MOTTO
“…Dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu
pengetahuan.” (QS. Thahaa[20]: 114).
“ Barang siapa keluar mencari ilmu, ia berada di jalan Alloh hingga
kembali.” ( HR. Imam Tirmidzi)
Apabila berangkat tiga orang dalam perjalanan, maka hendaklah mereka
mengangkat salah seorang di antara mereka menjadi pemimpin.” ( HR. Abu
Dawud).
Satu kali keteladan lebih baik dari pada seribu kali nasehat. (Penulis)
PERSEMBAHAN
Atas Karunia Alloh SWT
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
1. Ayah dan Ibuku terhormat yang tidak lupa dan tak pernah lelah mendo’akan
untuk keberhasilan penulis dalam menyusun karya ini.
2. Almamater tercinta UNY
3. Agama, Bangsa
PERAN KEPEMIMPINAN KETUA PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) DI PKBM NGUDI KAPINTERAN SEMANU
GUNUNGKIDUL
Oleh Rukiya NIM 09102249015
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Peran Kepemimpinan Ketua Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di PKBM Ngudi Kapinteran Semanu Gunungkidul, 2) Faktor pendukung dan penghambat peran ketua PKBM dalam mendorong kinerja tutor di PKBM Ngudi Kapinteran Semanu Gunungkidul.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan subjek penelitian ketua, staf dan tutor PKBM Ngudi Kapinteran Semanu Gunungkidul. Pembuktian keabsahan data dengan menggunakan teknik trianggulasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan langkah pengumpulan data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Peran kepemimpinan ketua PKBM diantaranya sebagai : koordinator (coordinator), perencana (planner), pengambil keputusan (polcy maker), tenaga ahli (expert), wakil kelompok dalam urusan luar
(external group representative), pemberi imbalan dan sanski (aspurpeyor of
rewards and punisment), arbritasi dan mediator (arbitrator and mediator),
teladan (example), simbol dan identitas kelompok (as a simbol of the group), pembenar (scapegoat). 2) Faktor pendukung peran ketua PKBM dalam mendorong kinerja tutor yaitu pertama semangat untuk berprestasi tinggi, kedua personalia kepengurusan masih muda- muda sehingga etos kerja tinggi dan ketiga personalia sebagain besar adalah pekerja sosial di masyarakat sehingga sudah terbiasa untuk bekerja giat. Faktor penghambat pertama adalah banyaknya aktivitas personalia di masyarakat sehingga manajemen waktu sangat sulit. Kedua banyaknya tenaga pengelola dan pendidik yang mengampu di lembaga sosial lainnya sehingga kurang fokus pada lembaga PKBM yang ada.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Alloh SWT, Pengatur dan pencipta alam semesta,
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah – Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas skripsi yang disusun sevagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kependidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang
telah memberikan fasilitas dan sarana sehingga proses studi saya lancar.
2. Bapak Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, yang telah memberikan
kelancaran dalam penulisan skripsi ini.
3. Bapak Lutfi Wibawa, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Dr.
Sujarwo, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II, yang telah berkenan
membimbing.
4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan
memberikan ilmu pengetahuan.
5. Ketua PKBM Ngudi Kapinteran Semanu Gunungkidul beserta staf jajarannya
atas ijin dan bantuan yang diberikan untuk penelitian.
6. Semua teman- teman mahasiswa PTK- PNF angkatan 2009 yang selalu
memberikan motivasi dalam menyelesaikan studi.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN ... ii
PERNYATAAN ... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Batasan masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik ... 8
1. Pengertian Peran... 8
2. Pengertian Ketua ... 11
3. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat a. Pengertian PKBM ... 12
c. Fungsi PKBM ... 14
c. Pendekatan teori sifat, perilaku, dan Hubungan Kepemimpinan . 26 1) Pendekatan teori sifat ... 26
2) Kepemimpinan Teori X dan Y ... 26
3) Penelitian Iowa University ... 28
4) Teori Kontinum Kepemimpinan ... 29
5) Teori Kisi Kepemimpinan ... 30
6) Teori kepemimpinan Kharismatik ... 32
d. Idealitas Pemimpin dan Kepemimpinan ... 34
B. Penelitian Yang Relevan ... 39
C. Kerangka Berpikir ... 40
D. Pertanyaan Penelitian ... 41
F. Teknik Aanalisis Data ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Lokasi Penelitian ... 51
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 57
C. Pembahasan ... 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 77
B. Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 81
LAMPIRAN ... 82
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1. Metode Pengumpulan Data... 47
2. Tabel 2. Profil Lembaga PKBM... 54
3. Tabel 3. Keadaan Ketenagaan PKBM... 56
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1. Kerangka Berfikir ... 40
2. Gamabr 2. Gedung Kantor PKBM ... 99
3. Gamabr 3. Wawancara I dengan Ketua PKBM ... 99
4. Gmabar 4, Wawancara II dengan Ketua PKBM ... 100
5. Gambar 5. Wawancara dengan Tenaga Administarsi ... 100
6. Gambar 6. Ketua PKBM Membuka Rapat ... 101
7. Gambar 7. Tutor Melaksanakan Pembelajaran ... 101
8. Gambar 8. Pembelajaran Ketrampilan KUM ... 102
9. Gambar 10. Ruang TI ... 103
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang
berdasarkan Pancasila dan Undang – undang Dasar Negara Republik
Indonesia dan tanggap akan perkembangan zaman (Undang- Undang No.20
Tahun 2003) Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Undang- Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, khususnya pasal 13 ayat 1 yang menyebutkan “jalur pendidikan
terdiri dari pendidikan formal, informal, dan non formal yang dapat saling
melengkapi dan memperkaya”. Lebih lanjut pasal 26 ayat 2 menjelaskan
bahwa: Pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
penambah dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat.Pernyataan ayat 2 di atas diperjelas pada ayat 3
yang menyatakan bahwa:
“Pendidikan nonformal meliputi pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan Keaksaraan, Pendidikan Kesetaraan, Pendidikan Kecakapan hidup ( Life Skill, Pendidikan Pemberdayaan Perempuan, Pendidikan kepemudaan, dan pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.”
Hal tersebut menunjukan antara pendidikan formal, informal,
nonformal mempunyai tugas yang saling menunjang dalam pencapaian tujuan
nasional. Pendidikan nonformal memberikan layanan pendidikan yang
berfungsi sebagai pengganti, penambah dan pelengkap pendidikan formal.
Pendidikan nonformal ini dikenal pula dengan istilah Pendidikan Luar
Sekolah (PLS). Pendidikan nonformal atau pendidikan luar sekolah
diselenggarakan baik oleh pemerintah (melalui berbagai departemen / dinas)
maupun lembaga masyarakat.
UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
khususnya pasal 13 ayat 1 yang menyebutkan “ jalur pendidikan terdiri dari
pendidikan formal, informal, dan non formal yang dapat saling melengkapi
dan memperkaya” Lebih lanjut pasal 26 ayat 2 menjelaskan bahwa:
Pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai, pengganti,
penambah dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung
“Pendidikan nonformal meliputi pendidikan anak usia dini, pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan, pendidikan kecakapan hidup (Life Skill), Pendidikan Pemberdayaan Perempuan, Pendidikan kepemudaan, pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.”
Pendidikan formal, informal, nonformal mempunyai tugas yang saling
menunjang dalam pencapaian tujuan nasional. Pendidikan nonformal
memberikan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah dan pelengkap pendidikan formal. Pendidikan nonformal ini
dikenal pula dengan istilah pendidikan luar sekolah (PLS). Pendidikan
nonformal atau pendidikan luar sekolah diselenggarakan baik oleh
pemerintah (melalui berbagai departemen/dinas) maupun lembaga
masyarakat.
