• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTEGRASI ILMU DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER ISLAMI MAHASISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INTEGRASI ILMU DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER ISLAMI MAHASISWA"

Copied!
182
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

INTEGRASI ILMU DAN

KONTRIBUSINYA TERHADAP

PEMBENTUKAN KARAKTER ISLAMI

MAHASISWA

Dr. Nurbaiti, M.Pd.

Prof. Dr. H.M. Suparta, M.A

Dr. Taufik Abdillah Syukur, MA

(4)

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta, sebagaimana yang telah diatur dan diubah dari Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002, bahwa:

Kutipan Pasal 113

(1) Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah).

(2) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah).

(4) Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 4.000.000.000,- (empat miliar rupiah).

(5)

INTEGRASI ILMU DAN

KONTRIBUSINYA TERHADAP

PEMBENTUKAN KARAKTER ISLAMI

MAHASISWA

Dr. Nurbaiti, M.Pd.

Prof. Dr. H.M. Suparta, M.A

Dr. Taufik Abdillah Syukur, MA

(6)

Integrasi Ilmu Dan Kontribusinya Terhadap Pembentukan Karakter Islami Mahasiswa

Penulis: Dr. Nurbaiti, M.Pd., Prof. Dr.H.M. Suparta, MA, Dr. Taufik Abdillah Syukur, MA

Editor: Drs. Ahmad Azhar, MA Layout: Tiaz Rifqi Fakhrurrasi, MT Design Cover: Tiaz Rifqi Fakhrurrasi, MT

Katalog Dalam Terbitan ISBN : 9 786025 316852

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang memperbanyak dan Menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit

Diterbitkan:

CV Qalbun Salim

Tangerang, Telp. 021-68004616

Integrasi Ilmu Dan Kontribusniya Terhadap Pembentukan Karakter Islami Mahasiswa –/

Dr. Nurbaiti, M.Pd., Prof. Dr.H.M. Suparta, MA, Dr. Taufik Abdillah Syukur, MA. –

Tangerang: CV Qalbun Salim, 2020 xiv, 163 hal.; 20,5 cm ISBN : 9 786025 316852 1. Buku 2. Majalah Ilmiah 3. Standar I. Judul

(7)

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan penelitian yang berjudul “Integrasi Ilmu Dan Kontribusinya Terhadap Pembentukan Karakter Islami Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam Di Indonesia Dan Malaysia”, merupakan laporan akhir pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh “Dr. Nurbaiti, M.Pd, Prof. Dr. H.M Suparta, MA dan Dr. Taufik Abdillah Syukur, MA”, dan telah memenuhi ketentuan dan kriteria penulisan laporan akhir penelitian sebagaimana yang ditetapkan oleh Pusat Penelitian dan Penerbitan (PUSLITPEN), LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Agustus 2020 Peneliti,

Dr. NURBAITI, M.Pd 19641009 200701 2 008 PROF.DR. H.M SUPARTA, MA 19540707 198402 1 001 Dr. TAUFIK ABDILLAH SYUKUR, MA: 19780328 200212 1 003

Kepala Pusat,

Penelitian dan Penerbitan (PUSLITPEN) LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DR. IMAM SUBCHI, MA. NIP. 19670810 200003 1 001

Mengetahui ; Ketua Lembaga,

Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

JAJANG JAHRONI, MA., PhD NIP. 19670612 19940 3 1006

(8)

LEMBAR BEBAS PLAGIASI Yang bertanda tangan di bawah ini;

Nama : Dr. Nurbaiti, M.Pd Jabatan : Dosen / Peneliti

Unit Kerja : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Alamat : Jl. Ciputat Raya No. 14, Pasar Jum’at, Kel. Pondok Pinang, Jakarta 12310

dengan ini menyatakan bahwa:

1. Judul penelitian “Integrasi Ilmu Dan Kontribusniya Terhadap Pembentukan Karakter Islami Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam Di Indonesia Dan Malaysia” merupakan karya orisinal saya.

2. Jika di kemudian hari ditemukan fakta bahwa judul, hasil atau bagian dari laporan penelitian saya merupakan karya orang lain dan/atau plagiasi, maka saya akan bertanggung jawab untuk mengembalikan 100% dana hibah penelitian yang telah saya terima, dan siap mendapatkan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku serta bersedia untuk tidak mengajukan proposal penelitian kepada Puslitpen LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta selama 2 tahun berturut-turut.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, Agustus 2020 Yang Menyatakan

Dr. Nurbaiti, M.Pd

(9)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplor tentang pelaksanaan pembelajaran dengan model integrasi ilmu antara ilmu umum dan agama di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia dan International Islamic University Malaysia (IIUM), Malaysia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian campuran. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 100 orang dengan teknik sampling stratified simple random

sampling. Hipotesis penelitian ini adalah terdapat

hubungan yang positif dan signifikans antara model pembelajaran integrasi ilmu dengan pembentukan karakter Islami Mahasiswa. Validitas data dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi dan triangulasi, sedangkan reliabilitas data digunakan dengan menggunakan Alpha Cronbach (α). Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikans dengan Fhit sebesar 11. 320 antara

model pembelajaran integrasi ilmu terhadap pembentukan karakter Islami mahasiswa di Perguruan tinggi Islam di Indonesia dan Malaysia dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.322 (r = 0.322) dan nilai koefisien determinasi sebesar 0.104(r2 =0.104).

Kata Kunci : Integrasi ilmu, Karakter Islami Mahasiswa, Perguruan Tinggi Islam, Indonesia, Malaysia.

(10)

ABSTRACT

This study aims to explore the implementation of science integration model between general science and religion in the Syarif Hidayatullah Islamic State University of Jakarta, Indonesia and International Islamic University Malaysia (IIUM), Malaysia. This research was conducted using a mixed research method. The number of samples used was 100 people with stratified simple random sampling technique. The hypothesis of this study is there is a positive and significant relationship between the science integration model with the Islamic character building. Data validity was performed using triangulation and correlation coefficients, while data reliability was used with Cronbach's Alpha (α). The results showed there was a positive and significant relationship with F = 11. 320 between scientific integration models on Islamic characters building in Islamic university in Indonesia and Malaysia with a correlation coefficient of 0.322 (r = 0.322) and a coefficient of determination of 0.104 (r2 = 0.104).

Keywords: Scientific Integration, Islamic Character building, Islamic Higher Education, Indonesia, Malaysia.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan Laporan Penelitian dengan judul Integrasi Ilmu Dan Kontribusinya Terhadap Karakter Islami Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam Di Indonesia Dan Malaysia,

yang didanai oleh Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk Tahun Anggaran 2020. Selanjutnya Shalawat dan Salam kami sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Penelitian ini merupakan salah satu upaya untuk membuktikan bahwa model pembelajaran integrasi ilmu, yaitu integrasi antara ilmu umum dan ilmu agama dapat memberikan kontribusi terhadap tingginya karakter Islami Mahasiswa, sehingga perlu adanya model pembelajaran dengan pengintegrasian antara ilmu umum dan ilmu agama di perguruan tinggi, terutama perguruan tinggi Islam.

Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami, baik dalam hal kesempatan yang diberikan kepada kami, pendanaan maupun hal lainnya demi lancarnya pelaksanaan penelitian ini.

(12)

Selanjutnya kami menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami menerima kritik dan saran demi perbaikan laporan ini.

Jakarta, Januari 2021

(13)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... v

LEMBAR BEBAS PLAGIASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

BAB PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Penelitian Terhadulu Yang Relevan... 10

BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN LITERATUR ... 11

A. Pembentukan Karakter Islami Mahasiswa ... 11

1. Pengertian Karakter Islami Mahasiswa ... 11

2. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Pembentukan Karakter Islami Mahasiswa ... 16

3. Pembentukan Karakter Mahasiswa Melalui Model Pembelajaran Integrasi Ilmu. ... 18

(14)

xii

B. Dikotomi Ilmu ... 20

1. Sekulerisme dan Dikotomi Ilmu. ... 21

C. Model Pembelajaran Integrasi ilmu ... 23

D. Implementasi Pembelajaran Integrasi ilmu Di Perguruan Tinggi ... 27

1. Model-Model Pembelajaran Integrasi ilmu ... 28

2. Dimensi dan Indikator Variabel Penelitian ... 32

E. Dampak Integrasi ilmu Terhadap Karakter Islami Mahasiswa... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 39

A. Metode dan Jenis Penelitian ... 39

B. Waktu dan Tempat Penelitian. ... 40

C. Populasi, sample dan Teknik Sampling Yang Digunakan ... 40

1. Populasi dan Sample Penelitian ... 40

2. Teknik Sampling Yang Digunakan ... 42

D. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ... 45

E. Variabel Penelitian dan Pisau Analisis ... 46

F. Hipotesis Penelitian ... 46

G. Disain Penelitian ... 46

H. Prosedur penelitian ... 47

I. Teknis Analisis Hasil Penelitian ... 51

(15)

K. Penelitian Terdahulu Yang Relevan... 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 55 1. Karater Islami Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam

di Indonesia dan Malaysia ... 55 2. Model Pembelajaran Integrasi Ilmu di Perguruan

Tinggi Islam di Indonesia dan Malaysia ... 63 B. Uji Hipotesis Hasil Penelitian ... 70

1. Korelasi Integrasi Ilmu dan Karakter Islami

Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Indonesia International Islamic University Malaysia, Gombak, Malaysia.

