• Tidak ada hasil yang ditemukan

STANDAR PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STANDAR PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

6. Siswa DO a. SD/MI L P b. SMP/MTs L P c. SMA/MA/SMK L P ……… Penyelenggara, ……….. * (Coret salah satu)

STANDAR

PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT

(PKBM)

DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

NONFORMAL DAN INFORMAL

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2014

(2)

G. Format Data Penduduk Menurut Usia Sekolah, Lembaga Pendidikan Formal dan Nonformal

Provinsi : ………..

Kabupaten/Kota* : ………..

Kecamatan : ………..

Kelurahan/Desa* : ………..

No Indikator Komponen Indikator Jumlah Keterangan a. Usia : 0 - 3 Tahun L P b. Usia : 4 - 6 Tahun L P c. Usia : 7 - 14 Tahun L P d. Usia : 15 - Tahun ke atas L P 2. Jumlah buta aksara L P 3. Jumlah Lembaga Pendidikan Formal TK L… ; P …. SD L…. ; P …. SMP/Sederajat L…. ; P …. SMA/Sederajat L… ; P …. 4. Program pendidikan kesetaraan Paket A …. klp Jumlah … Paket B …. klp Jumlah … Paket C ….klp Jumlah … 5. Program pendidikan keaksaraan

(3)

F. Format Data Jenis Usaha Provinsi : ……….. Kabupaten/Kota* : ……….. Kecamatan : ……….. Kelurahan/Desa* : ……….. PKBM : ……….. No. Jenis Usaha Tahun Mulai Berjalan Target Pemasaran Volume penjualanseTahun (rata2), Rp Status (Aktif/Tdk) Ket. ……… Penyelenggara, ……….. * (Coret salah satu)

KATA PENGANTAR

Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat Direktorat Jenderal PAUDNI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dalam tugas dan fungsinya, melaksanakan pembinaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sebagai salah satu satuan pendidikan nonformal.

PKBM yang dirintis sejak Tahun 1998 dalam perkembangannya telah menunjukkan kemajuan-kemajuan, meskipun diakui masih terdapat beberapa keterbatasan yang harus terus menerus dibenahi. Kemajuan PKBM terlihat dari peningkatan jumlahnya, yang pada awal rintisan hanya terdapat 50 PKBM, dewasa ini telah berkembang menjadi sekitar 9000 PKBM (2013). Keberadaan PKBM makin kuat ketika diterbitkannya UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan PKBM sebagai salah satu satuan pendidikan nonformal. Keberadaan PKBM dalam konstitusi diharapkan mampu mengakomodasi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak mungkin dapat terpenuhi melalui satuan-satuan pendidikan lainnya.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat berupaya

meningkatkan peran PKBM melalui penerbitan buku NSPK Standar PKBM. Buku ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi pembina, pengelola, dan pihak lainnya yang berkepentingan bagi pembinaan dan pengembangan PKBM di seluruh tanah air.

Akhirnya saya sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada berbagai pihak atas kontribusi dan perannya dalam penyusunan buku ini. Semoga Tuhan YME memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.

Jakarta, April 2014

Direktur Pembinaan Pendidikan Masyarakat

Dr. Wartanto.

(4)

DAFTAR ISI

Kata pengantar ... i Daftar isi ... ii Bab IPendahuluan ... 1 a. Latar Belakang ... 1 b. Dasar Hukum ... 4

c. Maksud dan Tujuan ... 4

Bab II Konsep Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ... 6

a. Pengertian PKBM ... 6

b. Prinsip PKBM ... 7

c. Pemangku Kepentingan PKBM ... 11

d. Komunitas Layanan ... 13

Bab IIIStandar Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ... 14

Bab

III

Penutup ... 18

lampiran ... 19

E. Format Data Narasumber Teknis

Provinsi : ………..

Kabupaten/Kota* : ………..

Kecamatan : ………..

Kelurahan/Desa* : ………..

PKBM : ………..