Realitas dilapangan menunjukkan bahwa peran kepemimipinan ketua
PKBM masih sangat banyak dibutuhkan untuk membantu warga masayarakat
karena beberapa faktor tidak dapat melanjutkan ke pendidikan formal, tetapi
ternyata PKBM nampaknya belum mampu memberikan sumbangsih yang
memadai dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan luar sekolah. Banyak
indikator menunjukkan sulitnya pengelolaan lembaga tersebut untuk
mengoptimalisasikan program- program yang ada. Peran kepemimpinan
ketua PKBM belum sepenuhnya optimal sehingga staf dan tutor dalam
menjalankan programnya banyak yang belum terkases sehingga kesulitan
dalam melakukan kegiatan identifikasi program, melaksanakan kegiatan
pembelajaran sampai dengan pengevaluasian program yang ada. Dampak dari
diatasi, maka PKBM sebagai ujung tombak pelaksana kegiatan yang
mempunyai fungsi mendidik warga masyarakat akan dijahui dan bahkan
ditinggalkan oleh masyarakat, karena PKBM dianggap tidak tahu atau belum
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Peneliti mengambil penelitian di
PKBM Ngudi Kapinteran Semanu Gunungkidul karena PKBM tersebut
merupakan PKBM yang ada di wilayah tertinggal, PKBM Ngudi Kapinteran
Semanu Gunungkidul saat ini merupakan salah satu lembaga PKBM yang
dijadikan percontohan bagi lembaga PKBM lainnya dan semakin
meningkatnya layanan PKBM terhadap masyarakat yang membutuhkan akses
pendidikan di luar jalur persekolahan.
Proses kepemimpinan pengelola PKBM sangat penting, Karena kita
ketahui peran kepimimpinan dalam organisasi sangat penting dan tidak dapat
ditawar sebab pemimpin memegang Peran dalam menetukan tercapai atau
tidaknya tujuan organisasi. Seperti yang diungkapkan oleh Sondang P.
Siagian (1983: 3) bahwa:
“Demikian pentingnya peran kepemimpinan dalam usaha mencapai sesuatu tujuan sehingga dapat dikatakan sukses atau kegagalan yang dialami sebagian besar ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki oleh orang-orang yang diserahi tugas untuk memimpin dalam organisasi itu.”
Kunci untuk meningkatkan keefektifan kepemimpinan, adalah
keberanian untuk hidup berdasarkan visi yang kuat. Salah satu tema visi yang
paling sering dijumpai, yaitu membuat perbedaan dalam artian keunggulan.
nilai-diraih. Sebagian nilai yang paling memiliki sifat pemberdayaan diri adalah
integritas, kejujuran, kepercayaan, sikap optimis, tanggungjawab pribadi,
menghormati semua orang, dan terbuka terhadap perubahan. Nilai-nilai ini
membawa dampak mendalam terhadap kesehatan, kemakmuran, dan
kesuksesan hidup kita.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peran kepemimpinan ketua
PKBM dalam menjalankan perannya merupakan faktor yang mempengaruhi
dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi PKBM. Sehubungan dengan
keadaan itu penelitian tentang “ Peran Kepemimpinan ketua Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat (PKBM) di PKBM Ngudi Kapinteran Semanu” ini
dilakukan.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian dalam latar belakang masalah tersebut, maka peneliti
mengidentifikasi masalah yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Peran ketua dalam mengkoordinir (coordinator) para staf dan tutor di
PKBM Ngudi Kapinteran belum optimal.
2. Peran ketua dalam merencanakan (planner) program kegiatan masih belum
optimal
3. Ketua dalam menjalankan perannya sebagai teladan (example) belum
terlaksana dengan baik.
and punisment) belum optimal.
5. Peran ketua dalam pengambilan keputusan (polcy maker) optimal.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dan dengan
mempertimbangkan keterbatasan peneliti, penelitian ini dibatasi pada “
peran kepemimpinan ketua PKBM di PKBM Ngudi Kapinteran Semanu.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peran kepemimpinan Ketua PKBM Ngudi Kapinteran?
2. Apakah faktor pendukung dan penghambat peran ketua PKBM dalam
mendorong kinerja Tutor di PKBM Ngudi Kapinteran Semanu
Gunungkidul ?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui peran kepemimpinan Ketua PKBM Ngudi Kapinteran.
2. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat peran ketua PKBM
dalam mendorong kinerja Tutor di PKBM Ngudi Kapinteran Semanu
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapakan dapat menambah informasi untuk teori
dan konsep tentang kepemimpinan PKBM.
b. Hasil penelitian ini diharapakan dapat menambah wawasan tentang
peran kepemimpinan sutau lembaga khususnya pada lembaga PKBM
yang bergerak dibidang pendidikan luar sekolah.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi PKBM sebagai dasar
pertimbangan dalam kebijakan dan pemilihan ketua PKBM
selanjutnya.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Kajian Peran
Peran menurut Kamus besar Bahasa Indonesia mempunyi arti
sebagai berikut: “Peran adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu peristiwa atau bagian yang dimainkan
seseorang dalam suatu peristiwa” (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1996:
751). Peran dapat diartikan langkah yang diambil seseorang atau kelompok
dalam menghadapi suatu peristiwa.
Pengertian Peran Soerjono Soekanto dalam bukunya Sosiologi (suatu
pengantar) mengemukakan definisi Peran sebagai berikut:
“Peran lebih banyak menunjukan pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses, jadi tepatnya adalah bahwa seseorang menduduki suatu posisi atau tempat dalam masyarakat serta menjalankan suatu Peran” (Soerjono Soekanto, 1987: 221).
Kutipan dalam buku yang sama, lebih lanjut Soerjono Soekanto
(1987: 221) mengemukakan aspek-aspek peran sebagai berikut:
a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi
seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini merupakan rangkaian
peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan
masyarakat.
b. Peran adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh
c. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.
Peran yang dikemukakan di atas merupakan sebagai perilaku dari
individu. Peran yang dibahas dalam penelitian ini adalah merupakan
perilaku ketua suatu lembaga dan orang-orang didalamnya sebagai pengurus
dalam suatu lembaga .
Peran menurut Kamus besar Bahasa Indonesia mempunyi arti
sebagai berikut: “Peran adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu peristiwa atau bagian yang dimainkan
seseorang dalam suatu peristiwa.” (Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1996:
751). Peran dapat diartikan langkah yang diambil seseorang atau kelompok
dalam menghadapi suatu peristiwa.
Gross, Masson, dan McEachren mendefinisikan Peran sebagai
seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang
menempati kedudukan sosial tertentu. Harapan-harapan tersebut merupakan
imbangan dari norma-norma sosial dan oleh karena itu ditentukan oleh
norma-norma di dalam masyarakat. Selanjutnya Berry mengungkapkan
bahwa di dalam Peran terdapat 2 (dua) macam harapan, yaitu 1)
harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban dari
pemegang peran, dan 2) harapan-harapan yang dimiliki oleh si pemegang
peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang behubungan
dengannya dalam menjalankan perannya atau kewajiban-kewajibannya.
bertindak dengan cara-cara tertentu dan mengharapkan orang lain untuk
bertindak dengan cara-cara tertentu pula.
Menurut Soerjono Soekanto (2002: 2421) peran merupakan aspek
dinamis kedudukan(status) apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannya maka ia menjalankan suatu peran.
Konsep tentang peran (role) menurut Komarudin (1994: 768)
mengemukakan sebagai berikut.
a. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen
b. Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status
c. Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompokatau pranata
d. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang
ada padanya
e. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
Peran merupakan penilaian sejauh mana fungsi seseorang atau bagian
dalam menunjang usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan atau ukuran
mengenai hubungan 2 (dua) variabel yang merupakan hubungan sebab
akibat.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan
bahawa peran adalah tindakan yang dilakukan oleh individu atau
2. Kajian Ketua
Ketua berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia: “ orang yang
mengepalai atau memimpin” (Depdiknas, 2002 : 562). Dalam hal ini ketua
adalah orang yang mengepalai atau memimpin lembaga atau badan usaha.
