• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN KEPEMIMPINAN KETUA PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) DI PKBM NGUDI KAPINTERAN SEMANU GUNUNGKIDUL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN KEPEMIMPINAN KETUA PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) DI PKBM NGUDI KAPINTERAN SEMANU GUNUNGKIDUL."

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

ƒ “…Dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu

pengetahuan.” (QS. Thahaa[20]: 114).

ƒ “ Barang siapa keluar mencari ilmu, ia berada di jalan Alloh hingga

kembali.” ( HR. Imam Tirmidzi)

ƒ Apabila berangkat tiga orang dalam perjalanan, maka hendaklah mereka

mengangkat salah seorang di antara mereka menjadi pemimpin.” ( HR. Abu

Dawud).

ƒ Satu kali keteladan lebih baik dari pada seribu kali nasehat. (Penulis)

(7)

 

PERSEMBAHAN  

Atas Karunia Alloh SWT

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

1. Ayah dan Ibuku terhormat yang tidak lupa dan tak pernah lelah mendo’akan

untuk keberhasilan penulis dalam menyusun karya ini.

2. Almamater tercinta UNY

3. Agama, Bangsa

   

(8)

PERAN KEPEMIMPINAN KETUA PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) DI PKBM NGUDI KAPINTERAN SEMANU

GUNUNGKIDUL

Oleh Rukiya NIM 09102249015

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Peran Kepemimpinan Ketua Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di PKBM Ngudi Kapinteran Semanu Gunungkidul, 2) Faktor pendukung dan penghambat peran ketua PKBM dalam mendorong kinerja tutor di PKBM Ngudi Kapinteran Semanu Gunungkidul.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan subjek penelitian ketua, staf dan tutor PKBM Ngudi Kapinteran Semanu Gunungkidul. Pembuktian keabsahan data dengan menggunakan teknik trianggulasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan langkah pengumpulan data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Peran kepemimpinan ketua PKBM diantaranya sebagai : koordinator (coordinator), perencana (planner), pengambil keputusan (polcy maker), tenaga ahli (expert), wakil kelompok dalam urusan luar

(external group representative), pemberi imbalan dan sanski (aspurpeyor of

rewards and punisment), arbritasi dan mediator (arbitrator and mediator),

teladan (example), simbol dan identitas kelompok (as a simbol of the group), pembenar (scapegoat). 2) Faktor pendukung peran ketua PKBM dalam mendorong kinerja tutor yaitu pertama semangat untuk berprestasi tinggi, kedua personalia kepengurusan masih muda- muda sehingga etos kerja tinggi dan ketiga personalia sebagain besar adalah pekerja sosial di masyarakat sehingga sudah terbiasa untuk bekerja giat. Faktor penghambat pertama adalah banyaknya aktivitas personalia di masyarakat sehingga manajemen waktu sangat sulit. Kedua banyaknya tenaga pengelola dan pendidik yang mengampu di lembaga sosial lainnya sehingga kurang fokus pada lembaga PKBM yang ada.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Alloh SWT, Pengatur dan pencipta alam semesta,

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah – Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas skripsi yang disusun sevagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Kependidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis

menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang

telah memberikan fasilitas dan sarana sehingga proses studi saya lancar.

2. Bapak Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, yang telah memberikan

kelancaran dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Lutfi Wibawa, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Dr.

Sujarwo, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II, yang telah berkenan

membimbing.

4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan

memberikan ilmu pengetahuan.

5. Ketua PKBM Ngudi Kapinteran Semanu Gunungkidul beserta staf jajarannya

atas ijin dan bantuan yang diberikan untuk penelitian.

6. Semua teman- teman mahasiswa PTK- PNF angkatan 2009 yang selalu

memberikan motivasi dalam menyelesaikan studi.

(10)
(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik ... 8

1. Pengertian Peran... 8

2. Pengertian Ketua ... 11

3. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat a. Pengertian PKBM ... 12

(12)

c. Fungsi PKBM ... 14

c. Pendekatan teori sifat, perilaku, dan Hubungan Kepemimpinan . 26 1) Pendekatan teori sifat ... 26

2) Kepemimpinan Teori X dan Y ... 26

3) Penelitian Iowa University ... 28

4) Teori Kontinum Kepemimpinan ... 29

5) Teori Kisi Kepemimpinan ... 30

6) Teori kepemimpinan Kharismatik ... 32

d. Idealitas Pemimpin dan Kepemimpinan ... 34

B. Penelitian Yang Relevan ... 39

C. Kerangka Berpikir ... 40

D. Pertanyaan Penelitian ... 41

(13)

F. Teknik Aanalisis Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Lokasi Penelitian ... 51

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 57

C. Pembahasan ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

LAMPIRAN ... 82

(14)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1. Metode Pengumpulan Data... 47

2. Tabel 2. Profil Lembaga PKBM... 54

3. Tabel 3. Keadaan Ketenagaan PKBM... 56

(15)

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1. Kerangka Berfikir ... 40

2. Gamabr 2. Gedung Kantor PKBM ... 99

3. Gamabr 3. Wawancara I dengan Ketua PKBM ... 99

4. Gmabar 4, Wawancara II dengan Ketua PKBM ... 100

5. Gambar 5. Wawancara dengan Tenaga Administarsi ... 100

6. Gambar 6. Ketua PKBM Membuka Rapat ... 101

7. Gambar 7. Tutor Melaksanakan Pembelajaran ... 101

8. Gambar 8. Pembelajaran Ketrampilan KUM ... 102

9. Gambar 10. Ruang TI ... 103

(16)
(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang

berdasarkan Pancasila dan Undang – undang Dasar Negara Republik

Indonesia dan tanggap akan perkembangan zaman (Undang- Undang No.20

Tahun 2003) Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Undang- Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, khususnya pasal 13 ayat 1 yang menyebutkan “jalur pendidikan

terdiri dari pendidikan formal, informal, dan non formal yang dapat saling

melengkapi dan memperkaya”. Lebih lanjut pasal 26 ayat 2 menjelaskan

bahwa: Pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang

(18)

penambah dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung

pendidikan sepanjang hayat.Pernyataan ayat 2 di atas diperjelas pada ayat 3

yang menyatakan bahwa:

“Pendidikan nonformal meliputi pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan Keaksaraan, Pendidikan Kesetaraan, Pendidikan Kecakapan hidup ( Life Skill, Pendidikan Pemberdayaan Perempuan, Pendidikan kepemudaan, dan pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.”

Hal tersebut menunjukan antara pendidikan formal, informal,

nonformal mempunyai tugas yang saling menunjang dalam pencapaian tujuan

nasional. Pendidikan nonformal memberikan layanan pendidikan yang

berfungsi sebagai pengganti, penambah dan pelengkap pendidikan formal.

Pendidikan nonformal ini dikenal pula dengan istilah Pendidikan Luar

Sekolah (PLS). Pendidikan nonformal atau pendidikan luar sekolah

diselenggarakan baik oleh pemerintah (melalui berbagai departemen / dinas)

maupun lembaga masyarakat.

UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

khususnya pasal 13 ayat 1 yang menyebutkan “ jalur pendidikan terdiri dari

pendidikan formal, informal, dan non formal yang dapat saling melengkapi

dan memperkaya” Lebih lanjut pasal 26 ayat 2 menjelaskan bahwa:

Pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang

memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai, pengganti,

penambah dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung

(19)

“Pendidikan nonformal meliputi pendidikan anak usia dini, pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan, pendidikan kecakapan hidup (Life Skill), Pendidikan Pemberdayaan Perempuan, Pendidikan kepemudaan, pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.”

Pendidikan formal, informal, nonformal mempunyai tugas yang saling

menunjang dalam pencapaian tujuan nasional. Pendidikan nonformal

memberikan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,

penambah dan pelengkap pendidikan formal. Pendidikan nonformal ini

dikenal pula dengan istilah pendidikan luar sekolah (PLS). Pendidikan

nonformal atau pendidikan luar sekolah diselenggarakan baik oleh

pemerintah (melalui berbagai departemen/dinas) maupun lembaga

masyarakat.

