• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

3. Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu proses yang sistematis secara berulang-ulang atau ajeg dengan selalu memberikan peningkatan materi pembelajaran. Dengan pembelajaran yang sistematis melalui pengulangan tersebut akan menyebabkan mekanisme susunan saraf bertambah baik. Hasil nyata dari pembelajaran ini adalah gerakan-gerakan otomatis yang tidak terlalu membutuhkan konsentrasi pusat-pusat saraf, sehingga gerakan otomatis yang terjadi akan mengurangi gerakan tambahan yang berarti penghematan tenaga.

a. Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan antara guru dan

siswa. Syaiful Sagala (2005: 61) menyatakan, “Pembelajaran merupakan proses

komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik,

sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid”. Menurut Sukintaka

(2004: 55) bahwa, “Pembelajaran mengandung pengertian, bagaimana para guru

mengajarkan sesuatu kepada peserta didik, tetapi di samping itu juga terjadi

peristiwa bagaimana peserta didik mempelajarinya”. Sedangkan M. Sobry Sutikno (2009: 32) menyatakan:

commit to user

16 Pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan guru (pendidik) agar terjadi proses belajar pada diri siswa. Secara implisit, di dalam pembelajaran ada dua kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara untuk mencapai tujuan dan berkaitan dengan bagaimana cara mengorganisasikan materi pelajaran dan mengelola pembelajaran.

Berdasarkan pengertian pembelajaran yang dikemukakan tiga ahli tersebut dapat disimpulkan, pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dua pihak dimana salah satu pihak sebagai pengajar (guru/pendidik) dan pihak kedua orang yang belajar (siswa). Dalam proses pembelajaran, telah mengubah peran guru dan siswa. M. Sobry Sutikno (2009: 33-34) menyatakan:

1) Peran guru telah berubah dari:

a) Sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, ahli materi

dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih, kolabolator dan mitra belajar.

b) Dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran,

menjadi lebih banyak memberikan alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran.

2) Peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan, yaitu:

a) Dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam

proses pembelajaran.

b) Dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan

dan berbagi pengetahuan.

c) Dari pembelajaran sebagai aktivitas individual menjadi pembelajaran

berkolaboratif dengan siswa lain.

Dalam kegiatan pembelajaran siswa lebih dominan atau berperan aktif. Siswa harus selalu berpartisipasi aktif, menghasilkan berbagai macam pengatahuan dan harus mampu bekerjasama dengan siswa lainnya. Sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator, motivator dan katalisator. Selain itu juga, seorang guru harus lebih banyak memberikan alternatif dan tanggung jawab kepada siswa.

commit to user

b. Unsur-Unsur Pembelajaran

Dalam kegiatan pembelajaran melibatkan beberapa unsur atau komponen.

M. Sobry Sutikno (2009: 35-40) menyatakan, “Komponen pembelajaran meliputi

beberapa aspek yaitu: “(1) Tujuan pembelajaran, (2) materi pelajaran, (3) kegiatan pembelajaran, (4) metode, (5) media, (6) sumber belajar dan, (7) evaluasi”.

Pendapat lain dikemukan H.J. Gino dkk., (1998: 30) beberapa komponen dalam suatu kegiatan pembelajaran yaitu:

1) Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima dan

menyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

2) Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar

mengajar, katalisator belajar mengajar, dan peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.

3) Tujuan yakni, pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan

terjadi pada siswa setelah mengikuti belajar mengajar. Perubahan periklaku tersebut mencakup perubahan kognitif, psikomotor dan afektif.

4) Isi pelajaran yakni, segala informasi berupa fakta, prinsip dan konsep yang

diperlukan untuk mencapai tujuan.

5) Metode yakni, cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan siswa untuk mencapai tujuan.

6) Media yakni, bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang

digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa agar dapat mencapai tujuan.

7) Evaluasi yakni, cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses

dan hasilnya. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar mengajar dan sekaligus memberikan balikan bagi setiap komponen belajar mengajar.

Komponen-komponen yang harus dipenuhi dalam kegiatan pembelajaran pada dasarnya mencakup tujuh komponen utama. Ketujuh komponen dalam kegiatan pembelajaran yaitu: siswa, guru, tujuan, isi pelajaran, metode, media dan evaluasi. Dari ketujuh komponen tersebut saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik, jika komponen-komponen tersebut terpenuhi dalam kegiatan pembelajaran.

commit to user

18

c. Pembelajaran yang Efektif

Dalam kegiatan pembelajaran siswa menghendaki hasil belajar yang efektif bagi dirinya. Untuk itu guru dituntut dapat membantu siswanya, sehingga pada waktu mengajar dapat dilakukan dengan efektif. Menurut Rusli Lutan (1988: 38) efektivitas pengajaran meliputi beberapa unsur yaitu: “(1) Pemanfaatan waktu aktif berlatih, (2) Lingkungan yang efektif, (3) Karakteristik guru dan siswa, (4)

Pengelolaan umpan balik”. Sedangkan Wina Sanjaya (2006: 32-33) menyatakan, beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam prose pembelajaran agar berlangsung efektif yaitu:

1) Proses pembelajaran harus memberikan peluang kepada siswa agar mereka

secara langsung dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan demikian guru harus bertindak sebagai pengelola proses belajar, bukan bertindak sebagai sumber belajar.