71

2. Kontribusi model pembelajaran integrasi ilmu terhadap Karakter Islami Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Indonesia dan Mahasiswa International Islamic University Malaysia, Gombak, Malaysia. ... 82 a. Koefisien Determinasi model pembelajaran

integrasi ilmu terhadap Karakter Islami Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Indonesia dan Mahasiswa International Islamic University Malaysia,

Gombak, Malaysia. ... 82

b. Bentuk-Bentuk Kontribusi Model Pembelajaran Integrasi Ilmu Terhadap Karakter Islami

(16)

xiv Mahasiswa ... 88 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 99 B. Saran ... 100 DAFTAR PUSTAKA ... 103 LAMPIRAN ... 113

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS ... 157

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya mempunyai dua fungsi utama, yaitu sebagai transfer nilai (transformation of

value) dan transfer pengetahuan (transformation of knowledge). Sebagai fungsi transfer nilai, dunia

pendidikan diharapkan mampu mentransfer nilai-nilai, norma-norma, dan budi pekerti luhur dan sebagai fungsi transfer pengetahuan, dunia pendidikan diharapkan mampu mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi pada peserta didik.

Pendidikan juga merupakan kegiatan yang melibatkan dua pihak sekaligus, yaitu pendidik dan peserta didik dan dalam hal ini banyak pihak yang mempengaruhinya, baik lingkugan keluarga maupun lingkungan sekolah(Setiawati, 2015),

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama bagi anak, sehingga peran keluarga dalam membentuk karakter anak sangat besar. Seperti dinyatakan oleh Ningrum bahwa menurut Al-Ghazali, dalam mendidik anak, orang tua mempunyai peran utama dan orang tualah yang bertanggung jawab terhadap karakter yang dimiliki anak-anaknya.(Ningrum, 2015)

Hal yang sama juga dinyatakan oleh Pratiwi bahwa Pusat pendidikan yang pertama bagi anak adalah lingkungan keluarga, pendidikan di lingkungan keluarga sangat strategis untuk memberikan pendidikan ke arah kecerdasan, budi pekerti serta persiapan hidup di

(18)

masyarakat(Pratiwi, 2019). Dengan demikian, keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama bagi anak dalam membentuk karakter yang dimilikinya.

Selain keluarga, lembaga pendidikan juga mempunyai peran yang cukup penting dalam mencapai tujuan pendidikan, yaitu membentuk moral peserta didik, sehingga peserta didik memiliki karakter yang baik. Hal ini berarti bahwa keluarga merupakan lingkungan tempat pembentukan karakter anak yang pertama dan kemudian didukung oleh lingkungan dan kondisi pembelajaran di lembaga pendidikan. Dengan demikian dalam melaksanakan pendidikan karakter harus melibatkan semua kepentingan dalam pendidikan, baik pihak keluarga, sekolah dan juga masyarakat luas.

Lembaga pendidikan mempunyai kewajiban untuk membentuk karakter peserta didik, sehingga peserta didik memiliki karakter yang baik, namun sampai saat ini hal tersebut belum sepenuhnya terealisasi dan ini bisa dilihat dari banyaknya peserta didik yang memiliki karakter bertentangan dengan ajaran Islam. Seperti dinyatakan oleh Ningrum, bahwa saat ini telah terjadi kemerosotan moral di kalangan remaja (Ningrum, 2015).

Iskarim juga menyatakan bahwa saat ini telah terjadi dekadensi moral yang sangat memprihatinkan, dimana akhlak mulia seperti kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong menolong, tepo seliro (toleransi), dan saling mengasihi sudah mulai terkikis oleh penyelewengan, penipuan, permusuhan, penindasan, saling menjatuhkan, menjilat, mengambil hak orang lain secara paksa dan sesuka hati, dan perbuatan-perbuatan tercela yang lain (Iskarim, n.d.).

(19)

Kondisi moral seperti ini tentu saja sangat memprihatinkan, terutama bagi kalangan pendidik, sebab kondisi krisis moral ini dapat menunjukkan capaian kompetensi moral yang diproses melalui lembaga pendidikan belum menghasilkan keluaran pengembangan kecerdasan moral peserta didik (Setiawan, 2013) dan hal ini terjadi mulai pada pendidikan tingkat dasar sampai perguruan tinggi dan tentu saja hal ini menjadi persoalan yang harus dicari solusinya oleh perguruan tinggi.

Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan model pembelajaran dengan memasukkan nilai-nilai agama pada proses pembelajaran ilmu umum. Memasukkan nilai-nilai agama dalam pembelajaran ilmu umum ini dikenal dengan nama

integrasi ilmu. Meskipun disadari memasukkan nilai –

nilai agama dalam mata kuliah umum melalui model pembelajaran integrasi ilmu bukanlah hal yang mudah. Kaur menyatakan melakukan integrasi dalam kurikulum meskipun bukanlah hal mudah, namun hal tersebut memang sangat dibutuhkan (Kaur, 2019).

Berdasarkan hal tersebutlah peneliti merasa perlu untuk melakukan pembentukan perilaku mahasiswa dalam bentuk pembentukan karakter Islami melalui model pembelajaran integrasi ilmu di perguruan tinggi Islam. Hal ini dimaksudkan agar perguruan tinggi dapat menghasilkan keluaran (baik output maupun outcome) yang memiliki wawasan keilmuan yang luas dan karakter yang baik.

Diskursus tentang integrasi antara ilmu umum dan agama marak dibicarakan belakangan ini, mengingat Ilmu umum dan agama sebenarnya lahir dari rahim yang sama

(20)

yaitu wilayah “pengalaman” kemanusiaan. Namun hingga kini, masih saja ada anggapan yang kuat dalam masyarakat luas yang mengatakan bahwa “agama” dan “ilmu” adalah dua entitas yang tidak dapat dipertemukan. Keduanya mempunyai wilayah masing-masing, terpisah antara satu dan lainnya, baik dari segi objek formalmaterial, metode penelitian, kriteria kebenaran maupun peran yang dimainkan oleh ilmuwan. Adanya perbedaan tersebut dikenal dengan Dikotomi Ilmu.

Dikotomi Ilmu merupakan anggapan yang memisahkan antar ilmu, dalam hal ini ilmu umum dan agama. Konsekuensi dari Dikotomi Ilmu adalah munculnya problematika dalam pendidikan Islam, khususnya pendidikan tinggi Islam yang sebagian besar masih mengikuti model pembelajaran Dikotomi Ilmu. Hal ini menurut peneliti bertentangan dengan hakikat keilmuan yang sebenarnya.

Ungkapan lain yang mendukung Dikotomi Ilmu adalah adanya anggapan bahwa ilmu tidak memperdulikan agama dan agamapun tidak memperdulikan ilmu. Hal ini dikarenakan adanya anggapan bahwa agama dan ilmu umum memiliki cara yang berbeda baik dari segi pendekatan maupun pengalaman dan perbedaan-perbedaan ini merupakan sumber perdebatan. Ilmu terkait erat dengan pengalaman yang sangat abstrak, sedangkan agama lebih terkait erat dengan pengalaman biasa dalam kehidupan.

Ada juga yang memandang bahwa ilmu umum dan agama berdiri pada posisinya masing-masing, karena bidang ilmu mengandalkan data yang didukung secara empiris untuk memastikan apa yang “nyata” dan apa yang

(21)

tidak nyata. Hal ini berdampak pada keringnya nilai-nilai agama dalam ilmu umum dan hal ini juga berdampak pada terbentuknya karakter mahasiswa yang tidak Islami, jika ilmu yang didapatkan melalui pembelajaran di perguruan tinggi kering akan nilai-nilai agama. Dengan demikian, melakukan integrasi ilmu menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan di perguruan tinggi, demi untuk meningkatkan karakter Islami mahasiswa.

Integrasi ilmu merupakan hal yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam, karena Islam adalah agama yang memiliki berbagai macam pengetahuan, baik itu pengetahuan agama maupun pengetahuan umum. Dalam Islam pengetahuan tidak dibedakan, bahkan Islam menganggap kedua pengetahuan tersebut ibarat mata uang yang memiliki dua sisi yang berbeda, namun tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, sehingga dalam Islam ilmu umum dan ilmu agama hadir secara bersamaan.