Realitas dilapangan menunjukkan bahwa peran kepemimipinan ketua

PKBM masih sangat banyak dibutuhkan untuk membantu warga masayarakat

karena beberapa faktor tidak dapat melanjutkan ke pendidikan formal, tetapi

ternyata PKBM nampaknya belum mampu memberikan sumbangsih yang

memadai dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan luar sekolah. Banyak

indikator menunjukkan sulitnya pengelolaan lembaga tersebut untuk

mengoptimalisasikan program- program yang ada. Peran kepemimpinan

ketua PKBM belum sepenuhnya optimal sehingga staf dan tutor dalam

menjalankan programnya banyak yang belum terkases sehingga kesulitan

dalam melakukan kegiatan identifikasi program, melaksanakan kegiatan

pembelajaran sampai dengan pengevaluasian program yang ada. Dampak dari

(20)

diatasi, maka PKBM sebagai ujung tombak pelaksana kegiatan yang

mempunyai fungsi mendidik warga masyarakat akan dijahui dan bahkan

ditinggalkan oleh masyarakat, karena PKBM dianggap tidak tahu atau belum

dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Peneliti mengambil penelitian di

PKBM Ngudi Kapinteran Semanu Gunungkidul karena PKBM tersebut

merupakan PKBM yang ada di wilayah tertinggal, PKBM Ngudi Kapinteran

Semanu Gunungkidul saat ini merupakan salah satu lembaga PKBM yang

dijadikan percontohan bagi lembaga PKBM lainnya dan semakin

meningkatnya layanan PKBM terhadap masyarakat yang membutuhkan akses

pendidikan di luar jalur persekolahan.

Proses kepemimpinan pengelola PKBM sangat penting, Karena kita

ketahui peran kepimimpinan dalam organisasi sangat penting dan tidak dapat

ditawar sebab pemimpin memegang Peran dalam menetukan tercapai atau

tidaknya tujuan organisasi. Seperti yang diungkapkan oleh Sondang P.

Siagian (1983: 3) bahwa:

“Demikian pentingnya peran kepemimpinan dalam usaha mencapai sesuatu tujuan sehingga dapat dikatakan sukses atau kegagalan yang dialami sebagian besar ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki oleh orang-orang yang diserahi tugas untuk memimpin dalam organisasi itu.”

Kunci untuk meningkatkan keefektifan kepemimpinan, adalah

keberanian untuk hidup berdasarkan visi yang kuat. Salah satu tema visi yang

paling sering dijumpai, yaitu membuat perbedaan dalam artian keunggulan.

(21)

nilai-diraih. Sebagian nilai yang paling memiliki sifat pemberdayaan diri adalah

integritas, kejujuran, kepercayaan, sikap optimis, tanggungjawab pribadi,

menghormati semua orang, dan terbuka terhadap perubahan. Nilai-nilai ini

membawa dampak mendalam terhadap kesehatan, kemakmuran, dan

kesuksesan hidup kita.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peran kepemimpinan ketua

PKBM dalam menjalankan perannya merupakan faktor yang mempengaruhi

dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi PKBM. Sehubungan dengan

keadaan itu penelitian tentang “ Peran Kepemimpinan ketua Pusat Kegiatan

Belajar Masyarakat (PKBM) di PKBM Ngudi Kapinteran Semanu” ini

dilakukan.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian dalam latar belakang masalah tersebut, maka peneliti

mengidentifikasi masalah yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Peran ketua dalam mengkoordinir (coordinator) para staf dan tutor di

PKBM Ngudi Kapinteran belum optimal.

2. Peran ketua dalam merencanakan (planner) program kegiatan masih belum

optimal

3. Ketua dalam menjalankan perannya sebagai teladan (example) belum

terlaksana dengan baik.

(22)

and punisment) belum optimal.

5. Peran ketua dalam pengambilan keputusan (polcy maker) optimal.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dan dengan

mempertimbangkan keterbatasan peneliti, penelitian ini dibatasi pada “

peran kepemimpinan ketua PKBM di PKBM Ngudi Kapinteran Semanu.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peran kepemimpinan Ketua PKBM Ngudi Kapinteran?

2. Apakah faktor pendukung dan penghambat peran ketua PKBM dalam

mendorong kinerja Tutor di PKBM Ngudi Kapinteran Semanu

Gunungkidul ?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui peran kepemimpinan Ketua PKBM Ngudi Kapinteran.

2. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat peran ketua PKBM

dalam mendorong kinerja Tutor di PKBM Ngudi Kapinteran Semanu

(23)

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapakan dapat menambah informasi untuk teori

dan konsep tentang kepemimpinan PKBM.

b. Hasil penelitian ini diharapakan dapat menambah wawasan tentang

peran kepemimpinan sutau lembaga khususnya pada lembaga PKBM

yang bergerak dibidang pendidikan luar sekolah.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi PKBM sebagai dasar

pertimbangan dalam kebijakan dan pemilihan ketua PKBM

selanjutnya.

(24)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Kajian Peran

Peran menurut Kamus besar Bahasa Indonesia mempunyi arti

sebagai berikut: “Peran adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau

sekelompok orang dalam suatu peristiwa atau bagian yang dimainkan

seseorang dalam suatu peristiwa” (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1996:

751). Peran dapat diartikan langkah yang diambil seseorang atau kelompok

dalam menghadapi suatu peristiwa.

Pengertian Peran Soerjono Soekanto dalam bukunya Sosiologi (suatu

pengantar) mengemukakan definisi Peran sebagai berikut:

“Peran lebih banyak menunjukan pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses, jadi tepatnya adalah bahwa seseorang menduduki suatu posisi atau tempat dalam masyarakat serta menjalankan suatu Peran” (Soerjono Soekanto, 1987: 221).

Kutipan dalam buku yang sama, lebih lanjut Soerjono Soekanto

(1987: 221) mengemukakan aspek-aspek peran sebagai berikut:

a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi

seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini merupakan rangkaian

peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan

masyarakat.

b. Peran adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh

(25)

c. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi

struktur sosial masyarakat.

Peran yang dikemukakan di atas merupakan sebagai perilaku dari

individu. Peran yang dibahas dalam penelitian ini adalah merupakan

perilaku ketua suatu lembaga dan orang-orang didalamnya sebagai pengurus

dalam suatu lembaga .

Peran menurut Kamus besar Bahasa Indonesia mempunyi arti

sebagai berikut: “Peran adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau

sekelompok orang dalam suatu peristiwa atau bagian yang dimainkan

seseorang dalam suatu peristiwa.” (Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1996:

751). Peran dapat diartikan langkah yang diambil seseorang atau kelompok

dalam menghadapi suatu peristiwa.

Gross, Masson, dan McEachren mendefinisikan Peran sebagai

seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang

menempati kedudukan sosial tertentu. Harapan-harapan tersebut merupakan

imbangan dari norma-norma sosial dan oleh karena itu ditentukan oleh

norma-norma di dalam masyarakat. Selanjutnya Berry mengungkapkan

bahwa di dalam Peran terdapat 2 (dua) macam harapan, yaitu 1)

harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban dari

pemegang peran, dan 2) harapan-harapan yang dimiliki oleh si pemegang

peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang behubungan

dengannya dalam menjalankan perannya atau kewajiban-kewajibannya.

(26)

bertindak dengan cara-cara tertentu dan mengharapkan orang lain untuk

bertindak dengan cara-cara tertentu pula.

Menurut Soerjono Soekanto (2002: 2421) peran merupakan aspek

dinamis kedudukan(status) apabila seseorang melaksanakan hak dan

kewajibannya maka ia menjalankan suatu peran.

Konsep tentang peran (role) menurut Komarudin (1994: 768)

mengemukakan sebagai berikut.

a. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen

b. Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status

c. Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompokatau pranata

d. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang

ada padanya

e. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

Peran merupakan penilaian sejauh mana fungsi seseorang atau bagian

dalam menunjang usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan atau ukuran

mengenai hubungan 2 (dua) variabel yang merupakan hubungan sebab

akibat.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan

bahawa peran adalah tindakan yang dilakukan oleh individu atau

(27)

2. Kajian Ketua

Ketua berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia: “ orang yang

mengepalai atau memimpin” (Depdiknas, 2002 : 562). Dalam hal ini ketua

adalah orang yang mengepalai atau memimpin lembaga atau badan usaha.

