• Tidak ada hasil yang ditemukan

RTRWBAB III Kebijakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RTRWBAB III Kebijakan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

3.1. TUJUAN PENATAAN RUANG

Luas wilayah kabupaten yang merupakan kawasan pertanian seluas

44.361,6 ha ( 34,23 % dari luas Kabupaten Ngawi), dan 47,15% penduduk

merupakan petani, maka potensi terbesar Kabupaten Ngawi adalah pada aspek

pertanian, terutama pertanian tanaman pangan. Berdasarkan FGD yang

dilakukan, disepakati bersama bahwa kondisi yang diinginkan pada masa yang

akan datang adalah penguatan pada kegiatan pertanian. Berdasarkanhal

tersebut maka tujuan penyelenggaraan penataan ruang Kabupaten Ngawi

adalah Terwujudnya ruang wilayah Kabupaten Ngawi sebagai lumbung

pertanian Jawa – Bali yang didukung oleh industri dan perdagangan,

melalui:

1. Mengkaji ulang RTRW Kabupaten Ngawi Tahun 2006-2016;

2. Menjaga sinkronisasi, konsistensi, dan kesinambungan antar produk tata

(2)

3. Menyiapkan perwujudan dengan melaksanakan dan mengakomodasi

program-program pembangunan;

4. Mendayagunakan produk tata ruang sebagai alat penataan, penyusunan

program pembangunan dan pengendalian secara optimal.

Tersusunnya kembali RTRW Kabupaten Ngawi yang baru untuk waktu

20 (dua puluh) tahun ke depan, adalah sesuai dengan sasaran perencanaan tata

ruang wilayah kabupaten, yaitu:

a. terkendalinya pembangunan di wilayah, baik yang dilakukan oleh

pemerintah maupun masyarakat sehingga dapat mendukung pengembangan

pertanian wilayah beserta kegiatan industri dan perdagangan penunjang

pertanian;

b. terciptanya keserasian antara kawasan lindung dan kawasan budidaya yang

mendukung pengembangan pertanian wilayah beserta kegiatan industri dan

perdagangan penunjang pertanian;

c. tersusunnya rencana dan keterpaduan program-program pembangunan

yang mendukung pengembangan pertanian wilayah beserta kegiatan industri

dan perdagangan penunjang pertanian;

d. terdorongnya minat investasi masyarakat dan dunia usaha yang mendukung

pengembangan pertanian wilayah beserta kegiatan industri dan perdagangan

penunjang pertanian; dan

e. terkoordinasinya pembangunan antar wilayah dan antar sektor pembangunan yang mendukung pengembangan pertanian wilayah beserta

kegiatan industri dan perdagangan penunjang pertanian

Berdasarkan potensi dan masalah, serta tujuan penataan ruang di atas, maka

kebijakan perencanaan ruang wilayah Kabupaten Ngawi adalah :

a. peningkatan fungsi kawasan perkotaan secara berjenjang dan bertahap

sesuai pengembangan perkotaan secara keseluruhan;

b. pengembangan kegiatan pertanian, industri, perdagangan dan pariwisata

yang didukung oleh sistem jaringan sarana dan prasarana wilayah;

c. penetapan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan;

d. pengembangan sistem agropolitan dan perikanan pada kawasan potensial;

e. peningkatan fungsi wilayah perdesaan melalui pengembangan produk

unggulan perdesaan; dan

f. pengoptimalan potensi sumber daya alam secara berkelanjutan untuk

menghindari dampak dan resiko bencana.

Untuk mewujudkan kebijakan penataan ruang wilayah ditetapkan dengan

strategi penataan ruang wilayah kabupaten.

(1) Strategi peningkatan fungsi kawasan perkotaan secara berjenjang dan

bertahap sesuai pengembangan perkotaan secara keseluruhan, meliputi:

a. mengembangkan perkotaan utama Kabupaten Ngawi sebagai Pusat

Kegiatan Lokal di Perkotaan Ngawi dengan penetapan kawasan primer,

sekunder satu, sekunder dua, sekunder tiga, perumahan dan persil.

b. mendorong dan mempersiapkan Perkotaan Ngawi sebagai perkotaan

yang menunjang perkembangan kawasan siap bangun (Kasiba) dan

lingkungan siap bangun (Lisiba);

c. mendorong pengembangan Perkotaan Ngrambe sebagai perkotaan

dengan fungsi utama transportasi dan Agropolitan; dan

d. mendorong pengembangan Perkotaan Bringin sebagai perkotaan dengan

fungsi utama Perikanan.

(2) Strategi pengembangan kegiatan pertanian, industri, perdagangan dan

pariwisata yang didukung oleh sistem jaringan sarana dan prasarana

wilayah, meliputi :

a. mengembangkan sistem sarana dan prasarana wilayah secara

berhirarki dan merata; dan

b. mengembangkan sistem sarana dan prasarana wilayah yang mendorong

interaksi kegiatan antar wilayah pengembangan, mendorong

pemerataan pembangunan, mengembangkan potensi pariwisata dan

(3)

(3) Strategi penetapan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan,

meliputi:

a. meningkatkan sarana dan prasarana pertanian untuk meningkatkan

nilai produktivitas pertanian;

b. melakukan pemberian insentif pada lahan yang telah ditetapkan

sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan; dan

c. mengendalikan secara ketat kawasan yang telah ditetapkan sebagai

pertanian pangan berkelanjutan.

