Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang
kuat.
commit to user
viii
Skripsi ini dipersembahkan kepada :
Bapak dan ibu tercinta dengan segala kasih
sayangnya.
Adik-Adikku tersayang
Dik Winasih Kusumaningrum, S.Pd yang
selalu memberi semangat.
Teman-teman Cos “ANGKASA” (Team
touring Porwokerto) Your’s Is The Best.
Teman-teman PENJAS “06”
Adik-adik JPOK FKIP UNS.
Keluarga besar JPOK FKIP UNS tercinta.
commit to user
ix
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
Kami menyadari bahwa tidak mungkin menyelesaikan penulisan
skripsi ini tanpa bantuan berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini, kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah
memberikan izin penulisan skripsi.
2. Drs. H. Agus margono, M. Kes., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan
kesehatan Unuversitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan izin
penulisan skripsi.
3. Drs. H. Sunardi, M.Kes., Ketua Program Pendidikan Kesehatan Jasmani
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan
skripsi.
4. Drs. H. Sunardi, M.Kes. pembimbing I dan Drs. Waluyo, M.Or selaku
pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Kepala Sekolah & Guru Penjas SMP Negeri 1 Karanggede yang telah
memberikan izin penelitian.
6. Murid-murid kelas VII SMP Negeri 1 Karanggede yang telah membantu
penelitian.
7. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat bermanfaat.
commit to user
1. Pembelajaran Servis Atas Dengan Pendekatan Konvensional.. a. Pengertian pendekatan Konvensional……….. 8
b. Pelaksanaan Pembelajaran Servis Atas Dengan Pendekatan Konvensional……… 9
commit to user
xi
a. Gaya Mengajar ………. 12
b. Pengertian Gaya Inklusi………. 13
c. Pembelajaran Servis Atas Gaya Inklusi………. 14
d. Kelebihan Dan Kelemahan Pembelajaran Servis Atas dengan gaya Inklusi……… 16
3. Permainan Bolavoli……… 17
a. Pengertian permainan bolavoli……… 17
b. Macam-macam Teknik Dasar Bermain Bolavoli………… 19
c. Pentingnya Penguasaan Teknik Dasar Blavoli……… 21
4. Servis Atas Bolavoli……….. 23
a. Pentingnya Servis Dalam Permainan Bolavoli……… 23
b. Servis Atas………... 24
c. Teknik Pelaksanaan Servis Atas……….. 24
d. Kesalahan Yang Sering Dilakukan Saat Melakukan Servis Atas………... 27
5. Pendekatan Pembelajaran……….. 28
a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran………...…… 28
b. Prinsip-prinsip Pembelajaran Servis Atas Bolavoli...…….. 29
c. Karakteristik Atau ciri-ciri Perubahan Akibat Belajar..….. 30
B. Kerangka Pemikiran……… 35
D. Populasi dan Teknik Pengambilan sampel……… 42
1. Populasi………..…………. 42
commit to user
xii
F. Teknik Analisis data……… 43
BAB IV HASIL PENELITIAN………... 46
A. Diskripsi Data……….. … 46
B. Uji Prasyarat Analisis……… 47
1. Uji Normalitas………. 47
2. Uji Homogenitas………. 48
C. Pengujian Hipotesis ………. 49
D. Pembahasan Hasil Analisis Data………. 52
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan……….. 55
B. Implikasi………... 55
C. Saran……….... 56
DAFTAR PUSTAKA………. 57
commit to user
xiii
Halaman
Gambar 1. Sikap permulaan servis atas ………,,, 25
Gambar 2. Sikap pelaksanaan servis atas………. 26
commit to user
xiv
Halaman
Tabel 1. Diskripsi Data Tes Awal dan Tes Akhir Hasil Belajar
Servis Atas Bolavoli Pada Kelompok 1 dan Kelompok 2…,,.. 46
Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data tes Awal ………... 46
Tabel 3. Tabel Range Kategori Reliabilitas ………... 47
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data ………... 47
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data ………... 48
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal Pada Kelompok 1 dan Kelompok 2 ……….. 49
Tabel 7. Rangkuman Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 1 ……….. 50
Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir Pada Kelompok 2 ………... 50
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir Antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 ……… 51
commit to user
xv
Halaman
Lampiran 1. Data Tes Awal Kemampuan Servis Atas Bolavoli …………. 61
Lampiran 2. Data Hasil Tes Awal Servis Bawah Bolavoli berdasarkan
Ranking ……….. 62
Lampiran 3. Tabel Data Kelompok Sampel Penelitian Berdasarkan hasil Tes
Awal Kemampuan Servis Atas Bolavoli ………. 63
Lampiran 4. Tabel Data Tes Akhir Kemampuan Servis Atas Bolavoli ………. 64
Lampiran 5. Tabel Uji Reliabilitas Data Tes Awal Kemampuan Servis Atas
Bolavoli ………. 65
Lampiran 6. Tabel Kerja Uji Normalitas Tes Awal Kelompok 1 ……….. 68
Lampiran 7. Tabel Kerja Uji Normalitas Tes Awal Kelompok 2 ……….. 69
Lampiran 8. Tabel Kerja Uji Normalitas Tes Akhir Kelompok 1 ………. 70
Lampiran 9. Tabel Kerja Uji Normalitas Tes Akhir Kelompok 2 ………. 71
Lampiran 10. Tabel Uji Homogenitas Data Tes Awal Kemampuan Servis
atas Bolavoli ……….. 72
Lampiran 11. Tabel Kerja Perbedaan Tes Awal Antar Kelompok (Uji T) .. 73
Lampiran 12. Tabel Kerja Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir
Kelompok 1……… 74
Lampiran 13. Tabel Kerja Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir
Kelompok 2 ………... 75
Lampiran 14. Tabel Kerja Perbedaan Tes Akhir Antar Kelompok ………. 76
Lampiran 15. Petunjuk Pelaksanan Tes Kemampuan servis Atas
Bolavoli ………. 77
Lampiran 16 Banyaknya sampel yang digunakan dalam penelitian …….. 79
commit to user
xvi
Lampiran 18. Program Pembelajaran Servis Atas Bolavoli dengan
pendekatan Konvensional ………. 82
Lampiran 19. Prinsip Program Pembelajaran Konvensional dan Gaya
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan belajar yang berlangsung di sekolah yang bersifat formal, di sengaja
direncanakan dengan bimbingan guru. Apa yang hendak dicapai dan dikuasai oleh
siswa dituangkan dalam tujuan belajar, dipersiapkan bahan apa yang harus dipelajari,
dipersiapkan juga metode pembelajaran yang sesuai dan dilakukan evaluasi untuk
mengetahui kemajuan belajar siswa.
Sejalan dengan permasalahan belajar mengajar, kegiatan pembelajaran
pendidikan jasmani di sekolah selalu terkait langsung dengan tujuan yang jelas.
Dalam hal ini Adang Suherman (1999/2000: 23) menyatakan, “secara umum tujuan pendidikan jasmani dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu: “(1)
perkembangan fisik, (2) perkembangan gerak, (3) perkembangan mental dan, (4)
perkembangan social”. Melalui pendidikan jasmani diharapkan dapat merangsang
perkembangan dan pertumbuhan jasmani siswa, merangsang perkembangan sikap,
mental, social, emosi yang seimbang serta keterampilan gerak siswa. Pentingya
peranan pendidikan jasmani di sekolah maka harus diajarkan secara baik dan benar.
Aktivitas jasmani atau gerak tubuh merupakan sarana dalam pendidikan
jasmani. Hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan jasmani anak dan
potensi lainya seperti : afektif, koqnitif dan psikomotor. Aktifitas gerak sebagai
sarana untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani telah dituangkan dalam kurikulum
pendidikan jasmani yang berlaku.