Tutor : Keaksaraan/Paket A/Paket B/Paket C

No. Nama L/P Pendidikan Terakhir

Status

Kepegawaian Jabatan Domisili

Sertifikat&P enghargaan

……… Penyelenggara,

……….. * (Coret salah satu)

(5)

D. Format Data Tutor Provinsi : ……….. Kabupaten/Kota* : ……….. Kecamatan : ……….. Kelurahan/Desa* : ……….. PKBM : ………..

Tutor : Keaksaraan/Paket A/Paket B/Paket C

No. Nama L/P Pendidikan Terakhir

Status

Kepegawaian Jabatan Domisili

Sertifikat&P enghargaan

……… Penyelenggara,

……….. * (Coret salah satu)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG

Pendidikan Nonformal (PNF) pada hakikatnya merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar jalur sekolah (pendidikan formal), baik yang berjenjang maupun tidak berjenjang, dilembagakan ataupun belum dilembagakan, berkesinambungan ataupun tidak berkesinambungan yang berlangsung sepanjang hayat.

Salah satu ciri yang membedakan dengan pendidikan formal adalah fleksibilitas dalam hal usia peserta didik, kualifikasi pendidik, waktu belajar dan tempat pembelajaran. PKBM sebagai salah satu satuan pendidikan nonformal awalnya dirancang sebagai pusat, tempat dan/atau ajang belajar masyarakat sehingga terbentuk masyarakat pembelajar (learning society). Oleh karena itu agar PKBM benar-benar dapat menumbuhkembangkan masyarakat pembelajar, sangat diperlukan adanya penguatan kelembagaan, peningkatan kapasitas pendidik dan tenaga kependidikan, peningkatan kelayakan sarana dan prasarana, penyelenggaraan keuangan yang transparan dan akuntabel. Buku NSPK penyelenggaraan PKBM ini dimaksudkan sebagai acuan bagi peningkatan kinerja PKBM.

PKBM yang baik akan lebih responsif dan berdaya dalam melaksanakan fungsinya secara optimal, fleksibel, dan netral. Fleksibel dalam arti memberi peluang bagi masyarakat untuk belajar apa saja sesuai dengan kebutuhan mereka; sedangkan yang dimaksud netral adalah memberikan kesempatan bagi semua warga masyarakat tanpa membedakan strata sosial, agama, budaya, gender, dan lainnya untuk memperoleh layanan pendidikan di PKBM. Untuk mengakomodir berbagai keragaman yang ada, serta

(6)

meningkatkan kualitas layanan pendidikan pada masyarakat, PKBM harus dapat merancang standar kebutuhan belajar yang diinginkan secara demokratis, efektif, efisien, dan bermutu. Hal ini perlu dilakukan PKBM karena tuntutan perubahan pendidikan masa depan mengarah pada konsep pembelajaran berbasis kebutuhan masyarakat. Sejatinya PKBM saat ini tidak hanya sebagai tempat pembelajaran tetapi juga sebagai pusat informasi dan kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Dalam peraturan dan perundangan yang berlaku terkait dengan pelaksanaan otonomi daerah, kewenangan pemerintah pusat (urusan pendidikan) pada penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria; monitoring dan evaluasi; supervisi; fasilitasi; dan urusan-urusan pemerintahan yang berhubungan dengan eksternalitas nasional.

Pengembangan NSPK PKBM ini disusun dengan mempertimbangkan berbagai peraturan dan perundang-undangan yang terkait dan telah dikeluarkan oleh pemerintah dan terkait dengan penyelenggaraan PKBM. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang diperbaharui melalui PP Nomor 32 Tahun 2013 telah mengatur delapan standar nasional pendidikan, yang terdiri dari: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar penyelenggaraan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Menurut PP No. 19 tersebut, yang dimaksud Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Fungsi Standar Nasional Pendidikan adalah sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. SNP bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan

C. Contoh Format Data Peserta Didik

Provinsi : ……….. Kabupaten/Kota : ……….. Kecamatan : ……….. Kelurahan/Desa : ……….. PKBM : ……….. Program : Keaksaraan/Kesetaraan

Jenjang : Paket A/Paket B/Paket C

No. Nama L/P SatusPekerjaan

(BelajaratauBekerja*) Tempat/tgl. lahir

1. 2. 3. 4. 5.