Kuntowijoyo menyatakan bahwa ilmu sebenarnya terintegrasi, sehingga antara ilmu dengan agama bukan hanya sekedar digabungkan, tetapi bahkan perlu adanya penyatuan (Kuntowijoyo, 2004). Pernyataan Kuntowijoyo ini juga sesuai dengan teori Mehdi Gulšanī yang menyatukan antara ilmu umum dan agama (Gulšanī, 2004).

Selanjutnya Hanifah juga menyatakan, bahwa integrasi ilmu telah diterapkan di beberapa perguruan tinggi Islam, meskipun masih hanya sebatas normative

filosofis, masih sebatas pada dialog antara ilmu umum dan

ilmu agama serta masih mencari bentuk yang paling sesuai dengan masing-masing lembaga pendidikan (Hanifah, 2018).

(22)

Dengan demikian, model pembelajaran integrasi ilmu merupakan model pembelajaran yang sudah digunakan di perguruan tinggi, khususnya perguruan tinggi Islam.

Teori tentang integrasi ilmu bertentangan dengan teori sekularisme yang dipelopori oleh George Jacob Holyoake (13 April 1817 – 22 January 1906). Teori tersebut seperti dinyatakan oleh Kasmuri menyatakan tentang adanya perbedaan antara urusan dunia dengan akhirat (Kasmuri, 2014). Dengan demikian, menurut Holyoake antara ilmu umum dengan ilmu agama tidak menyatu. Keadaan ini menunjukkan bahwa teori sekularisme merupakan pendukung teori Dikotomi Ilmu.

Seperti juga dinyatakan oleh O’Brien and Noy (2015), bahwa adanya konflik antara ilmu umum dengan agama sering kali berakar pada teori sekulerisasi yang mengandalkan rasio daripada iman dalam kehidupan sehari-hari dan membedakan otoritas agama dari sumber otoritas lain (O’Brien & Noy, 2015).

Adanya pemisahan antara ilmu agama dan ilmu umum dapat memberikan dampak negative bagi karekter mahasiswa. Salah satunya adalah mahasiswa memiliki ilmu pengetahuan yang kering karena terpisah dari nilai- nilai tauhid. Arifuddin menyatakan, menurut al-Faruqi, akibat dari paradigma yang sekuler, pengetahuan modern menjadi kering, bahkan terpisah dari nilai-nilai tauhid (Arifuddin, 2015).

Dengan demikian Penelitian ini menentang pernyataan dari O’Brein dan Noy, yang menyatakan meskipun agama merupakan hal penting dalam

(23)

kehidupan, namun harus ada pemisahan antara ilmu agama dan science (O’Brien & Noy, 2015). Teori yang dinyatakan oleh O’Brein dan Noy ini merupakan pendukung teori sekulerisme yang merupakan pencetus teori Dikotomi Ilmu. Teori pendukung dikotomi ilmu dan sekulerisme lainnya seperti dinyatakan oleh Kasmuri adalah teori yang dinyatakan oleh George Jacob Holyoake.

Kasmuri menyatakan bahwa teori George Jacob Holyoake (13 April 1817 – 22 January 1906) merupakan pendukung teori sekularisme dan merupakan pendukung teori Dikotomi Ilmu. Teori ini menyatakan bahwa terdapat pemisahan antara ilmu agama dan ilmu umum. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Naquid Al atas yang menyatakan bahwa menurut harvey Coy demi untuk perkembangan ilmu pengetahuan, maka ilmu (ilmu umum) harus dikosongkan dari nilai-nilai rohani atau agama (Syed Muhammad Naquib Al-Attas, 2014). Dengan demikian penelitian ini menentang teori dikotomi ilmu yang merupakan pendukung teori sekulerisme yang dinyatakan oleh oleh O’Brien and Noy, George Jacob Holyoake dan Harvey Coy.

Penelitian ini mendukung teori dari Ashidqi yang menyatakan bahwa pengosongan dunia atau alam dari nilai-nilai rohani dan agama (disenchantment of nature), yang menurut Harvey Cox merupakan prasyarat mutlak bagi perkembangan ilmu umum adalah tidak benar (Ashidqi, 2014). Hal senada juga dinyatakan oleh Naquib Al-Atas yang juga menentang teori Harvey Cox tentang pengosongan ilmu dari nilai-nilai agama (Al-Atas, 2001). Penelitian ini juga mendukung pernyataan dari Mehdi

(24)

Gulšanī yang menyatakan bahwa ilmu dan agama perlu diintegrasikan karena keduanya berasal dari sumber yang sama (Gulšanī, 2004).

Dengan demikian, pada dasarnya penelitian ini menentang teori Dikotomi Ilmu yang diperkenalkan oleh teori sekulerisme yang dipelopori O’Brien and Noy, George Jacob Holyoake dan Harvey Coy yang menyatakan perlu adanya pengosongan ilmu agama dalam ilmu umum dengan tujuan untuk memanjukan ilmu pengetahuan umum dan mendukung teori Ashidqi, Naquib Al-Atas dan Mehdi Gulšanī, yang pada intinya menyatakan perlu adanya nilai-nilai agama dalam ilmu umum.

Perguruan tinggi Islam yang telah melakukan model pembelajaran integrasi ilmu antara lain adalah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidatayullah Jakarta dan International Islamic University of Malaysia (IIUM), Gombak, Malaysia. Model pembelajaran dengan integrasi ilmu dilaksanakan di hampir seluruh fakultas yang dimiliki oleh kedua perguruan tinggi Islam tersebut. Pengintegrasian ini dilakukan demi untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa bahwa pada dasarnya ilmu umum dapat ditinjau dalam perspektif agama.

Selain itu adanya integrasi ilmu diharapkan dapat meningkatkan tingkat pengetahuan dan tingkat ketakwaan mahasiswa, sehingga mereka kelak menjadi sarjana yang memiliki wawasan keilmuan yang luas dan juga memiliki keimanan yang tinggi. Hal ini tentu saja dapat berimplikasi kepada karakter islami yang mereka miliki.

(25)

Karakter Islami yang dimiliki mahasiswa dalam penelitian ini adalah sikap Islami mahasiswa dalam keseharian mereka baik dalam memenuhi kehendak dan dalam melakukan kebiasaan moral yang mereka miliki. Menurut peneliti, karakter Islami tersebut dipengaruhi oleh model pembelajaran integrasi ilmu yang diterapkan di kampus mereka.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti menyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikans antara model pembelajaran integrasi ilmu dengan karakter Islami mahasiswa, sehingga peneliti mengambil judul : “Integrasi Ilmu Dan Kontribusinya Terhadap

Pembentukan Karakter Islami Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam Di Indonesia Dan Malaysia.”

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah terdapat hubungan yang positif dan

signifikans antara model pembelajaran integrasi ilmu terhadap karakter Islami mahasiswa perguruan tinggi Islam di Indonesia dan Malaysia?

2. Bagaimana kontribusi model pembelajaran integrasi ilmu terhadap karakter Islami Mahasiswa perguruan tinggi Islam di Indonesia dan Malaysia?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah : pertama, menjelaskan dan memaparkan tentang pentingnya model

(26)

pembelajaran integrasi ilmu diterapkan di perguran tinggi Islam dalam membentuk karakter Islami mahasiswa.

kedua, membuktikan dan menjelaskan bahwa model pembelajaran integrasi ilmu mempunyai hubungan yang positif dan signifikans terhadap karakter Islami mahasiswa.

ketiga, menganalisis tentang manfaat model pembelajaran integrasi ilmu dalam membentuk karakter Islami mahasiswa.

keempat, output penelitian ini diharapkan berguna bagi masyarakat umum dan masyarakat akademik tentang model pembelajaran integrasi ilmu.

D. Penelitian Terhadulu Yang Relevan

Hasil penelitian Hanifah tentang penerapan integrasi ilmu di UIN Yogyakarta, UIN Malang, UIN Bandung, UIN Jakarta dan UIN Surabaya menyimpulkan bahwa kelima UIN tersebut telah melakukan metode pembelajaran integrasi ilmu, meskipun dengan cara yang sedikit berbeda, yaitu : integrasi ilmu umum dan ilmu agama UIN Jakarta, integrasi interkoneksi dengan metafora jaring laba-laba, UIN Yogyakarta, pohon ilmu UIN Malang, Roda Pedati atau wahyu memandu ilmu UIN Bandung, dan integrated twin towers UIN Surabaya.(Hanifah, 2018)

Hasil penelitian Kamarudin dan kawan kawan di Universiti Sains Islam di Malaysia menyimpulkan perlu adanya penerapan metode pembelajaran integrasi ilmu, antara ilmu Naqli dan Aqli demi untuk menghasilkan kualitas dan budaya kerja yang sempurna.(Kamarudin et al., n.d.)

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KAJIAN LITERATUR

Pendidikan karakter merupakan cara mengajarkan kebiasaan, cara berpikir dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerjasama sebagai anggota keluarga, masyarakat dan bernegara, sehingga pendidikan karakter merupakan hal penting yang perlu diajarkan kepada peserta didik, terutama karakter Islami.

