• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembentukan Karakter Islami Mahasiswa

BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN

A. Pembentukan Karakter Islami Mahasiswa

Karakter Islami dapat dinyatakan sebagai karakter yang Islami yaitu karakter yang bersumber pada ajaran Allah dan Rasul-Nya dan karakter Islami merupakan amal perbuatan yang sifatnya terbuka, sehingga dapat menjadi indikator, apakah seseorang sebagai seorang muslim yang baik atau buruk.

Karakter menurut Kamarudin merupakan kepribadian yang melekat dalam diri seseorang, dan merupakan kumpulan kompleks karakteristik psikologis, sebagian dibentuk oleh pertumbuhan kognisi yang

memungkinkan seseorang bertindak sebagai agen moral (A. Kamaruddin, 2012).

Berkowitz dan Bier menyatakan, karakter merupakan kompetensi sosio-moral yang menggabungkan tindakan moral, nilai moral dan kepribadian moral.(Berkowitz & Bier, 2004). Sementara Pradhan menyatakan bahwa karakter merupakan kepribadian individu yang terdiri dari sikap, kepercayaan dan nilai-nilai yang dimiliki oleh individu.(Pradhan, n.d.).

Menurut Muin, karakter adalah ciri khas yang dimiliki individu, karakter tidak bersifat relative, terdiri dari nilai-nilai yang dimiliki individu, merupakan kebiasaan yang bersifat alamiah dan bukan apa yang dipikirkan orang lain tentang diri seseorang.(Muʼin, 2011). Sementara Hasyim menyatakan bahwa pendidikan karakter dapat diartikan sebagai cara berpikir dan berprilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara (Hasyim, 2015).

Pradhan (n.d) dan Setiawan (2012) menyatakan, menurut Lickona, karakter memiliki tiga bagian yang saling terkait, yaitu: pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral dan komponen karakter dapat dilihat melalui pengetahuan moral (moral knowing), perasaan moral (moral feeling) dan perbuatan moral (moral action) pernyataan tersebut sebagaimana terlihat pada Gambar 2.1.

1

Sumber : Lickona, 1991 dalam Setiawan. 2012 Gambar 2.1 Komponen Pendidikan Karakter

Dari gambar 2.1 terlihat bahwa karakter terdiri dari 3 komponen, yaitu : pengetahuan moral, perasaan moral dan aktivitas moral, ketiga komponen tersebut memiliki saling keterkaitan satu sama lain.

Component of Character Education 3 2 Moral Action Competence Will Habbit Moral Feeling Conscience Self Esteem Empathy Loving The God Self Control Humality Moral Knowing Moral Awareness Knowing Moral Value Perspektive- Taking Moral Reasoning Decision Making Self Knowledge

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan ciri khas yang bersifat alamiah, yang dimiliki seseorang baik dalam hal cara berpikir maupun berprilaku. Pembentukan karakter yang baik dapat dilakukan melalui pendidikan karakter.

Pendidikan karakter menurut Santoso, merupakan kumpulan dari nilai nilai luhur bangsa Indonesia sejak jaman dulu dan dibagi dalam 18 indikator, yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikasi, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab (Santoso, 2016).

Susanti mendefinisikan pendidikan karakter sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, mewujudkan dan menebar kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati(Susanti, 2013).

Adapun tahapan pembentukan karakter menurut Madjid et.al. adalah : moral knowing (pengetahuan moral), moral loving (Kecintaan moral) atau moral feeling (perasaan moral) dan moral doing (perbuatan moral).

Moral knowing terdiri dari : Kesadaran moral (moral awareness); 2) Pengetahuan tentang nilai-nilai moral

(knowing moral values); 3) Penentuan sudut pandang (perspective taking); 4) Logika moral (moral reasoning); 5) Keberanian menentukan sikap (decision making); 6) Dan pengenalan diri (self knowledge), sementara moral

loving terdiri dari : Percaya diri (self esteem); 2) Kepekaan terhadap derita orang lain (emphaty); 3) Cinta kebenaran (loving the good); 4) Pengendalian diri (self control); 5) Kerendahan hati (humility) dan moral doing terdiri dari Siswa menjadi semakin sopan, ramah, hormat, penyayang, jujur, disiplin, cinta, kasih dan sayang, adil serta murah hati dan seterusnya.(Majid et al., 2011).