S.P. Hasibuan (1996: 47) menyebutkan Manajer harus
melaksanakan tugasnya. Tugas-tugas manajer meliputi hal-hal sebagai
berikut:
a. Managarial Cycle adalah siklus “ pengambilan keputusan, perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, perincian, dan pelaporan”. Dengan
demikian tugas-tugas manajer adalah siklus yang berulang-ulang dari
pengambilan keputusan sampai menerima laporan.
b. Memotivasi, artinya seorang manajer harus dapat mendorong para
bawahannya untuk bekerja giat dan membina bawahan dengan baik,
sehingga tercipta suasana kerja yang baik dan harmonis.
c. Manajer harus berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan para
bawahannya supaya loyalitas dan partisipasinya meningkat.
d. Manajer harus dapat menciptakan suatu kondisi yang akan membantu
bawahannya mendapat kepuasan dalam pekerjaannya.
e. Manajer harus berusaha agar bawahannya bersedia memikul tanggung
jawab dalam melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik.
f. Manajer harus berusaha membina bawahannya, agar dapat bekerja
g. Manajer harus membenahi fungsi-fungsi fundamental manajemen
secara baik.
h. Manajer harus mewakili dan membina hubungan yang harmonis dengan
pihak-pihak luar.
i. Manajer harus bertanggung jawab atas keselamatan kerja para
bawahannya selama melakukan pekerjaan.
j. Manajer harus mengadakan pembagian kerja yang mengkoordinasi
tugas-tugas supaya terintegritas pada tujuan yang di inginkan.
k. Manajer harus bersedia menjadi penanggung jawab terakhir mengenai
hasil yang di capai dari proses manajeman itu.
Dari beberapa kajian diatas dapat disimpulkan bahwa Ketua adalah
orang yang memimpin suatu lembaga atau badan usaha.
3. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) a. Pengertian PKBM
Menurut Umberto Sihombing (1999: 38) PKBM adalah tempat
pembelajaran bagi masyarakat yang diserahkan pada pemberdayaan
potensi desa untuk menggerakkan pembangunan dibidang
pendidikan.Keberadaan PKBM sebagai agen perubahan (agent of
change) dalam penyelenggaraan program pendidikan masyarakat di
tingkat desa. Hal ini dimaksudkan karena selama ini program pendidikan
masyarakat dilaksanakan diberbagai tempat dan berpindah- pindah, maka
dilakukan kontrol hasil pembelajaran masayarakat terencana dan
terprogram untuk ditelusuri keberadaannya dan hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan dengan kemandirian masyarakat dapat tumbuh
kembang dan tidak tergantung pada pemerintah.
PKBM merupakan salah satu upaya yang dikembangkan dengan
tujuan yang jelas bagi kepentingan masyarakat untuk menimba ilmu yang
diperlukan. Memadukan program masyarakat terhadap kualitas
pendidikan warganya dan mengembangkan jaringan informasi dan
kemitraan dengan lembaga yang ada di dalam maupun di luar masyarakat
dalam penyelenggaraan kegiatan di PKBM.
b. Tujuan PKBM
Menurut Umberto Sihombing (1999: 69) hal yang perlu
dipertimbangkan dalam penentuan tujuan PKBM, yaitu:
1) Mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah yang
diarahkan pada keswadayaan masyarakat dalam meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan untuk mengembangkan perekonomian
keluarga masyarakat
2) PKBM mengembangkan program serta melibatkan dan
memanfaatkan potensi masyarakat.
3) Potensi yang ada di masyarakat yang selama ini tidak tergali akan
dapat digali, ditumbuhkan dan dimanfaatkan melalui pendekatan
4) Memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi langsung dari
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.
5) Program yang dilakukan diarahkan pada pengembangan
pengetahuan ketrampilan yang sesuai dengan kebutuhan sehingga
mampu meningkatkan ekonomi keluarga.
Dari beberapa kajian di atas dapat dirumuskan bahwa tujuan
PKBM adalah agar program- program yang dilaksanakan dapat diterima
oleh masyarakat sekitar umumnya dan warga belajar khususnya.
c. Fungsi PKBM.
Menurut Umberto Sihombing (1999: 110) PKBM sebagai
lembaga yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat. Secara
kelembagaan pada hakikatnya ada beberapa fungsi yaitu:
1) Sebagai tempat kegiatan belajar bagi warga belajar
2) Sebagai pusat berbagai potensi yang berkembang di masyarakat
3) Sebagai sumber informasi bagi masyarakat, PKBM menjembatani
masyarakat dengan sumnber informasi dari luar
4) Sebagai sumber informasi bagi masyarakat, PKBM menjembatani
masyarakat dengan sumber informasi dari luar
5) Sebagai ajang tukar menukar berbagai pengetahuan dan ketrampilan
fungsional antar warga beklajar
6) Sebagai tempat berkumpul bagi warga masyarakat yang ingin
PKBM merupakan pusat kegiatan belajar masyarakat, dikelola
oleh masyarakat untuk kepetingan masyarakat dan bukan milik
pemerintah, yang bertujuan untuk meningkatkan taraf kualitas hidup
masyarakat dengan memanfaatkan potensi- potensi yang ada di
masyarakat.
Tuntutan dan harapan terhadap peran PKBM dalam memenuhi
dan mengantisipasi kebutuhan belajar bagi warga belajar melalui
pendidikan non formal dari tahun ke tahun semakin meningkat dan
komplek baik kualitas dan kuantitas. Namun dari sisi penyelenggaraan
program yang belum mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini berarti
program pendidikan yang dilaksanakan selain memiliki kekuatan juga
memiliki kelemahan. Kelemahan tersebut karena latar belakang warga
belajar yang berbeda- beda baik dari sisi usia maupun dari sisi
kebutuhan, sehingga penyelenggaraannya sulit berjalan sesuai dengan
apa yang direncanakan, proses belajar mengajar belum berjalan
maksimal, kelanjutan program kurang terjamin. Dampaknya, hasil belajar
juga belum mencapai hasil yang diharapkan.
Dari beberapa kajian tersebut dapat dirumuskan bahwa fungsi
PKBM adalah tempat yang digunakan untuk kegiatan belajar bagi
d. Pengelolaan PKBM
1) Strategi Pengelolaan
Strategi dalam hal ini dimaksudkan sebagai kiat, atau cara
yang digunakan dalam mendinamisasikan keberadaan PKBM.
Pengelolaan PKBM merupakan aktivitas seluruh pengelola PKBM
yang sangat penting. Berhasil-tidaknya dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya banyak bergantung dari pengelola dalam hal ini ketua
PKBM dan jajarannya. PKBM merupakan intistusi memiliki yang
telah ditetapkan. Tujuan akan tercapai dengan efektif dan efisien
apabila pengelolaannya mantap, melalui perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian yang baik.
Menurut Umberto Sihombing (1999: 130) aspek dalam
mengelola PKBM dapat ditinjau dari empat fungsi manajemen, yaitu:
a) Perencanaan, yaitu proses menentukan apa- apa yang akan yang
akan dilakukan, siapa yang melakukan, bagaimana melakukannya,
kapan dilakukan, di mana dilakukan, pembiayaan terhadap
berbagai program pendidikan masyarakat yang akan dilaksanakan,
dengan tujuan agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik.
b) Pengorganisasian, yaitu mencakup strukur pengelolaan personel
serta tugas dan fungsi masing- masing anggotanya.
c) Pelaksanaan, yaitu merupakan operasionalisasi dari apa yang
d) Pengawasan yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menjamin bahwa
pelaksanaan program tidak menyimpang dari yang diharapkan.
2) Variasi Pengelolan PKBM
Dalam pelaksanaan pengelolaan PKBM sangat variatif ada
banyak kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu ada yang dirintis dan
dikelola oleh a) Petugas Dikmas, b) Petugas Dikmas bersama TLD, c)
Penilik Dikmas bersama toikoh masyarakat, d) Petugas Dikmas
dengan LSM, e) Pamong Belajar SKB, f) TLD sendiri, g) Tokoh
masyarakat sendiri, h) LSM, dan i) oleh perusahaan.
3) Pola Pembiayaan PKBM
Pola pembiayaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang
akan lebih banyak menggali potensi masyarakat perlu terus
dipertahankan dan dikembangkan sehingga suatu saat PKBM dapat
menjadi lembaga yang mandiri yang merupakan swadaya murni
masyarakat.