Pendidikan jasmani adalah suatu proses melalui aktivitas jasmani, yang
dirancang dan di susun secara sistematis, untuk merangsang pertumbuhan dan
perkembangan, meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, kecerdasan dan
commit to user
jasmani adalah memacu kepada pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental,
emosional dan sosial yang selaras dalam upaya membentuk dan mengembangkan
kemampuan gerak dasar, menanamkan nilai, sikap dan membiasakan hidup sehat.
Pendidikan jasmani merupakan suatu pendidikan yang didalamnya terdapat
beberapa macam cabang olahraga yang wajib diajarkan. Ditinjau dari materi yang
harus diberikan kepada siswa, materi pendidikan jasmani dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu materi pokok dan materi pilihan. Materi pokok merupakan mata
pelajaran yang harus diajarkan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Sedangkan
materi pilihan merupakan kegiatan olahraga di luar jam pelajaran sekolah berupa
kegiatan ektrakulikuler olahraga.
Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di dalamnya diajarkan
beberapa macam cabang olahraga yang terangkum dalam kurikulum pendidikan
jasmani, salah satu olahraga yang diajarkan dalam pendidikan jasmani yaitu
permainan bolavoli. Permainan bola voli merupakan suatu permainan yang komplek
yang tidak mudah dilakukan setiap orang. Sebab dalam permainan bola voli
dibutuhkan koordinasi gerak yang benar-benar bisa diandalkan untuk melakukan
semua gerakan yang ada dalam permainan bola voli. Dalam hal ini Aip Syarifudin
(1991/1992: 187) menyatakan,”Teknik dasar dalam permainan bolavoli pada
dasarnya terdiri atas servis (service) dan membagi-bagi bola (pass), baik dari bawah
maupun dari atas”. Namun dengan semakin maju dan berkembangnya bentuk-bentuk gerakan dalam permainan bolavoli (terutama dalam pertandingan), maka teknik dasar
berkembang menjadi adanya teknik dalam melakukan smash dan teknik untuk
mengantisipasi smash dari lawan(teknik membendung/block). Permainan bola voli
dimainkan oleh dua regu terdiri atas 6 orang pemain, setiap regu berusaha untuk
dapat memukul dan menjatuhkan bola ke dalam lapangan lawan. Bola boleh dipukul
dengan tangan maupun anggota tubuh yang lainnya dari batas pinggang ke atas
dengan pantulan yang sempurna, sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. Walaupun
begitu, permainan bolavoli sangat cepat berkembang dan merupakan salah satu
commit to user
bolavoli, secara resmi dipertandingkan dalam Pekan Olahraga Nasional II yang
diselenggarakan di Jakarta pada tahun 1951.
Langkah awal dalam proses pembelajaran permainan bolavoli yaitu
memperkenalkan macam-macam teknik dasar bolavoli agar siswa memahami dan
menguasainya. Seperti dikemukakan M. Furqon H. (1995:115) bahwa, “Dalam awal
proses belajar, siswa tidak harus dibebani secara mental dan fisik. Oleh karena itu
belajar teknik tetap diberikan pada bagian pertama atau permulaan sesi latihan “. Dengan menguasai macam-macam teknik dasar dalam bolavoli, diharapkan siswa
akan memiliki keterampilan bermain bolavoli.
Servis merupakan salah satu teknik dasar bolavoli yang berperan sebagai
tanda dimulainya permainan dan sebagai serangan pertama sebagai regu yang
melakukanya. Berdasarkan jenisnya, servis bolavoli dibedakan menjadi dua macam
yaitu servis bawah dan servis atas. Pentingnya peranan servis, maka harus diajarkan
kepada siswa, agar siswa memahami dan menguasainya sehingga dapat melakukan
servis dengan baik dan benar.
Servis atas merupakan sesuatu yang menantang bagi siswa, Untuk
menggunakan servis ini siswa harus mampu melempar secara konsisten dan harus
memiliki kekuatan serta koordinasi untuk memukul bola keatas jaring dengan
menggunakan suatu gerakan melempar tangan atas.
Siswa putra kelas VII SMP Negeri 1 karanggede tahun pelajaran 2009/2010
adalah sampel yang akan digunakan dalam penelitian untuk membuktikan dan
menjawab permasalahan yang muncul dalam penelitian. Peneliti mengambil sampel
di SMP Negeri 1 Karanggede karena peneliti merupakan alumni dari SMP Negeri 1
Karanggede, dimana di sekolah itu dalam pelajaran olahraga ada cabang olahraga
yang diminati dan disukai oleh siswa pada umumnya baik itu siswa putra maupun
siswa putri yaitu sepak bola dan bolavoli. Diantara kedua cabang tersebut yang paling
diminati adalah permainan bolavoli. Banyak siswa di SMP Negeri 1 Karanggede
yang bisa bermain bolavoli dan berprestasi hingga ke tingkat kabupaten, sampai
commit to user
kelas VII SMP Negeri 1 karanggede adalah siswa baru, sehingga kemampuan servis
atas masih rendah dan perlu ditingkatkan. Hal ini disebabkan karena pada awalnya di
Sekolah Dasar (SD) belum memiliki kemampuan dasar servis atas, sehingga belum
menguasai teknik servis atas yang benar. Di samping itu juga, pada umumnya siswa
kelas VII SMP belum memiliki kekuatan yang memadai. Belum menguasai teknik
servis atas dan kekuatan yang belum memadai, sehingga kurang mampu melakukan
servis atas yang baik dan efektif. Hal tersebut diperkuat oleh bapak Efendi, S.pd yang
merupakan guru olahraga kelas VII SMP Negeri 1 Karanggede, bahwa dalam
melakukan berbagai teknik dalam permaian bolavoli anak kelas VII masih kurang.
Misalnya melakukan servis atas maupun servis bawah, banyak siswa yang dalam
melakukanya kurang begitu baik, servisnya melenceng ke kanan maupun kekiri
lapangan pemainan ada yang tidak sampai net bahkan ada pula bolanya melebihi
lapangan lawan.
Berdasarkan kenyataan bahwa, siswa pemula kebanyakan melakukan servis
tanpa memperhitungkan efektifitas gerakan yang dilakukan. Hal yang terpenting bola
dapat menyeberang melewati net dan masuk ke permainan lawan. Tetapi ada juga
pukulan servisnya tidak menyeberangi net, servisnya tidak sampai di net bahkan ada
juga yang servisnya melenceng jauh kekanan maupun ke kiri lapangan. Kondisi yang
demikian dapat menyebabkan siswa enggan dan bosan untuk melakukan
pembelajaran.
Metode pembelajaran konvensional dan gaya inklusi merupakan pendekatan
pembelajaran dan gaya pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi
kendala-kendala dalam pembelajaran servis atas bolavoli terutama untuk siswa
pemula. Pendekatan konvensional menekankan pada penguasaan teknik servis atas,
sedangkan gaya inklusi rancangan pembelajaran yang di buat guru yang di dasarkan
pada kemampuan masing-masing siswa dari yang mudah ke yang sukar.
Gaya mengajar yang dilakukan oleh guru dalam praktek pendidikan jasmani
cenderung konvensional atau tradisional. Praktek ditekankan pada “Teacher
commit to user
ditentukan oleh guru. Dalam pendekatan ini, guru menentukan tugas-tugas bagi siswa
melalui kegiatan fisik. Biasanya tujuan pembelajaran ditekankan pada penguasan
yang mengarah pada pencapaian tujuan prestasi tanpa melakukan modifikasi baik
dalam peraturan, ukuran lapangan maupun jumlah pemain. Pendekatan seperti itu
menjadikan anak kurang senang atau bahkan merasa frustasi untuk melakukan
program pendidikan jasmani karena tidak mampu dan sering gagal untuk
melaksanakan tugas yang diberikan dalam bentuk kompleks. Tugas-tugas yang
merupakan keterampilan komplek seperti itu sesungguhnya hanya mampu dilakukan
oleh orang dewasa saja. Karena dalam pendekatan tradisional tidak dilakukan upaya
memodifikasi tugas gerak yang kompleks menjadi tugas gerak yang sederhana, maka
dapat diramalkan tingkat keberhasilan siswa dalam menyelesaikan tugas yang harus
dipelajari tergolong rendah.