Hudi juga menyebutkan tentang pengetahuan moral sebagai 1.kesadaran moral, yang ditunjukkan melalui sadar akan sikap baik dan buruk, 2.mengetahui akan tanggung jawab nilai-nilai moral 3. Pengambilan perspektif merupakan mampu mengambil sudut pandang orang lain, 4. Dalam mengambil keputusan memahami tentang posisi orang lain 5. Dalam penalaran mampu menentukan pilihan dengan segala resikonya dan 6. Mencari pembenaran berdasarkan fakta yang ada. Sedangkan prilaku moral merupakan : 1. Kompetensi moral, yaitu kemampuan mengubah pertimbangan dan perasaan moral ke dalam tindakan moral yang efektif untuk menyelesaikan sebuah konflik secara adil, 2.kehendak, dibutuhkan untuk menjaga emosi agar tetap terkendali oleh akal dan dalam banyak situasi, kebiasaan merupakan faktor pembentuk perilaku moral.3. Kebiasaan, melakukan aktifitas benar karena kebiasaan sehingga mereka loyal, berani, berbudi, dan adil (Hudi, 2017).

Berdasarkan uraian yang telah paparkan, maka yang dimaksud dengan karakter Islami mahasiswa dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan prilaku moral mahasiswa berdasarkan pada agama Islam, dimana pengetahuan moral mahasiswa dapat dilihat melalui

kesadaran moral, nilai-nilai moral, pengambilan perspektif, penalaran moral, membuat keputusan dan memahami diri sendiri. Sedangkan prilaku moral dapat dilihat melalui: kompetensi moral, kehendak dan kebiasaan.

2. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi

Pembentukan Karakter Islami Mahasiswa

Pendidikan karakter (akhlak) Dalam perspektif ajaran Islam, menjadi perhatian utama sebagaimana misi dari risalah kenabian Rasulullah SAW, yaitu membangun peradaban manusia dengan karakter bersendikan akhlak yang mulia.

Seperti dinyatakan sebelumnya bahwa karakter Islami mahasiswa, merupakan kebiasaan yang bersifat alamiah dan menjadi ciri khas yang dimilikinya, sehingga karakter Islami seseorang sangat berkaitan erat dengan kebiasaan yang dilakukannya. Oleh karena itu untuk menjadikan mahasiswa berkarakter baik, perlu ditanamkan pendidikan melalui pembiasaan.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan karakter mahasiswa. Kosim menyatakan, Keberhasilan pendidikan karakter dilakukan dalam tiga tahap, knowing the good, loving the good, dan acting the

good, sehingga pendidikan karakter tidak sekedar

diajarkan tentang moral, tetapi yang terpenting adalah dicontohkan dan diamalkan. Karena itu, keteladanan orang tua (di rumah), guru (di sekolah) dan pemimpin (di masyarakat) menjadi hal yang urgen dalam mewujudkan tujuan pendidikan karakter (Kosim, 2011).

Namun dari beberapa factor yang menentukan pendidikan karakter, factor keluarga merupakan faktor yang paling menentukan pembentukan karakter, sebab keluarga merupakan lembaga primer dimana seseorang memperoleh pendidikan sebelum mereka memperolehnya dari lingkungan yang lain. Pratiwi menyatakan, Pusat pendidikan pertama bagi anak adalah lingkungan keluarga (Pratiwi, 2019).

Saptatiningsih dan Permana juga menyatakan, orang tua mempunyai Peran sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak, sehingga orang tua menjadi faktor utama dalam membangun karakter anak, peran dan tugas orang tua adalah sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya dalam menumbuhkan dan mengembangkan karakter anak(Saptatiningsih & Permana, 2019). Keluarga merupakan bagian yang turut menjadi faktor yang mempengaruhi lingkungan input selain dari sasaran input dan sarana input. Dengan demikian, keluarga memberikan andil yang cukup kuat dalam membentuk output dan outcome seseorang.