4) Program Prioritas
Program prioritas yang dikembangkan yakni Program yang
mengutamakan pelayanan pembangunan manusia seutuhnya yang
mampu memecahkan persoalan kebutuhan hidup masyarakat.
5) Materi Belajar dan Bahan
Bahan dan materi belajar yang baik adalah yang mampu
menggugah minat dan motivasi belajar dari pembacanya, dengan
melaksanakan pengetahuan yang telah diperoleh dari hasil bacaannya
untuk memenuhi keinginannya secara nyata.
Kegiatan yang diselenggarakan PKBM mengacu pada program
kerja yang telah dibuat oleh lembaga. Gagasan tersebut muncul karena
adanya tuntutan akan peningkatan mutu layanan pendidikan,
khususnya pendidikan luar sekolah, pemuda dan olah raga. Pendidikan
Luar Sekolah (PLS) sudah banyak mendapat pengakuan dari berbagai
pihak, hal ini bisa terlihat dari banyaknya berdiri kelompok –
kelompok belajar yang di laksanakan Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM) tapi apabila ditinjau dari aspek kualitasnya
hasilnya belum sesuai dengan tujuan yang diharapakan. Program
pendidikan yang dibuat oleh PKBM harus memiliki kualitas yang
unggul, sehingga patut dicontoh oleh masyarakat maupun lembaga
lain.
Paralel dengan keberhasilan penyelenggaraan pendidikan
non formal oleh PKBM, pengelolaan Tutor secara profesional
merupakan salah satu prasyarat yang harus terpenuhi.
Peningkatan kemampuan tutor kesetaraan belajar selalu berkejaran
dengan harapan masyarakat yang semakin meningkat. Dalam kondisi
ini, tutor dipacu untuk terus meningkatkan mutu dan kompetensi
profesionalisme.
tempat pembuatan percontohan dan pengendalian mutu dengan
harapan agar kegiatan PNF dapat berjalan dengan baik dan bermutu,
tetapi ternyata PKBM nampaknya belum mampu memberikan
sumbangan yang memadai dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan luar sekolah, pemuda, dan olahraga.
Banyak indikator menunjukkan sulitnya ketenagaan yang
ada untuk mengoptimalisasikan program-program PNF. Proses
kepemimpinan Pengelola PKBM belum sepenuhnya maksimal
sehingga Tutor banyak yang merasa kesulitan dalam melakukan
identifikasi program, melaksanakan kegiatan sampai dengan
mengevaluasi program yang ada. Dampak dari permasalahan
kinerja tutor kesetaraan di PKBM tersebut di atas, apabila tidak
segera diatasi, maka PKBM sebagai ujung tombak pelaksanaa
kegiatan yang mempunyai fungsi membimbing dan mendidik
warga masyarakat akan dijauhi dan bahkan ditinggalkan oleh
masyarakat, karena PKBM dianggap tidak atau belum dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat.
Kinerja tutor juga berkaitan erat dengan proses kepemimpinan
ketua PKBM, kepemimpinan mengingat akan pentingnya proses
kepemimpinan, maka berdasarkan kenyataan diatas maka
kepemimpinan yang baik di PKBM Ngudi Kapinteran Semanu
Gunung Kidul perlu ditingkatkan. Karena kita ketahui Peran
ditawar sebab pemimpin memegang Peran dalam menentukan tercapai
atau tidaknya tujuan organisasi.
Seperti yang diungkapkan oleh Sondang P. Siagian (1983: 3)
bahwa: Demikian pentingnya peran kepemimpinan dalam usaha
mencapai sesuatu tujuan sehingga dapat dikatakan sukses atau
kegagalan yang dialami sebagian besar ditentukan oleh kualitas
kepemimpinan yang dimiliki oleh orang-orang yang diserahi tugas
untuk memimpin dalam organisasi itu.
Kunci untuk meningkatkan keefektifan kepemimpinan, adalah
keberanian untuk hidup berdasarkan visi yang kuat. Salah satu tema
visi yang paling sering dijumpai, yaitu membuat perbedaan dalam
artian keunggulan. Hal lain yang tidak kalah penting adalah
serangkaian harga diri, nilai-nilai yang di dasarkan pada standar
kesempurnaan tertinggi yang mungkin diraih. Sebagian nilai yang
paling memiliki sifat pemberdayaan diri adalah integritas, kejujuran,
kepercayaan, sikap optimis, tanggungjawab pribadi, menghormati
semua orang, dan terbuka terhadap perubahan. Nilai-nilai ini
membawa dampak mendalam terhadap kesehatan, kemakmuran, dan
kesuksesan hidup kita.
Dengan latar belakang di atas maka peran kepemimpinan ketua
PKBM merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap tugas
masyarakat (PKBM) dalam mendorong kinerja tutor kesetaraan
pendidikan luar sekolah di PKBM Ngudi Kapinteran Semanu” ini
dilakukan.
4. Kepemimpinan
a. Pengertian Kepemimpinan.
Benis (1959) seperti yang dikutip oleh Imam Moedjiono (2002:
04). Kepemimpinan adalah sebagai proses di mana seseorang
mempengaruhi bawahannya untuk bertingkah laku sesuai dengan apa
yang diharapkannya.
Ordway Tead (1935) dalam Imam Moedjiono (2002: 04)
kepemimpinan sebagai aktivitas mempengaruhi orang lain untuk bekerja
sama dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan pemimpin adalah orang
yang dapat mempengaruhi perilaku orang lain untuk diajak bekerja sama
dalam mencapai tujuan.
b. Fungsi Manajerial
Manajer adalah orang yang menjalankan fungsi-fungsi
manajemen. Diantara beberapa fungsi yang dikemukakan oleh para ahli
itu adalah Terry. Fungsi-fungsi manajemen menurut Terry adalah
Planning, Organizing, Actuating, Coordinating. Henry Fayol juga
mengemukakan fungsi manajemen yang agak berbeda dengan Terry
perbedaan mendasar tentang fungsi-fungsi manajerial antara para ahli
tidak jauh berbeda. Perbedaan terjadi pada definisi masing-masing fungsi
dengan fungsi lain.
Definisi fungsi-fungsi manajer berdasar pendapat Fayol (dalam
Hani Handoko, 1983: 168) adalah:
1) Planning
Perencanaan dalam hal ini diartikan sebagai suatu proses
memberikan definisi aktivitas yang masuk dalam proses
perencanaan:
a) Cara manajemen merancang struktur formal untuk penggunaan
yang paling efektif.
b) Bagaimana organisasi memberikan pembagian tugas kepada
personil yang ditempatkan distruktur organisasi.
c) Hubungan antar fungsi-fungsi, jabatan dan tugas para karyawan.
d) Cara para pemimpin membagi tugas yang harus dilakukan
anggota tim/ karyawan.
2) Organizing
Organizing adalah proses pengorganisasian. Proses pengorganisasian
didefinisikan dalam lingkup:
a) Penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan.
b) Perancangan dan pengembangan organisasi atau kelompok kerja
d) Pendelegasian wewenang pada personil yang diberikan
tanggung jawab.
3) Staffing
Adalah proses penarikan karyawan untuk menjalankan tugas proyek
atau organisasi. Dalam penyusunan personalia ini terlebih dahulu
dibuat job description. Hal ini berguna untuk menentukan kriteria
orang dengan kualifikasi apa dapat menjalankan tugas yang akan
dijalankan.
4) Actuating
Adalah membuat atau mendapatkan karyawan apa yang diinginkan.
Pada proses ini karyawan yang telah diberikan job description
diarahkan untuk mencapai misi oeganisasi.
5) Coordinating
Adalah penemuan dan penerapan cara/ peralatan untuk menjamin
rencana sesuai dengan yang ditetapkan. Tugas manajer adalah
memastikan bahwa pelaksanaan sesuai dengan rencana.