Pembentukan karakter Islami dapat terbentuk melalui model pembelajaran integrasi ilmu, yaitu model pembelajaran dengan melakukan integrasi ilmu agama dalam mata kuliah umum. Berikut dipaparkan hal-hal yang berkaitan dengan pembentukan karakter Islami dan model pembelajaran integrasi ilmu .

A. Pembentukan Karakter Islami Mahasiswa 1. Pengertian Karakter Islami Mahasiswa

Karakter Islami dapat dinyatakan sebagai karakter yang Islami yaitu karakter yang bersumber pada ajaran Allah dan Rasul-Nya dan karakter Islami merupakan amal perbuatan yang sifatnya terbuka, sehingga dapat menjadi indikator, apakah seseorang sebagai seorang muslim yang baik atau buruk.

Karakter menurut Kamarudin merupakan kepribadian yang melekat dalam diri seseorang, dan merupakan kumpulan kompleks karakteristik psikologis, sebagian dibentuk oleh pertumbuhan kognisi yang

(28)

memungkinkan seseorang bertindak sebagai agen moral (A. Kamaruddin, 2012).

Berkowitz dan Bier menyatakan, karakter merupakan kompetensi sosio-moral yang menggabungkan tindakan moral, nilai moral dan kepribadian moral.(Berkowitz & Bier, 2004). Sementara Pradhan menyatakan bahwa karakter merupakan kepribadian individu yang terdiri dari sikap, kepercayaan dan nilai-nilai yang dimiliki oleh individu.(Pradhan, n.d.).

Menurut Muin, karakter adalah ciri khas yang dimiliki individu, karakter tidak bersifat relative, terdiri dari nilai-nilai yang dimiliki individu, merupakan kebiasaan yang bersifat alamiah dan bukan apa yang dipikirkan orang lain tentang diri seseorang.(Muʼin, 2011). Sementara Hasyim menyatakan bahwa pendidikan karakter dapat diartikan sebagai cara berpikir dan berprilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara (Hasyim, 2015).

Pradhan (n.d) dan Setiawan (2012) menyatakan, menurut Lickona, karakter memiliki tiga bagian yang saling terkait, yaitu: pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral dan komponen karakter dapat dilihat melalui pengetahuan moral (moral knowing), perasaan moral (moral feeling) dan perbuatan moral (moral action) pernyataan tersebut sebagaimana terlihat pada Gambar 2.1.

(29)

1

Sumber : Lickona, 1991 dalam Setiawan. 2012 Gambar 2.1 Komponen Pendidikan Karakter

Dari gambar 2.1 terlihat bahwa karakter terdiri dari 3 komponen, yaitu : pengetahuan moral, perasaan moral dan aktivitas moral, ketiga komponen tersebut memiliki saling keterkaitan satu sama lain.

Component of Character Education 3 2 Moral Action Competence Will Habbit Moral Feeling Conscience Self Esteem Empathy Loving The God Self Control Humality Moral Knowing Moral Awareness Knowing Moral Value Perspektive- Taking Moral Reasoning Decision Making Self Knowledge

(30)

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan ciri khas yang bersifat alamiah, yang dimiliki seseorang baik dalam hal cara berpikir maupun berprilaku. Pembentukan karakter yang baik dapat dilakukan melalui pendidikan karakter.

Pendidikan karakter menurut Santoso, merupakan kumpulan dari nilai nilai luhur bangsa Indonesia sejak jaman dulu dan dibagi dalam 18 indikator, yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikasi, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab (Santoso, 2016).

Susanti mendefinisikan pendidikan karakter sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, mewujudkan dan menebar kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati(Susanti, 2013).

Adapun tahapan pembentukan karakter menurut Madjid et.al. adalah : moral knowing (pengetahuan moral), moral loving (Kecintaan moral) atau moral feeling (perasaan moral) dan moral doing (perbuatan moral).

Moral knowing terdiri dari : Kesadaran moral (moral awareness); 2) Pengetahuan tentang nilai-nilai moral

(knowing moral values); 3) Penentuan sudut pandang (perspective taking); 4) Logika moral (moral reasoning); 5) Keberanian menentukan sikap (decision making); 6) Dan pengenalan diri (self knowledge), sementara moral

(31)

loving terdiri dari : Percaya diri (self esteem); 2) Kepekaan terhadap derita orang lain (emphaty); 3) Cinta kebenaran (loving the good); 4) Pengendalian diri (self control); 5) Kerendahan hati (humility) dan moral doing terdiri dari Siswa menjadi semakin sopan, ramah, hormat, penyayang, jujur, disiplin, cinta, kasih dan sayang, adil serta murah hati dan seterusnya.(Majid et al., 2011).

Hudi juga menyebutkan tentang pengetahuan moral sebagai 1.kesadaran moral, yang ditunjukkan melalui sadar akan sikap baik dan buruk, 2.mengetahui akan tanggung jawab nilai-nilai moral 3. Pengambilan perspektif merupakan mampu mengambil sudut pandang orang lain, 4. Dalam mengambil keputusan memahami tentang posisi orang lain 5. Dalam penalaran mampu menentukan pilihan dengan segala resikonya dan 6. Mencari pembenaran berdasarkan fakta yang ada. Sedangkan prilaku moral merupakan : 1. Kompetensi moral, yaitu kemampuan mengubah pertimbangan dan perasaan moral ke dalam tindakan moral yang efektif untuk menyelesaikan sebuah konflik secara adil, 2.kehendak, dibutuhkan untuk menjaga emosi agar tetap terkendali oleh akal dan dalam banyak situasi, kebiasaan merupakan faktor pembentuk perilaku moral.3. Kebiasaan, melakukan aktifitas benar karena kebiasaan sehingga mereka loyal, berani, berbudi, dan adil (Hudi, 2017).

Berdasarkan uraian yang telah paparkan, maka yang dimaksud dengan karakter Islami mahasiswa dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan prilaku moral mahasiswa berdasarkan pada agama Islam, dimana pengetahuan moral mahasiswa dapat dilihat melalui

(32)

kesadaran moral, nilai-nilai moral, pengambilan perspektif, penalaran moral, membuat keputusan dan memahami diri sendiri. Sedangkan prilaku moral dapat dilihat melalui: kompetensi moral, kehendak dan kebiasaan.

2. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi

Pembentukan Karakter Islami Mahasiswa

Pendidikan karakter (akhlak) Dalam perspektif ajaran Islam, menjadi perhatian utama sebagaimana misi dari risalah kenabian Rasulullah SAW, yaitu membangun peradaban manusia dengan karakter bersendikan akhlak yang mulia.

Seperti dinyatakan sebelumnya bahwa karakter Islami mahasiswa, merupakan kebiasaan yang bersifat alamiah dan menjadi ciri khas yang dimilikinya, sehingga karakter Islami seseorang sangat berkaitan erat dengan kebiasaan yang dilakukannya. Oleh karena itu untuk menjadikan mahasiswa berkarakter baik, perlu ditanamkan pendidikan melalui pembiasaan.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan karakter mahasiswa. Kosim menyatakan, Keberhasilan pendidikan karakter dilakukan dalam tiga tahap, knowing the good, loving the good, dan acting the

good, sehingga pendidikan karakter tidak sekedar

diajarkan tentang moral, tetapi yang terpenting adalah dicontohkan dan diamalkan. Karena itu, keteladanan orang tua (di rumah), guru (di sekolah) dan pemimpin (di masyarakat) menjadi hal yang urgen dalam mewujudkan tujuan pendidikan karakter (Kosim, 2011).

(33)

Namun dari beberapa factor yang menentukan pendidikan karakter, factor keluarga merupakan faktor yang paling menentukan pembentukan karakter, sebab keluarga merupakan lembaga primer dimana seseorang memperoleh pendidikan sebelum mereka memperolehnya dari lingkungan yang lain. Pratiwi menyatakan, Pusat pendidikan pertama bagi anak adalah lingkungan keluarga (Pratiwi, 2019).

Saptatiningsih dan Permana juga menyatakan, orang tua mempunyai Peran sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak, sehingga orang tua menjadi faktor utama dalam membangun karakter anak, peran dan tugas orang tua adalah sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya dalam menumbuhkan dan mengembangkan karakter anak(Saptatiningsih & Permana, 2019). Keluarga merupakan bagian yang turut menjadi faktor yang mempengaruhi lingkungan input selain dari sasaran input dan sarana input. Dengan demikian, keluarga memberikan andil yang cukup kuat dalam membentuk output dan outcome seseorang.

Lembaga pendidikan merupakan penentu karakter seseorang selain keluarga, sehingga penting bagi perguruan tinggi untuk menggunakan model pembelajaran yang tepat dalam membentuk karakter Islami mahasiswa. Salah satu solusi yang dapat dilakukan oleh perguruan tinggi adalah melakukan pembentukan karakter melalui model pembelajaran integrasi Ilmu. Marini menyatakan, Pembentukan karakter juga dapat dilakukan dengan mengintegrasikan agama dengan semua mata kuliah umum(Marini, 2017).