(4) Strategi pengembangan sistem agropolitan dan perikanan pada kawasan

potensial, meliputi :

a. mengembangkan produk unggulan disertai pengolahan dan perluasan

jaringan pemasaran;

b. menetapkan prioritas pengembangan kawasan agropolitan dengan

mengarahkan pada Kecamatan Ngrambe sebagai Kota Tani Utama (KTU)

sedangkan untuk Kota Tani (KT) dan Kawasan Senta Produksi (KSP)

adalah desa – desa disekitarnya dan desa – desa di Kecamatan Sine,

Kecamatan Jogorogo dan Kecamatan Kendal;

c. menetapkan prioritas pengembangan kawsasan perikanan dengan

mengarahkan pada Kecamatan Bringin sebagai Kota Perikanan Utama

(KTU) sedangkan untuk Kota Tani (KT) dan Kawasan Senta Produksi

(KSP) adalah desa – desa disekitarnya;

d. meningkatkan kemampuan permodalan melalui kerjasama dengan

swasta dan pemerintah; dan

e. mengembangkan sistem informasi dan teknologi pertanian berupa Balai

Pengkajian Penerapan Teknologi Pertanian (BP2TP) di Kecamatan

Ngrambe (sebagai Kota Tani Utama).

(5) Strategi penetapan fungsi wilayah perdesaan melalui pengembangan

produk unggulan perdesaan, meliputi :

a. mengembangkan fungsi kawasan perdesaan sesuai potensi wilayah,

yakni perdesaan yang terletak di kawasan pegunungan untuk hutan

produksi, perkebunan dan hortikultura, sedangkan perdesaan di

dataran rendah untuk pertanian tanaman pangan;

b. meningkatkan nilai tambah produk pertanian dengan pengolahan hasil;

c. mendorong eksport hasil pertanian unggulan daerah; dan

d. mengembangkan fasilitas sentra produksi pemasaran pada pusat

kegiatan ekonomi di Kecamatan Ngrambe dan Kecamatan Bringin.

(6) Strategi pengoptimalan potensi sumber daya alam secara berkelanjutan

untuk menghindari dampak dan resiko bencana, meliputi :

a. mengendalikan secara ketat kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan

lindung;

b. mengefektifkan pengelolaan kawasan budidaya melalui pendekatan

kajian lingkungan hidup berdasarkan daya dukung dan daya tampung;

c. menghindari pengembangan kawasan yang rawan terhadap bencana

alam gunung api, banjir dan longsor;

d. mengembangkan sistem peringatan dini dari kemungkinan adanya

bencana alam;

e. mengembangkan bangunan tahan gempa pada daerah terindikasi

rawan gempa; dan

f. menetapkan jalur evakuasi pada setiap kawasan bencana.

3.2. KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENETAPAN STRUKTUR RUANG

WILAYAH KABUPATEN NGAWI

Tujuan penetapan struktur ruang wilayah Kabupaten Ngawi adalah

untuk meningkatkan keserasian ruang Kabupaten Ngawi. Kebijakan dan strategi

penetapan struktur ruang ini meliputi strategi terkait dengan : Sistem

perkotaan, fungsi wilayah, serta sistem jaringan prasarana wilayah di

Kabupaten Ngawi. Strategi ini berkaitan dengan penetapan lokasi wilayah

termasuk perdesaan didalamnya dan wilayah perkotaan di Kabupaten Ngawi

yang dilakukan dengan pengembangan hirarki kawasan sistem perkotaan itu,

(4)

3.2.1. Kebijakan dan Strategi Sistem Perkotaan Wilayah

Pengembangan sistem perkotaan dilakukan secara berjenjang mulai dari

ibukota kabupaten sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL), Pusat Kegiatan Lokal

promosi (PKLp), dan pusat pelayanan kawasan (PPK). Rencana pengembangan

sistem pusat pelayanan di Kabupaten Ngawi dilakukan sebagai usaha

pemerataan penyebaran pembangunan Kabupaten Ngawi. Perubahan dalam

skala besar akan terjadi di Kabupaten Ngawi dengan pembentukan kawasan

Agropolitan dan jasa pariwisata.

1. Kebijakan (1) Pengembangan struktur dan fungsi perkotaan yang

mendukung agropolitan dan perikanan beserta industri dan perdagangan

pendukung.

Strategi :

a. Mengembangkan perkotaan utama Kabupaten Ngawi sebagai Pusat

Kegiatan Lokal di Perkotaan Ngawi.

b. Mendorong dan mempersiapkan Perkotaan Ngawi sebagai perkotaan

yang menunjang perkembangan kawasan siap bangun (Kasiba) dan

lingkungan siap bangun (Lisiba);

c. Mendorong pengembangan Perkotaan Ngrambe sebagai perkotaan

dengan fungsi utama transportasi dan Agropolitan.

d. Mendorong pengembangan Perkotaan Bringin sebagai perkotaan dengan

fungsi utama sebagai kawasan perikanan.