Gaya mengajar inklusi, dalam hal ini guru merancang pembelajaran teknik
dasar bolavoli pada level yang paling mudah, sedang dan tingkatan paling sulit. Dari
rancangan yang telah di buat guru, siswa diberi kebebasan melakukan tugas ajar
sesuai kemampuanya, misalnya dari tingkatan paling mudah, jika sudah menguasai
tingkatkan pada level berikutnya.
Pembelajaran konvensional dan gaya inklusi, masing-masing bertujuan untuk
meningkatkan penguasan teknik servis atas bolavoli, namun belum diketahui
pendekatan mana yang lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar servis atas
bolavoli. Untuk itu perlu dilakukan penelitian dengan judul ,”Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Konvensional Dan Gaya Inklusi Terhadap Hasil Belajar
Servis Atas Bolavoli Pada Siswa Putra Kelas VII SMP Negeri 1 Karanggede Tahun
commit to user B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut.
1. Adakah perbedaan pengaruh antara pendekatan pembelajaran konvensional
dan gaya inklusi terhadap hasil belajar servis atas bolavoli pada siswa putra
kelas VII SMP Negeri 1 Karanggede tahun ajaran 2009/2010 ?
2. Manakah yang lebih afektif antara pendekatan pembelajaran konvensional dan
gaya inklusi terhadap hasil belajar servis atas bolavoli pada siswa putra kelas
VII SMP Negeri 1 Karanggede tahun ajaran 2009/2010 ?
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini
mempunyai tujuan untuk mengetahui.
1. Perbedaan pengaruh antara pendekatan pembelajaran konvensional dan gaya
inklusi terhadap hasil belajar servis atas bolavoli pada siswa putra kelas VII
SMP Negeri 1 Karanggede tahun ajaran 2009/2010
2. Efektifitas antara pendekatan pembelajaran konvensional dan gaya inklusi
terhadap hasil belajar servis atas bolavoli pada siswa putra kelas VII SMP
commit to user D. Manfaat Penelitian
Masalah dalam penelitian ini penting untuk diteliti dengan harapan dapat
memberi manfaat antara lain.
1. Dapat meningkatkan kemampuan servis atas bola voli bagi siswa yang
dijadikan objek penelitian.
2. Dapat dijadikan sebagai masukan dan pedoman bagi guru penjaskes di SMP
Negeri 1 Karanggede bahwa pentingnya pendekatan pembelajaran yang baik
dan tepat, sehingga dapat diperoleh hasil belajar yang optimal.
3. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti tentang karya
commit to user BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran Servis Atas dengan Pendekatan Konvensional
a. Pengertian Pendekatan Konvensional
Ditinjau Dari Kamus Umum Bahasa Indonesia (2001: 592) konvensional
diartikan, “kesepakatan, umum seperti adat istiadat, kebiasaan, kelaziman dan tradisional”. Berdasarkan pendapat tersebut, maka pengertian pendekatan konvensional diartikan pendekatan tradisional. Berkaitan dengan pendekatan
tradisional Amung Ma’mun & Toto Subroto (2001: 7) menyatakan, “pendekatan
tradisional adalah cara belajar yang lebih menekankan komponen-komponen teknik”.
Sedangkan Beltasar Tarigan (2001: 15) berpendapat, “pendekatan tradisional
mempunyai pengertian yang sama dengan pendekatan teknik yaitu pembelajaran yang
menekankan pada penguasaan keterampilan atau teknik dasar suatu cabang olahraga”.
Berdasarkan pengertian pendekatan tradisional yang dikemukakan dua ahli
tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendekatan konvesional merupakan metode
pembelajaran yang menekankan pada penguasaan teknik suatu cabang olahraga yang
dalam pelaksanaanya dilakukan secara berulang-ulang. Dalam hal ini pembelajaran
service atas dengan pendekatan konvesional dilakukan drilling atau latihan secara
terus menerus. Sugiyanto (1996: 72) menyatakan, “dalam pendekatan drill siswa melakukan gerakan-gerakan sesuai dengan apa yang diinstruksikan guru dan
melakukannya secara berulang-ulang”. Pengulangan gerakan ini dimaksudkan agar terjadi otomasisi gerakan. Oleh karena itu, dalam pendekatan konvensional perlu
disusun tata urutan pembelajaran yang baik agar siswa terlibat aktif, sehingga akan
commit to user
beberapa saran yang perlu dipertimbangkan apabila pendekatan drill yang digunakan
yaitu:
1. Drill digunakan sampai gerakan yang benar bisa dilakukan secara otomatis atau menjadi terbiasa, serta menekankan dalam keadaan tertentu gerakan itu harus dilakukan.
2. Pelajaran diarahkan agar berkonsentrasi pada kebenaran pelaksanaan
gerakan serta ketepatan penggunaannya. Apabila pelajar tidak meningkat penguasaan geraknya, situasinya perlu dianalisis untuk menemukan penyebabnya dan kemudian membuat perbaikan pelaksanaannya. 3. Selama pelaksanaan drill perlu selalu mengoreksi agar perhatian tetap
tertuju pada kebenaran gerak.
4. Pelaksanaan drill disesuakan dengan bagian-bagian dari situasi permainan olahraga yang sebenarnya. Hal ini bisa menimbulkan daya tarik dalam latihan.
5. Perlu dilakukan latihan peralihan dari situasi drill ke situasi permainan yang sebenarnya.
6. Suasana kompetetif perlu diciptakan dalam pelaksanaan drill, tetapi tetap ada control kebenaran geraknya.
Saran-saran dalam pendekatan drill tersebut sangat penting untuk dipahami
dan dimengerti oleh seorang guru dalam pelaksanaan mengajar keterampilan gerak.
Seorang guru harus mampu menyusun tugas-tugas ajar secara baik, dapat
membelajarkan siswa secara aktif sehingga pelaksanaan proses belajar mengajar
berjalan secara kondusif.
b. Pelaksanaan Pembelajaran Servis Atas dengan Pendekatan Konvensional
Bertolak dari kesimpulan pendekatan konvensional tersebut diatas, maka
pembelajaran servis atas dengan pendekatan konvensional yaitu dengan
memilah-milah teknik gerakan servis atas. Bagian-bagian teknik servis atas dipelajari secara
berulang-ulang dari sikap permulaan, gerakan pelaksanaan dan gerak lanjut.
Kerangka kerja pendekatan konvensional yang diterapkan terangkum dalam table
commit to user
Teknik Proses Pembelajaran
1. Sikap permulaan
2. Gerak pelaksanaan
3. Gerak lanjutan
a. Di jelaskan sikap siap servis atas
b. Dijelaskan posisi kaki yang benar, sikap badan,
posisi kedua tangan
c. Siswa mempraktekkan sikap permulaan servis
atas sesuai dengan instruksi
a. Dijelaskan cara melambungkan bola dan
tingginya lambungan bola.
b. Dijelaskan gerakan lengan pemukul dan
perkenaan lengan dengan bola.
c. Siswa mempraktekkan sesuai instruksi dari guru.
a. Dijelaskan sikap atau gerakan kaki setelah
memukul bola.
b. Dijelaskan maksud dan tujuan setelah melakukan
pukulan servis langsung masuk kelapangan dan
melakukan sikap siap normal kembali.
c. Siswa mempraktekkan sesuai dengan instruksi
guru.
Berdasarkan kerangka pembelajaran servis atas tersebut, guru bertugas
mengorganisasi pembelajaran di antaranya mengatur tata urutan pembelajaran,
formasi pembelajaran, alokasi waktu pembelajaran dan lain sebagainya. Disamping
itu juga, menciptakan kondisi belajar yang menggairahkan adalah sangat penting,
agar siswa terhindar dari rasa bosan. Dalam hal ini seorang guru harus mampu
menciptakan variasi-variasi pembelajaran servis atas, misalnya servis atas di arahkan
commit to user
Keaktifan siswa melakukan tugas ajar sangat di tuntut dalam pendekatan
konvensional. Seperti dikemukakan Rusli Lutan (1988: 399) bahwa “keaktifan sendiri
dari pihak siswa merupakan kunci utama penguasaan dan pemantapan gerak.