(34)

Moh. Nor dan Malim menyatakan pendidikan Islam dibentuk untuk mempersiapkan peserta didik mengenali, mengerti, menghargai dan kemudian memiliki iman, taqwa dan memiliki karakter yang baik dalam mempraktekkan ajaran– ajarannya Islam berdasarkan Alquran dan Hadis. Proses ini dilakukan melalui bimbingan, pengajaran, pelatihan dan pengalaman (Mohd Nor & Malim, 2014)

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa yang factor yang mempengaruhi pembentukan karakter Islami mahasiswa adalah keluarga dan lingkungan sekolah. Keduanya memberikan pengaruh tentang bagaimana mahasiswa melakukan sikap yang berkaitan dengan moral yang ditunjukkan melalui tindakan pengetahuan dan perilaku moral.

3. Pembentukan Karakter Mahasiswa Melalui Model Pembelajaran Integrasi Ilmu.

Seperti telah dinyatakan sebelumnya, karakter dapat diartikan sebagai watak, sifat, akhlak ataupun kepribadian yang membedakan seorang individu dengan individu lainnya (Pratiwi, 2019) dan pembentukan karakter peserta didik menurut Kamarudin merupakan upaya yang dilakukan oleh institusi dalam konteks pembentukan karakter peserta didik (A. Kamaruddin, 2012).

Pembentukan karakter mahasiswa dapat dilakukan melalui model pembelajaran integrasi ilmu. Integrasi ilmu merupakan salah satu bentuk dari integrasi kurikulum, hal ini disebabkan dalam integrasi kurikulum baik dosen

(35)

maupun mahasiswa menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan materi pembelajaran lain. Selajutnya model pembelajaran tersebut dapat dinyatakan sebagai pendidikan karakter.

Model pembelajaran integrasi ilmu merupakan model pembelajaran yang pada intinya adalah dengan melakukan integrasi kurikulum. Seperti dinyatakan oleh Kaur bahwa Integrasi kurikulum dapat digambarkan sebagai pendekatan untuk pengajaran dan pembelajaran yang didasarkan pada filosofi dan kepraktisan dan integrasi kurikulum terjadi ketika materi yang dipelajari dihubungkan secara bermakna dengan materi lain (Kaur, 2019).

Hadi, R (2015) menyatakan, para guru dapat menggunakan berbagai metode untuk mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam proses belajar mengajar (Hadi, 2015). Marini menyatakan bahwa Berdasarkan temuan penelitian, dapat disimpulkan bahwa 65,1% dari 63 sekolah dasar yang diamati di Jakarta telah secara efektif mengintegrasikan pembangunan karakter dalam proses belajar mengajar dan outcome yang dihasilkan adalah peserta didik memiliki kemampuan yang baik dalam hal pengetahuan dan karakter yang baik pula. Hal ini disebabkan pembentukan karakter memiliki pengaruh positif terhadap perilaku abaik peserta didik. (Marini, 2017).

Sementara Susanti menyatakan, Soetanto (2012) menjabarkan bahwa penerapan pendidikan karakter di perguruan tinggi didasarkan pada lima pilar utama yaitu : 1. Tri Darma Perguruan Tinggi, yaitu : Pendidikan karakter bisa diintegrasikan ke dalam kegiatan

(36)

pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berkarakter. 2. Budaya Perguruan Tinggi (kampus)/ Budaya Organisasi Mahasiswa dituntut untuk dapat membiasakan diri dalam kehidupan keseharian di lingkungan perguruan tinggi. 3. Kegiatan Kemahasiswaan. 4. Kegiatan Keseharian, dan 5. Budaya Akademik (Susanti, 2013).

Berdasarkan pemaparan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pembentukan karakter mahasiswa di perguruan tinggi dapat dilakukan melalui model pembelajaran integrasi ilmu.

B. Dikotomi Ilmu

Dikotomi Ilmu merupakan istilah yang digunakan untuk memisahkan antara karakter ilmu agama dan umum yang seakan digunakan secara terpisah dan hal ini tidak lepas dari latar belakang historis-kultural, di mana dalam proses perkembangannya ada pemisahan antara kedua domain tersebut.

1. Pengertian Dikotomi Ilmu

Kasmuri menyatakan, menurut Naquib Al-Atas, dalam faham sekuler, adanya Dikotomi Ilmu demi untuk perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga untuk memajukan keilmuan, maka ilmu pengetahuan harus dikosongkan dari nilai-nilai ajaran agama.(Kasmuri, 2014) Sedangkan Mustaqim menyatakan, definisi Dikotomi Ilmu dalam konteks pendidikan Islam, lebih dipahami sebagai dualisme sistem pendidikan, yaitu

(37)

pemisahan antara pendidikan agama Islam dan pendidikan umum (Mustaqim, 2015). Dengan demikian, Dikotomi Ilmu dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai pembelajaran dengan adanya pemisahan antara ilmu umum dengan ilmu agama.

Sementara integrasi ilmu merupakan pemahaman yang menganggap bahwa antara ilmu umum dan ilmu agama merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena mereka lahir dari sumber yang sama yaitu dari Allah SWT. Pemehaman tersebut seperti dinyatakan oleh Kuntowijoyo bahwa ilmu sebenarnya terintegrasi, sehingga antara ilmu dengan agama bukan hanya sekedar digabungkan, tetapi bahkan perlu adanya penyatuan (Kuntowijoyo, 2004). Pernyataan Kuntowijoyo ini juga sesuai dengan teori Mehdi Gulšanī yang menyatukan antara ilmu umum dan agama (Gulšanī, 2004).

2. Sekulerisme dan Dikotomi Ilmu.

Ashidqi menyatakan, menurut Naquib Al-Atas, sekulerisasi merupakan faham yang memisahkan antara agama dari dunia (Ashidqi, 2014) Menurut Harvey Cox, dunia perlu dikosongkan dari nilai-nilai rohani dan agama, yang dalam istilahnya disebut disenchantment of nature. Menurutnya, pengosongan dunia dari nilai-nilai rohani dan agama adalah prasyarat mutlak (an absolute

precondition) bagi perkembangan ilmu umum(Syed

Muhammad Naquib Al-Attas, 2014)

Pernyataan Cox ini menunjukkan bahwa harus ada pemisahan nilai –nilai agama dari ilmu umum. Hal ini tentu saja dapat memberikan dampak negative bagi

(38)

karakter Islami mahasiswa, karena dapat mengakibatkan terjadinya demoralisasi, sehingga mereka dapat memiliki karakter yang buruk. Adanya pemisahan antara ilmu agama dalam ilmu umum juga mengakibatkan bebas nilai pada ilmu.

Adapun dampak dari dikotomi adalah terjadinya krisis nilai pada peradaban manusia yang menganggap ilmu bebas nilai, umat menjadi terperangkap pada jaringan sistem rasionalitas ilmu pengetahuan dan teknologi yang kurang humanis. sehingga, manusia modern akan mengalami kekosongan dalam landasasn moral dan kurang mampu memenuhi kebutuhan pokoknya dalam aspek nilai-nilai ketuhanan.

Menurut Fata, peniadaan Tuhan dalam lingkup kehidupan publik membuat peradaban Barat tampak kering dari rasa kemanusiaan dan melahirkan dampak krisis eksistensial masyarakat modern. Dampak negatif ini tampak nyata dari berbagai tragedi kemanusiaan modern. Konflik dan peperangan, penyalahgunaan narkotika, penyebaran HIV/AIDS, peningkatan angka kemiskinan dan bunuh diri, dan pemanasan global akibat kehancuran ekologi menjadi bukti nyata krisis eksistensial itu (Fata, 2016)

Dengan demikian menurut faham sekulirme, antara ilmu umum dan agama tidak bisa disatukan, sehingga ilmu berdiri sendiri tanpa adanya nilai-nilai agama di dalam ilmu umum. Adanya pengosongan agama dari alam sangat bertentangan dengan ajaran Islam tentang alam, karena alam merupakan manifestasi dari keberadaan Allah.

(39)

C. Model Pembelajaran Integrasi ilmu

Konsep tentang integrasi sebenarnya berawal pada pengakuan bahwa semua ilmu berasal dari Allah, sehingga Rasyed dan Ikhwani mendefinisikan integrasi ilmu sebagai memadukan antara ilmu umum dan agama, yang oleh Naquib Al-atas dikenal dengan nama “Pengislaman Ilmu.”(Rashed & Ihwani, n.d.). Umi hanifah juga menyatakan integrasi ilmu yang diterapkan pada beberapa perguruan tinggi pada intinya adalah sama, yaitu memadukan ilmu-ilmu agama dan ilmu umum dan menghilangkan dikotomi antar dua keilmuan tersebut (Hanifah, 2018).