Lembaga pendidikan merupakan penentu karakter seseorang selain keluarga, sehingga penting bagi perguruan tinggi untuk menggunakan model pembelajaran yang tepat dalam membentuk karakter Islami mahasiswa. Salah satu solusi yang dapat dilakukan oleh perguruan tinggi adalah melakukan pembentukan karakter melalui model pembelajaran integrasi Ilmu. Marini menyatakan, Pembentukan karakter juga dapat dilakukan dengan mengintegrasikan agama dengan semua mata kuliah umum(Marini, 2017).

Moh. Nor dan Malim menyatakan pendidikan Islam dibentuk untuk mempersiapkan peserta didik mengenali, mengerti, menghargai dan kemudian memiliki iman, taqwa dan memiliki karakter yang baik dalam mempraktekkan ajaran– ajarannya Islam berdasarkan Alquran dan Hadis. Proses ini dilakukan melalui bimbingan, pengajaran, pelatihan dan pengalaman (Mohd Nor & Malim, 2014)

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa yang factor yang mempengaruhi pembentukan karakter Islami mahasiswa adalah keluarga dan lingkungan sekolah. Keduanya memberikan pengaruh tentang bagaimana mahasiswa melakukan sikap yang berkaitan dengan moral yang ditunjukkan melalui tindakan pengetahuan dan perilaku moral.

3. Pembentukan Karakter Mahasiswa Melalui Model Pembelajaran Integrasi Ilmu.

Seperti telah dinyatakan sebelumnya, karakter dapat diartikan sebagai watak, sifat, akhlak ataupun kepribadian yang membedakan seorang individu dengan individu lainnya (Pratiwi, 2019) dan pembentukan karakter peserta didik menurut Kamarudin merupakan upaya yang dilakukan oleh institusi dalam konteks pembentukan karakter peserta didik (A. Kamaruddin, 2012).

Pembentukan karakter mahasiswa dapat dilakukan melalui model pembelajaran integrasi ilmu. Integrasi ilmu merupakan salah satu bentuk dari integrasi kurikulum, hal ini disebabkan dalam integrasi kurikulum baik dosen

maupun mahasiswa menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan materi pembelajaran lain. Selajutnya model pembelajaran tersebut dapat dinyatakan sebagai pendidikan karakter.

Model pembelajaran integrasi ilmu merupakan model pembelajaran yang pada intinya adalah dengan melakukan integrasi kurikulum. Seperti dinyatakan oleh Kaur bahwa Integrasi kurikulum dapat digambarkan sebagai pendekatan untuk pengajaran dan pembelajaran yang didasarkan pada filosofi dan kepraktisan dan integrasi kurikulum terjadi ketika materi yang dipelajari dihubungkan secara bermakna dengan materi lain (Kaur, 2019).

Hadi, R (2015) menyatakan, para guru dapat menggunakan berbagai metode untuk mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam proses belajar mengajar (Hadi, 2015). Marini menyatakan bahwa Berdasarkan temuan penelitian, dapat disimpulkan bahwa 65,1% dari 63 sekolah dasar yang diamati di Jakarta telah secara efektif mengintegrasikan pembangunan karakter dalam proses belajar mengajar dan outcome yang dihasilkan adalah peserta didik memiliki kemampuan yang baik dalam hal pengetahuan dan karakter yang baik pula. Hal ini disebabkan pembentukan karakter memiliki pengaruh positif terhadap perilaku abaik peserta didik. (Marini, 2017).

Sementara Susanti menyatakan, Soetanto (2012) menjabarkan bahwa penerapan pendidikan karakter di perguruan tinggi didasarkan pada lima pilar utama yaitu : 1. Tri Darma Perguruan Tinggi, yaitu : Pendidikan karakter bisa diintegrasikan ke dalam kegiatan

pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berkarakter. 2. Budaya Perguruan Tinggi (kampus)/ Budaya Organisasi Mahasiswa dituntut untuk dapat membiasakan diri dalam kehidupan keseharian di lingkungan perguruan tinggi. 3. Kegiatan Kemahasiswaan. 4. Kegiatan Keseharian, dan 5. Budaya Akademik (Susanti, 2013).

Berdasarkan pemaparan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pembentukan karakter mahasiswa di perguruan tinggi dapat dilakukan melalui model pembelajaran integrasi ilmu.

Dokumen terkait