2.

Kebijakan (2) Pembentukan pusat kegiatan yang terintegrasi dan berhirarki

di Kabupaten Ngawi yang mendukung agropolitan dan perikanan beserta

industri dan perdagangan pendukung

Strategi :

a. Mengembangkan peran Perkotaan Ngawi sebagai Pusat Kegiatan Lokal

(PKL);

b. Mengembangkan wilayah perkotaan kecamatan yang memiliki

kemampuan pelayanan terhadap kecamatan lainnya sebagai Pusat

Kegiatan Lokal promosi (PKLp) yaitu perkotaan Karangjati, Widodaren

dan Ngrambe;

c. Mengembangkan perkotaan ibukota kecamatan lainnya sebagai Pusat

Pelayanan Kawasan (PPK) yaitu ibukota Kecamatan Karanganyar, Pitu,

Kasreman, Bringin, Padas, Pangkur, Kwadungan, Geneng, Gerih,

Kendal, Jogorogo, Sine, Kedunggalar, Paron dan Mantingan .

d. Mengembangkan desa–desa yang berada di luar pengaruh secara

langsung perkembangan wilayah kota di Ibukota Kecamatan (IKK) di

Kabupaten Ngawi, dan memiliki akses berupa jalan lokal primer atau

jalan desa dan bisa menjadi Pusat Pengembangan Lingkungan (PPL)

yang bisa menjadi pendukung pengembangan desa-desa sekitarnya.

3.2.2. Kebijakan dan Strategi Penetapan Fungsi Wilayah

Penataan kawasan desa-kota mengatur fungsi-fungsi pusat kawasan

berkaitan dengan pelayanan dan distribusi fasilitas.

1. Kebijakan (1) Penetapan fungsi wilayah perdesaan melalui pengembangan

produk pertanian unggulan perdesaan.

Strategi :

a. Mengembangkan fungsi kawasan perdesaan sesuai potensi wilayah,

yakni perdesaan terletak di kawasan pegunungan untuk hutan lindung,

hutan produksi, perkebunan dan hortikultura, perdesaan di dataran

rendah untuk pertanian pangan;

b. Meningkatkan nilai tambah produk pertanian dengan pengolahan hasil;

c. Mendorong eksport hasil pertanian unggulan daerah; serta

d. Mengembangkan fasilitas sentra produksi-pemasaran pada pusat

kegiatan ekonomi di Kecamatan Ngrambe, Kecamatan Bringin.

2. Kebijakan (2) Penetapan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan.

Strategi :

a. Meningkatkan sarana dan prasarana pertanian untuk meningkatkan

(5)

b. Memberi insentif pada lahan yang telah ditetapkan sebagai lahan

pertanian pangan berkelanjutan; serta

c. Mengendalikan secara ketat kawasan yang telah ditetapkan sebagai

lahan pertanian pangan berkelanjutan.

3. Kebijakan (3) Pengembangan sistem agropolitan dan perikanan pada

kawasan potensial.

Strategi :

a. Mengembangkan produk unggulan disertai pengolahan dan perluasan

jaringan pemasaran;

b. Menetapkan prioritas pengembangan kawsasan agropolitan dengan

mengarahkan pada Kecamatan Ngrambe sebagai Kota Tani Utama (KTU)

sedangkan untuk Kota Tani (KT) dan Kawasan Senta Produksi (KSP)

adalah desa – desa disekitarnya dan desa – desa di Kecamatan Sine,

Kecamatan Jogorogo dan Kecamatan Kendal;

c. Menetapkan prioritas pengembangan kawsasan perikanan dengan

mengarahkan pada Kecamatan Beringin sebagai Kota Perikanan Utama

(KTU) sedangkan untuk Kota Tani (KT) dan Kawasan Senta Produksi

(KSP) adalah desa – desa disekitarnya dan desa – desa di Kecamatan

Sine, Kecamatan Jogorogo dan Kecamatan Kendal;

d. Meningkatkan kemampuan permodalan melalui kerjasama dengan

swasta dan pemerintah; serta

e. Mengembangkan sistem informasi dan teknologi pertanian berupa Balai

Pengkajian Penerapan Teknologi Pertanian (BP2TP) di Kecamatan

Ngrambe (sebagai Kota Tani Utama). Tugas pokok BP2TP adalah

menyusun program-program penelitian yang diperlukan dalam

pengembangan kegiatan agribisnis. Salah satunya adalah pengkajian

tentang bibit unggul komoditas pertanian dan perikanan yang

dibudidayakan di kawasan agropolitan dan perikanan.

3.2.3. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana

Wilayah

Kabupaten Ngawi memiliki peran penting dalam skala regional. Dengan

demikian pengembangan Kabupaten Ngawi sangat berkaitan dengan berbagai

pengembangan infrastruktur pendukungnya.