Kelangsungan proses latihan pada tahap berikutnya ialah penguasaan teknik yang
ideal. Hal ini tergantung pada inisiatif dan self-activity dari pihak siswa itu sendiri”.
Sedang guru bertugas mengarahkan penguasaan gerak, melakukan koreksi dan
evaluasi setiap terjadi kesalahan teknik adalah penting terhindar dari pola gerakan
yang salah dari teknik yang dipelajari. Seperti dikemukakan Sugiyanto (1996: 72)
bahwa“setiap pelaksanaan drill perlu selalu mengoreksi agar perhatian tertuju pada
kebenaran gerak”.
c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Servis Atas dengan pendekatan Konvensional
Berdasarkan pengertian dan pelaksanaan pembelajaran servis atas dengan
pendekatan konvensional yang telah di kemukakan di atas dapat di identifikasi
kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan pembelajaran servis atas dengan pendekatan
konvensional antara lain :
1) Siswa dapat memperagakan atau mempraktekkan teknik servis atas dengan baik
dan benar.
2) Kesalahan teknik dapat dikenali lebih awal karena ada koreksi dari guru, sehingga
dapat meminimalkan kesalahan teknik.
Pembelajaran servis atas dengan pendekatan konvensional memiliki
kelemahan antara lain :
commit to user
2) Hasrat gerak siswa tidak terpenuhi karena pembelajaran harus dilakukan secara
runtut.
3) Siswa kurang ada tantangan dalam melakukan servis atas karena gerakan terlalu
monoton.
2. Pembelajaran Servis Atas dengan Gaya Inklusi
a. Gaya Mengajar
Pembuatan keputusan pada awal pengajaran tentang gaya mengajar yang akan
digunakan oleh guru pendidikan jasmani sangatlah penting untuk mencapai
pengajaran yang sukses. Bila gaya mengajar tidak direncanakan , maka guru
pendidikan jasmani akan menghadapi kesukaran untuk menyampaikan materi.
Berkaitan dengan gaya mengajar Husdarto dan Yudah M. Saputra (2000: 21)
menyatakan, “gaya mengajar merupakan interaksi yang dilakukan oleh guru dengan
siswa dalam proses belajar mengajar agar materi yang disajikan dapat diserap oleh
siswa”. Sedangkan Srijono Brotosuroyo, Sunardi dan M. Furqon (1994: 250)
berpendapat, “gaya mengajar didefinisikan dengan keputusan-keputusan yang dibuat oleh guru dan dibuat oleh siswa di dalam episode atau peristiwa belajar yang
diberikan”.
Berdasarkan pengertian gaya mengajar yang dikemukakan dua ahli tesebut
dapat disimpulkan bahwa, gaya mengajar merupakan cara atau siasat yang dilakukan
guru untuk mengaktifkan dan menggiatkan partisipasi siswa dalam melaksanakan
tugas-tugas dari guru. Dalam hal ini guru dapat memilih atau menerapkan gaya
mengajar tertentu untuk menyampaikan materi pelajaran dan mengatur kegiatan
belajar. Dalam hal ini Muska Mosston dan Sara Ashworth (1992: 17-116)
commit to user
Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar sangat penting untuk
mencapai hasil belajar yang optimal. Penerapan gaya mengajar ini dikaitkan dengan
pengelolaan lingkungan belajar dan atmosfir belajar mengajar .
b. Pengertian Gaya Inklusi
Setiap gaya mengajar memiliki karekteristik sendiri-sendiri dan
masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan. Menurut Muska Mosston dan Sara
Ashworth (1992: 116) bahwa gaya mengajar inklusi adalah gaya mengajar yang
dirancang oleh guru, di mana rancangan pembelajaran yang dibuat didasarkan pada
kemampuan masing-masing siswa. Dari rancangan tersebut siswa diberi kebebasan
untuk melaksanakan tugas ajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Menurut Husdarta dan Yudha M. Saputra (2000: 30) tujuan gaya mengajar inklusi
adalah “untuk membelajarkan siswa pada level kemampuan masing-masing siswa”. Gaya mengajar lainnya yang memiliki pengertian hampir sama dengan gaya inklusi
adalah gaya tugas. Berkaitan dengan gaya tugas Rusli Lutan (2000: 32) menyatakan:
Ciri gaya tugas yaitu guru bertanggungjawab menentukan tujuan pengajaran,
memilih aktivitas dan menetapkan tata urut kegiatan untuk mencapai tujuan
pengajaran. Dalam gaya tugas ini siswa ikut serta menentukan cepat atau
lambatnya tempo belajar. Guru memberi keleluasaan bagi setiap siswa untuk
menentukan sendiri kecepatan belajar dan kemajuan belajarnya.
Berdasarkan tiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, gaya mengajar
inklusi merupakan gaya mengajar yang mempunyai tujuan membelajarkan siswa
berdasarkan kemampuan masing-masing siswa. Dalam hal ini siswa melakukan tugas
ajar sesuai dengan rancangan yang telah dibuat guru, dimana rancangan ini dibuat
dengan tingkatan-tingkatan dari yang sederhana atau mudah, sedang atau tingkatan
yang lebih sulit. Peranan siswa dalam gaya inklusi adalah mencoba melakukan
commit to user
gerakan yang mereka anggap mampu. Siswa dapat melanjutkan aktivitasnya pada
level yang lebih sukar atau sulit, jika sebelumnya telah dikuasai.
Peranan guru dalam gaya inklusi adalah mempersiapkan tugas gerak yang
akan dilakukan siswa dan menentukan tingkat kesukaran di dalam tugas gerak yang
akan diberikan. Guru harus mempersiapkan keriteria untuk masing-masing tahapan
tugas.
Berdasarkan pengertian gaya inklusi di atas, gaya mengajar inklusi ini
memiliki karakteristik yaitu, siswa diberi kebebasan untuk melakukan tugas gerak
yang telah disusun oleh guru. Siswa dapat melakukan tugas gerak sesuai dengan
kemampuannya masing-masing. Dengan kata lain, siswa diberikan pembelajaran
servis atas bola voli dari rancangan yang sederhana atau mudah, untuk kemudian
meningkat pada rancangan yang lebih sulit atau kompleks.
c. Pembelajaran Servis Atas Gaya Inklusi (Net meningkat dengan Jarak Bertahap)
Pembelajaran servis atas gaya Inklusi dengan net meningkat jarak bertahap
berorientasi pada kondisi siswa yang belum siap atau belum mampu melakukan
servis dari jarak yang sebenarnya. Seringkali servis atas dari jarak sebenarnya
maupun dengan tinggi net yang sesuai kurang dapat dilakukan dengan baik, bolanya
sering menyangkut net, atau bolanya melenceng diluar lapangan permainan. Untuk
mengatasi hal tersebut maka perlu disusun cara belajar dari yang mudah atau
sederhana, untuk selanjutnya ditingkatkan secara bertahap. Menurut Sugiyanto (1996:
64) bahwa:
Berdasarkan pertimbangan tingkat kesulitan dan tingkat kompleksitas,
penyusunan materi pelajaran hendaknya mengikuti prinsip-prinsip
commit to user
Dari pendapat yang di kemukakan tokoh di atas ada pendapat lain yang dikemukakan Rusli Lutan dan Adang Suherman (2000: 76) bahwa:
Manakala kondisi sebenarnya menjadi penghambat belajar keterampilan tertutup, rubahlah kondisi latihan itu pada tingkat yang bisa dilakukan siswa selama perubahan kondisi tersebut tidak merusak integritas skill yang dipelajarinya. Pada kesempatan ini ubahlah orientasi pembelajaran agar lebih menekankan pada efisiensi (proses) daripada efektivitas (produk). Jelaskanlah pengetahuan hasil tentang proses. Untuk elanjutnya tingkatkan kondisi.