Dengan demikian, yang dimaksud dengan model pembelajaran dengan integrasi ilmu integrasi ilmu dalam penelitian ini adalah model pembelajaran dengan mengintegrasikan antara ilmu agama dengan ilmu umum.pengintegrasian ini bukan sekedar menggabungkan antara pengatahuan umum dan agama, tetapi lebih kepada memberikan bekal norma keagamaan kepada para calon sarjana dan lebih kepada upaya menghubungkan hukum alam (sunnat Allah) dengan Al- Qur’an

Husein Batubara menyatakan, bahwa Integrasi ilmu umum dan Islam memiliki nilai penting untuk membuktikan bahwa ajaran Islam merupakan sumber atau inspirasi dari semua ilmu pengetahuan,(Hamdan Husein Batubara, 2016), sehingga dalam melakukan model pembelajaran integrasi ilmu dengan digabungkan antara ilmu umum dan agama. Adapaun konsep tentang integrasi ilmu seperti dinyatakan oleh Rashed dan Ikhwani seperti terlihat pada gambar 2.2.

(40)

Rasyed dan Ikhwani menyatakan, konsep integrasi ilmu menurut Tajul Arifin (1993) adalah adanya integrasi antara manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam. Pernyataan ini dapat digambarkan sebagai berikut (Rashed & Ihwani, n.d.).

Sumber : Tajul Arifin (1993) dalam Rasheed dan Ikhwani (2019) Gambar 2.2. Komponen utama Integrasi ilmu

Dari gambar 2.2. terlihat bahwa pada dasarnya manusia tidak bisa terlepas dengan hal yang lain, dalam hal ini manusia berinteraksi dengan sang khaliq, yaitu Allah SWT, manusia berinteraksi dengan manusia sendiri dan manusia juga saling berinteraksi dengan alam. Selanjunya menurut Madani kerangka yang diajukan untuk Islamisasi Sains seperti terlihat pada gambar 2.2.(A. Madani, 2016).

Manusia

(Roh, Qolb, akal, Nafs, Jasad Allah

Alam Manusia

(41)

Sumber : International Journal of Islamic Thought, 2016

Gambar 2.2 Kerangka Islamisasi Ilmu

Dari gambar 2.2 Madani mengusulkan tentang kerangka islamisasi ilmu yang terbentuk didasarkan pada kerangka kerja dari Al Farough dan Bougout (2011). Adapun garis besar Islamisasi Ilmu menurut Al Farough adalah :1. Menjadi ahli dalam sains modern, 2. Untuk menjadi ahli dalam pengetahuan Islam tentang bidang- bidang itu, 3. Untuk menunjukkan relevansi Islam dengan disiplin ilmu modern, 4. Untuk membandingkan dan menghubungkan nilai-nilai dan etika Islam dengan ilmu sosial modern dan 5. Pengenalan pemikiran Islam yang selaras dengan nilai-nilai dan etika Muslim. Sementara dalam Islamisasi kerangka sains, Berghout berkonsentrasi pada pemenuhan tiga domain penting dari perkembangan pembelajar yaitu intelektual, psikomotorik dan afektif, dengan penekanan lebih besar pada bagian afektif dalam ketiga domain. (A. Madani, 2016).

Selain hal tersebut, menurut Hidayat pada dasarnya ilmu umum dan ilmu agama berbeda secara epistimologi, Perbedaan antara ilmu umum dan ilmu agama secara

Bougout 2011 Islamization Frame work Islamization of Science Al Farouq Frame work

(42)

Penelitian Epistemologi : Keilmuan barat : Sekuleristik Epistemologi : Keilmuan Islam : Integralistik

epistimologi seperti terlihat pada gambar 2.4 berikut (Hidayat, 2015)

(Sumber : Jurnal Pendidikan Islam, 2015)

Gambar 2.4 Perbedaan epistimologi antara keilmuan Islam dan keilmuan barat

Dari gambar 2.4 terlihat perbedaan epistomologi antara keilmuan Islam dengan keilmuan barat, dimana pada keilmuan islam, penelitian dilakukan berdasarkan Al-Qur’an dan pada keilmuan barat dilakukan berdasarkan pada pertanyaan filsafat, sehingga epistemologinya jua berbeda, epistemology keilmuan

Penelitian Penelitian

Teori Big Bang : Alam semestra (langit, bumi dan seluruh benda angkasa) berasal dari satu kesatuan bola panas yang

meledak menjadi bagian-bagian yang ada saat ini

Al-Qur’an : Langit dan bumi awalnya bersatu

padu

Pertanyaan Filsafat : Bagaimana asal usul

(43)

Islam adalah integratik dan keilmuan barat dalah sekuleristik.(Hidayat, 2015)

Berdasarkan kerangka – kerangka yang telah dipaparkan tersebutlah model pembelajaran dengan mengintegrasikan ilmu umum dan ilmu agama diterapkan, yang pada intinya dalam model pembelajaran tersebut dimasukkan nilai-nilai keislaman, sehingga dapat menambah wawasan mahasiswa dalam meningkatkan pengatahuan agama mereka.

D. Implementasi Pembelajaran Integrasi ilmu Di Perguruan Tinggi

Integrasi berasal dari bahasa Inggris "integration" yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. Integrasi ilmu dimaknai sebagai sebuah proses menyempurnakan atau menyatukan ilmu-ilmu yang selama ini dianggap dikotomis sehingga menghasilkan satu pola pemahaman integrative tentang konsep ilmu pengetahuan (Ptteanrgbeiytahu & IdsalanmKiceiCsluamltuarne, n.d.)

Integrasi ilmu merupakan model pembelajaran yang memadukan antara pembelajaran umum dan agama. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa ilmu berasal dari sumber yang sama, sehingga antara ilmu yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Di samping itu adanya pembelajaran dengan model integrasi ilmu diharapkan dapat meningkatkan karakter Islami mahasiswa.

Dalam penelitian ini integrasi ilmu lebih difokuskan kepada integrasi antara ilmu agama dengan ilmu umum. Berikut dipaparkan beberapa teori-teori yang mendukung

(44)

Islam dengan ilmu umum (Islamisasi ilmu pengetahuan) santer didengungkan oleh intelektual muslim antara lain oleh Syekh Naquib Al-Atas dan Ismail Razi Al-Faruqi, sehingga kedua tokoh tersebut dikenal sebagai tokoh munculnya gagasan Islamisasi Ilmu.

Menurut Hidayat, Al-Ghazali juga melakukan hierarki terhadap ilmu pengetahuan dengan tujuan, hal tersebut dapat dilakukan sebagai upaya mempermudah dalam mempelajari ilmu, namun keadaan tersebut disalah artikan oleh banyak orang, sehingga banyak diantara mereka yang menomorduakan ilmu umum (Hidayat, 2015).

Berikut disajikan beberapa model pembelajaran integrasi ilmu sebagai implementasi terhadap model pembelajaran integrasi Ilmu.

1. Model-Model Pembelajaran Integrasi ilmu

Integrasi ilmu dalam Islam adalah memadukan antara ilmu umum dengan Tauhid, sehingga model pembelajaran integrasi ilmu adalah model integrasi dengan memadukan antara ilmu agama dengan ilmu umum. Husein Batubara menyatakan, integrasi ilmu dan Islam bertujuan untuk menghilangkan anggapan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEN) tidak bisa disatukan dengan agama(Hamdan Husein Batubara, 2016).

Integrasi ilmu lahir dari beberapa konsep yang telah diciptakan oleh para ilmuan, hal ini mengakibatkan munculnya beberapa model integrasi ilmu, Jamal Menyatakan, beberapa model integrasi ilmu adalah: 1. Model IFIAS (International Federation of Institutes of

(45)

Advance Study), model ini muncul pertama kali muncul pada September 1984. 2. Model ASASI (Akademi Ilmu umum Islam Malaysia (ASASI). Model ASASI ini mempunyai pandangan bahwa ilmu tidak terpisah dari prinsip-prinsip Islam. 3. Islamic worldview. 4. Model Struktur Pengetahuan Islam (SPI),5. Model Maurice Bucaille, 6. Model integrasi ilmu berdasarkan filsafat klasik,7. Model integrasi ilmu berbasis tasawuf, 8. Model integrasi ilmu berbasis fiqh, 9. Model kelompok Ijmai dan Aligargh (Aligargh Group) (Jamal, 2017).

Konsep tentang integrasi ilmu lahir karena adanya fakta pemisahan antara ilmu agama dan ilmu umum. Oleh karena itu Pembelajaran integrasi di perguruan tinggi Islam umumnya dilakukan dengan mengintegrasikan antara materi umum yang dipelajari dengan materi agama Islam, hal ini sering juga disebut dengan Islamisasi Ilmu atau science Islamization.