3.2.3.1.Kebijakan Pengembangan Sistem Jaringan Sarana dan Prasarana

Wilayah

Kebijakan : Pengembangan prioritas jaringan sarana dan prasarana wilayah

yang mendukung kegiatan pertanian, industri dan perdagangan terutama pada

kawasan Agropolitan dan jasa pariwisata serta agroindustri.

Strategi :

a. Menata sistem sarana dan prasarana wilayah secara berhirarki dan

merata;

b. Mengembangkan sistem jaringan transportasi yang mendorong interaksi

kegiatan antar wilayah pengembangan, mendorong pemerataan

pembangunan, dan memudahkan pergerakan serta distribusi hasil

produksi

3.2.3.2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Transportasi Jalan Raya

1. Kebijakan (1) Pengembangan jalan dalam mendukung pertumbuhan dan

pemerataan wilayah.

Strategi :

a. Mengembangkan jalan penghubung perdesaan dan perkotaan.

b. Mengembangkan jalan tol :

 Ruas Ngawi – Kertosono dan  Ruas Solo – Mantingan - Ngawi

c. Mengembangkan jalan arteri primer pada ruas Mantingan – Batas Kota

Ngawi, Jalan Gubernur Suryo, Jalan PB. Sudirman, Jalan Basuki

Rahmat, Jalan Sukowati, Jalan Batas Kota Ngawi – Batas Kab. Madiun;

d. Mengembangkan Jalan Kolektor Primer pada ruas jalan A. Yani, Jalan

(6)

Magetan. Selain itu juga jalan Padangan – Batas Kab. Ngawi, Batas Kab.

Bojonegoro – Batas Kota Ngawi dan Jalan Raya Padangan;

e. Mengembangkan jalan lokal primer pada semua jalan penghubung

utama antar kecamatan dan penghubung dengan fungsi utama di

Daerah yang tidak terletak di jalan arteri maupun kolektor; serta

f. Mengembangkan jalan pendukung lingkar (ring road) dengan

pengembangan jalan sirip dan jalan tembus internal dan eksternal.

g. Mengendalikan Daerah milik jalan pada Jalan Arteri Primer dalam

menekan tingkat kerusakan jalan

2. Kebijakan (2) Pengembangan infrastruktur pendukung pertumbuhan

wilayah berupa terminal.

Strategi :

a. Meningkatkan infrastruktur pendukung dan pelayanan terminal yang

memadai;

b. Meningkatkan APK (Areal Pangkalan Kendaraan) menjadi terminal tipe

C; serta

c. Memindahkan dan mengembangkan terminal ke lokasi yang sesuai.

3. Kebijakan (3) : Pengembangan infrastruktur pendukung pertumbuhan

wilayah berupa terminal dengan stasiun kereta api :

Strategi :

a. Meningkatkan infrastruktur pendukung perlintasan tidak sebidang

antara terminal dengan stasiun kereta api.

b. Mengendalikan perlintasan tidak sebidang antara jalan dengan jalan

kereta api.

3.2.3.3.Kebijakan dan Strategi Pengembangan Transportasi Kereta Api

Kebijakan : Pengembangan sistem transportasi massal dan infrastruktur

pendukungnya.

Strategi :

a. Mengembangkan jaringan double track;

b. Mengembangkan jalur kereta api komuter dengan rute Paron –

Widodaren; serta

c. Memperbaiki sarana dan prasarana stasiun dan sub stasiun.

3.2.3.4.Kebijakan dan Strategi Pengembangan Prasarana Telekomunikasi

1. Kebijakan (1) Peningkatan jangkauan pelayanan dan kemudahan

mendapatkannya.

Strategi :

a. Menyediakan tower BTS (Base Transceiver Station) yang digunakan

secara bersama menjangkau ke pelosok perdesaan;

b. Meningkatkan sistem informasi telekomunikasi pembangunan daerah

berupa informasi berbasis teknologi internet; serta

c. Mengembangkan prasarana telekomunikasi meliputi telepon rumah

tangga, telepon umum, jaringan telepon seluler.

2. Kebijakan (2) Peningkatan jumlah dan mutu Telekomunikasi tiap wilayah.

Strategi :

a. Menerapkan teknologi Telekomunikasi berbasis teknologi modern;

b. Membangun teknologi Telekomunikasi pada wilayah - wilayah pusat

pertumbuhan; serta

c. Membentuk jaringan telekomunikasi dan informasi yang

menghubungkan setiap wilayah pertumbuhan dengan ibukota

kabupaten.

3.2.3.5.Kebijakan dan Strategi Sistem Jaringan Sumber Daya Air

1. Kebijakan (1) Peningkatan sistim jaringan pengairan.

Strategi :

a. Meningkatkan jaringan irigasi sederhana dan irigasi setengah teknis;

serta

b. Meningkatkan sarana dan prasarana pendukung.

2. Kebijakan (2) Pengoptimalisasian fungsi dan pelayanan prasarana

(7)

Strategi :

a. Memberi perlindungan terhadap sumber-sumber mata air dan daerah

resapan air;

b. Mengembangkan waduk baru, bendung, dan cek dam pada kawasan

potensial;

c. Mencegah terjadinya pendangkalan terhadap saluran irigasi; serta

d. Membangun dan memperbaiki pintu-pintu air.