Berdasarkan dua pendapat ahli diatas menunjukkan bahwa, pembelajaran
servis atas dengan net meningkat dan jarak bertahap merupakan cara belajar yang
dilakukan dalam pembelajaran servis atas dengan gaya inklusi, karena servis atas dari
jarak maupun tinggi net yang sesuai siswa mengalami kesulitan. Pembelajaran servis
atas ini dilakukan dari kondisi yang mudah atau sederhana baik dari tinggi net
maupun jarak servis secara bertahap di tingkatkan menuju yang sebenarnya atau
sesuai. Belajar tahap demi tahap hasilnya akan lebih baik. Hasil yang dicapai pada
tahap awal bisa menjadi modal untuk mempelajari materi berikutnya. Kemampuan
fisik dan gerak akan berkembang sejalan dengan aktifitas mempraktekkan gerak
berulang-ulang. Dengan meningkatnya daya fisik dan gerak akan menjadi siap untuk
mempelajari gerakan-gerakan yang semakin sukar atau berat dan kompleks.
Pelaksanaan pembelajaran servis atas yaitu: Berdasarkan jadwal yang
direncanakan yaitu selama enam minggu dengan tiga kali pembelajaran dalam satu
minggu. Pada minggu pertama servis atas dilakukan dengan tinggi net putri (2,10
meter), setelah tiga kali pertemuan tinggi net di naikkan 6 cm (dari sisa ketinggian
2,10 yaitu 33 cm di bagi 5 minggu yaitu 6,6 diambil 6 cm) dan seterusnya hingga
ketinggian net pada ketinggian yang sebenarnya (prinsip overload). Jarak servis pada
pertemuan 1 adalah 3 m. dari program yang dijadwalkan ada jarak sisa 6 meter. Dari
6 meter di bagi 5 minggu hasilnya 1,20 m. Dengan demikian jarak servis setelah tiga
kali pertemuan jaraknya ditambah 1,20 m.. Dari jarak servis dan tinggi net yang
bertahap sampai mencapai tinggi dan jarak servis yang sebenarnya tersebut di
commit to user d. Kelebihan dan Kelemahan Mengajar Inklusi
Mengajar gaya inklusi merupakan bentuk mengajar yang menekankan pada
tingkat kesukaran dan kompleksitas gerakan yang dipelajari. Tingkat kemudahan atau
kesukaran tugas gerak telah disusun atau dirancang oleh guru dan siswa dapat
memilih tugas ajar sesuai dengan kemampuannya. Berdasarkan hal tersebut, gaya
mengajar inklusi dapat di identifikasi kelebihan dan kelemahannya.
Kelebihan gaya mengajar inklusi terhadap penguasaan teknik dasar bolavoli
antara lain:
1. Siswa dapat mengukur tingkat kemampuannya masing-masing, sehingga
dapat menentukan dan memilih tugas ajar sesuai dengan kemampuannya.
2. Belajar tahap demi tahap mempunyai dampak yang lebih baik, sehingga akan
memberi kemudahan untuk mempelajari tugas gerak yang lebih sulit atau
rumit.
3. Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, karena merasa tertantang dengan
tugas ajar yang semakin sukar atau rumit.
Sedangkan kelemahan gaya mengajar inklusi terhadap penguasaan teknik
dasar bolavoli antara lain:
1. Dibutuhkan ketelatenan dan kesabaran dalam pembelajaran, karena menuntut
kemampuan yang memadai sebelum mempelajari tahap berikutnya.
2. Waktu yang dibutuhkan lebih lama, bila pada tahap sebelumnya siswa belum
menguasai dengan baik.
3. Kemampuan yang dicapai siswa akan berbeda, siswa yang terampil akan
semakin berkembang, sedangkan yang kemampuannya rendah peningkatan
commit to user
3
. Permainan Bolavolia. Pengertian Permainan Bolavoli
Permainan bolavoli merupakan cabang olahraga yang cukup populer yang
diciptakan oleh William G. Morgan pada tahun 1895. Dia adalah seorang Pembina
pendidikan jasmani pada organisasi Young Man Cristian Association (YMCA) di
kota Massachusetts, Amerika Serikat. Mula-mula permainan bolavoli diberi nama
Mintonette, di mana permainanya hampir serupa dengan permainan badminton.
Jumlah pemain tidak terbatas, sesuai dengan tujuan yaitu untuk mengembangkan
kesegaran jasmani para buruh di samping bersenam umum. Kemudian permainan
diubah menjadi Volleyball yang artinya memvoli bola berganti-ganti. Pada tahun
1992 YMCA berhasil mengadakan kejuaran nasional bolavoli di negara Amerika
Serikat. Pertandingan bolavoli yang pertama tahun 1947 di polandia. Pada tahun 1948
IVBF(Internasional Volley Ball Federation) didirikan dengan beranggotakan 15
negara dan berpusat di Paris.
Bolavoli masuk ke Indonesia pada tahun 1928, yang dibawa oleh
serdadu-serdadu Belanda, serta guru yang di datangkan dari Belanda, sewaktu mereka
bertugas di Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, bekas angkatan perang Belanda
yang bergabung dengan TNI, ikut mempopulerkan bolavoli. Pada PON III tahun
1953 di Medan (sumatera Utara) bola voli mulai dipertandingkan. Pada tahun 1954,
Surabaya dan Jakarta mulai membentuk organisasai bolavoli nasional, atas jasa Dr.
Azis Saleh, waktu itu menjabat komisaris teknik KOI (Komite Olimpiade Indonesia).
Setelah diadakan pertemuan IBVOS (Surabaya) dan PERVID (Jakarta), bersepakat
membentuk Organisasi bolavoli nasional. Dan pada tanggal 22 januari 1955, lahirlah
Organisasi persatuan Bolavoli Indonesia(PBVSI), dengan ketuanya W.J. Latumenten.
Prestasi yang pernah dicapai Indonesia adalah juara Asia dalam Asian Game IV tahun
1962, Ganefo I di Jakarta, juara putra Sea Games XI di Manila, juara putri Sea Game
commit to user
Permainan bola voli merupakan cabang olahraga beregu atau tim. Permainan
bolavoli dimainkan oleh dua tim yang masing-masing tim terdiri dari enam orang
pemain. Permainan bolavoli dimainkan di atas lapangan berbentuk empat persegi
panjang berukuran 18 X 9 meter yang dipisahkan oleh net. Pelaksanaan permainan
bola voli yaitu dengan memvoli atau memantulkan bola. Syarat pantulan bola harus
sempurna tidak terjadi pukulan ganda. Bola divoli atau dipantulkan sebanyak tiga kali
dan selanjutnya diseberangkan kedaerah permainan lawan. Seperti dikemukakan
Amung Ma’mun dan Toto Subroto (2001: 43) bahwa, “Pada dasarnya prinsip
bermain bolavoli adalah memantulkan bola agar jangan sampai bola menyentuh
lantai, bola di mainkan sebanyak-banyaknya tiga kali sentuhan dalam lapangan
sendiri dan mengusahakan bola hasil sentuhan itu diseberangkan ke lapangan lawan
melewati jaring dan masuk sesulit mungkin”.
Seiring dengan upaya penyempurnaan permainan agar lebih menarik, maka
unsur-unsur dalam permainan bolavoli mengalami perubahan. Dalam sejarahnya,
perkembangan bolavoli menyangkut empat hal pokok, yaitu: Teknik, Peraturan
permainan, sarana dan perlengkapan, dan perkembangan bentuk permainan.
Perkembangan teknik diarahkan pada peningkatan keterampilan gerak, dirancang
agar bola yang dimainkan dapat dilewatkan melalui jaring ke lapangan lawan
sehingga lawan tidak mampu mengembalikan bola atau mengalami kesulitan untuk
mengembalikan bola dengan baik, tanpa mengabaikan peraturan permainan bola voli.
