• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembentukan JF di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

BAB III KEBIJAKAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM SEBAGAI

A. Pembentukan JF di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

JF Kementerian Hukum dan HAM merupakan jabatan keahlian dan/atau keterampilan di Hukum dan HAM yang dibina oleh Kementerian Hukum dan HAM. Pembentukan JF Kementerian Hukum dan HAM didasarkan atas hasil analisis jabatan yang berisi rekomendasi kelayakan dan perlunya dibentuk JF Kementerian Hukum dan HAM pada unit eselon I. Kegiatan analisis jabatan dapat dilakukan oleh unit eselon I yang bersangkutan dibantu Sekretariat Jenderal c.q. Biro Perencanaan dan Biro Kepegawaian, Berdasarkan analisis jabatan tersebut, pimpinan unit eselon I yang mempunyai tugas pokok di bidang pengelolaan keuangan dan kekayaan negara dapat menyampaikan usulan pembentukan JF kepada Menteri Keuangan melalui Sekretaris Jenderal dan melakukan pembahasan lebih lanjut bersama Sekretariat Jenderal c.q. Biro Kepegawaian. Tahapan kegiatan dalam pembentukan JF, yaitu sebagai berikut:

a. Usulan

Proses usulan di lakukan dengan Penyusunan Draft Naskah Akademis Pembentukan JF yang dibuat oleh unit eselon I Pengusul melalui pembahasan bersama dengan Sekretariat Jenderal c.q. Biro Kepegawaian. Naskah akademis pembentukan Jabatan Fungsional merupakan syarat pokok yang harus dilampirkan dalam pengusulan pembentukan JF kepada Kementerian Pendayaguaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB). Isi naskah akademis

24 Modul Best Practices memuat berbagai hal yang menunjukkan kelayakan pembentukan JF sesuai dengan lampiran Permenpan 13 Tahun 2019.

b. Rekomendasi

1) Ekspose Naskah Akademik

Setelah usulan pembentukan JF Kementerian Hukum dan HAM beserta naskah akademis disampaikan kepada Kementerian PANRB untuk dikaji, proses selanjutnya adalah rekomendasi penetapan JF. Rekomendasi penetapan JF ditetapkan oleh Menteri. Rekomendasi penetapan JF dapat didelegasikan Pejabat Pimpinan Tinggi Madya yang membidangi penetapan kebijakan JF pada Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Dalam mendapatkan rekomendasi penetapan JF, unit eselon I pengusul harus melakukan paparan ekspose naskah akademis. Ekspose naskah akademis merupakan kegiatan pemaparan naskah akademis oleh unit eselon I pengusul kepada Kementerian PANRB dan BKN secara tatap muka sekaligus untuk pengujian kelayakan pembentukan JF. Dalam acara tersebut, Kementerian PANRB dan BKN sebagai pihak yang menguji kelayakan pembentukan JF akan memberikan arahan yang diperlukan. Apabila JF Kementerian Hukum dan HAM yang diusulkan dianggap layak dan disetujui oleh Kementerian PANRB untuk dibentuk, Kementerian PANRB dan BKN menyatakan bahwa proses pembentukan JF dapat dilanjutkan.

2) Penyusunan Matriks Butir-Butir Kegiatan

Berdasarkan persetujuan dan arahan Kementerian PANRB dan BKN untuk melanjutkan pembentukan JF Kementerian Hukum dan HAM, unit eselon I pengusul menginventarisir dan menganalisis seluruh butirbutir kegiatan JF. Analisis butir-butir kegiatan dimaksudkan untuk menentukan satuan hasil per butir kegiatan dan melakukan pembobotannya dalam rangka penjenjangan jabatan. Hasil inventarisasi dan analisis butir-butir kegiatan tersebut kemudian disusun berdasarkan unsur

dan subunsurnya dalam bentuk matriks butir kegiatan. Proses penyusunan matriks butir-butir kegiatan JF dilakukan melalui pembahasan yang melibatkan Sekretariat Jenderal c.q. Biro Kepegawaian, Kementerian PANRB, dan BKN. Matriks butir-butir kegiatan yang sudah disusun tersebut kemudian dituangkan dalam suatu formulir, yang akan digunakan sebagai formulir uji petik beban kerja dan norma waktu.