Perbedaan antara kepemimpinan dan manajemen. Cung dan
Megginson (dalam Wuradji, 2009 : 4) membandingkan antara pemimpin
dan manajer dalam aspek – aspek sebagai berikut:
1) Pemimpin memiliki pengikut, tidak semua manajer adalah
pemimpin. Manajer memiliki bawahan untuk diperintah dan
2) Pemimpin dalam menanamkan pengaruhnya terhadap pengikutnya
menggunakan daya tarik emosional. Sementara manajer dalam
menggunakan pengaruhnya dengan menggunakan rasional yang
kurang personal. Manajer dalam mengambil keputusannya selalu
menggunakan kewenangan formal dan pertimbangan rasional,
sementara pemimpin dalam mengambil keputusan menggunakan
kewibawaan, sehingga pengikutnya dalam melaksanakan
keputusannya tersebut dengan penuh kesadaran.
3) Pemimpin selalu berusaha memenuhi kebutuhan dan perasaan
anggotanya. Baik manajer maupun pemimpin memiliki
tanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan kelompok atau anggota
organisasinya, tetapi manajer lebih berorientasi pada terlaksananya
tugas- tugas yang harus dilakukan bawahannya (task orientation),
sementara pemimpin berorientasi human relationship lebih
mementingkan pada upaya pemenuhan kebutuhan dan perasaan –
perasaan pengikutnya.
4) Kepemimpinan merupakan alat manajemen. Manajer
mengembangkan kepemimpinan untuk mempengaruhi karyawannya
dalam mencapai tujuan- tujuan organisasi.
Konsep ini menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan bagian
dari manajemen. Cung dan Megginson (Wuradji, 2009: 4) ada sejumlah
1) Pemimpin berperan sebagai koordinator terhadap kegiatan kelompok
(coordinator)
2) Pemimpin berperan sebagai perencana kegiatan (planner)
3) Pemimpin berperan sebagai pengambil keputusan (polcy maker),
baik karena atas pertimbangannya sendiri, maupun setelah
mempertimbangkan pendapat kelompoknya.
4) Pemimpin berperan sebagai tenaga ahli (expert) yang secara aktual
berperan sebagai sumber informasi dan pengetahuan bagi
kelompoknya.
5) Pemimpin berperan sebagai wakil kelompok dalam urusan luar
(external group representative), yang bertugas mewakili kelompok
dalam hubungannya dengan kelompok lain.
6) Pemimpin berperan sebagai pemberi imbalan dan sanksi (as
purpeyor of rewards and punisment).
7) Pemimpin berperan sebagai arbritrasi dan mediator (arbitrator and
mediator),khusunya dalam menyelesaikan konflik internal ataupun
perbedaan diantara para anggotanya.
8) Pemimpin berperan sebagai teladan (example) yang dijadikan model
perilaku yang dapat diteladani pengikutnya.
9) Pemimpin berperan sebagai simbol dan identitas kelompok (as a
symbol of the group)
10) Pemimpin berperan sebagai pembenar (scapegoat) yang akan
c. Pendekatan Teori Sifat, Perilaku, dan Hubungan Kepemimpinan
1) Pedekatan Teori Sifat
Teori sifat, menyatakan individu yang memiliki sifat – sifat
tertentulah yang dapat menjadi seorang pemimpin. Individu tersebut
lebih dikenal sebagai orang yang super (great man). Teori ini
menegaskan ide bahwa ada beberapa individu dilahirkan memiliki
sifat – sifat tertentu yang secara alamiah menjadikan mereka seorang
pemimpin.
2) Kepemimpian Teori X dan Y
Mc Gregor menegaskan bahwa ada asumsi – asumsi yang
diyakini oleh pemimpin tentang manusia yang bersifat bipolar, dan
asumsi pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku dan tindakannya.
Kedua jenis ini dinamakan teori X dan Y yang masing – masing teori
ini menegaskan dua perbedaan keyakinan pemimpin didalam menilai
manusia.
Asumsi Teori X dapat dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Pemimpin memandang bawahan sebagai orang yang berpendapat
bahwa pekerjaan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan dan
berusaha dihindarinya
b) Pemimpin memandang bawahan sebagai orang yang lebih suka
diperintah dan seringkali harus dipaksa harus melakukan
c) Pemimpin memandang bawahan sebagai orang yang tidak
ambisius, tidak ingin maju, malas, dan tidaka menginginkan serta
menghindari tanggungjawab
d) Pemimpin memandang bawahan sebagai orang yang dimotivasi
terutama oleh kebutuhan pokok
e) Pemimpin memandang bawahan sebagai ornga yang harus
dikendalikan dengan ketat dab mengangap bawahan tidak mampu
meyelesaikan masalah yang dihadapinya di dalam organisasi tanpa
bantuan pemimpin
Asumsi Teori Y secara ringkas diuraikan sebagai berikut :
a) Pemimpin memandang bawahan sebagai orang yang berpendapat
bahwa pekerjaan adalah sesuatu menyenangkan dan alamiah
b) Pemimpin memandang bawahan sebagai orang yang mempunyai
penegndalian diri dan pengawasan diri jika mereka terlibat pada
pekerjaannya
c) Pemimpin memandang bawahan sebagai orang yang memiliki
ambisi, ingin maju, dan menginginkan tanggungjawab dan
melaksanakan secara baik
d) Pemimpin memandang sebagai orang yang dimotivasi, terutama
oleh kebutuhan yang lebih tinggi seperti kebutuhan untuk
berprestasi, mendapatkan pengakuan, dan mengaktulaisasikan
e) Pemimpin memandang bawahan sebagai orang yang mampu
menyelesaikan masalaha dalam organisasi secara mandiri,
bertanggungjawab dan kreatif sehingga tidak membutuhkan
pengawasan secara ketat
3) Penelitian Iowa University
Pendekatan perilaku menegaskan bahwa jika seseorang dapat
mengadopsi perilaku yang tepat, maka dia akan mampu menjadi
pemimpin. Pendekatan ini menekankan objektivitas sehingga unsur
yang paling nyata dari seorang pemimpin adalah bagaimana dia
bertindak dan beraktivitas. Dengan melihat perilaku yang
dimunculkan oleh seorang pemimpin, maka kita bisa mempelajari
fenomena kepemimpinan yang lebih efektif.
Penelitian pertama dilakukan oleh Ronalld Lipipit, Talph K
White yang menghasilkan tiga gaya kepemimpinan yaitu autokratis,
laissez faire dan demokratis. Pemimpin yang autokratis digambarkan
sebagai pemimpin yang memegang kekuasaan secara penuh,
kekuasaanya bersifat sentralistik, menekankan kekuasaan jabatan,
dilaksanakan dengan paksaan serta memegang sistem pemberian
hadiah dan hukuman
Pemimpin yang demokratis digambarkan sebagai pemimpin
yang mendelegasikan wewenang pada bawahan, mendorong
menyelesaikan tugasnya dan memperoleh penghargaan melalui
kekuasaan pengaruh bukan jabatan.
Pemimpin yang laissez faire lebih menekankan kepada
kebebesan penuh pada bawahan untuk melakukan apa saja, pemimpin
jenis ini sebenarnya tidak memberikan kepemimpinan pada
kelompoknya.
4) Teori Kontinum Kepemimpinan
Perilaku pemimpin dapat muncul dalam sebuah kontinum yang
merefleksikan jumlah yang berbeda dari partisipasi bawahan.
Pusat kontinum berada antara boss centered sampai sub ordinat
centerd, jarak antara bos centered dan sub ordinat centered trgantung
pada keadaan situasi organisasi dan pemimpin menyesuaikan perilaku
mereka agar sesuai dengan situasi organisasi.
Jika waktu membebani pemimpin dan bawahan terlalu lama
untuk belajar mengambil keputusan , maka pemimpin cenderung
menggunakan gaya aotukratis. Sebaliknya, jika bawahan mampu
bawahan untuk belajar mengambil keputusan secara cepat, maka
pemimpin cenderung menggunakan gaya partisipatif. Selain itu
semakin besar perbedaan kemampuan yang dimiliki antara bawahan
dengan pemimpin, maka pemimpin akan semakin banyak
5) Teori Kisi Kepemimpinan
Teori ini menghasilkan dua dimensi perilaku pemimpin,
dimana interaksi keduanya akan menghasilkan lima macam gaya
kepemimpian. Dimensi tersebut adalah berorientasi pada orang
(concern for people) dan berorientasi pada hasil (concern for result).