Pada awalnya servis dilakukan, semata-mata hanya membuka permainan.
Dalam perkembangannya, servis dimanfaatkan sekaligus sebagai serangan. Caranya
pemain yang melakukan servis melompat ke udara setelah bola dilambungkan, mirip
pelaksanaan spike. Kini teknik itu sudah menjadi bagian keterampilan bermain
bolavoli. Demikian juga dengan teknik spike, Dalam permainan bola voli sekarang
bukan hanya pemain depan yang berfungsi melakukan serangan, tetapi pemain
belakang pun mampu melakukanya. Tentu pelaksanan seperti itu tidak melanggar
peraturan. Telapak kaki saat tolakan dilakukan tidak didalam daerah depan (daerah
commit to user
melompat ke atas depan melakukan serangan. Berkaitan dengan hal tersebut
Soedarwo, Sunardi & Agus Margono (2000: 31) menyatakan, “Teknik bermain bola
boli terus berkembang sesuai dengan peraturan permainan yang berlaku, dan yang
seharusnya selalu berorientasi pada prinsip efisiensi dan efektifitas daripada
gerakan”. Hal serupa dikemukakan Amung Ma’mun & Toto Subroto(2001: 37) bahwa, “Semula bagian tubuh yang sah untuk memainkan bola batasanya dari lutut ke atas. Sekarang seluruh bagian tubuh diperkenankan untuk memainkan bola”. Dengan
demikian permainan bola voli dari tahun ke tahun akan semakin berkembang baik itu
teknik maupun peraturan, semata-mata untuk tujuan rekreasi agar diperoleh
kesenangan dan kegembiraan.
b. Macam-macam Teknik Dasar Bermain Bolavoli
Menguasai teknik dasar bolavoli merupakan syarat mutlak agar dapat bermain
bolavoli dengan baik. Teknik dasar bolavoli merupakan serangkaian gerakan yang
harus dilakukan dalam permainan bolavoli. Dalam permainan bolavoli ada beberapa
bentuk teknik dasar yang harus dikuasai. Teknik-teknik dalam permainan bolavoli
terdiri atas servis, passing bawah, passing atas, block,dan smash. Berkaitan dengan
teknik dasar bolavoli Aip Syaifudin dan Muhadi (1991/1992: 187) menyatakan,
“teknik dasar permainan bolavoli merupakan permainan untuk melakukan bentuk
-bentuk gerakan yang berhubungan dengan permainan bolavoli”. Menurut M. Yunus (1992: 108) mengemukakan bahwa, “teknik dasar adalah cara melakukan sesuatu
untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien sesuai dengan peraturan
yang berlaku untuk mencapai hasil yang optimal”. Sedangkan Soedarwo, Sunardi &
Agus Margono (2000: 6) menyatakan, “Teknik dasar bolavoli adalah proses
melahirkan keaktifan jasmani dan pembuktian praktek dengan sebaik mungkin untuk
menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang olahraga permainan bolavoli”
Berdasarkan pengertian teknik dasar bolavoli yang dikemukakan oleh tiga ahli
tersebut dapat disimpulkan bahwa, teknik dasar bolavoli merupakan suatu proses
sebaik-commit to user
baiknya dalam arti efektif dan efisien untuk menyelesaiakan tugas yang pasti guna
mencapai hasil yang baik dalam bermain bolavoli. Dengan meguasai teknik dasar
bolavoli, maka mempunyai peluang untuk mencapai prestasi yang optimal. Seperti
dikemukakan A. Sarumpaet dkk. (1992: 87) bahwa, “Teknik dasar bolavoli harus
benar-benar dikuasai terlebih dahulu agar dapat mengembangkan mutu permainan,
lancar dan teratur”. Adapun macam-macam teknik dasar bolavoli menurut Sugiyanto,
Soedarwo dan Sunardi (1994: 21) bahwa, “Teknik dasar bermain bolavoli terdiri dari:
(1) sikap dasar siap, (2) gerakan menyongsong bola, (3) gerakan menjangkau bola,
(4) pas atas dan pas bawah, (5) servis, (6)semes dan, (7) blok”. Hal serupa
Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, teknik dasar
bolavoli terdiri dua macam yaitu teknik tanpa bola dan teknik dengan bola. Teknik
tanpa bola berupa gerakan-gerakan khusus yang mendukung teknik dengan bola,
sedangkan teknik dengan bola adalah cara memainkan bola dengan anggota badan
secara efektif dan efisien sesuai dengan peraturan yang berlaku. Keterkaitan antara
teknik tanpa bola dan teknik dengan bola didasarkan pada kebutuhan dalam
commit to user c. Pentingnya Penguasaan Teknik Dasar Bolavoli
Penguasan teknik dasar bolavoli merupakan unsur yang sangat mendasar
untuk mencapai prestasi bolavoli, selain faktor fisik, taktik dan mental. Teknik dasar
bolavoli merupakan faktor utama yang harus dikembangkan melalui latihan yang baik
dan teratur. Berkaitan dengan teknik dasar bolavoli. Marta Dinata (2004: 5)
menyatakan,”Untuk meningkatkan prestasi, seorang pemain bolavoli harus menguasai beberapa teknik dasar terlebih dahulu. Teknik dasar merupakan faktor
utama selain kondisi fisik, taktik dan mental. M. Yunus (1992: 68) menyatakan,
“Teknik dalam permainan bolavoli dapat diartikan sebagai cara memainkan bola dengan efektif dan efisien sesuai dengan peraturan permainan yang berlaku untuk
mencapai hasil yang optimal”. Sedangkan Dieter Beutelstahl (2003: 9) berpendapat, “teknik merupakan prosedur yang telah dikembangkan berdasarkan praktek, dan
bertujuan mencari penyelesaian suatu problem pergerakan tertentu dengan cara yang
paling ekonomis dan berguna”.
Berdasarkan pengertian teknik dasar bolavoli yang dikemukakan dua ahli
tersebut dapat disimpulkan bahwa, Selain fisik, taktik, dan mental faktor penting
dalam bermain bolavoli adalah teknik, karena teknik merupakan suatu proses gerak
tubuh yang dibuktikan dengan praktek yang dilakukan dengan sebaik mungkin dalam
arti efektif dan efisien untuk menyelesaikan tugas yang pasti guna mencapai hasil
yang baik dalam permainan bolavoli. Teknik bermain bolavoli merupakan aktifitas
jasmani yang menyangkut cara memainkan bola dengan efektif dan efisien sesuai
dengan peraturan permainan yang berlaku untuk mencapai suatu hasil yang optimal.
Penguasan teknik dasar bolavoli mempunyai peran penting dalam usaha
mencapai prestasi yang optimal. Seorang pemain yang menguasai teknik dasar
bolavoli dengan baik akan mendukung penampilannya baik secara individu maupun
secara kolektif. M. Yunus (1992: 68) menyatakan, “ seni dalam permainan bolavoli terlihat dari pemain yang sudah menguasai teknik tinggi hingga menyerupai akrobatik
dengan pukulan-pukulan dan tipu muslihat yang indah serta mempesona para
commit to user
“penguasan teknik dasar bolavoli merupakan salah satu unsur yang menentukan
menang atau kalahnya suatu regu dalam pertandingan”. Oleh karena itu, teknik dasar
tersebut harus benar-benar di kuasai terlebih dahulu, agar dapat mengembangkan
mutu permainan, lancar dan teratur. Hal senada dikemukakan Soedarwo dkk. (2000:
6) menyatakan, “penguasan teknik dasar permainan bolavoli merupakan salah satu
unsur yang ikut menentukan menang atau kalahnya suatu regu di dalam suatu
pertandingan disamping unsur-unsur kondisi fisik, taktik dan mental”.