3.2.3.6.Kebijakan dan Strategi Pengembangan Prasarana Energi/ Listrik

1. Kebijakan (1) Pengoptimalan tingkat pelayanan.

Strategi :

a. Memperluas jaringan (pemerataan);

b. Mengembangkan sumberdaya energi;

c. Mengembangkan jaringan baru;

d. MeningkatKan infrastruktur pendukung;

e. Menambah dan perbaikan sistem jaringan; serta

f.Meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan.

2. Kebijakan (2) Perluasan jangkauan listrik sampai ke pelosok desa.

Strategi :

a. Meningkatkan jaringan listrik pada wilayah pelosok; dan

b. Mengembangkan sistem penyediaan setempat misalnya melalui mikro

hidro.

3. Kebijakan (3) Peningkatan kapasitas dan pelayanan melalui sistem koneksi

Jawa - Bali.

Strategi :

a. Mengembangkan sumber listrik melalui pengembangan PLTA baru;

b. Meningkatkan kapasitas sumber listrik;

c. Meningkatkan efisiensi pemakaian listrik; serta

d. Menjalin kerjasama dengan Bali untuk menunjang dan mempercepat

koneksi.

3.2.3.7.Kebijakan dan Strategi Pengembangan Prasarana Lingkungan

1. Kebijakan (1) Pengembangan system reduksi sumber timbunan sampah

sejak awal.

Strategi :

a. Meminimasi pengunaan sumber sampah yang sukar didaur ulang secara

alamiah;

b. Memanfaatkan ulang sampah (re-cycle) yang ada terutama yang memiliki

nilai ekonomi; serta

c. Mengolah sampah organik menjadi kompos.

2. Kebijakan (2) Pengptimalan tingkat penanganan sampah perkotaan.

Strategi :

a. Meningkatan prasarana pengolahan sampah;

b. Mengadakan TPS skala lokal;

c. Mengadakan TPA regional; serta

d. Mengelola sampah berkelanjutan.

3. Kebijakan (3) Pengoptimalan tingkat penanganan sampah perdesaan.

Strategi :

a. Sistem pengelolaan sampah berbasis pelestarian lingkungan; dan

b. Mengolah sampah mendukung pertanian.

4. Kebijakan (4) Penetapan kawasan Ruang Terbuka Hijau.

Strategi :

a. Mengadakan taman dan hutan kota;

b. Menetapkan luasan RTH perkotaan minimum 30% dari luas area; serta

c. Mengembangkan jenis RTH dengan berbagai fungsinya.

5. Kebijakan (5) Penciptaan lingkungan yang sehat dan bersih.

Strategi :

a. Memenuhi kebutuhan fasilitas septic tank per KK di wilayah perkotaan;

b. Menangani limbah rumah tangga dengan fasilitas sanitasi per KK juga

(8)

c. Meningkatkan sanitasi lingkungan untuk permukiman, produksi, jasa,

dan kegiatan sosial ekonomi lainnya.

3.3. KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENETAPAN POLA RUANG WILAYAH

KABUPATEN

Pola ruang wilayah Kabupaten Ngawi mencakup kawasan lindung dan

budidaya, dimana kawasan-kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan

lindung tidak boleh dialihfungsikan untuk kegiatan budidaya, dan kawasan

budidaya akan dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimum. Kawasan

budidaya hutan produksi dan lahan abadi pertanian tanaman pangan harus

tetap dipertahankan.

3.3.1. Kebijakan dan Strategi Pemantapan Kawasan Lindung

1. Kebijakan (1) Pemantapan Kawasan Hutan Lindung.

Strategi :

a. Mengembalikan fungsi pada kawasan yang mengalami kerusakan,

melalui penanganan secara teknis dan vegetatif;

b. Pada kawasan hutan lindung tetapi terjadi alih fungsi untuk budidaya

maka perkembangan dibatasi dan dikembalikan fungsinya menjadi

hutan lindung secara bertahap;

c. Meningkatkan peran serta dari masyarakat sekitar kawasan;

d. Meningkatkan kesadaran akan lingkungan melalui pendidikan,

pariwisata, penelitian dan kerjasama pengelolaan kawasan.

2. Kebijakan (2) Pemantapan fungsi lindung pada kawasan yang memberi

perlindungan kawasan bawahannya.

Strategi :

a. Mengembalikan fungsi pada kawasan yang mengalami kerusakan,

melalui penanganan secara teknis dan vegetatif;

b. Membatasi perkembangan alih fungsi budidaya pada kawasan yang

memberi perlindungan kawasan bawahannya dan dikembangkan

tanaman yang memiliki fungsi lindung;

c. Mempertahankan kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan

resapan air;

d. Meningkatkan peran serta dari masyarakat sekitar kawasan;

e. Melestarikan kawasan yang termasuk hulu DAS dengan

mengembangkan hutan atau perkebunan tanaman keras tegakan tinggi;

f.Meningkatkan kesadaran akan lingkungan melalui pendidikan,

pariwisata, penelitian dan kerjasama pengelolaan kawasan.