*) Bila bekerja sebutkan jenisnya, misalnya bekerja sebagai petani, pedagang, buruh, TKI Luar Negeri, Asisten Rumah Tangga, dsb

……… Penyelenggara,

(7)

Penjelasan

1. Jadwal pembelajaran terkait dengan program/kegiatan di PKBM wajib dibuat oleh pengelola PKBM.

2. Papan jadwal pembelajaran diletakkan didepan kantor atau tempat strategis yang mudah diketahui masyarakat.

bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Ketentuan tentang masing-masing standard selanjutnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Satuan pendidikan nonformal, termasuk PKBM diperlukan suatu standar PKBM yang diatur dalam Peraturan Menteri.

NPSK yang disusun dalam buku ini merujuk kepada

Permendiknas/Permendikbud yang sudah ada dilengkapi dengan pengaturan beberapa aspek atau sumberdaya pendidikan lainnya yang belum diatur dengan peraturan Menteri, yang dibuat fleksibel dengan memperhatikan karaktersitik dan kondisi yang ada di lingkungan pendidikan nonformal. NSPK menjadi acuan dalam memberikan layanan pendidikan nonformal yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 9 ayat 1 dijelaskan pengertian NSPK: (a) Norma adalah aturan atau ketentuan yang dipakai sebagai tatanan untuk penyelenggaraan pemerintah daerah; (b) Standar adalah acuan yang dipakai sebagai patokan dalam penyelenggaraan pemerintah daerah; (c) Prosedur adalah metode atau tata cara untuk penyelenggaraan pemerintah daerah; dan (d) Kriteria adalah ukuran yang dipergunakan menjadi dasar dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. Adapun komponen yang menjadi acuan standarisasu PKBM mencakup sembilan komponen, yaitu : legalitas, status kelembagaan, pengurus kelembagaan, fasilitas kelembagaan, program minimal yang dilaksanakan, dokumen dan kelengakapan kelembagaan, pendanaan, jaringan/mitra kerja kelembagaan, dan pengendalian mutu. Rincian lebih lanjut dari kesembilan aspek tersebut di paparkan pada Bab III.

(8)

B.

DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang

Penyelenggaraan dan Penyelenggaraan Pendidikan;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Standar Nasional Pendidikan;

5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 49 Tahun 2007 tentang Standar Penyelenggaraan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Nonformal;

6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2012 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

C.

MAKSUD DAN TUJUAN

Buku ini dimaksudkan untuk menjadi pedoman bagi pembina dan pengelola dalam penyelenggaraan PKBM. Adapun tujuan pedoman ini adalah untuk:

1. Menjelaskan norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) pembinaan dan penyelenggaran PKBM;

B. Contoh Papan Nama PKBM

Penjelasan

1. Logo sebelah kanan logo Dikbud tanpa ada tulisan Dinas Pendidikan Kab/Kota

2. Sebelah kiri logo PKBM

3. Nama ditulis dengan huruf kapital besar secara proporsional

4. Pada papan nama dicantumkan akta pendirian, izin operasional dan NILEM

5. Pada bagian bawah dicantumkan alamat PKBM

6. Apabila PKBM bermitra dengan lembaga/instansi lain maka logo instansi/lembaga mitra dapat dicantumkan di bagian bawah

7. Luas papan nama PKBM 120 cm x 90 cm

8. Pemasangan papan nama diletakkan ditempat strategis yang mudah dilihat oleh masyarakat.

9. Apabila kantor PKBM berada di jalan yang agak masuk maka dari jalan raya dibuat papan penunjuk ke arah kantor PKBM

(9)

FORMAT ADMINISTRASI ORGANISASI DAN KEGIATAN

A. Contoh Format Struktur Organisasi PKBM

Ketua

Bendahara

Sekretaris

Bidang

Pendidikan

Bidang

Wirausaha &

Pemasaran

Bidang

Kemitraan

Satuan Program Yang Diselenggarakan

Koordinator

PAUD

Koordinator

Pendidikan

Keaksaraan

Koordinator

Pendidikan

Kesetaraan

Koordinator

Pendidikan

Keterampilan

PESERTA DIDIK / WARGA BELAJAR SASARAN PROGRAM

PENDIDIKAN MASYARAKAT

Lembaga

Mitra

Perusahaan

/DUDI

2. Memberikan panduan dalam melaksanakan koordinasi dan

konsolidasi bagi para pembina dan pengelola PKBM dalam rangka peningkatan mutu satuan dan program;

3. Memberikan panduan dalam melakukan evaluasi satuan dan

program PKBM;

4. Memberikan panduan dalam menidaklanjuti hasil evaluasi dan penjaminan mutu PKBM.

(10)

BAB II

KONSEP PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT

A.