Pemimpin yang lebih berorinetasi pada orang akan cenderung
mempertahankan hubungan baika jika terjadi konflik. Pemimpin lebih
dekat dengan bawahan, bersikap hangat, mau berkomunikasi secara
terbuka dengan bawahan.
Pemimpin yang berorientasi pada tugas akan
mengesampingkan hubungan baik dengan bawahan, dan menegaskan
bahwa tugas – tugas harus dikerjakan dengan baik . Pemimpin
menetapkan tujuan prestasi kerja lebih tinggi dan selalu memaksa
bawahan untuk mencapainya.
Kedua dimensi teori kepemimpian tersebut dinamakan sebagai
teori kisi kepemimpinan (the leadership grid). Kisi kepemimpinan
menghasilkan lima macam gaya kepemimpinan yang berdasarkan
pada perbandingan besarnya dua orientasi yang dimiliki seorang
pemimpin. Gaya tersebut adalah :
a) Gaya manajemen pengalah (impoverished style). Gaya ini ditandai
dengan kurangnya perhatian terhadap produksi, pemimpin
menerima keputusan orang lain. Pemimpin gaya ini kurang
memiliki pendirian dan ketegasan yang kuat.
b) Manajemen santai (country club style). Pemimpin jenis ini lebih
menekankan perhatian tinggi pada hubungan dan kebutuhan
manusia, dan tidak berorientasi pada produksi dan penyelesain
tugas. Pemimpin gaya ini lebih suka menerima ide,
gagasan/pendapat orang lain tanpa melakukan kritik terhadap
ide/gagasan tesebut
c) Gaya pertengahan (midle-of-the- road style), gaya ini ditandaioleh
perhatian yang seimbang antara produksi dan manusia.
d) Gaya ketundukan otoritas atau gaya kerja (authority compliance),
pemimpin jenis ini ditandai dengan perhartian yang tinggi terhadap
peyelesian tugas dan produksi.
e) Gaya tim (team style), pemimpin jenis ini ditandai oleh perhatian
yang tinggi terhadap tugas dan manusia. Pemimpin tim ini sangat
menghargai keputusan yang logis dan kreatif sebagai hasil dari
pengertian dan kesepakatan anggota organisasi. Pemimpin tim
mendengarkan dan mencari gagasan, pendapat dan sikap yang
berbeda dari yang dianutnya. Pemimpin tim mampu menunjukan
kebutuhan akan saling mempercayai, saling menghargai, dan juga
6) Teori Kepemimpianan Kharismatik
Teori ini berlandaskan keyakinan bahwa pemimpin yang
kharismatik mempunyai kekuatan supernatural, kekuatan yang tidak
tampak , mengandung kekuatan magis melalui pancaran pribadi
menyeluruh san pemimpin yang mempengaruhi bawahan yang secara
sangat luar biasa . Pengaruh yang luar biasa ini dapat dilihat dari
pengorbanan yang diberikan para pengikut untuk pribadi sang
pemimpin.
Counger dan Kanungo dalam Wuradji (2009: 26) menyebutkan
kepemimpinan kharismatik adalah kepemimpinan yang meyatakan
bahwa para pengikut memiliki keyakinan bahwa pemimpin mereka
diakui memiliki kemampuan luar biasa.
Pemimpin kharismatik sebagaimana ditunjukkan oleh hasil
studi Conger dan Kanungo menyimpulkan sejumlah karakteristik
pemimpin kharismatik yang dilengkapi dengan sejumlah keunggulan
sebagai berikut:
a) Percaya diri
b) Memiliki sikap radikal dalam menyelesaikan masalah
c) Visioner, yaitu memiliki pandangan jauh ke depan
d) Memiliki keberanian mengambil resiko atas keputusan yang
diambil
f) Memiliki kemauan keras dalam merialisasikan visinya
g) Responsif terhadap tuntutan lingkungan
h) Pikiran dan idenya selalu cemerlang
i) Prilakunya dikagumi pengikutnya.
Congo & Kanungo (dalam Wuradji 2009: 29) menyimpulkan
sejumlah ciri kepemimpinan kharismatik sebagai self-confidentce
yaitu memiliki kemampuan tinggi dan meyakinkan dalam
memberikan penilaian atau pertimbangan mengenai suatu masalah,
misalnya:
a) a vission: adalah visioner, memiliki idiealisme tinggi, memiliki
keyakinan bahwa masa depan harus lebih baik daripada sekarang
apabila kita mampu meraihnya;
b) ability to articulate the vision: mampu menjelaskan secara
gamblang, dengan kata- kata yang menarik sehingga pengikutnya
mudah memahami dan menerima ide dan visinya tersebut
c) strong convictionabout the vision: memiliki komitmen kuat,
memiliki keberanian dalam mengambil keputusan dan konsekuen
atas resiko yang akan terjadi dari keputusannya
d) behavior that is out of the ordinary: perilaku yang diperlihatkan
tersebut adalah prilaku yang berada di luar kewajaran manusia pada
umumnya
e) perceivedas being a change agent: menempatkan diri sebagai agen
f) environment sensitivit: sangat tanggap terhadap masalah- masalah
dan tantangan lingkungan;
d. Idealitas Pemimpin dan Kepemimpinan
Menurut Stephen Covey dalam Antonio (2007: 20) disebutkan
bahwa konsep pemimpin harus memiliki empat fungsi yaitu sebagai
perintis (pathfinding), penyelaras (aligning), pemberdaya (empowering),
dan panutan (modeling).
a) Fungsi perintis (pathfinding) mengungkapkan bagaimana upaya sang
pemimpin memahami dan memenuhi kebutuhan utama para
stakeholdernya, misi dan nilai – nilai yang dianutnya, serta berkaitan
dengan visi dan strategi, yaitu kemana perusahaan/organisasi akan
dibawa dan bagaimana caranya agar sampai kesana.
b) Fungsi penyelaras (aligning) berkaitan dengan bagaimana pemimpin
menyelaraskan keseluruhan sistem dalam organisasi perusahaan agar
mampu bekerja dan saling sinergis. Sang pemimpin harus memahami
betul apa saja bagian – bagian dalam sistem organisasi perusahaan,
kemudian ia mampu menyelaraskan bagian – bagian tersebut agar
sesuai dengan strategi untuk mencapai visi yang telah digariskan.
c) Fungsi pemberdayaan (empowering) berhubungan dengan upaya
pemimpin untuk menumbuhkan lingkungan agar setiap orang dalam
organisasi perusahaan mampu melakukan yang terbaik dan selalu
d) Fungsi panutan (modeling) mengungkap bagaimana agar pemimpin
dapat menjadi panutan bagi para karyawannya, bagaimana ia
bertanggungjawab atas tutur kata, sikap, perilaku dan keputusan yang
diambilnya
Pendapat lain diungkapakan oleh Keith David dalam
Moedjiono (2002) merumuskan empat sifat umum yang nampaknya
mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi
yaitu:
a) Kecerdasan
b) Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial. Pemimpin cenderung
matang dan mempunyai emosi yang stabil, serta mempunyai
perhatian yang luas terhadap aktivitas – aktivitas sosial, pemimpin
mempuyai keinginan menghargai dan dihargai
c) Motivasi diri dan dorongan berprestasi. Para pemimpin relatif
mempunyai dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi.
d) Sikap – sikap hubungan manusia
Menurut Herman Finer seperti dikutip Moedjiono (2002)
disebutkan sifat – sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin dalam
proses kepemimpinan ada sembilan macam yang disebut dengan “the
nine C, yaitu:
a) Consciounes (kesadaran), memiliki fakta – fakta, pengetahuan yang
b) Coherence (kemampuan mengkait – kaitkan) yaitu, tidak cukup
hanya memiliki pengetahuan saja, tetapi lebih penting mampu
menghubungkan barbagai cabang ilmu yang diperlukan bagi
tugasnya.