3. Kebijakan (3) Pemantapan kawasan perlindungan setempat.

Strategi :

a. Membatasi pengembangan pariwisata di sepanjang sungai;

b. Membatasi kepentingan pariwisata pada kawasan perlindungan

setempat sepanjang sungai dan mengupayakan sungai sebagai latar

belakang kawasan fungsional;

c. Membatasi pariwisata pada kawasan perlindungan setempat sekitar

waduk dan mata air, dan menghindari bangunan radius pengamanan

kawasan dan mengutamakan vegetasi yang memberikan perlindungan

waduk dan mata air;

d. Memanfaatkan sumber air dan waduk untuk irigasi dilakukan dengan

tetap memperhatikan keseimbangan pasokan air dan kebutuhan

masyarakat setempat.

4. Kebijakan (4) Pemantapan kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian

alam dan cagar budaya.

Strategi :

a. Mengembangkan kegiatan di kawasan suaka alam hanya untuk

pelestarian kawasan;

b. Memelihara habitat dan ekosistem khusus yang ada dan sifatnya

setempat;

c. Meningkatan nilai dan fungsi kawasan dengan menjadikan kawasan

sebagai tempat wisata, obyek penelitian, kegiatan pecinta alam;

(9)

e. Membatasi alih fungsi lahan di kawasan hutan.

5. Kebijakan (5) Penanganan kawasan rawan bencana alam dan mitigasi

bencana.

Strategi :

a. Menghindari pengembangan kawasan yang rawan terhadap bencana

alam gunung api, banjir dan longsor;

b. Mengembangkan peringatan dini dari kemungkinan adanya bencana

alam;

c. Mengembangkan bangunan tahan gempa pada daerah terindikasi rawan

gempa.

d. Menetapkan jalur evakuasi pada setiap kawasan bencana.

6. Kebijakan (6) Penanganan kawasan lindung geologi.

Strategi :

a. Menjaga kawasan ini supaya hanya diperuntukkan bagi kegiatan yang

berkaitan dengan pelestarian kawasan;

b. Meningkatkan nilai dan fungsi kawasan dengan menjadikan kawasan

sebagai tempat wisata, obyek penelitian, kegiatan pecinta alam;

c. Melaksanakan kerjasama pengelolaan kawasan;

d. Membatasi dan mengembalikan fungsi kawasan lindung geologi yang

mengalami alih fungsi.

7. Kebijakan (7) Pemantapan kawasan lindung lainnya.

Strategi :

a. Menjaga secara ketat kawasan yang memiliki kekayaan plasma nutfah

supaya tidak dilakukan alih fungsi;

b. Memelihara ekosisem kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan

pengungsian satwa guna menjaga keberlanjutan kehidupan satwa dalam

skala lokal maupun antar benua;

c. Memelihara habitat dan ekosistem sehingga keaslian kawasan

terpelihara; serta

d. Menetapkan program bagi cagar budaya, dengan peningkatan

pemeliharaan lingkungan, keamanan dan kebersihan pada kawasan

cagar budaya; dan

e. Membuka nilai nasionalisme pada masyarakat dan fungsi kawasan cagar

budaya yang bernilai sejarah.

f. Melaksanakan kerjasama dalam pengelolaan kawasan.

3.3.2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya

Kabupaten Ngawi memiliki berbagai fungsi kawasan budidaya yang

harus dikembangkan secara optimum tetapi tidak boleh meninggalkan prinsip

keberlanjutan dalam jangka panjang.

1. Kebijakan (1) Pengembangan hutan produksi.

Strategi :

a. Mengembangkan hutan yang memiliki nilai ekonomi tinggi tetapi tetap

memiliki fungsi perlindungan kawasan;

b. Melakukan penanaman dan penebangan secara bergilir;

c. Melakukan kerjasama dengan masyarakat dalam mengelola hutan

sebagai hutan kemasyarakatan dengan program PHBM;

d. Mengolah hasil hutan;

2. Kebijakan (2) Pengembangan hutan rakyat

Strategi :

a. Mengembangkan hutan yang memiliki nilai ekonomi tinggi tetapi tetap

memiliki fungsi perlindungan kawasan;

b. Melakukan penanaman dan penebangan secara bergilir;

c. Memberikan insentif pada pengelola kawasan hutan rakyat untuk

mendorong terpeliharanya hutan produksi;

d. Mendorong pengolahan hasil hutan sehingga memiliki nilai tambah yang

cukup signifikan.

3. Kebijakan (3) Pengembangan kawasan pertanian.

(10)

a. Menjaga luasan lahan sawah beririgasi teknis di Kabupaten Ngawi

secara keseluruhan tidak boleh berkurang;

b. Mengembangkan irigasi setengah teknis atau sederhana menjadi sawah

beririgasi teknis pada kawasan perkotaan yang tidak dapat

menghindarkan alih fungi sawah sehingga secara keseluruhan luas

sawah beririgasi teknis tidak berkurang;

c. Menjaga saluran irigasi agar tidak diputus atau disatukan dengan

drainase, dan harus menghindari penggunaan bangunan sepanjang

saluran irigasi;

d. Memberikan insentif pada pengelola lahan yang ditetapkan sebagai

lahan berkelanjutan, pertanian tanaman pangan dan tidak boleh alih

fungsi untuk peruntukan lain;

e. Mengembangkan lumbung desa modern;

f. Mengembangkan kemitraan dengan masyarakat;

g. Memelihara kualitas waduk dan sungai untuk pengembangan pengairan;

h. Mengembangkan sistem mina padi.

i.