PENGERTIAN PKBM

PKBM sebagai akronim dari Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, yang mempunyai makna yang strategis. Berbagai simbolis makna dari akronim PKBM dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Pusat, yang berarti bahwa penyelenggaraan PKBM haruslah terpusat dalam penyelenggaraannya dan terlembagakan dengan baik. Hal ini sangat penting untuk efektivitas pencapaian tujuan, pengendalian mutu penyelenggaraan program-program, efisiensi pemanfaatan sumber-sumber, sinergitas antar berbagai program dan keberlanjutan keberadaan PKBM itu sendiri. Hal ini juga berkaitan dengan kemudahan untuk dikenali dan diakses oleh seluruh anggota masyarakat untuk berkomunikasi, berkoordinasi, dan bekerjasama dengan berbagai pihak baik yang berada di wilayah keberadaan PKBM tersebut, maupun dengan berbagai pihak di luar wilayah tersebut misalnya pemerintah, lembaga swasta, lembaga mitra dan pihak-pihak terkait lainnya.

2. Kegiatan, berarti bahwa di PKBM diselenggarakan berbagai kegiatan pembelajaran yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat setempat, yang selalu dinamis, kreatif dan produktif dengan mencermati sumber-sumber daya dan kearifan lokal.

3. Belajar, berarti bahwa berbagai kegiatan yang diselenggarakan di PKBM harus merupakan kegiatan yang mampu memberikan dan menciptakan proses transformasi peningkatan kapasitas peserta didik,

(11)

BAB IV

PENUTUP

PKBM merupakan salah satu satuan pendidikan nonformal yang menjadi wadah kegiatan pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat dengan prinsip penyelenggaraan dari, oleh dan untuk masyarakat.

Keberadaan PKBM dewasa ini demikian masif, dan hampir merata diseluruh Indonesia. Dalam rangka pembinaan PKBM diperlukan adanya regulasi yang mengatur keberadaan PKBM agar lebih tertib, berdaya saing, dan bertanggungjawab. Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan adanya buku acuan standar PKBM.

Buku standar PKBM ini diharapkan menjadi acuan bagi Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat, Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, UPT P2-PNFI, BP-PNFI, UPTD BPKB, SKB, dan semua pihak yang terkait dalam melakukan monitoring, supervisi, dan penilaian penyelenggaraan PKBM.

Selain buku ini, ada beberapa buku acuan PKBM lainnya untuk di telaah dan diimplementasikan dalam penyelenggaraan PKBM. Semoga dengan adanya acuan-acuan ini keberadaan PKBM makin terbina lebih baik.

baik pengetahuan, keterampilan dan sikap yang lebih positif, konstruktif dan berdaya guna. Belajar dapat dilakukan oleh setiap orang sepanjang hayatnya di setiap kesempatan yang dapat dilakukan dalam berbagai dimensi kehidupan. Belajar dapat dilakukan dalam lingkungan masyarakat, keluarga, kelompok belajar, kursus, dan PKBM. Dengan demikian, PKBM merupakan suatu institusi yang berada di tengah-tengah masyarakat yang mengelola kegiatan belajar sepanjang hayat menuju terwujudnya masyarakat pembelajar (learning society).

4. Masyarakat, berarti bahwa PKBM adalah usaha bersama masyarakat untuk memberdayakan dirinya sendiri (self help). Peranan pemerintah dan lembaga lain sifatnya pendukung keberadaan PKBM, tetapi inisiatif untuk maju harus tumbuh dari dalam masyarakat,

B.