S.P. Hasibuan (1996: 47) menyebutkan Manajer harus

melaksanakan tugasnya. Tugas-tugas manajer meliputi hal-hal sebagai

berikut:

a. Managarial Cycle adalah siklus “ pengambilan keputusan, perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, perincian, dan pelaporan”. Dengan

demikian tugas-tugas manajer adalah siklus yang berulang-ulang dari

pengambilan keputusan sampai menerima laporan.

b. Memotivasi, artinya seorang manajer harus dapat mendorong para

bawahannya untuk bekerja giat dan membina bawahan dengan baik,

sehingga tercipta suasana kerja yang baik dan harmonis.

c. Manajer harus berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan para

bawahannya supaya loyalitas dan partisipasinya meningkat.

d. Manajer harus dapat menciptakan suatu kondisi yang akan membantu

bawahannya mendapat kepuasan dalam pekerjaannya.

e. Manajer harus berusaha agar bawahannya bersedia memikul tanggung

jawab dalam melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik.

f. Manajer harus berusaha membina bawahannya, agar dapat bekerja

(28)

g. Manajer harus membenahi fungsi-fungsi fundamental manajemen

secara baik.

h. Manajer harus mewakili dan membina hubungan yang harmonis dengan

pihak-pihak luar.

i. Manajer harus bertanggung jawab atas keselamatan kerja para

bawahannya selama melakukan pekerjaan.

j. Manajer harus mengadakan pembagian kerja yang mengkoordinasi

tugas-tugas supaya terintegritas pada tujuan yang di inginkan.

k. Manajer harus bersedia menjadi penanggung jawab terakhir mengenai

hasil yang di capai dari proses manajeman itu.

Dari beberapa kajian diatas dapat disimpulkan bahwa Ketua adalah

orang yang memimpin suatu lembaga atau badan usaha.

3. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) a. Pengertian PKBM

Menurut Umberto Sihombing (1999: 38) PKBM adalah tempat

pembelajaran bagi masyarakat yang diserahkan pada pemberdayaan

potensi desa untuk menggerakkan pembangunan dibidang

pendidikan.Keberadaan PKBM sebagai agen perubahan (agent of

change) dalam penyelenggaraan program pendidikan masyarakat di

tingkat desa. Hal ini dimaksudkan karena selama ini program pendidikan

masyarakat dilaksanakan diberbagai tempat dan berpindah- pindah, maka

(29)

dilakukan kontrol hasil pembelajaran masayarakat terencana dan

terprogram untuk ditelusuri keberadaannya dan hasilnya dapat

dipertanggungjawabkan dengan kemandirian masyarakat dapat tumbuh

kembang dan tidak tergantung pada pemerintah.

PKBM merupakan salah satu upaya yang dikembangkan dengan

tujuan yang jelas bagi kepentingan masyarakat untuk menimba ilmu yang

diperlukan. Memadukan program masyarakat terhadap kualitas

pendidikan warganya dan mengembangkan jaringan informasi dan

kemitraan dengan lembaga yang ada di dalam maupun di luar masyarakat

dalam penyelenggaraan kegiatan di PKBM.

b. Tujuan PKBM

Menurut Umberto Sihombing (1999: 69) hal yang perlu

dipertimbangkan dalam penentuan tujuan PKBM, yaitu:

1) Mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah yang

diarahkan pada keswadayaan masyarakat dalam meningkatkan

pengetahuan dan ketrampilan untuk mengembangkan perekonomian

keluarga masyarakat

2) PKBM mengembangkan program serta melibatkan dan

memanfaatkan potensi masyarakat.

3) Potensi yang ada di masyarakat yang selama ini tidak tergali akan

dapat digali, ditumbuhkan dan dimanfaatkan melalui pendekatan

(30)

4) Memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi langsung dari

perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.

5) Program yang dilakukan diarahkan pada pengembangan

pengetahuan ketrampilan yang sesuai dengan kebutuhan sehingga

mampu meningkatkan ekonomi keluarga.

Dari beberapa kajian di atas dapat dirumuskan bahwa tujuan

PKBM adalah agar program- program yang dilaksanakan dapat diterima

oleh masyarakat sekitar umumnya dan warga belajar khususnya.

c. Fungsi PKBM.

Menurut Umberto Sihombing (1999: 110) PKBM sebagai

lembaga yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat. Secara

kelembagaan pada hakikatnya ada beberapa fungsi yaitu:

1) Sebagai tempat kegiatan belajar bagi warga belajar

2) Sebagai pusat berbagai potensi yang berkembang di masyarakat

3) Sebagai sumber informasi bagi masyarakat, PKBM menjembatani

masyarakat dengan sumnber informasi dari luar

4) Sebagai sumber informasi bagi masyarakat, PKBM menjembatani

masyarakat dengan sumber informasi dari luar

5) Sebagai ajang tukar menukar berbagai pengetahuan dan ketrampilan

fungsional antar warga beklajar

6) Sebagai tempat berkumpul bagi warga masyarakat yang ingin

(31)

PKBM merupakan pusat kegiatan belajar masyarakat, dikelola

oleh masyarakat untuk kepetingan masyarakat dan bukan milik

pemerintah, yang bertujuan untuk meningkatkan taraf kualitas hidup

masyarakat dengan memanfaatkan potensi- potensi yang ada di

masyarakat.

Tuntutan dan harapan terhadap peran PKBM dalam memenuhi

dan mengantisipasi kebutuhan belajar bagi warga belajar melalui

pendidikan non formal dari tahun ke tahun semakin meningkat dan

komplek baik kualitas dan kuantitas. Namun dari sisi penyelenggaraan

program yang belum mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini berarti

program pendidikan yang dilaksanakan selain memiliki kekuatan juga

memiliki kelemahan. Kelemahan tersebut karena latar belakang warga

belajar yang berbeda- beda baik dari sisi usia maupun dari sisi

kebutuhan, sehingga penyelenggaraannya sulit berjalan sesuai dengan

apa yang direncanakan, proses belajar mengajar belum berjalan

maksimal, kelanjutan program kurang terjamin. Dampaknya, hasil belajar

juga belum mencapai hasil yang diharapkan.

Dari beberapa kajian tersebut dapat dirumuskan bahwa fungsi

PKBM adalah tempat yang digunakan untuk kegiatan belajar bagi

(32)

d. Pengelolaan PKBM

1) Strategi Pengelolaan

Strategi dalam hal ini dimaksudkan sebagai kiat, atau cara

yang digunakan dalam mendinamisasikan keberadaan PKBM.

Pengelolaan PKBM merupakan aktivitas seluruh pengelola PKBM

yang sangat penting. Berhasil-tidaknya dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya banyak bergantung dari pengelola dalam hal ini ketua

PKBM dan jajarannya. PKBM merupakan intistusi memiliki yang

telah ditetapkan. Tujuan akan tercapai dengan efektif dan efisien

apabila pengelolaannya mantap, melalui perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian yang baik.

Menurut Umberto Sihombing (1999: 130) aspek dalam

mengelola PKBM dapat ditinjau dari empat fungsi manajemen, yaitu:

a) Perencanaan, yaitu proses menentukan apa- apa yang akan yang

akan dilakukan, siapa yang melakukan, bagaimana melakukannya,

kapan dilakukan, di mana dilakukan, pembiayaan terhadap

berbagai program pendidikan masyarakat yang akan dilaksanakan,

dengan tujuan agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik.

b) Pengorganisasian, yaitu mencakup strukur pengelolaan personel

serta tugas dan fungsi masing- masing anggotanya.

c) Pelaksanaan, yaitu merupakan operasionalisasi dari apa yang

(33)

d) Pengawasan yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menjamin bahwa

pelaksanaan program tidak menyimpang dari yang diharapkan.

2) Variasi Pengelolan PKBM

Dalam pelaksanaan pengelolaan PKBM sangat variatif ada

banyak kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu ada yang dirintis dan

dikelola oleh a) Petugas Dikmas, b) Petugas Dikmas bersama TLD, c)

Penilik Dikmas bersama toikoh masyarakat, d) Petugas Dikmas

dengan LSM, e) Pamong Belajar SKB, f) TLD sendiri, g) Tokoh

masyarakat sendiri, h) LSM, dan i) oleh perusahaan.

3) Pola Pembiayaan PKBM

Pola pembiayaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang

akan lebih banyak menggali potensi masyarakat perlu terus

dipertahankan dan dikembangkan sehingga suatu saat PKBM dapat

menjadi lembaga yang mandiri yang merupakan swadaya murni

masyarakat.

4) Program Prioritas

Program prioritas yang dikembangkan yakni Program yang

mengutamakan pelayanan pembangunan manusia seutuhnya yang

mampu memecahkan persoalan kebutuhan hidup masyarakat.