c) Constanty (kemantapan), kemantapan pendirian dan kukuh dalam
kemauan sehingga mampu mengarahkan kelompoknya mengatasi
masalah-masalah yang dihadapi.
d) Conviction (keyakinan), suatu ketetapan hati, tekad dan keyakinan
yang konstruktif dan positif untuk dilaksanakan.
e) Creativeness (daya cipta), kreatif menemukan dan menerapkan
kebijaksanaan sesuai dengan waktu dan keadaan dan mewujudkan
tujuan.
f) Conscientousness (kecermatan), cermat dalam mengerjakan tugas
dan wewenangnya.
g) Courage (keberanian), suatu kekuatan moril untuk bertindak dalam
menghadapi orang dan berbagai situasi, berani untuk mengatakan
sesuatu, menolak permintaan, menghukumnya walaupun mungkin
hal – hal tersebut bertentangan dengan perasaannya sendiri.
h) Captication (daya pemikat), yaitu sesuatu yang dapat memikat atau
menarai, misalnya gaya berpidato dan gaya penampilan.
i) Cleverness (kepandaian/ketrampilan), memiliki pengetahuan yang
Blake dan Mouton menawarkan enam elemen yang dianggap
dapat menggambarkan efektifnya suatu kepemimpinan, yaitu :
a) Inisiatif. Seseorang pemimpin mengambil inisiatif apabila ia
melakukan suatu aktivitas tertentu, memulai sesuatu yang baru atau
mengehentikan sesuatu untuk dikerjakan.
b) Inquiry (Menyelidik). Pemimpin membutuhkan informasi yang
komprehensif mengenai bidang yang menjadi tanggungjawabnya.
Untuk keperluan itu ia perlu mempelajari latarbalakang suatu
masalah, prosedur-prosedur yang harus ditempuh, dan tentang orang
– orang yang telibat dalam pekerjaan yang dibidanginya.
c) Advocacy (Dukungan dan Dorongan). Aspek memberi dorongan dan
dukungan sangat pentingbagi kepemimpinan seseorang karenasering
timbul keraguanatau kesulitan mengambil kesimpulan diatara para
eksekutif dalam satu organisasi atau adanya ide yang baik tetapi
yang bersangkuatan kurang mampu mempertahankan.
d) Conflict Solving (Memecahkan Masalah). Apabila timbul konflik
dalam organisasi maka menjadi kewajiban bagi pemimpin untuk
menyelesaikannya dengan musyaewarah dan mufakat.
e) Decision Making (pengambilan keputusan). Keputusan yang dibuat
hendaknya keputusan yang baik, tidakmengecewakan atau tidak
membuat orang frustasi, yaitu keputusan yang meberi keuntungan
lahirnya keputusan yang dibuat sendiritanpa peran serta dari elemen
yang lain.
f) Critique (Kritik). Kritik disini diartikan sebagai mengevaluasi,
menilai, dan jika sesuatu yang telah dilakukan iu baik maka tindakan
serupa untuk masa yang akan datang sebaiknya tetap dijalankan.
Kritik seharusnya cennderung berorientasi pada pekerjaan sehingga
orang belajar bagaimana meningkatkan keefektifan.
Beberapa atribut kepemimpinan yang dirangkum Gardner adalah:
a. Vitalitas fisik dan stamina
b. Intelegensia
c. Kemauan menerima tanggung jawab
d. Kempetensi penugasan
e. Mamahami kebutuhan orang lain
f. Terampil berurusan dengan orang lain
g. Ingin berhasil
h. Kemampuan memotivasi
i. Keberanian, keteguhan, dan ketahanan pribadi
j. Kemampuan memenangkan kepercayaan
k. kemampuan untuk megelola, memutuskan dan menetapakan prioritas
B. Penelitian Yang Relevan
a. Frenky. A.Mahendra (2010: 79) tentang Peran Kepemimpinan Sanggar
Kegiatan Belajar (SKB) Dalam Meningkatkan Kinerja Pamong belajar di
SKB Gunungk idul, dalam pelaksanaan proses kepemimpinan kepala SKB
dalam menjalankan perannya menggunakan pendekatan kepemimpinan
demokratis. Pemimpin yang demokratis menekankan sebagai pemimpin
yang mendelegasikan wewenang pada bawahan, mendorong partisipasi
bawahan, menekankan kemampuan bawahan dalam menyelesaikan
tugasnya dan memperoleh penghargaan melalui kekuasan pengaruh bukan
jabatan.
b. Penelitian Ulfah Umurohmi ( 2007: 48 ) tentang peran kepemimpinan
disebutkan bahwa Peran Kepala Sekolah adalah sebagai leader, manager,
supervisor. Dengan peranannya tersebut maka Kepala Sekolah mempunyai
tugas dalam memberdayakan guru antara lain memberikan motivasi,
mendukung dan mengembangkan sumber daya tenaga pendidikan dengan
melibatkan dan memberikan kesempatan untuk mengembangkan
profesionalime dalam menjalankan fungsinya.
Beberapa penelitian ini relevan dan dapat digunakan sebagai acuan
dalam penelitian ini. Karena dalam penelitian tersebut diatas tentang
kepemimpinan yang di dalamnya membahas peran, efektifitas, dan gaya
kepemimpinan yang dapat dijadikan sebagai referensi dalam penelitian
terutama dalam pengambil keputusan, membangun tim dan mengendalikan
konflik.
C. Kerangka Berpikir
Proses kepemimpinan pengelola PKBM sangat penting, dan sangat
berpengaruh besar terhadap keberlangsungan pengelolaan program yang di
laksanakan lembaga, mengingat pentingnya proses kepemipinan maka
berdasarkan kenyataan tersebut bahwa Peran kepemimpinan dalam organisasi
sangat penting dan tidak dapat ditawar lagi, karena pemimpin memegang
Peran dalam menentukan tercapai atau tidaknya tujuan organisasi.
Kerangka berpikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Idealitas Pemimpin
Pimpinan PKBM
Visi, Misi, Tujuan,
Kelengkapan,
Organisasi
coordinator, planner, polcy maker, expert, external group
representative, as pupeyor of reward and punisment, arbitrator and mediator, exemple, as a symbol of the
group, scapegoat
D. PertanyaanPenelitian
Agar penelitian ini benar-benar memungkinkan fakta-fakta yang ada
dan dapat memecahkan permasalahan pada BAB I mengenai Peran
Kepemimpinan Ketua PKBM, maka peneliti merumuskan beberapa
pertanyaan penelitian, yaitu:
1. Apakah peran Ketua PKBM Ngudi Kapinteran Semanu selama ini ?
2. Apa saja yang dilaksanakan Pimpinan Ketua PKBM Ngudi Kapinteran
dalam peran sebagai koordinator program lembaga?
3. Apa yang telah dilaksanakan Pimpinan PKBM dalam peran sebagai orang
yang merencanakan program (planner)?
4. Apa yang dilaksanakan Pimpinan PKBM dalam perannya sebagai
pengambil keputusan di PKBM?
5. Apa yang dilaksanakan ketua PKBM dalam perannya sebgai wakil dari
kelompok dalam urusan luar?
6. Apa yang dilaksanakan ketua PKBM dalam menjalankan perannya sebagi
pemberi imbalan dan sanksi kepada staf dan tutor di PKBM?
7. Apa yang dilaksanakan ketua PKBM dalam menjalankan perannya
sebagai tenaga ahli dan sumber informasi di PKBM?
8. Apa peran kepemimpinan ketua PKBM dalam menjalankan visi misi
PKBM?
9. Apa yang dilaksanakan ketua PKBM dalam peran sebagai mediator dalam
10.Apa yang telah dilaksnakan ketua PKBM dalam menjalankan perannya
sebagai teladan (example) yang dijadikan model perilaku yang dapat
diteladani pengikutnya di lembaga PKBM?
11.Apa yang telah ketua laksanakan dalam menjalankan perannya sebagai
simbol dan identitas kelompok di PKBM?