PRINSIP PKBM

Dalam penyelenggaraan PKBM perlu memperhatikan prinsip-prinsip dalam penyelenggaraan PKBM, yaitu: berbasis masyarakat: dari, oleh, dan untuk masyarakat; pembelajaran sepanjang hayat; partisipatif; kearifan lokal;

pemberdayaan masyarakat; keluwesan; pemecahan masalah;

kebersamaan/gotong royong; dan otpimalisasi sumberdaya. Penjelasan masing-masing prinsip PKBM adalah sebagai berikut ini.

1. Berbasis Masyarakat: dari, oleh, dan untuk masyarakat

Prinsip ini menegaskan bahwa keberadaan PKBM tumbuh dan didirikan atas inisiatif dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk memenuhi kebutuhan belajar masyarakat. Peran pemerintah dan pihak luar hanya bersifat pendukungan. Makin kuat dukungan dari masyarakat terhadap

(12)

PKBM, maka PKBM tersebut makin mandiri dan berdaya. Ini berarti bahwa keberadaan PKBM juga bukan berbasis keluarga dan

kekerabatan, yang memiliki kepentingan tertentu terhadap

perkembangan PKBM. Hal ini hendaknya dihindari, supayaa tidak timbul prasangka yang kurang baik, dan ini akan berdampak berkurangnya kepedulian dan keterlibatan anggota masyarakat lainnya. 2. Pembelajaran sepanjang hayat

Sepanjang kehidupan manusia akan selalu menghadapi tantangan, masalah dan kebutuhannya agar meningkat kualitas kehidupannya. Untuk mencapai kualitas kehidupannya yang lebih baik, manusia dituntut untuk belajar sepanjang hayatnya, melalui berbagai upaya agar meningkat pengetahuan, keterampilan dan sikapnya sesuai dengan tuntutan dunia kerja, maupun untuk menjadi pribadi yang lebih baik, atau insan kamil.

3. Partisipatif

Prinsip ini mengandung makna bahwa dalam penyelenggaraan PKBM harus melibatkan secara aktif unsur kepengurusan, adanya pembagian tugas yang jelas, peran yang setara antar pengurus, dan pengambilan keputusan yang partisipatif (tidak otoriter). Masa kerja kepengurusan PKBM hendaknya disepakati, sebaiknya masa kerja pengurus tidak lebih dari tiga tahun, tetapi doronglah pengurus lain untuk tampil. Hal ini menjadi salah satu indikator keberhasilan partisipasi antar pengurus. Di pihak lain keberadaan PKBM perlu memberi ruang bagi partisipasi pihak luar yang mendukung perkembangan PKBM. Jangan sampai terkesan keberadaan PKBM tertutup bagi keterlibatan pihak luar untuk mengembangkan PKBM.

8 JARINGAN / MITRA KERJA LEMBAGA

8.1. Memiliki kerjasama dengan mitra kerja

8.2. Memiliki kejelasan posisi dan bentuk kerjasama di lembaga

 Kerjasama minimal dengan 3 mitra kerja (pemerintah, organisasi profesi mitra PAUDNI, Dunia Usaha/Industri)

 Adanya MoU atau dokumen tertulis lainnya

9. PENGENDAL IAN MUTU

10.1. Memiliki tim khusus pengendali mutu

10.2. Tim melakukan monitoring, evaluasi, dan melakukan supervise pelaksanaan program

 Memiliki pengawas internal

 Laporan seupervisi dibuat minimal setiap 3 bulan

 Memiliki buku catatan supervise dan tindak lanjutnya 10. PRESTASI

LEMBAGA (KALAU ADA)

Apabila ada akan memiliki nilai plus:

 Hasil lomba kelembagaan

 Penghargaan dari pihak terkait kelembagaan

 Prestasi lembaga dari pihak yang merasakan manfaat dari PKBM

 Melaksanakan program sosial atau CSR

(13)

5 PROGRAM MINIMAL YANG DILAKSANA KAN 5.1. Menyelenggarakan minimal 2 program utama PAUD dan PNFI secara regular

5.2. Menyelenggarakan minimal 1 program pendukung 5.3. Memiliki minimal satu desa/

komunitas binaan khusus yang disetujui oleh kepala desa yang bersangkutan

 Pilihan program utama yaitu: pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan, Kursus-kursus, dan PAUD.