Banyak faktor yang menyebabkan ilmu-ilmu tersebut dikotomis atau tidak harmonis, antara lain karena adanya perbedaan pada tataran ontologis, epistemologis dan aksiologis kedua bidang ilmu pengetahuan tersebut. Sebagaimana diketahui bahwa Ilmu Agama Islam bertolak dari wahyu yang mutlak benar dan dibantu dengan penalaran yang dalam proses penggunaannya tidak boleh bertentangan dengan wahyu (revealed knowledge). Sementara itu, ilmu pengetahuan umum yang ada selama ini berasal dari Barat dan berdasar pada pandangan filsafat yang ateistik, materialistik, sekuleristik, empiristik, rasionalistik, bahkan hedonistic (Ptteanrgbeiytahu & IdsalanmKiceiCsluamltuarne, n.d.).

(46)

Ferdaus dan Uddin menyatakan, sumber ilmu pengetahuan adalah Islam, sehingga semua ilmu pengetahuan yang dapat dibuktikan secara ilmiah maka secara sah bahwa ilmu tersebut Islami dan semua pengetahuan yang bertentangan dengan Islam dalam kehidupan, maka hal tersebut juga harus ditolak.(Ferdous & Uddin, 2015)

Model pembelajaran integrasi ilmu didasarkan pada konsep bahwa semua pengetahuan sejati berasal dari Allah (Bagir, 2005) dan dalam hal ini juga ada timbal balik antara realitas yang dipelari dengan a Rifai et.al menyatakan, seperti dinyatakan oleh Rifai bahwa dalam Islamisasi Ilmu hendaknya ada timbal balik antara realitas dan aspek agama (Rifai et al., 2014).

Menurut Al-Farouqi, dalam proses pembelajaran perlu adanya Islamisasi Ilmu, karena akibat adanya paradigm yang sekuler, maka pengetahuan modern menjadi kering akan nilai- tauhid, beliau juga menyatakan bahwa Islamisasi pengetahuan adalah menuangkan kembali pengetahuan sebagaimana yang dikehendaki oleh Islam, yaitu dengan memberikan definisi baru, mengatur data, mengevaluasi kembali kesimpulan-kesimpulan dan memproyeksikan kembali tujuan-tujuannya (Al-Faruqi et al., 1987).

Husein Batubara menyatakan, model integrasi ilmu adalah :1. Menjadikan Alquran dan Hadits sebagai sumber pengetahuan, 2. Memperluas kajian agama dan menghindari Dikotomi Ilmu, 3. Menumbuhkan karakter yang ulul albab, 4. Menelusuri ayat-ayat Al-Qur’an yang berbicara masalah ilmu umum dan 5. Mengembangkan kurikulum pendidikan dan Menumbuhkan Pribadi yang

(47)

Berkarakter Ulul Albab.(Hamdan Husein Batubara, 2016).

Sedangkan Aminuddin menyatakan, bahwa terdapat tiga model pembelajaran integrasi ilmu, yaitu : monadik, diadik dan triadik. model monadik merupakan model pembelajaran integrasi ilmu yang berasumsi bahwa agama adalah konsep universal yang mengandung semua cabang kebudayaan. Model diadik adalah model pembelajaranintegrasi ilmu yang mempunyai asumsi bahwa sains dan agama adalah dua kebenaran yang setara. Dan triadic adalah model pembelajaran yang mempunyai asumsi bahwa Kebenaran adalah kebersamaan antara sains, filsafat dan agama. Model ketiga ini merupakan bentuk pengembangan dari model traidik dengan memasukkan unsur filsafat ke dalamnya (Aminuddin, 2010).

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan tersebut, maka model pembelajaran integrasi ilmu adalah model pembelajaran dengan memadukan antara ilmu umum dengan ilmu tauhid. Yang dapat dilihat melalui : 1. Menjadikan Al-Qur’an dan Hadis sebagai sumber pengetahuan, 2. Menghindari Dikotomi Ilmu, 3. Menumbuhkan karakter Islami dan menelusuri ayat-ayat Al-Qur’an yang berbicara masalah ilmu umum dan 4. Menumbuhkan pribadi yang berkarakter Ulul Albab, yaitu karakter yang memiliki kesalehan individual dan kesalehan sosial melalui zikir dan fikir.

(48)

2. Dimensi dan Indikator Variabel Penelitian

Dimensi dan indikator variable penelitian merupakan dua hal yang selalu ada dalam penelitian, terutama dalam penelitian ilmiah seperti penelitian kuantitatif, kegunaan dari kedua hal tersebut adalah sebegai penunjuk yang memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian.

Penelitian ini menggunakan teori campuran (mixed

method), sehingga penelitian ini membutuhkan dimesi

dan indicator penelitian. Untuk hal tersebutlah, berikut peneliti memaparkan tentang definisi operasional dari masing-masing variable, sehingga dimensi dan indicator penelitian dapat diperoleh peneliti.

a. Definisi Operasional Karakter Islami Mahasiswa dan Integrasi Ilmu

Karakter Islami mahasiswa dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan prilaku moral mahasiswa. Pengetahuan moral mahasiswa dapat dilihat melalui : 1) kesadaran modal, 2)nilai-nilai moral, 3)pengambilan perspektif, 4)penalaran moral, 5)membuat keputusan dan 6)memahami diri sendiri. Sedangkan prilaku moral dapat dilihat melalui : 1)kompetensi moral, 2). kehendak dan 3). kebiasaan.

Sedangkan definisi operasional dari model pembelajaran integrasi ilmu adalah : model pembelajaran dengan memadukan antara ilmu umum dengan ilmu tauhid. Yang dapat dilihat melalui : 1. Menjadikan Al- Qur’an dan Hadis sebagai sumber pengetahuan, 2. Menghindari Dikotomi Ilmu, 3. Menelusuri ayat-ayat Al-

(49)

Qur’an yang berbicara masalah ilmu umum dan 4. Menumbuhkan Pribadi yang Berkarakter Ulul Albab.

b. Dimensi dan Indikator Karakter Islami Mahasiswa dan Integrasi Ilmu

Dimensi dan indicator variable penelitian dibuat berdasarkan definisi operasional dan berdasarkan definisi operasional tersebut diperoleh dimensi dan indicator variable penelitian sebagai berikut :

Tabel 1. Dimensi dan Indikator Penelitian

N o Variabel Penelitian Dimensi Sub Dimensi Indikator 1 Karakter Islami Mahasiswa (Y) a. Pengetah uan Moral 1) kesada ran moral Mahasiswa menyadari akan sikap baik yang dilakukan Mahasiswa menyadari akan sikap buruk yang dilakukan 2) nilai- nilai moral Mahasiswa mengetahui akan tanggung jawab nilai-nilai moral 3) penga mbilan perspe ktif Mampu mengambil pendapat berdasarkan sudut pandang orang lain 4) Penalar an moral Memahami tentang posisi orang lain

(50)

5) Memb uat keputu san Mampu menentukan pilihan dengan segala resikonya 6) Mema hami diri sendiri Mencari pembenaran berdasarkan fakta yang ada b. Perilaku Moral Kompetens i moral Memiliki kemampuan dalam bidang moral Kehendak Melakuka kehendak secara islami kebiasaan Melakukan kebiasaan sesuai ajaran islam 2 Integrasi ilmu (X) a. Menjadik an Hadits sebagai sumber pengetah uan  Dalam memberikan materi perkuliahan, dosen pengkajian Islam menjelaskan tentang materi yang dipelajari dan dikaitan dikaitan dengan hadits- hadits yang berhubungan dengan materi tersebut. b. Menjadik an  Dalam memberikan

(51)

AlQur’an sebagai sumber pengetah uan. materi perkuliahan, dosen pengkajian Islam menjelaskan tentang materi yang dipelajari dan dikaitan dikaitan dengan ayat- ayat Al- Qur’an yang berhubungan dengan materi tersebut. c. Menelusu ri ayat- ayat Al- Qur’an yang berbicara masalah ilmu umum.  Dalam memberikan materi pengkajian Islam, dosen Mengajak mahasiswa menelusuri ayat –ayat Al- Qur’an yang berkaitan dengan materi pelajaran. d. Menumb uhkan Pribadi yang Berkarakt er Ulul Albab 1) Kedala man spiritua l Hanya takut kepada Allah. 2) Akhlak Mulia  Bersungguh- sungguh dalam

(52)

 Mampu memisahkan yang baik dan buruk meskipun sendirian.  Kritis dalam menimbang- nimbang pembicaraan orang lain.  Kritis dalam menimbang- nimbang teori yang dikemukakan orang lain.  Kritis dalam menimbang- nimbang dalil yang dikemukakan orang lain.  Bersedia menyampaika n ilmunya kepada orang lain

E. Dampak Integrasi ilmu Terhadap Karakter Islami Mahasiswa

Seperti telah dinyatakan terdahulu, bahwa dikotomi ilmu dapat memberikan dampak adanya pemisahan antara agama dan ilmu umum, sehingga keilmuan umum kering akan nilai-nilai tauhid. Hal ini memberikan indikasi akan

(53)

pentingnya integrasi ilmu antara ilmu umum dan ilmu agama.