5) Materi Belajar dan Bahan

Bahan dan materi belajar yang baik adalah yang mampu

menggugah minat dan motivasi belajar dari pembacanya, dengan

(34)

melaksanakan pengetahuan yang telah diperoleh dari hasil bacaannya

untuk memenuhi keinginannya secara nyata.

Kegiatan yang diselenggarakan PKBM mengacu pada program

kerja yang telah dibuat oleh lembaga. Gagasan tersebut muncul karena

adanya tuntutan akan peningkatan mutu layanan pendidikan,

khususnya pendidikan luar sekolah, pemuda dan olah raga. Pendidikan

Luar Sekolah (PLS) sudah banyak mendapat pengakuan dari berbagai

pihak, hal ini bisa terlihat dari banyaknya berdiri kelompok –

kelompok belajar yang di laksanakan Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat (PKBM) tapi apabila ditinjau dari aspek kualitasnya

hasilnya belum sesuai dengan tujuan yang diharapakan. Program

pendidikan yang dibuat oleh PKBM harus memiliki kualitas yang

unggul, sehingga patut dicontoh oleh masyarakat maupun lembaga

lain.

Paralel dengan keberhasilan penyelenggaraan pendidikan

non formal oleh PKBM, pengelolaan Tutor secara profesional

merupakan salah satu prasyarat yang harus terpenuhi.

Peningkatan kemampuan tutor kesetaraan belajar selalu berkejaran

dengan harapan masyarakat yang semakin meningkat. Dalam kondisi

ini, tutor dipacu untuk terus meningkatkan mutu dan kompetensi

profesionalisme.

(35)

tempat pembuatan percontohan dan pengendalian mutu dengan

harapan agar kegiatan PNF dapat berjalan dengan baik dan bermutu,

tetapi ternyata PKBM nampaknya belum mampu memberikan

sumbangan yang memadai dalam upaya meningkatkan mutu

pendidikan luar sekolah, pemuda, dan olahraga.

Banyak indikator menunjukkan sulitnya ketenagaan yang

ada untuk mengoptimalisasikan program-program PNF. Proses

kepemimpinan Pengelola PKBM belum sepenuhnya maksimal

sehingga Tutor banyak yang merasa kesulitan dalam melakukan

identifikasi program, melaksanakan kegiatan sampai dengan

mengevaluasi program yang ada. Dampak dari permasalahan

kinerja tutor kesetaraan di PKBM tersebut di atas, apabila tidak

segera diatasi, maka PKBM sebagai ujung tombak pelaksanaa

kegiatan yang mempunyai fungsi membimbing dan mendidik

warga masyarakat akan dijauhi dan bahkan ditinggalkan oleh

masyarakat, karena PKBM dianggap tidak atau belum dapat

memenuhi kebutuhan masyarakat.

Kinerja tutor juga berkaitan erat dengan proses kepemimpinan

ketua PKBM, kepemimpinan mengingat akan pentingnya proses

kepemimpinan, maka berdasarkan kenyataan diatas maka

kepemimpinan yang baik di PKBM Ngudi Kapinteran Semanu

Gunung Kidul perlu ditingkatkan. Karena kita ketahui Peran

(36)

ditawar sebab pemimpin memegang Peran dalam menentukan tercapai

atau tidaknya tujuan organisasi.

Seperti yang diungkapkan oleh Sondang P. Siagian (1983: 3)

bahwa: Demikian pentingnya peran kepemimpinan dalam usaha

mencapai sesuatu tujuan sehingga dapat dikatakan sukses atau

kegagalan yang dialami sebagian besar ditentukan oleh kualitas

kepemimpinan yang dimiliki oleh orang-orang yang diserahi tugas

untuk memimpin dalam organisasi itu.

Kunci untuk meningkatkan keefektifan kepemimpinan, adalah

keberanian untuk hidup berdasarkan visi yang kuat. Salah satu tema

visi yang paling sering dijumpai, yaitu membuat perbedaan dalam

artian keunggulan. Hal lain yang tidak kalah penting adalah

serangkaian harga diri, nilai-nilai yang di dasarkan pada standar

kesempurnaan tertinggi yang mungkin diraih. Sebagian nilai yang

paling memiliki sifat pemberdayaan diri adalah integritas, kejujuran,

kepercayaan, sikap optimis, tanggungjawab pribadi, menghormati

semua orang, dan terbuka terhadap perubahan. Nilai-nilai ini

membawa dampak mendalam terhadap kesehatan, kemakmuran, dan

kesuksesan hidup kita.

Dengan latar belakang di atas maka peran kepemimpinan ketua

PKBM merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap tugas

(37)

masyarakat (PKBM) dalam mendorong kinerja tutor kesetaraan

pendidikan luar sekolah di PKBM Ngudi Kapinteran Semanu” ini

dilakukan.

4. Kepemimpinan

a. Pengertian Kepemimpinan.

Benis (1959) seperti yang dikutip oleh Imam Moedjiono (2002:

04). Kepemimpinan adalah sebagai proses di mana seseorang

mempengaruhi bawahannya untuk bertingkah laku sesuai dengan apa

yang diharapkannya.

Ordway Tead (1935) dalam Imam Moedjiono (2002: 04)

kepemimpinan sebagai aktivitas mempengaruhi orang lain untuk bekerja

sama dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan pemimpin adalah orang

yang dapat mempengaruhi perilaku orang lain untuk diajak bekerja sama

dalam mencapai tujuan.

b. Fungsi Manajerial

Manajer adalah orang yang menjalankan fungsi-fungsi

manajemen. Diantara beberapa fungsi yang dikemukakan oleh para ahli

itu adalah Terry. Fungsi-fungsi manajemen menurut Terry adalah

Planning, Organizing, Actuating, Coordinating. Henry Fayol juga

mengemukakan fungsi manajemen yang agak berbeda dengan Terry

(38)

perbedaan mendasar tentang fungsi-fungsi manajerial antara para ahli

tidak jauh berbeda. Perbedaan terjadi pada definisi masing-masing fungsi

dengan fungsi lain.

Definisi fungsi-fungsi manajer berdasar pendapat Fayol (dalam

Hani Handoko, 1983: 168) adalah:

1) Planning

Perencanaan dalam hal ini diartikan sebagai suatu proses

memberikan definisi aktivitas yang masuk dalam proses

perencanaan:

a) Cara manajemen merancang struktur formal untuk penggunaan

yang paling efektif.

b) Bagaimana organisasi memberikan pembagian tugas kepada

personil yang ditempatkan distruktur organisasi.

c) Hubungan antar fungsi-fungsi, jabatan dan tugas para karyawan.

d) Cara para pemimpin membagi tugas yang harus dilakukan

anggota tim/ karyawan.

2) Organizing

Organizing adalah proses pengorganisasian. Proses pengorganisasian

didefinisikan dalam lingkup:

a) Penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan.

b) Perancangan dan pengembangan organisasi atau kelompok kerja

(39)

d) Pendelegasian wewenang pada personil yang diberikan

tanggung jawab.

3) Staffing

Adalah proses penarikan karyawan untuk menjalankan tugas proyek

atau organisasi. Dalam penyusunan personalia ini terlebih dahulu

dibuat job description. Hal ini berguna untuk menentukan kriteria

orang dengan kualifikasi apa dapat menjalankan tugas yang akan

dijalankan.

4) Actuating

Adalah membuat atau mendapatkan karyawan apa yang diinginkan.

Pada proses ini karyawan yang telah diberikan job description

diarahkan untuk mencapai misi oeganisasi.

5) Coordinating

Adalah penemuan dan penerapan cara/ peralatan untuk menjamin

rencana sesuai dengan yang ditetapkan. Tugas manajer adalah

memastikan bahwa pelaksanaan sesuai dengan rencana.

Perbedaan antara kepemimpinan dan manajemen. Cung dan

Megginson (dalam Wuradji, 2009 : 4) membandingkan antara pemimpin

dan manajer dalam aspek – aspek sebagai berikut:

1) Pemimpin memiliki pengikut, tidak semua manajer adalah

pemimpin. Manajer memiliki bawahan untuk diperintah dan

(40)

2) Pemimpin dalam menanamkan pengaruhnya terhadap pengikutnya

menggunakan daya tarik emosional. Sementara manajer dalam

menggunakan pengaruhnya dengan menggunakan rasional yang

kurang personal. Manajer dalam mengambil keputusannya selalu

menggunakan kewenangan formal dan pertimbangan rasional,

sementara pemimpin dalam mengambil keputusan menggunakan

kewibawaan, sehingga pengikutnya dalam melaksanakan

keputusannya tersebut dengan penuh kesadaran.