Berdasarkan tiga pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa,
penguasan teknik dasar bolavoli mempunyai peran penting baik secara individual
maupun secara kolektif dalam bermain bolavoli di samping faktor fisik, taktik dan
mental. Dengan menguasai teknik dasar bolavoli akan mendukung penampilan
seorang pemain lebih baik, dan secara kolektif dapat mempengaruhi menang atau
kalahnya suatu tim dalam pertandingan. Pentingnya penguasaan teknik dasar
permainan menurut Suharno HP. (1985: 11) mengingat hal-hal sebagai berikut:
1. Hukuman kesalahan teknik terhadap pelanggaran permainan yang hubungannya dengan kesalahan dalam melakukan teknik.
2. Karena terpisahnya tempat antara regu ke satu dengan regu yang lain, sehingga tidak terjadi adanya sentuhan badan dari permainan lawan.
3. Banyaknya unsur-unsur yang menyebabkan terjadinya kesalahan-kesalahan teknik ini antara lain membawa bola, mengangkat bola, serta pukulan rangkap.
4. Permainan bolavoli adalah permainan yang cepat, artinya waktu untuk memainkan bola sangat terbatas, sehingga penguasan teknik yang tidak sempurna akan memungkinkan timbulnya kesalahan teknik yang lebih besar.
5. Penguasan taktik-taktik yang tinggi hanya memungkinkan kalau penguasaan teknik dasar dan tinggi dalam bolavoli cukup sempurna.
Penguasaan teknik dasar bolavoli dengan baik adalah salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi pencapaian prestasi bolavoli baik secara individu maupun
secara tim. Kemampuan yang dimiliki individu akan memberikan sumbangan untuk
kemenangan tim, karena bolavoli permainan tim. Seperti dikemukakan Sugiyanto
dkk. (1994: 11) menyatakan bahwa, “kriteria penilaian prestasi bermain bolavoli yang
bisa lebih obyektif adalah berkaitan dengan kualitas individu yang menjadi anggota
commit to user
4
. Servis Atas Bolavolia. Pentingnya Servis dalam Permainan Bolavoli
Servis merupakan salah satu teknik dasar permainan bolavoli yang memiliki
fungsi ganda yaitu, sebagai tanda dimulainya permainan dan sebagai serangan
pertama bagi regu yang melakukannya. Berkaitan dengan servis Barbara L.V. &
Bonnie J.F (1996: 27) menyatakan “servis adalah satu-satunya teknik yang digunakan
untuk memulai pertandingan”. Amung Ma’mum dan Toto subroto (2001: 61) bahwa, “servis adalah awal terjadinya suatu permainan bolavoli. Akan tetapi dalam
perkembanganya servis menjadi salah satu serangan pertama yang sangat penting”.
Menurut Sugiyanto, Soedarwo dan Sunardi (1994: 26) bahwa, “servis selain sebagai
pukulan awal untuk memulai permainan, servis berkembang menjadi suatu teknik
yang dapat di gunakan untuk menyerang”. Menurut Marta Dinata (2004: 5) “servis
merupakan awal permainan, dan dapat dimasukkan ke dalam kategori serangan yang
pertama”. Hal senada dikemukakan Agus Mukholid (2004: 35) bahwa, “Servis tidak
hanya sebagai permulaan permainan ataupun sekedar menyajikan bola, tetapi
hendaknya diartikan sebagai suatu serangan awal untuk mendapatkan angka agar
regunya memperoleh kemenangan”.
Pengertian servis yang dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut mempunyai
pengertian yang hampir sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa, servis merupakan
tanda dimulainya permainan bolavoli dan sebagai serangan pertama untuk
mendapatkan point bagi regu yang mendapat kesempatan servis. Kemampuan server
melakukan servis yang efektif dan sulit dikembalikan akan dapat mempengaruhi
jalanya permainan. Seperti dikemukakan Deiter Beutelstahl (2005: 8) bahwa, “servis yang baik mempengaruhi seluruh jalanya pertandingan”. Hal ini berarti, angka atau
point dapat dihasilkan melalui servis yang baik dan sulit untuk dikembalikan. Servis
yang sulit dan mematikan ini biasanya hanya mampu dilakukan pada
commit to user b. Servis Atas
Servis atas merupakan bentuk pukulan yang memiliki efektifitas tinggi untuk
melakukan serangan, dibandingkan dengan servis bawah. Pelaksanaanya adalah
dengan memukul bola menggunakan lengan yang di pukul diatas kepala. Menurut
pendapat yang dikemukakan Agus Mukholid (2004: 35) bahwa, “Kelemahan servis
tangan bawah adalah mudah diterima dan lintasanya melambung tinggi sehingga
mudah diantisipasi lawan”. Servis dapat dikategorikan sebagai serangan karena
pukulan servis atas memiliki tenaga ayun lebih besar dan kecepatan gerakan lengan
pemukul juga lebih besar. Selain itu juga, lintasan bola lebih pendek sehingga bola
sulit untuk diprediksi lawan dan bisa menghasilkan nilai atau point bagi server.
Serangan pertama dalam permainan bolavoli bisa dimulai dari servis, maka
kesempatan server dalam melakukan servis dapat dilakukan dengan berbagai macam
jenis servis yang dianggap paling efektif untuk mematikan lawan. Barbara L.V. &
Bonnie J.F. (1996: 28) menyatakan “servis canggih yang populer adalah servis
topspin, servis mengambang, melingkar (roundhouse floather), dan servis meloncat
(jump serve)”. Menurut Suharno HP. (1985: 25-26) servis atas dibedakan menjadi
tiga yaitu:”(1) Tenis servis, (2) Servis floating/mengapung, (3) Servis cekis”
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut, seorang pemain harus
menguasai teknik servis karena servis merupakan serangan pertama yang bisa
memungkinkan menghasilkan nilai, dan akan mendukung pencapaian kemenangan
timnya. Semakin baik dalam menguasai teknik servis atas semakin besar juga peluang
untuk mendapatkan point melalui servis.
c. Teknik Pelaksanaan Servis Atas
Penguasaan teknik servis atas yang benar akan menghasilkan pukulan servis
yang efektif sesuai yang diharapkan. Sedangkan kesalahan teknik servis atas adalah
commit to user
atas harus dilakukan dengan benar, agar dapat memperoleh hasil servis yang baik.
Adapun pelaksanaan teknik servis atas sebagai berikut:
1) Sikap permulaan.
Ambil sikap berdiri dengan kaki kiri berada lebih kedepan daripada kaki
kanan dan kedua lutut ditekuk. Tangan kiri dan tangan kanan
bersama-sama memegang bola. Tangan kiri menyangga bola, sadang tangan kanan
memegang bagian atas bola. Bola dilambungkan dengan tangan kiri ke
atas sampai ketinggian kurang lebih setengah meter di atas kepala. Tangan
kanan segera ditarik ke belakang atas kepala, dengan telapak tangan
menghadap kedepan.
Gambar 1. Sikap Permulaan Servis Atas
(Barbara L.V& Bonnie J.F. 1996: 31)
2) Sikap saat perkenaan.
Setelah tangan kanan berada di atas belakang kepala dan bola berada
sejangkauan tangan maka segera bola dipukul dengan cara memukul
seperti pada smash. Sewaktu akan melakukan servis, perhatian selalu
terpusat pada bola. Lecutan tangan dan lengan sangat diperlukan dalam
commit to user
akan memutar lebih banyak. Pada waktu lengan dilecutkan siku jangan
sampai ikut tertarik kebawah.
Gambar 2. Sikap Pelaksanaan Servis Atas
(Barbara L.V& Bonnie J.F. 1996: 31)
3) Sikap akhir.
Setelah memukul bola maka diikuti langkah kaki kanan ke depan dan
terus masuk kelapangan permainan serta mengambil sikap siap normal.