 Pilihan program pendukung misalnya usaha produktif, TBM, PUG dan program lainnya sesuai kebutuhan masyarakat 6 DOKUMEN DAN KELENGKAP AN KELEMBAGA AN

6.1. Memiliki Rencana Strategis lembaga

6.2. Memiliki rencana kerja Tahunan

6.3. Menyampaikan laporan pelaksanaan program kepada dinas terkait minimal 3 bulan sekali

6.4. Memiliki buku administrasi kelembagaan

6.5 Papan nama lembaga jelas dan permanen

6.6. Papan petunjuk ruangan dan program

6.7. Bahan/alat sosialisasi (brosur/poster/spanduk,) 6.8. Data, grafik, foto kegiatan. 6.9. Rekening Bank lembaga 6.10. NPWP atas nama lembaga

 Rencana strategis minimal memiliki Visi, Misi, strategi dan nilai, serta sasaran dan target.

 Rencana kerja Tahunan dibuat untuk setiap program

 Buku administrasi minimal: buku induk pendidik dan pengelola program, buku kegiatan, buku inventaris, buku keuangan, buku tamu, buku kehadiran pendidik/pengurus, buku nilai, buku rapat (notulensi).

7 PENDANAAN 7.1. Memiliki sumber pendanaan mandiri lembaga

7.2. Memiliki buku bukti penyelenggaraan sumber dan penggunaan dana

 Tersedia buku kas umum (BKU)

4. Kearifan lokal

Makna kearifan lokal adalah bahwa dalam pengembangan PKBM perlu mencermati kearifan-kearifan lokal yang hidup dan berkembang di masyarakat. Beberapa bentuk kearifan lokal tersebut antara lain kearifan terhadap adat istiadat, seni, budaya, bahasa, artefak-artefak, sistem pengambilan keputusan, kekerabatan, agama dan kepercayaan, perayaan, maupun bentuk-bentuk kearifan lokal lainnya. Pentingnya mencermati kearifan lokal agar dalam pengembangan PKBM tidak tercerabut dari akarnya dimana PKBM itu berada, yaitu komunitas masyarakat yang dilayani. Dapat dipastikan bahwa PKBM yang kurang mencermati kearifan lokal akan di tinggalkan masyarakat setempat,

5. Pemberdayaan masyarakat

Tujuan akhir dari semua layanan program pendidikan non formal di PKBM tiada lain adalah agar masyarakat menjadi berdaya. Makna masyarakat yang berdaya adalah memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya, berupaya meningkatkan kualitas hidup dan kehidupannya, serta dorongan untuk membantu sesama untuk

saling memberdayakan. Jadi layanan utama PKBM adalah

pemberdayaan masyarakat, bukan untuk pemberdayaan sekelompok orang, apalagi pemberdayaan pengurus.

6. Keluwesan

Makna keluwesan sebagai prinsip dalam penyelenggaraan PKBM lebih menekankan pada keluwesan pada layanan program-program yang selalu mengikuti perkembangan dan tuntutan kebutuhan belajar masyarakat, atau tidak kaku. PKBM hendaknya peka terhadap

(14)

perkembangan keilmuan dan teknologi, yang kemudian untuk disesuaikan dengan program yang diayani.

7. Pemecahan masalah

Makna prinsip pemecahan masalah adalah bahwa layanan program-program yang diselenggarakan PKBM selayaknya memberikan kontribusi atau solusi bagi pemecahan masalah yang dihadapi peserta didik dan masyarakat. Misalnya bagaimana PKBM menangani pengangguran dengan membuka program kursus keterampilan, mengatasi warga masyarakat yang drop out SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA dengan menyelenggarakan program Paket A, Paket B dan Paket C, dan mengatasi anak-anak usia dini yang belum terlayani pendidikan dengan menyelenggarakan Kelompok Bermain, Taman Pengasuhan Anak atau Paud sejenis, dan program-program lainnya.