2) Guru perlu memberikan kesempatan pada siswa untuk merefleksi apa yang

telah dilakukan. Dengan demikian pembelajaran bukan hanya mendorong siswa untuk melakukan tindakan saja, tetapi menghayati berbagai tindakan yang telah dilakukannya. Hal ini sangat penting baik untuk pembentukan sikap, maupun untuk mencermati berbagai kelemahan dan kekurangan atas segala tindaknnya.

3) Proses pembelajaran harus mempertimbangkan perbedaan individual. Hal

ini didasarkan pada suatu asumsi bahwa tidak ada manusia yang sama baik dalam minat, bakat maupun kemampuannya. Pembelajaran harus memberikan kesempatan agar siswa dapat berkembang sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Dengan demikian siswa yang lambat tidak merasa tergusur oleh siswa yang cepat, sebaliknya siswa yang cepat tidak merasa terhambat oleh yang lambat belajar.

4) Proses pembelajaran harus dapat memupuk kemandirian di samping kerja

sama. Artinya guru dituntut mampu menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa dapat mandiri dan bekerja sama dengan orang lain.

5) Proses pembelajaran harus terjadi dalam iklim yang kondusif baik iklim

sosial maupun iklim psikologis. Siswa akan belajar dengan baik, manakala terbebas dari berbagai tekanan, baik tekanan sosial maupun tekanan psikologis. Melalui iklim belajar yang demikian diharapkan siswa akan berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

6) Proses pembelajaran yang dikelola guru harus dapat mengembangkan

kreativitas, rasa ingin tahu. Hal ini hanya mungkin terjadi manakala guru tidak menempatkan posisi siswa sebagai objek belajar, tetapi sebagai subjek belajar. Untuk itulah guru harus mendorong agar siswa aktif untuk belajar melalui proses mencari dan mengobservasi.

commit to user

Efektifitas pembelajaran sangat tergantung pada siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran siswa harus bertindak aktif, memiliki kreativitas dan kemandirian. Disisi lain, seorang guru bertugas mengelola proses pengajaran berupa aktivitas merencanakan dan mengorganisasikan semua aspek kegiatan, tidak saja susunan pengalaman atau tugas-tugas ajar, tetapi juga penciptaan kondisi lingkungan belajar yang efektif. Husdarta & Yudah M. Saputra (2000: 4) menyatakan:

Tugas utama guru adalah untuk menciptakan iklim atau atmosfir supaya proses belajar terjadi di kelas atau lapangan. Ciri utama terjadinya proses belajar adalah siswa dapat secara aktif ikut terlibat di dalam proses pembelajaran. Para guru harus selalu berupaya agar para siswa dimotivasi untuk lebih berperan. Walau demikian guru tetap berfungsi sebagai pengelola proses belajar dan pembelajaran.

Menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif adalah sangat penting. Dengan iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan akan membawa siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Untuk itu seorang guru harus memiliki beberapa kemampuan dalam menyampaikan tugas ajar agar tujuan mengajar dapat berhasil.

d. Kompetensi yang Harus Dimiliki Seorang Guru

Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi guru pada dasarnya merupakan tuntutan dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga dan meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya. Seorang guru harus sadar bahwa tugas dan tanggung jawabnya tidak bisa dilakukan oleh orang lain dan dalam melaksanakan tugasnya harus bersungguh-sungguh. Seorang guru dituntut agar selalu meningkatkan pengetahuannya, kemampuan dalam rangka pelaksanaan tugas profesinya. Seorang guru harus peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, khususnya dalam bidang pendidikan dan pengajaran, dan pada masyarakat pada umumnya. Guru harus dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dalam pelaksanaan pengajaran sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman.

Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan diberbagai bidang merupakan keharus bagi seorang guru. Untuk itu seorang guru harus memiliki beberapa

commit to user

20 kompetensi. Nana Sudjana (2005: 18) menyatakan, kompetensi yang harus dimiliki seorang guru di antaranya:

1) Kompetensi dibidang kognitif. Artinya kemampuan intelektual seperti

pengetahuan mata pelajaran, pengetahuan mengani cara mengajar, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan tentang bimbingan penyuluhan, pengetahuan tentang adminitrasi kelas, pengetahuan tentang cara menilai hasil belajar siswa, pengetahuan tentang kemasyarakatan serta pengetahuan umum lainnya.