3) Pemimpin selalu berusaha memenuhi kebutuhan dan perasaan

anggotanya. Baik manajer maupun pemimpin memiliki

tanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan kelompok atau anggota

organisasinya, tetapi manajer lebih berorientasi pada terlaksananya

tugas- tugas yang harus dilakukan bawahannya (task orientation),

sementara pemimpin berorientasi human relationship lebih

mementingkan pada upaya pemenuhan kebutuhan dan perasaan –

perasaan pengikutnya.

4) Kepemimpinan merupakan alat manajemen. Manajer

mengembangkan kepemimpinan untuk mempengaruhi karyawannya

dalam mencapai tujuan- tujuan organisasi.

Konsep ini menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan bagian

dari manajemen. Cung dan Megginson (Wuradji, 2009: 4) ada sejumlah

(41)

1) Pemimpin berperan sebagai koordinator terhadap kegiatan kelompok

(coordinator)

2) Pemimpin berperan sebagai perencana kegiatan (planner)

3) Pemimpin berperan sebagai pengambil keputusan (polcy maker),

baik karena atas pertimbangannya sendiri, maupun setelah

mempertimbangkan pendapat kelompoknya.

4) Pemimpin berperan sebagai tenaga ahli (expert) yang secara aktual

berperan sebagai sumber informasi dan pengetahuan bagi

kelompoknya.

5) Pemimpin berperan sebagai wakil kelompok dalam urusan luar

(external group representative), yang bertugas mewakili kelompok

dalam hubungannya dengan kelompok lain.

6) Pemimpin berperan sebagai pemberi imbalan dan sanksi (as

purpeyor of rewards and punisment).

7) Pemimpin berperan sebagai arbritrasi dan mediator (arbitrator and

mediator),khusunya dalam menyelesaikan konflik internal ataupun

perbedaan diantara para anggotanya.

8) Pemimpin berperan sebagai teladan (example) yang dijadikan model

perilaku yang dapat diteladani pengikutnya.

9) Pemimpin berperan sebagai simbol dan identitas kelompok (as a

symbol of the group)

10) Pemimpin berperan sebagai pembenar (scapegoat) yang akan

(42)

c. Pendekatan Teori Sifat, Perilaku, dan Hubungan Kepemimpinan

1) Pedekatan Teori Sifat

Teori sifat, menyatakan individu yang memiliki sifat – sifat

tertentulah yang dapat menjadi seorang pemimpin. Individu tersebut

lebih dikenal sebagai orang yang super (great man). Teori ini

menegaskan ide bahwa ada beberapa individu dilahirkan memiliki

sifat – sifat tertentu yang secara alamiah menjadikan mereka seorang

pemimpin.

2) Kepemimpian Teori X dan Y

Mc Gregor menegaskan bahwa ada asumsi – asumsi yang

diyakini oleh pemimpin tentang manusia yang bersifat bipolar, dan

asumsi pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku dan tindakannya.

Kedua jenis ini dinamakan teori X dan Y yang masing – masing teori

ini menegaskan dua perbedaan keyakinan pemimpin didalam menilai

manusia.

Asumsi Teori X dapat dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Pemimpin memandang bawahan sebagai orang yang berpendapat

bahwa pekerjaan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan dan

berusaha dihindarinya

b) Pemimpin memandang bawahan sebagai orang yang lebih suka

diperintah dan seringkali harus dipaksa harus melakukan

(43)

c) Pemimpin memandang bawahan sebagai orang yang tidak

ambisius, tidak ingin maju, malas, dan tidaka menginginkan serta

menghindari tanggungjawab

d) Pemimpin memandang bawahan sebagai orang yang dimotivasi

terutama oleh kebutuhan pokok

e) Pemimpin memandang bawahan sebagai ornga yang harus

dikendalikan dengan ketat dab mengangap bawahan tidak mampu

meyelesaikan masalah yang dihadapinya di dalam organisasi tanpa

bantuan pemimpin

Asumsi Teori Y secara ringkas diuraikan sebagai berikut :

a) Pemimpin memandang bawahan sebagai orang yang berpendapat

bahwa pekerjaan adalah sesuatu menyenangkan dan alamiah

b) Pemimpin memandang bawahan sebagai orang yang mempunyai

penegndalian diri dan pengawasan diri jika mereka terlibat pada

pekerjaannya

c) Pemimpin memandang bawahan sebagai orang yang memiliki

ambisi, ingin maju, dan menginginkan tanggungjawab dan

melaksanakan secara baik

d) Pemimpin memandang sebagai orang yang dimotivasi, terutama

oleh kebutuhan yang lebih tinggi seperti kebutuhan untuk

berprestasi, mendapatkan pengakuan, dan mengaktulaisasikan

(44)

e) Pemimpin memandang bawahan sebagai orang yang mampu

menyelesaikan masalaha dalam organisasi secara mandiri,

bertanggungjawab dan kreatif sehingga tidak membutuhkan

pengawasan secara ketat

3) Penelitian Iowa University

Pendekatan perilaku menegaskan bahwa jika seseorang dapat

mengadopsi perilaku yang tepat, maka dia akan mampu menjadi

pemimpin. Pendekatan ini menekankan objektivitas sehingga unsur

yang paling nyata dari seorang pemimpin adalah bagaimana dia

bertindak dan beraktivitas. Dengan melihat perilaku yang

dimunculkan oleh seorang pemimpin, maka kita bisa mempelajari

fenomena kepemimpinan yang lebih efektif.

Penelitian pertama dilakukan oleh Ronalld Lipipit, Talph K

White yang menghasilkan tiga gaya kepemimpinan yaitu autokratis,

laissez faire dan demokratis. Pemimpin yang autokratis digambarkan

sebagai pemimpin yang memegang kekuasaan secara penuh,

kekuasaanya bersifat sentralistik, menekankan kekuasaan jabatan,

dilaksanakan dengan paksaan serta memegang sistem pemberian

hadiah dan hukuman

Pemimpin yang demokratis digambarkan sebagai pemimpin

yang mendelegasikan wewenang pada bawahan, mendorong

(45)

menyelesaikan tugasnya dan memperoleh penghargaan melalui

kekuasaan pengaruh bukan jabatan.

Pemimpin yang laissez faire lebih menekankan kepada

kebebesan penuh pada bawahan untuk melakukan apa saja, pemimpin

jenis ini sebenarnya tidak memberikan kepemimpinan pada

kelompoknya.

4) Teori Kontinum Kepemimpinan

Perilaku pemimpin dapat muncul dalam sebuah kontinum yang

merefleksikan jumlah yang berbeda dari partisipasi bawahan.

Pusat kontinum berada antara boss centered sampai sub ordinat

centerd, jarak antara bos centered dan sub ordinat centered trgantung

pada keadaan situasi organisasi dan pemimpin menyesuaikan perilaku

mereka agar sesuai dengan situasi organisasi.

Jika waktu membebani pemimpin dan bawahan terlalu lama

untuk belajar mengambil keputusan , maka pemimpin cenderung

menggunakan gaya aotukratis. Sebaliknya, jika bawahan mampu

bawahan untuk belajar mengambil keputusan secara cepat, maka

pemimpin cenderung menggunakan gaya partisipatif. Selain itu

semakin besar perbedaan kemampuan yang dimiliki antara bawahan

dengan pemimpin, maka pemimpin akan semakin banyak

(46)

5) Teori Kisi Kepemimpinan

Teori ini menghasilkan dua dimensi perilaku pemimpin,

dimana interaksi keduanya akan menghasilkan lima macam gaya

kepemimpian. Dimensi tersebut adalah berorientasi pada orang

(concern for people) dan berorientasi pada hasil (concern for result).

Pemimpin yang lebih berorinetasi pada orang akan cenderung

mempertahankan hubungan baika jika terjadi konflik. Pemimpin lebih

dekat dengan bawahan, bersikap hangat, mau berkomunikasi secara

terbuka dengan bawahan.