8. Kebersamaan/gotong royong

Makna prinsip kebersamaan/gotong royong adalah bahwa dalam penyelenggaraan PKBM menuntut adanya kebersamaan/gotong royong dalam semua aspek dan tahapan penyelenggaraan. Yaitu kebersamaan antara penyelenggara, pengurus, pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, mitra kerja dan masyarakat. Sebagai inisiator dapat muncul dari mana saja, tetapi tidak perlu mendominasi dalam penyelenggaraan

PKBM, karena tujuan akhirnya adalah mewujudkan

kebersamaan/gotong royong dalam penyelenggaraan PKBM.

milik publik/masyakat, bukan milik pribadi.

yang tertuang dalam akta notaris bahwa PKBM adalah milik publik/masyarakat

3 PENGURUS

KELEMBAGA AN

3.1. Memiliki personil

kepengurusan yang tertuang dalam akta notaris

3.2. Memiliki struktur pengurus PKBM terdiri dari minimal (ketua, sekretaris, bendahara dan 3 orang seksi program) yang diterbitkan oleh pendiri dan disahkan oleh dinas terkait.

3.3. Para pengelola paham akan tugasnya dan dapat melaksanakan tugas

3.4. Memiliki tenaga khusus yang bekerja harian di kantor

 Personil pengurus PKBM tidak boleh memiliki ikatan keluarga inti.

4 FASILITAS KELEMBAGA AN

4.1.Memiliki ruang kantor lengkap dengan meubeler, jaringan komunikasi, dan peralatan kantor

4.2. Memiliki minimal 3 ruang belajar dengan ukuran minimal 4 x 5 m2 lengkap

dengan meubeler dan sarana pembelajaran.

4.3. Alat komunikasi: web, email, telp, faksimili

4.4. Status sarana dan prasarana minimal memiliki jaminan penggunaan selama 5 tahun

 Ruang kantor dengan meubeler, komputer kerja, penerangan, jaringan komunikasi, dan peralatan kantor

 Ruang belajar dengan ukuran minimal 4x 5 m2 lengkap

dengan meubeler dan sarana pembelajaran

(15)

BAB III

STANDAR PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT

Standar PKBM pada hakikatnya merupakan acuan yang dipakai sebagai patokan dalam penyelenggaraan PKBM sebagai satuan pendidikan nonformal. Berikut ini uraian standar yang dimaksud:

Tabel 1

STANDAR PKBM SEBAGAI SATUAN PNF

NO KOMPONEN DESKRIPSI KETERANGAN

1 LEGALITAS 1.1. Memiliki dokumen pendirian lembaga yang sah (Akta Notaris/ Surat Keputusan/ dokumen sesuai dengan hukum yang belaku) 1.2. Memiliki izin pendirian

lembaga di dinasterkait 1.3. Memiliki Nomor induk

lembaga (NILEM) dari Dinas Provinsi/ Ditbindikmas

 Akta Notaris untuk PKBM yang berbentuk yayasan wajib melampirkan SK dari Kemenkumham

 Akta notaris untuk PKBM yang berbentuk Badan Hukum Perkumpulan wajib

melampirkan surat keterangan telah terdaftar di pengadilan negeri setempat

 Untuk PKBM yang didirikan oleh pemerintah setempat wajib melampirkan SK pembentukan PKBM dari Pejabat yang berwenang

2 STATUS KELEMBAGA AN

2.1. Status sebagai PKBM (tidak sebagai lembaga lain/ tidak memiliki status ganda) 2.2. PKBM merupakan lembaga

 Satuan PKBM tidak merangkap sebagai satuan PNF lain di satu lokasi yang sama.

 Adanya pernyataan tertulis

9. Optimalisasi sumberdaya.

Optimalisasi sumberdaya mengandung makna bahwa dalam

penyelenggaraan PKBM perlu mengoptimalisasi sumber-sumber daya yang dapat diraih dan didayagunakan yang ada di masyarakat, pemerintah maupun swasta untuk perkembangan PKBM. Bentuk-bentuk sumberdaya tersebut antara lain sumber daya dana, fasilitas, peralatan, gedung, tanah, tanaga ahli, tenaga sukarela, jaringan, alam, letak geografis, dan akses sumber-sumber daya. Dalam kaitan ini, maka penyelenggara dan pengelola atau pengurus dituntut kemampuannya untuk meraih dan mendayagunakan sumber-sumber daya yang ada tersebut, tetapi tetap mengindahkan etika, tata cara dan regulasi yang benar dan sesuai dengan aturan, terutama dalam mengakses dana bantuan sosial.