2) Kompetensi bidang sikap. Artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap

berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan profesinya. Misalnya sikap menghargai pekerjaannya, mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata pelajaran yang dibinanya, sikap toleransi terhadap sesama teman profesinya, memiliki kemauan yang keras untuk meningkatkan hasil pekerjaannya.

3) Kompetensi perilaku/performance. Artinya kemampuan guru dalam

berbagai keterampilan/perilaku, seperti keterampilan mengajar,

membimbing, menilai, menggunakan alat bantu pengajaran, bergaul dan berkomunikasi dengan siswa, keterampilan menumbuhkan semangat belajar para siswa, keterampilan menyusun persiapan atau perencanaan mengajar, keterampilan melaksanakan adminitrasi kelas dan lain-lain. Perbedaan dengan komptensi kognitif terletak pada sifatnya. Kalau kompetensi kognitif berkenaan dengan aspek teori atau pengetahuannya, pada kompetensi perilaku yang diutamakan adalah praktik atau keterampilan melaksanakannya.

Pada dasarnya kompetensi yang harus dimiliki seorang guru mencakup tiga aspek yaitu, kompetensi kogitif, kompetensi sikap dan kompetensi perilaku

atau performance. Dari ketiga kompetensi tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi

saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Dari ketiga kompetensi tersebut, kompetensi guru yang banyak berhubungan dengan usaha meningkatkan proses dan hasil belajar dikelompokkan ke dalam empat

kemampuan yaitu: “(1) Merencanakan program belajar mengajar, (2)

melaksanakan dan memimpin, (3) menilai kemajuan proses belajar mengajar, (4) menguasai bahan pelajaran dalam pengertian menguasai bidang studi atau mata pelajaran yang dipegangnya/dibinaannya (Nana Sudjana, 2005: 19).

e. Pembelajaran yang Sukses

Mencapai hasil belajar yang maksimal yaitu terjadinya peningkatan kemampuan atau keterampilan pada diri siwa sangat didambakan baik dari pihak

commit to user

guru maupun siswa. Namun untuk menentukan indikator bagaimanakah pembelajaran dapat dikatakan sukses atau berhasil tidaklah mudah. Untuk mencapai pembelajaran yang sukses, maka perlu penerapan desain sistem pembelajaran yang baik dan tepat. Menurut Heinich dkk (2005) yang dikutip Benny A. Pribadi (2009: 19-21) mengemukakan, perspektif pembelajaran sukses yang terdiri atas beberapa kriteria, yaitu:

1) Peran aktif siswa (active participation)

Proses belajar akan berlangsung efektif, jika siswa terlibat secara aktif dalam tugas-tugas yang bermakna, dan berinteraksi dengan materi pelajaran secara intensif. Keterlibatan mental siswa dalam melakukan proses belajar akan memperbesar kemungkinan terjadinya proses belajar dalam diri seseorang.

2) Latihan (practice)

Latihan yang dilakukan dalam berbagai konteks dapat memperbaiki tingkat daya ingat atau retensi. Latihan juga dapat memperbaiki kemampuan siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang baru dipelajari. Tugas-tugas belajar berupa pemberian latihan akan dapat meningkatkan penguasaan siswa terhadap pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari.

3) Perbedaan individual (individual differences)

Setiap individu memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari individu yang lain. Setiap individu memiliki potensi yang perlu dikembangkan secara optimal. Dalam hal ini, tugas guru atau instruktur adalah mengembangkan potensi yang dimiliki oleh individu seoptimal mungkin melalui proses pembelajaran yang berkualitas.

4) Umpan balik (feedback)

Umpan balik sangat diperlukan oleh siswa untuk mengetahui kemampuan dalam mempelajari materi pelajaran yang benar. Umpan balik dapat diberikan dalam bentuk pengetahuan tentang hasil belajar (learning outcomes) yang telah dicapai siswa setelah menempuh program dan aktivitas pembelajaran. Informasi dan pengetahuan tentang hasil belajar akan memacu seseorang untuk berprestasi lebih baik lagi.

5) Konteks nyata (realitic context)

Siswa perlu mempelajari materi pelajaran yang berisi pengetahuan dan keterampilan yang dapat diterapkan dalam sebuah situasi yang nyata. Siswa yang mengetahui kegunaan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari akan memiliki motivasi tinggi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

6) Interaksi sosial (social interaction)

Interaksi sosial sangat diperlukan oleh siswa agar dapat memperoleh dukungan sosial dalam belajar. Interaksi yang berkesinambungan dengan sejawat atau sesama siswa memungkinkan siswa untuk melakukan konfirmasi terhadap pengetahuan dan keterampilan yang sedang dipelajari.

commit to user

22

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan, pembelajaran yang sukses apabila siswa berperan aktif, diberikan latihan, memahami perbedaan individu, adanya umpan balik, ada konmteks yang nyata dan adanya interaksi sosial antar siswa. Untuk mencapai pembelajaran yang sukses, maka hal-hal seperti di atas harus diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran.

Dokumen terkait