Mengembangkan kerjasama antar daerah terutama wilayah dalam satu DAS

dan yang memiliki satu system irigasi sebagai upaya mencapai lumbung padi

Jawa – Bali.

4. Kebijakan (4) Peningkatan kualitas pertanian.

Strategi :

a. Meningkatkan pengelolaan tanah pertanian untuk tetap subur;

b. Menyediakan pupuk, bibit dan obat – obat tanaman untuk memperoleh

hasil yang bagus;

5. Kebijakan (5) Pengembangan kawasan peruntukan perkebunan.

Strategi :

a. Mengembangkan hortikultura dengan pengolahan hasil dan melakukan

upaya eksport;

b. Melestarikan kawasan hortikultura dengan mengembangkan sebagian

lahan untuk tanaman tegakan tinggi yang memiliki fungsi lindung;

c. Mengembalikan lahan yang rusak atau alih komoditas menjadi

perkebunan seperti semula;

d. Meningkatkan produktivitas dan pengolahan hasil perkebunan;

e. Mengembangkan kemitraan dengan masyarakat.

6. Kebijakan (6) Pengembangan kawasan peruntukan peternakan.

Strategi :

a. Mengembangkan peternakan dengan pengolahan hasil dan melakukan

upaya eksport;

b. Meningkatkan produktivitas dan pengolahan hasil peternakan ;

c. Mengembangkan kemitraan dengan masyarakat;

d. Melakukan usaha kemitraan dengan pengembangan peternakan;

e. Mengembangkan breeding centre.

7. Kebijakan (7) Pengembangan kawasan peruntukan perikanan.

Strategi :

a. Mengembangkan perikanan dengan pengolahan hasil dan melakukan

upaya eksport;

b. Meningkatkan produktivitas dan pengolahan hasil perikanan;

c. Mengembangkan kemitraan dengan masyarakat;

d. Memelihara kualitas waduk dan sungai untuk pengembangan perikanan

darat;

e. Mengembangkan sistem mina padi.

8. Kebijakan (8) Pengembangan agropolitan, agroindustri dan perikanan pada

kawasan pertanian, perkebunan dan perikanan.

Strategi :

a. Meningkatkan sarana prasarana penunjang kegiatan agropolitan,

agroindustri dan perikanan;

b. Mengembangan jaringan infrastruktur;

(11)

d. Mengembangkan program dan kerjasama dalam bidang pertanian,

perkebunan, perikanan dan industry pengolahan untuk kualitas

eksport.

9. Kebijakan (9) Pengembangan kawasan peruntukan pertambangan.

Strategi :

a. Mengembangkan pertambangan ramah lingkungan dengan pengolahan

hasil dan melakukan upaya eksport selama tidak merusak lingkungan;

b. Meningkatkan produktivitas dan pengolahan hasil pertambangan;

c. Mengembangkan kemitraan dengan masyarakat.

10. Kebijakan (10) Pengembangan kawasan peruntukan industri.

Strategi :

a. Mengembangkan dan pemberdayaan industri kecil dan home industry

untuk pengolahan hasil pertanian, peternakan, perkebunan dan

perikanan;

b. Mengembangkan zona industri polutif berjauhan dengan kawasan

permukiman;

c. Mengembangkan pusat promosi dan pemasaran hasil industri kecil dan

kerajinan ukiran kayu jati ;

d. Meningkatkan kegiatan koperasi usaha mikro, kecil dan menengah serta

menarik investasi;

e. Mengembangkan kawasan industri secara khusus.

11. Kebijakan (11) Pengembangan kawasan pariwisata.

Strategi :

a. Mengembangkan obyek wisata andalan prioritas;

b. Mengkaitkan kalender wisata dalam skala regional;

c. Membentuk zona wisata dengan disertai pengembangan paket wisata;

d. Meningkatkan promosi wisata;

e. Mengadakan kegiatan festival wisata atau gelar seni budaya; serta

f. Mengembangkan pusat kerajinan ukiran kayu jati sebagai pintu gerbang

wisata KabupatenNgawi.

12. Kebijakan (12) Pengembangan kawasan permukiman perdesaan dan

perkotaan.

Strategi :

a. Mengembangkan permukiman perdesaan disesuaikan dengan karakter

fisik, sosial-budaya dan ekonomi masyarakat perdesaan;

b. Meningkatkan sarana dan prasarana permukiman perdesaan dan

perkotaan untuk pemerataan penyebaran penduduk kepadatan ;

c. Meningkatkan kualitas permukiman perkotaan perdesaan;

d. Mengembangkan perumahan terjangkau;

e. Menyediakan sarana dan prasarana permukiman perkotaan; serta

f. Mengembangkan Kasiba/Lisiba mandiri;

13. Kebijakan (13) Penetapan kawasan peruntukan lainnya yaitu konservasi

budaya dan sejarah.