C.

PEMANGKU KEPENTINGAN PKBM

Pemangku kepentingan dalam pengertian ini adalah pihak-pihak yang terlibat dan berperanserta dalam penyelenggaraan PKBM, yang mencakup: komunitas masyarakat, peserta didik, pendidik, pengelola dan mitra.

1. Komunitas masyarakat

Setiap PKBM memiliki komunitas masyarakat yang menjadi tujuan atau sasaran pembelajaran. Komunitas mencakup: letak geografis, adat istiadat, budaya, sosial ekonomi, keagamaan, dan komunitas khusus (misalnya: anak jalanan, TKI, daerah konflik, daerah terpencil/terdalam/terluar dan lembaga pemasyarakatan/rumah tahanan)

(16)

2. Peserta Didik/Warga Belajar

Peserta didik/warga belajar adalah bagian dari komunitas masyarakat yang berkeinginan meningkatkan kemampuannya dengan mengikuti program pembelajaran yang diselenggarakan PKBM.

3. Pendidik

Pendidik/tutor/instruktur/narasumber teknis adalah sebagian dari warga komunitas masyarakat yang memiliki tugas memfasilitasi proses pembelajaran atau pemberdayaan masyarakat di PKBM. 4. Pengelola/ Tenaga Kependidikan

Pengelola PKBM adalah sebagian dari warga komunitas yang

memiliki tugas melakukan penyelenggaraan (perencanaan,

pelaksanaan, penilaian dan pengembangan) program di PKBM serta bertanggung jawab terhadap seluruh pelaksanaan program dan harta kekayaan lembaga.

5. Mitra (pemerintah, dunia industri, lembaga swadaya masyarakat, dan pihak terkait lainnya)

Mitra PKBM adalah pihak-pihak dari luar komunitas masyarakat, apakah berupa lembaga atau individu yang dengan kesadaran dan kerelaan turut berpartisipasi dan berkontribusi bagi keberlangsungan dan pengembangan PKBM. Jika digambarkan konsep PKBM adalah sebagai berikut.

Gambar

Sinergi Masyarakat dengan PKBM

D.

KOMUNITAS LAYANAN

Komunitas layanan PKBM adalah komunitas masyarakat yang menjadi sasaran pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat. Komunitas layanan dapat dilihat dari letak geografis (desa-kota, daerah terluar, terdalam, terasing), adat istiadat, sosial budaya, mata pencaharian dan latar belakang pekerjaan, keagamaan dan kepercayaan, situasi kedaruratan (bencana), dan komunitas khusus (anak jalanan, TKI, daerah konflik).

Referensi

Dokumen terkait

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sebagai salah satu bentuk pendidikan yang memberikan layanan pendidikan bagi masyarakat. Permasalahan dalam penelitian ini adalah 1)

Salah satu lembaga yang melaksanakan pendidikan luar sekolah adalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat atau di kenal dengan PKBM, dengan adanya PKBM di

Studi Tentang Organisasi PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) di kota Dumai tergolong baik, karena pengelola PKBM mengajarkan warga belajarnya untuk dapat hidup mandiri dan

Peranan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dalam Membentuk Karakter Siswa PKBM di Kelurahan Patangpuluhan Yogyakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu

Ketua Pengelola Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Harumsari (PKBM-HS) Kecamatan Jampangkulon Kabupaten Sukabumi, menerangkan dengan sebenarnya bahwa :. Nama

Kegiatan pengabdian pada masyarakat (PPM) dalam bentuk pelatihan yang telah dilakukan ini telah mampu membangun pemahaman baru dari para pengelola PKBM terkait

Beberapa prinsip dasar yang dapat dijadikan acuan dalam pengembangan dan menyusun program PKBM diantaranya adalah: a) program yang dikembangkan PKBM harus meluas

Beberapa prinsip dasar yang dapat dijadikan acuan dalam pengembangan dan menyusun program PKBM antara lain adalah: a) program yang dikembangkan PKBM harus meluas sehingga