Gambar 3. Sikap Akhir Servis Atas.
commit to user
d. Kesalahan yang sering dilakukan Saat Melakukan Servis Atas
Sebagai serangan servis bukan merupakan hal yang mudah untuk
melakukannya. Setiap jenis pukulan servis atas memiliki teknik yang berbeda-beda,
sehingga tidak menutup kemungkinan servis yang dilakukan sering terjadi
kesalahan. Menurut peraturan bolavoli Edisi (2001-2004) dijelaskan bahwa,
“Kesalahan servis apabila 1) menyalahi giliran servis, (2) tidak melakukan servis
sebagaimana mestinya, (3) menyentuh pemain dari tim yang melakukan servis atau
gagal melewati net, (4) bola keluar, (5) bola melewati di atas tabir”
Keberhasilan servis atas sangat tergantung penguasaan teknik yang benar dan
sempurna. Keberhasilan servis akan dapat mempengaruhi jalanya permainan secara
keseluruhan. Oleh karena itu kesalahan-kesalahan seperti di atas harus dihindari.
Bila terjadi kesalahan harus segara dibetulkan. Lebih lanjut Barbarra L.V. dan
Bonnie J.F. (1996: 35) memberikan cara memperbaiki kesalahan sevis atas yaitu :
1. Lemparkan bola di belakang bahu dan lengan anda memukul bola.
2. Lemparan harus dilakukan didepan tubuh anda, tidak di luar bahu dari lengan anda yang memukul bola.
3. Pindahkan berat badan anda pada saat memukul bola. Pukul bola dengan
tumit telapak tangan anda terbuka.
4. Pukul bola dibagian tengah belakang dan tekuk pergelangan tangan anda
dengan penuh tenaga, putar jemari tangan anda pada bola dan akhiri dengan menjatuhkan lengan anda ke pinggang.
5. Lemparkan bola sedikit di belakang bahu anda dan pindahkan berat badan
anda ke depan.
Untuk memperoleh kualitas servis atas yang baik, maka setiap terjadi
kesalahan harus dicermati letak kesalahannya, dan untuk pukulan servis berikutnya
kesalahan dapat terhindarkan. Kemampuan siswa dalam mencermati setiap kesalahan
yang dilakukan akan dapat membentuk pola pukulan servis seperti yang diharapkan.
Oleh karena itu sejak awal pembelajaran harus ditanamkan servis yang efektif,
commit to user
5. Pendekatan pembelajaran
a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Ditinjau dari kata pendekatan pembelajaran, kalimat tersebut masing-masing
perlu dipahami arti dari masing-masing kata tersebut. Menurut Depdikbud (1990:
180) pendekatan dapat diartikan, “sebagai proses, perbuatan, atau cara untuk mendekati sesuatu” Menurut Suharno, Sukardi, Chodijah dan Suwalni (1998: 25)
bahwa, “Pendekatan pembelajaran diartikan model pembelajaran”. Sedangkan pembelajaran menurut H.J. Gino dkk. (1998: 32) bahwa,”Pembelajaran atau
instruction merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa
belajar dan dengan jalan mengaktifkan faktor intern dan faktor ekstern dalam
kegiatan belajar mengajar”. Menurut Sukintaka (2004: 55) bahwa,”Pembelajaran
mengandung pengertian , bagaimana para guru mengajarkan sesuatu kepada peserta
didik, tetapi disamping itu juga terjadi peristiwa bagaimana peserta didik
mempelajarinya”
Berdasarkan pengertian pendekatan dan pembelajaran tersebut dapat
disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja yang mempunyai
sistem untuk memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan mempelajarkan
siswa guna membantu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai pendapat
Wahjoedi (1999: 121) bahwa, ”Pendekatan pembelajaran adalah cara mengelola
kegiatan belajar dan perilaku siswa agar siswa dapat aktif melakukan tugas sehingga
dapat memperoleh hasil belajar secara optimal”. Menurut Syaiful Sagala (2005: 68)
bahwa, “Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru
dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan intruksional
tertentu”.
Berdasarkan pengertian pendekatan pembelajaran yang dikemukakan dua ahli
commit to user
secara bersama yaitu: (1) ada satu pihak yang memberi, dalam hal ini guru, (2) pihak
lain yang menerima yaitu, peserta didik atau siswa. Kedua komponen tersebut tidak
dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar, yaitu guru menyampaikan materi
pelajaran dan siswa menerimanya. Seperti dikemukakan Syaiful Sagala (2005: 68)
bahwa, “Pada pokoknya pendekatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk menjelaskan materi pelajaran dari bagian-bagian yang satu dengan bagian yang
lainnya berorientasi pada pengalaman-pengalaman yang dimiliki siswa untuk
mempelajari konsep, prinsip atau teori yang baru tentang suatu bidang-bidang ilmu.
b. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Servis atas Bolavoli
Servis atas merupakan salah satu bentuk keterampilan yang memiliki
beberapa unsur gerakan yang dalam pelaksanaanya harus dikoordinasikan secara
baik dan harmonis. Untuk menguasai gerakan servis atas, maka harus belajar dengan
baik dan teratur dengan mengulang-ulang gerakan tersebut sebanyak-banyaknya.
Seperti dikemukakan Suharno HP. (1993: 22) bahwa, “untuk mengotomatiskan
penguasaan unsur gerak fisik, teknik dan keterampilan yang benar atlet harus
melakukan latihan berulang-ulang dengan frekuensi sebanyak-banyaknya”.
Berdasarkan keterampilan harus disajikan secara runtut dan dilakukan secara
berulang-ulang. Penyajian materi pembelajaran yang baik akan berpengaruh terhadap
kemampuan siswa untuk menyerap atau menguasai tugas ajar yang diberikan.
Menurut PBVSI (1995: 67) dijelaskan bahwa metode umum pembelajaran
keterampilan olahraga secara metodis dapat diurutkan sebagai berikut:
1) Memberikan gambaran pengertian yang benar melalui penjelasan lisan (informasi verbal).
2) Memberikan contoh atau demonstrasi yang benar antar lain dengan:
a) Contoh langsung dari pelatih atau guru
b) Contoh siswa yang dianggap baik
c) Contoh dengan gambar seri/foto
d) Contoh dengan film/video
3) Siswa disuruh melaksanakan gerakan dengan formasi-formasi yang
commit to user
4) Guru mengoreksi dan membetulkan kesalahan-kesalahan baik bersifat
perorangan maupun kelompok.
5) Siswa disuruh mengulang kembali sebanyak mungkin untuk mencapai
gerakan otomatis yang benar.
6) Guru mengevaluasi terhadap hasil yang sudah dapat dicapai pada saat itu.
Tata urutan mengajar keterampilan olahraga termasuk servis atas bolavoli
tersebut penting untuk dipahami dan diperhatikan oleh guru. Pembelajaran
keterampilan yang ditata dengan metode yang tepat akan diperoleh hasil belajar yang
optimal.
c. Karakteristik atau Ciri-Ciri perubahan Akibat Belajar
Belajar gerak merupakan suatu proses yang mengarah pada perubahan diri
siswa, dimana siswa memiliki keterampilan gerak yang lebih baik dibandingkan
sebelumnya. Pada prinsipnya perubahan yang terjadi akibat belajar gerak adalah
bersifat permanen. Ini artinya, keterampilan yang telah diperoleh tidak langsung
hilang sesudah kegiatan selesai dilakukan. Dengan demikian dalam belajar motorik
terdapat beberapa karakteristik atau ciri yang membeda dengan belajar pada
umumnya. Menurut Schmidt (1982) yang dikutip Rusli Lutan (1998: 102-107)
karakteristik belajar gerak meliputi: “(1) Belajar sebagai sebuah proses, (2) Belajar
motorik adalah hasil langsung dari latihan, (3) Belajar motorik tak teramati secara
langsung, (4) Belajar menghasilkan kapabilitas untuk bereaksi (kebiasaan), (5)
Belajar motorik relatif permanen, (6) Belajar motorik bisa menimbulkan efek negatif
dan (7) Kurve hasil belajar”. Untuk lebih jelasnya ketujuh karakteristik belajar motorik diuraikan secara singkat sebagai berikut:
1. Belajar Sebagai Proses
Proses adalah seperangkat kejadian atau peristiwa yang berlangsung bersama,
menghasilkan beberapa perilaku tertentu. Sebagai contoh dalam membaca, proses