Pemimpin yang berorientasi pada tugas akan

mengesampingkan hubungan baik dengan bawahan, dan menegaskan

bahwa tugas – tugas harus dikerjakan dengan baik . Pemimpin

menetapkan tujuan prestasi kerja lebih tinggi dan selalu memaksa

bawahan untuk mencapainya.

Kedua dimensi teori kepemimpian tersebut dinamakan sebagai

teori kisi kepemimpinan (the leadership grid). Kisi kepemimpinan

menghasilkan lima macam gaya kepemimpinan yang berdasarkan

pada perbandingan besarnya dua orientasi yang dimiliki seorang

pemimpin. Gaya tersebut adalah :

a) Gaya manajemen pengalah (impoverished style). Gaya ini ditandai

dengan kurangnya perhatian terhadap produksi, pemimpin

(47)

menerima keputusan orang lain. Pemimpin gaya ini kurang

memiliki pendirian dan ketegasan yang kuat.

b) Manajemen santai (country club style). Pemimpin jenis ini lebih

menekankan perhatian tinggi pada hubungan dan kebutuhan

manusia, dan tidak berorientasi pada produksi dan penyelesain

tugas. Pemimpin gaya ini lebih suka menerima ide,

gagasan/pendapat orang lain tanpa melakukan kritik terhadap

ide/gagasan tesebut

c) Gaya pertengahan (midle-of-the- road style), gaya ini ditandaioleh

perhatian yang seimbang antara produksi dan manusia.

d) Gaya ketundukan otoritas atau gaya kerja (authority compliance),

pemimpin jenis ini ditandai dengan perhartian yang tinggi terhadap

peyelesian tugas dan produksi.

e) Gaya tim (team style), pemimpin jenis ini ditandai oleh perhatian

yang tinggi terhadap tugas dan manusia. Pemimpin tim ini sangat

menghargai keputusan yang logis dan kreatif sebagai hasil dari

pengertian dan kesepakatan anggota organisasi. Pemimpin tim

mendengarkan dan mencari gagasan, pendapat dan sikap yang

berbeda dari yang dianutnya. Pemimpin tim mampu menunjukan

kebutuhan akan saling mempercayai, saling menghargai, dan juga

(48)

6) Teori Kepemimpianan Kharismatik

Teori ini berlandaskan keyakinan bahwa pemimpin yang

kharismatik mempunyai kekuatan supernatural, kekuatan yang tidak

tampak , mengandung kekuatan magis melalui pancaran pribadi

menyeluruh san pemimpin yang mempengaruhi bawahan yang secara

sangat luar biasa . Pengaruh yang luar biasa ini dapat dilihat dari

pengorbanan yang diberikan para pengikut untuk pribadi sang

pemimpin.

Counger dan Kanungo dalam Wuradji (2009: 26) menyebutkan

kepemimpinan kharismatik adalah kepemimpinan yang meyatakan

bahwa para pengikut memiliki keyakinan bahwa pemimpin mereka

diakui memiliki kemampuan luar biasa.

Pemimpin kharismatik sebagaimana ditunjukkan oleh hasil

studi Conger dan Kanungo menyimpulkan sejumlah karakteristik

pemimpin kharismatik yang dilengkapi dengan sejumlah keunggulan

sebagai berikut:

a) Percaya diri

b) Memiliki sikap radikal dalam menyelesaikan masalah

c) Visioner, yaitu memiliki pandangan jauh ke depan

d) Memiliki keberanian mengambil resiko atas keputusan yang

diambil

(49)

f) Memiliki kemauan keras dalam merialisasikan visinya

g) Responsif terhadap tuntutan lingkungan

h) Pikiran dan idenya selalu cemerlang

i) Prilakunya dikagumi pengikutnya.

Congo & Kanungo (dalam Wuradji 2009: 29) menyimpulkan

sejumlah ciri kepemimpinan kharismatik sebagai self-confidentce

yaitu memiliki kemampuan tinggi dan meyakinkan dalam

memberikan penilaian atau pertimbangan mengenai suatu masalah,

misalnya:

a) a vission: adalah visioner, memiliki idiealisme tinggi, memiliki

keyakinan bahwa masa depan harus lebih baik daripada sekarang

apabila kita mampu meraihnya;

b) ability to articulate the vision: mampu menjelaskan secara

gamblang, dengan kata- kata yang menarik sehingga pengikutnya

mudah memahami dan menerima ide dan visinya tersebut

c) strong convictionabout the vision: memiliki komitmen kuat,

memiliki keberanian dalam mengambil keputusan dan konsekuen

atas resiko yang akan terjadi dari keputusannya

d) behavior that is out of the ordinary: perilaku yang diperlihatkan

tersebut adalah prilaku yang berada di luar kewajaran manusia pada

umumnya

e) perceivedas being a change agent: menempatkan diri sebagai agen

(50)

f) environment sensitivit: sangat tanggap terhadap masalah- masalah

dan tantangan lingkungan;

d. Idealitas Pemimpin dan Kepemimpinan

Menurut Stephen Covey dalam Antonio (2007: 20) disebutkan

bahwa konsep pemimpin harus memiliki empat fungsi yaitu sebagai

perintis (pathfinding), penyelaras (aligning), pemberdaya (empowering),

dan panutan (modeling).

a) Fungsi perintis (pathfinding) mengungkapkan bagaimana upaya sang

pemimpin memahami dan memenuhi kebutuhan utama para

stakeholdernya, misi dan nilai – nilai yang dianutnya, serta berkaitan

dengan visi dan strategi, yaitu kemana perusahaan/organisasi akan

dibawa dan bagaimana caranya agar sampai kesana.

b) Fungsi penyelaras (aligning) berkaitan dengan bagaimana pemimpin

menyelaraskan keseluruhan sistem dalam organisasi perusahaan agar

mampu bekerja dan saling sinergis. Sang pemimpin harus memahami

betul apa saja bagian – bagian dalam sistem organisasi perusahaan,

kemudian ia mampu menyelaraskan bagian – bagian tersebut agar

sesuai dengan strategi untuk mencapai visi yang telah digariskan.

c) Fungsi pemberdayaan (empowering) berhubungan dengan upaya

pemimpin untuk menumbuhkan lingkungan agar setiap orang dalam

organisasi perusahaan mampu melakukan yang terbaik dan selalu

(51)

d) Fungsi panutan (modeling) mengungkap bagaimana agar pemimpin

dapat menjadi panutan bagi para karyawannya, bagaimana ia

bertanggungjawab atas tutur kata, sikap, perilaku dan keputusan yang

diambilnya

Pendapat lain diungkapakan oleh Keith David dalam

Moedjiono (2002) merumuskan empat sifat umum yang nampaknya

mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi

yaitu:

a) Kecerdasan

b) Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial. Pemimpin cenderung

matang dan mempunyai emosi yang stabil, serta mempunyai

perhatian yang luas terhadap aktivitas – aktivitas sosial, pemimpin

mempuyai keinginan menghargai dan dihargai

c) Motivasi diri dan dorongan berprestasi. Para pemimpin relatif

mempunyai dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi.

d) Sikap – sikap hubungan manusia

Menurut Herman Finer seperti dikutip Moedjiono (2002)

disebutkan sifat – sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin dalam

proses kepemimpinan ada sembilan macam yang disebut dengan “the

nine C, yaitu:

a) Consciounes (kesadaran), memiliki fakta – fakta, pengetahuan yang

(52)

b) Coherence (kemampuan mengkait – kaitkan) yaitu, tidak cukup

hanya memiliki pengetahuan saja, tetapi lebih penting mampu

menghubungkan barbagai cabang ilmu yang diperlukan bagi

tugasnya.

c) Constanty (kemantapan), kemantapan pendirian dan kukuh dalam

kemauan sehingga mampu mengarahkan kelompoknya mengatasi

masalah-masalah yang dihadapi.

d) Conviction (keyakinan), suatu ketetapan hati, tekad dan keyakinan

yang konstruktif dan positif untuk dilaksanakan.

e) Creativeness (daya cipta), kreatif menemukan dan menerapkan

kebijaksanaan sesuai dengan waktu dan keadaan dan mewujudkan

tujuan.

f) Conscientousness (kecermatan), cermat dalam mengerjakan tugas

dan wewenangnya.

g) Courage (keberanian), suatu kekuatan moril untuk bertindak dalam

menghadapi orang dan berbagai situasi, berani untuk mengatakan

sesuatu, menolak permintaan, menghukumnya walaupun mungkin

hal – hal tersebut bertentangan dengan perasaannya sendiri.

h) Captication (daya pemikat), yaitu sesuatu yang dapat memikat atau

menarai, misalnya gaya berpidato dan gaya penampilan.

i) Cleverness (kepandaian/ketrampilan), memiliki pengetahuan yang

(53)

Blake dan Mouton menawarkan enam elemen yang dianggap

dapat menggambarkan efektifnya suatu kepemimpinan, yaitu :

a) Inisiatif. Seseorang pemimpin mengambil inisiatif apabila ia

melakukan suatu aktivitas tertentu, memulai sesuatu yang baru atau

mengehentikan sesuatu untuk dikerjakan.

b) Inquiry (Menyelidik). Pemimpin membutuhkan informasi yang

komprehensif mengenai bidang yang menjadi tanggungjawabnya.