c. Uji Petik Beban Kerja dan Norma Waktu 1) Uji petik beban kerja dan norma waktu

Uji petik beban kerja dan norma waktu dilakukan untuk mengetahui volume beban kerja JF yang akan dibentuk, dalam 1 (satu) tahun terakhir. Kegiatan uji petik mengambil sampel pada daerah/unit kerja yang memiliki tingkat kegiatan/pekerjaan dengan tingkat kesibukan tinggi, sedang, dan rendah. Tujuan dari uji petik beban kerja dan norma waktu antara lain:

a) Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan beban kerja di lapangan;

b) Untuk mengecek apakah butir-butir kegiatan yang sudah dirumuskan sudah lengkap atau masih ada kekurangan; dan

c) Untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan pada tiap pelaksanaan butir-butir kegiatan.

Guna menjamin obyektivitas hasil uji petik pengukuran beban kerja dan norma waktu, kegiatan uji petik dilakukan bersama-sama dengan Sekretariat Jenderal c.q. Biro Kepegawaian, Kementerian PANRB, dan BKN.

2) Pengolahan Data Uji Petik

Berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan uji petik pengukuran beban kerja dan norma waktu butir-butir kegiatan JF yang akan dibentuk, kemudian dilakukan tabulasi dan pengolahan. Maksud dari pengolahan data beban kerja dan norma waktu adalah:

26 Modul Best Practices a) Untuk merumuskan norma waktu setiap butir kegiatan

dalam rangka validasi nilai angka kreditnya; dan

b) Untuk mengetahui tingkat kecukupan beban kerja JF yang akan dibentuk terhadap nilai Angka Kredit yang dipersyaratkan bagi pemangku JF agar dapat naik pangkat dan jabatan.

Dalam melakukan pengolahan data beban kerja dan norma waktu tersebut, unit eselon I pengusul dapat berkoordinasi dengan Sekretariat Jenderal c.q. Biro Kepegawaian. Hasil pengolahan data beban kerja dan norma waktu tersebut dibahas bersama dengan Kementerian PANRB dan BKN untuk dilakukan validasi nilai Angka Kredit per butir kegiatan dari JF yang akan dibentuk.

d. Penyusunan Rancangan Peraturan Menteri PANRB

Setelah dilakukan validasi Angka Kredit, proses selanjutnya adalah menyusun rancangan peraturan Menteri PANRB tentang Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya. Rancangan peraturan tersebut mengatur berbagai ketentuan pelaksanaan JF. Butir-butir kegiatan dan nilai Angka Kredit hasil validasi dituangkan pada lampiran. Selama proses penyusunan rancangan peraturan Menteri PANRB tentang Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya, unit eselon I pengusul dapat berkoordinasi dengan Sekretariat Jenderal c.q. Biro Kepegawaian. Finalisasi penyusunan rancangan Peraturan MenteriPANRB tentang Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya dilakukan melalui pembahasan yang melibatkan Kementerian PANRB dan BKN.

Rancangan peraturan MenteriPANRB yang telah final tersebut disampaikan oleh unit eselon I Pengusul kepada Setjen c.q. Biro Kepegawaian untuk diteruskan kepada Menteri PANRB, dengan tembusan kepada Kepala BKN, agar dapat ditetapkan setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan teknis secara tertulis dari Kepala BKN. Dalam rangka memberikan pertimbangan teknis mengenai pelaksanaan JF yang diusulkan, Kepala BKN akan mengundang Kementerian PANRB dan Kementerian Hukum dan HAM termasuk unit

eselon I pengusul untuk membahas JF yang diusulkan. Setelah mendapatkan pertimbangan teknis dari Kepala BKN, Menteri PANRB akan mengundang Kementerian Hukum dan HAM dan BKN untuk melakukan rapat pleno dalam rangka penetapan JF dan Angka Kreditnya.