Dikotomi ilmu dapat diartikan terbelahnya ilmu agama (‘ilmudiniyah) dengan ilmu dunia (‘ilmudunya), dikotomi antara wahyu dan alam, serta dikotomi antara wahyu dan aqal (Fiteriani, 2014), sehingga jika tidak diintegrasikan antara ilmu umum dengan ilmu agama dapat berdampak pada kemampuan mahasiswa hanya pada ilmu umum saja. Dengan adanya integrasi ilmu, dapat menambah wawasan mahasiswa dalam hal ilmu agama dan hal ini dapat memberikan dampak positif terhadap karakter islami mahasiswa.

Integritas ilmu agama dan ilmu umum hakikatnya merupakan penggabungan antara ontologi, epistemologi dan aksiologi ilmuilmu pada kedua bidang tersebut. Integritas kedua ilmu tersebut merupakan sebuah keniscayaan tidak hanya untuk kebaikan umat islam semata, tetapi juga kebaikan bagi peradaban umat manusia seluruhnya. Karena dengan integritas ilmu, selalu mengabdi pada nilai-nilai kemanusiaan dan kebajikan jagat raya (Susanti, 2013).

Dalam pembelajaran integrasi ilmu, nilai-nilai agama dan nilai – nilai pendidikan dimasukkan ke dalam mata kuliah umum, seperti: sikap religious, jujur, toleransi dan demokratis. Seperti dinyatakan oleh Susanti bahwa nilai – nilai pendidikan pembentukan karakter antara lain, yaitu : religious, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri dan demokratis (Susanti, 2013). Dengan demikian, model pembelajaran ini dapat memberikan dampak postif terhadap karakter Islami Mahasiswa.

(54)
(55)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian campuran (kualitatif dan kuantitatif). Jenis penelitian yang digunakan pada metode penelitian kuantitatif adalah penelitian survey dan pada penelitian kualitatif studi kasus. Kedua jenis penelitian tersebut (Survey dan studi kasus) peneliti gunakan secara bersamaan dengan tujuan diperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian secara keseluruhan.

Informasi mengenai unsur penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif, dan alasan atau rasionalisasi mencampur dua unsur tersebut guna meneliti suatu masalah penelitian yang dilakukan, sehingga peneliti menjadi lebih memahami masalah penelitian dengan melakukan triangulasi data kualitatif dengan data kuantitatif berupa angka-angka yang telah diperoleh.

Selanjutnya dengan menggunakan metode penelitian campuran, peneliti mendapatkan hasil-hasil statistik kuantitatif dari suatu sampel tertentu, kemudian menindaklanjutinya dengan melakukan wawancara kepada sejumlah individu guna memperoleh penjelasan lebih mendalam tentang hasil statistik yang sudah didapatkan.

(56)

Dengan menggunakan metode penelitian campuran peneliti juga dapat mengeksplorasi suatu pandangan partisipan (kualitatif) untuk selanjutnya dianalsis berdasarkan sampel yang luas (kuantitatif).

B. Waktu dan Tempat Penelitian.

Penelitian ini dilakukan sejak bulan April tahun 2020 sampai dengan bulan Juli 2020, dengan tahapan : 1. Penelitian Pra Lapangan, 2. Penelitian Lapangan dan 3. Penelitian Pasca Lapangan (Jadwal pelaksanaan penelitian terdapat pada lampiran 1).

Tempat penelitian adalah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada Fakultas : 1. Ilmu Tarbiyah dan Ilmu Kependidikan (FITK), Jurusan Manajemen Pendidikan, Bahasa Inggris dan Ilmu Sosial, 2. Fakultas Psikologi, 3. Fakultas Adab dan Humaniora dan 4. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Sedangkan penelitian di Malaysia dilakukan di International Islamic University Malaysia, Gombak, Malaysia pada Fakultas Ilmu Politik (Political Science), Islamic Relevated Knowledge (IRK), Ekonomi dan Manajemen dan Human Sciences.

C. Populasi, sample dan Teknik Sampling Yang Digunakan

1. Populasi dan Sample Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang ada di Fakultas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu sebanyak 12 Fakultas, dari ke 12 fakultas

(57)

tersebut peneliti mengambil hanya 3 fakultas saja sebagai sample penelitian. Sedangkan di IIUM terdari dari 20 fakultas, peneliti juga hanya mengambil 4 fakultas saja. Adapun rincian dari fakultas dan jumlah sample yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel. 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian No Asal Nega ra Nama Perguruan Tinggi Sampel Fakultas Jumlah Respond en Jumlah responden 1 Indon esia UIN Syarif Hidayatulla h Jakarta FITK (Tarbiyah) 30 Psikologi 10 Fakultas Adab dan Humaniora 17 FISIP 12

Jumlah Sampel UIN 69 2 Mala ysia Internationa l Islamic University Malaysia (IIUM) Political Science 4 Islamic Relevated Knowledge (IRKHS) 7 Ekonomi dan Manajemen 10 Human Science 10

Jumlah Sampel IIUM 31

(58)

2. Teknik Sampling Yang Digunakan

Secara kualitatif, teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling purposive, yaitu sampling yang diambil sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, karena kampus ini merupakan kampus Islam Negeri yang mempunyai kualitas pendidikan yang baik dan kampus ini juga menerapkan model pembelajaran integrasi ilmu sebagai ciri khas utamanya. Model pembelajaran dengan integrasi ilmu merupakan ciri khas yang dapat menjadi pembeda antara kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan kampus-kampus lainnya.

Hal yang sama juga pada kampus International Islamic University Malaysia. Kampus yang terletak di Gombak Malaysia ini melakukan integrasi ilmu pada model pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran berkarakter Islami juga diterapkan perguruan tinggi ini, sehingga dapat dinyatakan bahwa pembelajaran dengan integrasi ilmu guna meningkatkan karakter Islami mahasiswa didukung sepenuhnya oleh pihak perguruan tinggi

Adapun secara kuantitatif, setelah peneliti melakukan sampling purposive, peneliti melakukan

stratified simple random sampling, yaitu dari 12 fakultas

yang ada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, peneliti hanya mengambil 3 fakultas saja (25%) dan dari IIUM sebanyak 4 fakultas saja. Setelah itu peneliti melakukan

simple random sampling terhadap mahasiswa dari

masing-masing fakultas tersebut. Jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini secara simple random

(59)

sampling seperti terlihat pada table 3.1. Langkah-langkah

pengambilan sample secara stratified Simple Random

sampling seperti terlihat pada gambar 3.1.

Populasi Jurusan Bahasa Inggris, Manajemen Pendidikan, Jurusan Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sosial Jurusan sejarah Jurusan Ilmu Sosial Politik) IRKH S Ekon omi dan Man ajem en Populasi Target Populasi Terjangkau = populasi sampling Sam pel

Gambar 3.1 Pengambilan Sampel dengan Stratified

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan IIUM, Malaysia

FIT K

Fak. PSIKOLOG

FAH FISIP Fak. IRK Fak. Ekonomi B.Inggris, Manajemen Pendidikan, N= 30 Psi.Pendid ikan dan Ps. Sosial, N = 10 sejarah N= 17 Ilmu Sosial dan ilmu politik N = 26 IRK HS N = 7 Ekonom i dan Manaje men N = 10 N = 100

Gambar

Gambar 2.1 Komponen Pendidikan Karakter
Gambar 2.2. Komponen utama Integrasi ilmu
Tabel 1. Dimensi dan Indikator Penelitian
Gambar 3.1 Pengambilan Sampel dengan Stratified
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pada kecepatan terbang supersonik, misalnya M = 2, energi kinetik udara masuk motor cukup tinggi sehingga difuser dapat menaikkan tekanan udara sehingga mencapai

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh frekuensi pencucian terhadap kualitas bakso ikan Gabus serta menentukan frekuensi pencucian yang tepat dan

1. Perlu adanya peningkatan produksi hasil pertanian yang dapat me- ningkatkan perekonomian penduduk,.. supaya hasil produksinya dapat dijual untuk wilayah di luar

[r]

Memahami pemasaran tidak hanya mempelajari bagaimana cara memasarkan produk saja, tetapi juga harus mengetahui strategi promosi, cara pengemasan produk yang menarik agar

CRM dapat menggambarkan berbagai hubungan yang ada dalam organisasi yang bergerak dalam dunia pendidikan seperti hubungan dengan pelanggannya, yaitu para siswa SMA Negeri 5

Menerima bukti kas keluar lembar 3 dilampiri dengan daftar upah lembar 2 yang telah dicap lunas dan kartu penghasilan karyawan dari bagian kasa.. Mengarsipkan bukti kas keluar