Untuk keperluan itu ia perlu mempelajari latarbalakang suatu

masalah, prosedur-prosedur yang harus ditempuh, dan tentang orang

– orang yang telibat dalam pekerjaan yang dibidanginya.

c) Advocacy (Dukungan dan Dorongan). Aspek memberi dorongan dan

dukungan sangat pentingbagi kepemimpinan seseorang karenasering

timbul keraguanatau kesulitan mengambil kesimpulan diatara para

eksekutif dalam satu organisasi atau adanya ide yang baik tetapi

yang bersangkuatan kurang mampu mempertahankan.

d) Conflict Solving (Memecahkan Masalah). Apabila timbul konflik

dalam organisasi maka menjadi kewajiban bagi pemimpin untuk

menyelesaikannya dengan musyaewarah dan mufakat.

e) Decision Making (pengambilan keputusan). Keputusan yang dibuat

hendaknya keputusan yang baik, tidakmengecewakan atau tidak

membuat orang frustasi, yaitu keputusan yang meberi keuntungan

(54)

lahirnya keputusan yang dibuat sendiritanpa peran serta dari elemen

yang lain.

f) Critique (Kritik). Kritik disini diartikan sebagai mengevaluasi,

menilai, dan jika sesuatu yang telah dilakukan iu baik maka tindakan

serupa untuk masa yang akan datang sebaiknya tetap dijalankan.

Kritik seharusnya cennderung berorientasi pada pekerjaan sehingga

orang belajar bagaimana meningkatkan keefektifan.

Beberapa atribut kepemimpinan yang dirangkum Gardner adalah:

a. Vitalitas fisik dan stamina

b. Intelegensia

c. Kemauan menerima tanggung jawab

d. Kempetensi penugasan

e. Mamahami kebutuhan orang lain

f. Terampil berurusan dengan orang lain

g. Ingin berhasil

h. Kemampuan memotivasi

i. Keberanian, keteguhan, dan ketahanan pribadi

j. Kemampuan memenangkan kepercayaan

k. kemampuan untuk megelola, memutuskan dan menetapakan prioritas

(55)

B. Penelitian Yang Relevan

a. Frenky. A.Mahendra (2010: 79) tentang Peran Kepemimpinan Sanggar

Kegiatan Belajar (SKB) Dalam Meningkatkan Kinerja Pamong belajar di

SKB Gunungk idul, dalam pelaksanaan proses kepemimpinan kepala SKB

dalam menjalankan perannya menggunakan pendekatan kepemimpinan

demokratis. Pemimpin yang demokratis menekankan sebagai pemimpin

yang mendelegasikan wewenang pada bawahan, mendorong partisipasi

bawahan, menekankan kemampuan bawahan dalam menyelesaikan

tugasnya dan memperoleh penghargaan melalui kekuasan pengaruh bukan

jabatan.

b. Penelitian Ulfah Umurohmi ( 2007: 48 ) tentang peran kepemimpinan

disebutkan bahwa Peran Kepala Sekolah adalah sebagai leader, manager,

supervisor. Dengan peranannya tersebut maka Kepala Sekolah mempunyai

tugas dalam memberdayakan guru antara lain memberikan motivasi,

mendukung dan mengembangkan sumber daya tenaga pendidikan dengan

melibatkan dan memberikan kesempatan untuk mengembangkan

profesionalime dalam menjalankan fungsinya.

Beberapa penelitian ini relevan dan dapat digunakan sebagai acuan

dalam penelitian ini. Karena dalam penelitian tersebut diatas tentang

kepemimpinan yang di dalamnya membahas peran, efektifitas, dan gaya

kepemimpinan yang dapat dijadikan sebagai referensi dalam penelitian

(56)

terutama dalam pengambil keputusan, membangun tim dan mengendalikan

konflik.

C. Kerangka Berpikir

Proses kepemimpinan pengelola PKBM sangat penting, dan sangat

berpengaruh besar terhadap keberlangsungan pengelolaan program yang di

laksanakan lembaga, mengingat pentingnya proses kepemipinan maka

berdasarkan kenyataan tersebut bahwa Peran kepemimpinan dalam organisasi

sangat penting dan tidak dapat ditawar lagi, karena pemimpin memegang

Peran dalam menentukan tercapai atau tidaknya tujuan organisasi.

Kerangka berpikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Idealitas Pemimpin

Pimpinan PKBM

Visi, Misi, Tujuan,

Kelengkapan,

Organisasi

coordinator, planner, polcy maker, expert, external group

representative, as pupeyor of reward and punisment, arbitrator and mediator, exemple, as a symbol of the

group, scapegoat

(57)

D. PertanyaanPenelitian

Agar penelitian ini benar-benar memungkinkan fakta-fakta yang ada

dan dapat memecahkan permasalahan pada BAB I mengenai Peran

Kepemimpinan Ketua PKBM, maka peneliti merumuskan beberapa

pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Apakah peran Ketua PKBM Ngudi Kapinteran Semanu selama ini ?

2. Apa saja yang dilaksanakan Pimpinan Ketua PKBM Ngudi Kapinteran

dalam peran sebagai koordinator program lembaga?

3. Apa yang telah dilaksanakan Pimpinan PKBM dalam peran sebagai orang

yang merencanakan program (planner)?

4. Apa yang dilaksanakan Pimpinan PKBM dalam perannya sebagai

pengambil keputusan di PKBM?

5. Apa yang dilaksanakan ketua PKBM dalam perannya sebgai wakil dari

kelompok dalam urusan luar?

6. Apa yang dilaksanakan ketua PKBM dalam menjalankan perannya sebagi

pemberi imbalan dan sanksi kepada staf dan tutor di PKBM?

7. Apa yang dilaksanakan ketua PKBM dalam menjalankan perannya

sebagai tenaga ahli dan sumber informasi di PKBM?

8. Apa peran kepemimpinan ketua PKBM dalam menjalankan visi misi

PKBM?

9. Apa yang dilaksanakan ketua PKBM dalam peran sebagai mediator dalam

(58)

10.Apa yang telah dilaksnakan ketua PKBM dalam menjalankan perannya

sebagai teladan (example) yang dijadikan model perilaku yang dapat

diteladani pengikutnya di lembaga PKBM?

11.Apa yang telah ketua laksanakan dalam menjalankan perannya sebagai

simbol dan identitas kelompok di PKBM?

12.Apa yang ketua laksanakan dalam menjalankan perannya sebagai

pembenar (scapegoat) di PKBM?

13.Fasilitas dan kesempatan apa yang diberikan Pimpinan PKBM kepada

(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian dengan mengunakan pendekatan kualitatif yaitu

pendekatan dengan cara memandang objek penelitian sebagai suatu sistem,

artinya objek kajian dilihat sebagai satuan yang terdiri dari unsur yang saling

terkait dan mendiskripsikan fenomena – fenomena yang ada (Suharsimi A,

1998: 209).

Bogdan dan Taylor (Moeleong, 2001: 3) mendefinisikan metode

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang

dapat diamati.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif karena

permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini tidak berkenaan dengan

angka-angka tetapi berupa kata-kata baik tertulis maupun lisan. Peneliti

bermaksud mendiskripsikan, menguraikan dan menggambarkan bagaimana

kepemimpinan Ketua PKBM dalam meningkatkan kinerja tutor kesetaraan.

B. Informan Penelitian

Informan sebagai sumber data adalah orang – orang yang dapat

memberikan informasi yang selengkap – lengkapanya. Dalam penelitian ini

(60)

ukuran dan jumlahnya. Dalam menentukan kriteria informan pada penelitian

kualitatif adalah sebagai berikut:

1. Informan sudah cukup lama dan itensif menyatu dalam kegiatan atau

bidang kajian peneliti.