e. Penyusunan Peraturan Menteri Hukum dan HAM 1) Menyusun peraturan pendukung pelaksanaan JF

Dengan ditetapkannya peraturan Menteri PANRB tentang JF Kementerian Hukum dan HAM dan Angka Kreditnya, maka JF Kementerian Hukum dan HAM dinyatakan telah terbentuk. Dalam rangka pelaksanaan JF dimaksud diperlukan adanya peraturan- peraturan penunjang, antara lain:

a) Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Kepala BKN tentang Petunjuk Pelaksanaan JF. Tujuan dari petunjuk pelaksanaan tersebut adalah untuk mengatur kelancaran dan tata tertib administrasi dalam pelaksanaan peraturan Menteri PANRB tentang JF dan Angka Kreditnya dimaksud. b) Peraturan Menteri Hukum dan HAM tentang Petunjuk

Teknis JF.

Tujuan dari petunjuk teknis JF adalah untuk menjamin kesamaan pengertian tentang unsur kegiatan dan penilaian angka kreditnya.

c) Peraturan/Keputusan Presiden tentang Tunjangan Jabatan.

Peraturan/Keputusan Presiden tentang Batas Usia Pensiun (bersifat fakultatif/apabila diperlukan).

Penyusunan peraturan-peraturan di atas adalah juga sebagian dari tugas Instansi Pembina untuk dapat mendukung pelaksanaan JF Kementerian Hukum dan HAM yang telah ditetapkan.

28 Modul Best Practices

2) Harmonisasi dan Penyelarasan

Setelah menyusun peraturan pendukung pelaksanaan JF, maka unit eselon I pengusul bersama-sama dengan Sekretariat Jenderal c.q. Biro Kepegawaian dan Perancang pada Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan melakukan harmonisasi dan penyelarasan substansi serta teknik penyusunan Rancangan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dimaksud sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

f. Sosialisasi JF baru

Sebagaimana urutan usulan pembentukan Jabatan Fungsional baru, maka proses akhir dari urutan tersebut adalah Sosialisasi Jabatan Fungsional. Sosialisasi Jabatan Fungsional baru dilakukan dengan adanya pengundangan dan penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan yang memerlukan penanganan secara terarah, terpadu, terencana, efektif dan efesien serta akuntabel. Selain dengan cara diatas sosialisasi JF juga dilakukan dengan :

1) Menerbitkan Surat Edaran

2) Mengadakan seminar/diskusi publik 3) Melakukan kujungan kerja kepada K/L lain

Daftar Jabatan Fungsional baru yang sedang dalam proses adalah :

No. Jabatan Funsional baru On

Progress 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Kurator Keperdataan

√ (Permenpan RB No. 15 Tahun

2020)

Instansi Pembina : Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Kementerian Hukum dan HAM

2 Analis Hukum (Permenpan RB No. 51 tahun 2020)

√ Instansi Pembina: BPHN

Kementerian Hukum dan HAM 3 Penyidik Pegawai Negeri Sipil

(PPNS)

Instansi Pembina : Direktorat

√ Jenderal Administrasi Hukum Umum Kementerian Hukum dan HAM

Keterangan : 1. Usulan

2. Rekomendasi (Ekspose)

3. Penyusunan Tugas Jabatan, Uraian Kegiatan dan Hasil Kerja 4. Uji Petik dan Validasi

5. Perancangan dan pengharmonisasian peraturan menteri

pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi untuk pengusulan dan penetapan jabatan fungsional di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM.

6. Penetapan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara da nReformasi Birokrasi.

7. Perancangan dan Pengharmonisasian Peraturan Menteri Hukum dan HAM.

8. Penetapan Pearturan Menteri Hukum dan HAM. 9. Pengundangan dan Penyebarluasan (Sosialisasi).

30 Modul Best Practices

Gambar 3.1 Alur Pengusulan dan Penetapan JF di Kumham

Dokumen terkait