12.Apa yang ketua laksanakan dalam menjalankan perannya sebagai
pembenar (scapegoat) di PKBM?
13.Fasilitas dan kesempatan apa yang diberikan Pimpinan PKBM kepada
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian dengan mengunakan pendekatan kualitatif yaitu
pendekatan dengan cara memandang objek penelitian sebagai suatu sistem,
artinya objek kajian dilihat sebagai satuan yang terdiri dari unsur yang saling
terkait dan mendiskripsikan fenomena – fenomena yang ada (Suharsimi A,
1998: 209).
Bogdan dan Taylor (Moeleong, 2001: 3) mendefinisikan metode
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang
dapat diamati.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif karena
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini tidak berkenaan dengan
angka-angka tetapi berupa kata-kata baik tertulis maupun lisan. Peneliti
bermaksud mendiskripsikan, menguraikan dan menggambarkan bagaimana
kepemimpinan Ketua PKBM dalam meningkatkan kinerja tutor kesetaraan.
B. Informan Penelitian
Informan sebagai sumber data adalah orang – orang yang dapat
memberikan informasi yang selengkap – lengkapanya. Dalam penelitian ini
ukuran dan jumlahnya. Dalam menentukan kriteria informan pada penelitian
kualitatif adalah sebagai berikut:
1. Informan sudah cukup lama dan itensif menyatu dalam kegiatan atau
bidang kajian peneliti.
2. Informan terlibat penuh dalam kegiatan bidang tersebut
3. Informan mempunyai waktu yang cukup untuk dimintai informasi
Dalam penelitian ini , yang menjadi informan adalah Ketua PKBM
Ngudi Kapinteran Semanu Gunungkidul, Ketua PKBM Ngudi Kapinteran
Semanu, satf dan tutor. Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan
sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber sehingga data
yang diperoleh dapat diakui kebenarannya.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian Peran Kepemimpinan Ketua PKBM di PKBM Ngudi
Kapinteran Semanu Gunungkidul, dilaksanakan pada bulan Oktober –
Desember 2012 Lokasi penelitian ini bertempat di PKBM Ngudi Kapinteran
Semanu, Gunungkidul.
D. Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa macam teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
suatu penelitian, teknik yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:
Teknik Observasi ini merupakan kegiatan dilaksanakan untuk
mengamati dan melakukan pencatatan secara sistematis terhadap gejala-
gejala yang tampak pada objek penelitian.
Dengan fokus observasi terhadap 3 komponen utama yaitu ruang
(tempat, aktor/pelaku) dan aktivitas (kegiatan). Dalam penelitian ini yang
dimaksud dengan ruang (tempat) merupakan aspek fisik yang meliputi
gedung kantor dan ruang kerja dimana para tutor kesetaraan berintekasi
dengan rekan kerja lain, actor (pelaku) dalam kaitan penelitian ini adalah
orang – orang yang menjadi bagian dari sebuah organisasi PKBM yaitu
tutor kesetaraan, pimpinan atau Ketua PKBM, dan warga belajar binaan
PKBM Ngudi Kapinteran Semanu, sedangkan aktivitas (kegiatan)
merupakan kegiatan aktor dalam kaitannya menjalankan tugas pokok dan
fungsi di PKBM Ngudi Kapinteran Semanu
2. Teknik Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
dilakukan langgsung oleh peneliti terhadap informan. Teknik wawancara
ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang akurat serta untuk
memperluas informasi yang didapat dari sumber lain. Dalam
melaksanakan wawancara ini pertanyaan – pertanyaan diajukan pada
informan diajukan dalam konteks tertentu dan memfokuskan pada hal –
hal yang berkaitan dengan penelitian.
Wawancara dilakukan untuk meminta penjelasan secara langsung
ketua Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat dalam mendorong Kinerja Tutor
Pendidikan Luar Sekolah Di Lingkungan Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM) Ngudi Kapinteran Semanu, yaitu Tutor kesetaraan,
Pimpinan atau ketua PKBM Ngudi Kapinteran Semanu, dan warga belajar
binaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Ngudi Kapinteran
Semanu.
Proses wawancara dilakukan dengan terlebih dahulu mepersiapkan
pedoman wawancara dengan model pertanyaan terbuka, tidak kaku,
fleksible, dan disampaikan secara formal maupun informal. Pedoman
wawancara tersebut (terlampir), disusun dan digunakan sebagai arah agar
wawancara terfokus pada peran kepemimpinan ketua Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat (PKBM) di PKBM Ngudi Kapinteran
3. Teknik Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dukumentasi adalah
pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen – dokumen. Data yang
dikumpulkan dengan teknik dokumentasi ini cenderung merupakan data
sekunder, sedangkan data – data yang dikumpulkan dengan teknik
observasi, wawancara cenderung merupakan data primer atau data
langsung yang didapat dari pihak pertama.
Fungsi dari pengunaan metode ini adalah memperoleh data tertulis
yang meliputi: sejarah PKBM Ngudi Kapinteran Semanu, data ketenagaan,
Adapun metode pengumpulan data dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 1. Metode Pengumpulan Data
No Aspek Sumber data
- External group representative
- As prupeyor of reward and punisment
- Arbitrator and mediator
- Example
pendudukung dan penghambat peran kepemimpinan ketua PKBM dalam mendorong kinerja tutor.
Ketua, staff
E. Keabsahan Data
Teknik keabsahan data yang diperoleh dengan menggunakan teknik
triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
digunakan dalam penelitian ini dengan memanfaatkan penggunaan sumber,
metode, dan teori.
Triangulasi dengan memanfaatkan sumber yaitu membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan informasi atau data yang diperoleh
melalui alat dan waktu yang berbeda dalam metode kualitatif. Langkah yang
digunakan dengan jalan membandingkan data hasil pegamatan dengan data
hasil wawancara serta membandingkan hasil wawancara dengan isu suatu
dokumen.
Triangulasi dengan memanfaatkan metode yaitu mengecek derajat
kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Dalam
penelitain ini peneliti membandingkan informasi yang diperoleh informan
yang satu dengan informan yang lainnnya.
F. Teknik Analisis Data
Data yang dikumpulkan melalui penelitian ini dikelompokan menjadi
dua bagian yaitu data utama dan data pendukung. Data utama diperoleh
melalui informan, yaitu orang – orang yang terlibat langgsung dalam kegiatan
sebagai fokus penelitian. Sedangkan data pendukung bersumber dari
dokuman – dokumen berupa catatan, rekaman, gambar atau foto serta
bahan-bahan lain yang dapat mendukung penelitian ini.
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah dalam bentuk
kata-kata atau ucapan dari perilaku orang – orang yang diamati dalam
Menurut Lofland (Moleong, 2001: 112). Kaitan dalam penelitian ini sumber
data utama yaitu manusia (tutor kesetaraan, pimpinan PKBM, serta warga
belajar), Sedangkan sumber data tambahan adalah dokumentasi yang
berkaitan dengan proses kepemimpinan Ketua PKBM.
Penelitian ini mengunakan analisis data kualitatif interaktif yang
merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus menerus, penyajian data
dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Siklus tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut. Langkah – langkah analisis data model intektif ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada pada
penyederhanaan dan tranformasi data kasar yang muncul di lapangan.
Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasi data yang sedemikian rupa sehingga kesimpulan–
kesimpulan finalnya dapat ditarik.
2. Penyajian data yaitu sekumpulan informasi yang tersusun memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Dengan melihat penyajian – penyajian, dapat memahami apa yang sedang
terjadi dan apa yang dilakukan lebih jauh, menganalisis atau mengambil
tindakan berdasarkan atas pemahaman yang diperoleh dari penyaji.
3. Menarik kesimpulan atau verifikasi yaitu sautu kegiatan konfigurasi yang
utuh. Tahap ini peneliti mencari makna dari data yang diperoleh dengan
muncul ke dalam satu kesatuan informasi yang mudah dipahami,
ditafsirkan dan dikatagorikan sesuai dengan masalahnya. Dari data atau
informasi yang didapatnya mencoba mengambil kesimpulan untuk