Strategi :

a. Mengamankan kawasan dan/atau benda cagar budaya dan sejarah

dengan melindungi tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai

sejarah, situs purbakala;

b. Meningkatkan partisipasi masyarakat;

c. Memberikan intensif bagi yang melestarikan benda cagar budaya, dan

memberikan disinsentif bagi yang melakukan perubahan;

d. Meningkatkan nilai manfaat melalui kegiatan penelitian dan pariwisata;

serta

e. Memelihara bangunan bersejarah yang digunakan untuk berbagai

kegiatan fungsional dan melarangan perubahan tampilan bangunan.

3.4. KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

KABUPATEN

1. Kebijakan (1) Pengendalian perkembangan ruang sekitar kawasan strategis

kabupaten.

Strategi :

(12)

b. Menetapkan pola pemanfaatan lahan, sesuai dengan fungsi dan peran

masing-masing kawasan.

2. Kebijakan (2) Pengembangan kegiatan pendukung Kawasan Ngrambe bagi

Agropolitan dan Kawasan Beringin sebagai Perikanan.

Strategi :

a. Mengembangkan kegiatan ekonomi skala besar;

b. Menyediakan sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekonomi; serta

c. Menyediakan infrastruktur untuk mendorong pengembangan Kawasan

Agropolitan Ngrambe, meliputi Kecamatan Ngrambe sebagai Kota Tani

Utama (KTU) dan kawasan pedesaan disekitarnya, pedesaan di

Kecamatan Sine, Kecamatan Jogorogo, dan Kecamatan Kendal sebagai

Kota Tani (KT) dan Kota Sentra Produksi (KSP);

d. Menyediakan infrastruktur untuk mendorong pengembangan Kawasan

Perikanan Bringin meliputi Kecamatan Bringin dan sekitarnya;

e. Mengembangkan SDM di kawasan Agropolitan dan Perikanan;

f.Meningkatkan Kelembagaan di kawasan Agropolitan dan Perikanan.

3. Kebijakan (3) Pemantapan fungsi lindung pada kawasan sosio-kultural.

Strategi :

a. Mengendalikan perkembangan kawasan sekitar Museum Trinil, Arca

Banteng dan Benteng Van Den Bosch.

b. Memanfaatkan Museum dan Benteng sebagai aset wisata; serta

c. Meningkatkan pemanfaatan Museum dan Benteng untuk penelitian dan

pendidikan.

4. Kebijakan (4) Pemantapan kawasan perlindungan ekosistem dan

lingkungan hidup.

Strategi :

a. Melarang alih fungsi pada kawasan yang telah ditetapkan sebagai

kawasan lindung;

b. Memanfaatkan untuk pendidikan dan penelitian berbasis lingkungan

hidup;

c. Mengembalikan kegiatan yang mendorong pengembangan fungsi

lindung; serta

d. Meningkatkan keanekaragaman hayati kawasan lindung.

5. Kebijakan (5) Pengembangan teknologi tepat guna untuk mitigasi bencana

alam di seluruh kawasan kabupaten yang berfungsi sebagai kawasan

pendukung pencegahan bencana alam.

Strategi :

a. Mengembalikan atau mempertahankan rona hijau kawasan perkotaan

tiap kecamatan hingga mencapai 30 % kawasan adalah sebagai RTH

perkotaan.

b. Melakukan pengadaan hutan dengan jenis tanaman penahan angin

puyuh seperti hutan bambu, dan menghindari tanaman dengan jenis

batang besar dan daun rimbun pada kawasan yang langsung terhubung

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan data dari Polda Jatim untuk Kota Surabaya jumlah kecelakaan yang melibatkan pengendara sepeda motor pada tahun 2014 sebesar 721 kejadian... Untuk tahun 2017

Karbon alami dan karbon aktif merupakan hasil pembakaran bahan seperti kayu, kulit, sabut kelapa, sekam padi, tempurung kelapa dan batu bara. Hanya yang membedakan adalah

Sedangkan tanpa minyak dan gas bumi pertumbuhan Provinsi Papua Barat mengalami kontraksi pertumbuhan minus 1,56 persen pada triwulan I-2014 dan tumbuh sebesar 6,55 persen

Untuk mengembangkan perpustakaan agar dapat melayani masyarakat dengan baik tidak lepas dari tantangan dan hambatan baik secara internal maupun eksternal itulah yang akan

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik

Namun menganggap biasa anak-anaknya yang memiliki empati tinggi terhadap kehidupan lain di sekitarnya (Emotional Intelegence-EQ) atau yang berbakat di bidang seni maupun

Quraish Shihab tentang penfasiran ayat-ayat Sumpah dalam juz‟amma, yang mana penulis meneliti-melihat dari model penafsiran yang digunakan dari masing-masing tokoh

Penurunan efisiensi kadar logam Cd paling tinggi terjadi pada kelompok perlakuan dengan lama waktu kontak 8 hari dan 8 rumpun tanaman kayu apu yaitu 64,09% (0,168