2. Informan terlibat penuh dalam kegiatan bidang tersebut

3. Informan mempunyai waktu yang cukup untuk dimintai informasi

Dalam penelitian ini , yang menjadi informan adalah Ketua PKBM

Ngudi Kapinteran Semanu Gunungkidul, Ketua PKBM Ngudi Kapinteran

Semanu, satf dan tutor. Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan

sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber sehingga data

yang diperoleh dapat diakui kebenarannya.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian Peran Kepemimpinan Ketua PKBM di PKBM Ngudi

Kapinteran Semanu Gunungkidul, dilaksanakan pada bulan Oktober –

Desember 2012 Lokasi penelitian ini bertempat di PKBM Ngudi Kapinteran

Semanu, Gunungkidul.

D. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa macam teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

suatu penelitian, teknik yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:

(61)

Teknik Observasi ini merupakan kegiatan dilaksanakan untuk

mengamati dan melakukan pencatatan secara sistematis terhadap gejala-

gejala yang tampak pada objek penelitian.

Dengan fokus observasi terhadap 3 komponen utama yaitu ruang

(tempat, aktor/pelaku) dan aktivitas (kegiatan). Dalam penelitian ini yang

dimaksud dengan ruang (tempat) merupakan aspek fisik yang meliputi

gedung kantor dan ruang kerja dimana para tutor kesetaraan berintekasi

dengan rekan kerja lain, actor (pelaku) dalam kaitan penelitian ini adalah

orang – orang yang menjadi bagian dari sebuah organisasi PKBM yaitu

tutor kesetaraan, pimpinan atau Ketua PKBM, dan warga belajar binaan

PKBM Ngudi Kapinteran Semanu, sedangkan aktivitas (kegiatan)

merupakan kegiatan aktor dalam kaitannya menjalankan tugas pokok dan

fungsi di PKBM Ngudi Kapinteran Semanu

2. Teknik Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang

dilakukan langgsung oleh peneliti terhadap informan. Teknik wawancara

ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang akurat serta untuk

memperluas informasi yang didapat dari sumber lain. Dalam

melaksanakan wawancara ini pertanyaan – pertanyaan diajukan pada

informan diajukan dalam konteks tertentu dan memfokuskan pada hal –

hal yang berkaitan dengan penelitian.

Wawancara dilakukan untuk meminta penjelasan secara langsung

(62)

ketua Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat dalam mendorong Kinerja Tutor

Pendidikan Luar Sekolah Di Lingkungan Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat (PKBM) Ngudi Kapinteran Semanu, yaitu Tutor kesetaraan,

Pimpinan atau ketua PKBM Ngudi Kapinteran Semanu, dan warga belajar

binaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Ngudi Kapinteran

Semanu.

Proses wawancara dilakukan dengan terlebih dahulu mepersiapkan

pedoman wawancara dengan model pertanyaan terbuka, tidak kaku,

fleksible, dan disampaikan secara formal maupun informal. Pedoman

wawancara tersebut (terlampir), disusun dan digunakan sebagai arah agar

wawancara terfokus pada peran kepemimpinan ketua Pusat Kegiatan

Belajar Masyarakat (PKBM) di PKBM Ngudi Kapinteran

3. Teknik Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dukumentasi adalah

pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen – dokumen. Data yang

dikumpulkan dengan teknik dokumentasi ini cenderung merupakan data

sekunder, sedangkan data – data yang dikumpulkan dengan teknik

observasi, wawancara cenderung merupakan data primer atau data

langsung yang didapat dari pihak pertama.

Fungsi dari pengunaan metode ini adalah memperoleh data tertulis

yang meliputi: sejarah PKBM Ngudi Kapinteran Semanu, data ketenagaan,

(63)

Adapun metode pengumpulan data dapat dilihat pada tabel berikut

ini:

Tabel 1. Metode Pengumpulan Data

No Aspek Sumber data

- External group representative

- As prupeyor of reward and punisment

- Arbitrator and mediator

- Example

pendudukung dan penghambat peran kepemimpinan ketua PKBM dalam mendorong kinerja tutor.

Ketua, staff

E. Keabsahan Data

Teknik keabsahan data yang diperoleh dengan menggunakan teknik

triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau

(64)

digunakan dalam penelitian ini dengan memanfaatkan penggunaan sumber,

metode, dan teori.

Triangulasi dengan memanfaatkan sumber yaitu membandingkan dan

mengecek balik derajat kepercayaan informasi atau data yang diperoleh

melalui alat dan waktu yang berbeda dalam metode kualitatif. Langkah yang

digunakan dengan jalan membandingkan data hasil pegamatan dengan data

hasil wawancara serta membandingkan hasil wawancara dengan isu suatu

dokumen.

Triangulasi dengan memanfaatkan metode yaitu mengecek derajat

kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Dalam

penelitain ini peneliti membandingkan informasi yang diperoleh informan

yang satu dengan informan yang lainnnya.

F. Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan melalui penelitian ini dikelompokan menjadi

dua bagian yaitu data utama dan data pendukung. Data utama diperoleh

melalui informan, yaitu orang – orang yang terlibat langgsung dalam kegiatan

sebagai fokus penelitian. Sedangkan data pendukung bersumber dari

dokuman – dokumen berupa catatan, rekaman, gambar atau foto serta

bahan-bahan lain yang dapat mendukung penelitian ini.

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah dalam bentuk

kata-kata atau ucapan dari perilaku orang – orang yang diamati dalam

(65)

Menurut Lofland (Moleong, 2001: 112). Kaitan dalam penelitian ini sumber

data utama yaitu manusia (tutor kesetaraan, pimpinan PKBM, serta warga

belajar), Sedangkan sumber data tambahan adalah dokumentasi yang

berkaitan dengan proses kepemimpinan Ketua PKBM.

Penelitian ini mengunakan analisis data kualitatif interaktif yang

merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus menerus, penyajian data

dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Siklus tersebut dapat digambarkan

sebagai berikut. Langkah – langkah analisis data model intektif ini dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada pada

penyederhanaan dan tranformasi data kasar yang muncul di lapangan.

Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan membuang yang tidak perlu dan

mengorganisasi data yang sedemikian rupa sehingga kesimpulan–

kesimpulan finalnya dapat ditarik.

2. Penyajian data yaitu sekumpulan informasi yang tersusun memberikan

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Dengan melihat penyajian – penyajian, dapat memahami apa yang sedang

terjadi dan apa yang dilakukan lebih jauh, menganalisis atau mengambil

tindakan berdasarkan atas pemahaman yang diperoleh dari penyaji.

3. Menarik kesimpulan atau verifikasi yaitu sautu kegiatan konfigurasi yang

utuh. Tahap ini peneliti mencari makna dari data yang diperoleh dengan

(66)

muncul ke dalam satu kesatuan informasi yang mudah dipahami,

ditafsirkan dan dikatagorikan sesuai dengan masalahnya. Dari data atau

informasi yang didapatnya mencoba mengambil kesimpulan untuk

Gambar

Gambar 1. Kerangka Berpikir
Tabel 1. Metode Pengumpulan Data
Tabel 2. Profil Lembaga PKBM Ngudi Kapinteran Semanu.
Tabel 3. Keadaan Ketenagaan di PKBM Ngudi Kapinteran.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Lahan dengan kondisi drainase terhambat menjadi faktor yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman Eukaliptus karena untuk tumbuh optimal diperlukan kondisi drainase baik dan

Second, the Aumann-Shapley value for continuum finite type games can be found asymptotically by means of the multichoice value using admissible sequences of discrete multichoice

PERANAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BEI (BURSA EFEK INDONESIA) TAHUN.. 2009

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat sistem berbasis aturan yang dapat mendiagnosa penyakit flu burung secara online , sehingga dapat membantu masyarakat luas dalam

Simulasi dilakukan pada sistem pengecekan STNK di posko jalur keluar ITS untuk mendapatkan rekomendasi alokasi jumlah petugas sesuai dengan beban kerja optimal,

[r]

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMP buq’atun mu- barakah pondok pesantren darul aman ma- kassar maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Tidak ada hubungan

yang sudah disiapkan oleh sekolah dan bisa menggunakan teknologi yang ada”.60 Sebagai salah satu strategi yang dilaksanakan oleh kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas kinerja