BAB II KAJIAN PUSTAKA
3. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) a.Pengertian PKBM a.Pengertian PKBM
Menurut Umberto Sihombing (1999: 38) PKBM adalah tempat
pembelajaran bagi masyarakat yang diserahkan pada pemberdayaan
potensi desa untuk menggerakkan pembangunan dibidang
pendidikan.Keberadaan PKBM sebagai agen perubahan (agent of
change) dalam penyelenggaraan program pendidikan masyarakat di
tingkat desa. Hal ini dimaksudkan karena selama ini program pendidikan
masyarakat dilaksanakan diberbagai tempat dan berpindah- pindah, maka
dilakukan kontrol hasil pembelajaran masayarakat terencana dan
terprogram untuk ditelusuri keberadaannya dan hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan dengan kemandirian masyarakat dapat tumbuh
kembang dan tidak tergantung pada pemerintah.
PKBM merupakan salah satu upaya yang dikembangkan dengan
tujuan yang jelas bagi kepentingan masyarakat untuk menimba ilmu yang
diperlukan. Memadukan program masyarakat terhadap kualitas
pendidikan warganya dan mengembangkan jaringan informasi dan
kemitraan dengan lembaga yang ada di dalam maupun di luar masyarakat
dalam penyelenggaraan kegiatan di PKBM.
b. Tujuan PKBM
Menurut Umberto Sihombing (1999: 69) hal yang perlu
dipertimbangkan dalam penentuan tujuan PKBM, yaitu:
1) Mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah yang
diarahkan pada keswadayaan masyarakat dalam meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan untuk mengembangkan perekonomian
keluarga masyarakat
2) PKBM mengembangkan program serta melibatkan dan
memanfaatkan potensi masyarakat.
3) Potensi yang ada di masyarakat yang selama ini tidak tergali akan
dapat digali, ditumbuhkan dan dimanfaatkan melalui pendekatan
4) Memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi langsung dari
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.
5) Program yang dilakukan diarahkan pada pengembangan
pengetahuan ketrampilan yang sesuai dengan kebutuhan sehingga
mampu meningkatkan ekonomi keluarga.
Dari beberapa kajian di atas dapat dirumuskan bahwa tujuan
PKBM adalah agar program- program yang dilaksanakan dapat diterima
oleh masyarakat sekitar umumnya dan warga belajar khususnya.
c. Fungsi PKBM.
Menurut Umberto Sihombing (1999: 110) PKBM sebagai
lembaga yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat. Secara
kelembagaan pada hakikatnya ada beberapa fungsi yaitu:
1) Sebagai tempat kegiatan belajar bagi warga belajar
2) Sebagai pusat berbagai potensi yang berkembang di masyarakat
3) Sebagai sumber informasi bagi masyarakat, PKBM menjembatani
masyarakat dengan sumnber informasi dari luar
4) Sebagai sumber informasi bagi masyarakat, PKBM menjembatani
masyarakat dengan sumber informasi dari luar
5) Sebagai ajang tukar menukar berbagai pengetahuan dan ketrampilan
fungsional antar warga beklajar
6) Sebagai tempat berkumpul bagi warga masyarakat yang ingin
PKBM merupakan pusat kegiatan belajar masyarakat, dikelola
oleh masyarakat untuk kepetingan masyarakat dan bukan milik
pemerintah, yang bertujuan untuk meningkatkan taraf kualitas hidup
masyarakat dengan memanfaatkan potensi- potensi yang ada di
masyarakat.
Tuntutan dan harapan terhadap peran PKBM dalam memenuhi
dan mengantisipasi kebutuhan belajar bagi warga belajar melalui
pendidikan non formal dari tahun ke tahun semakin meningkat dan
komplek baik kualitas dan kuantitas. Namun dari sisi penyelenggaraan
program yang belum mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini berarti
program pendidikan yang dilaksanakan selain memiliki kekuatan juga
memiliki kelemahan. Kelemahan tersebut karena latar belakang warga
belajar yang berbeda- beda baik dari sisi usia maupun dari sisi
kebutuhan, sehingga penyelenggaraannya sulit berjalan sesuai dengan
apa yang direncanakan, proses belajar mengajar belum berjalan
maksimal, kelanjutan program kurang terjamin. Dampaknya, hasil belajar
juga belum mencapai hasil yang diharapkan.
Dari beberapa kajian tersebut dapat dirumuskan bahwa fungsi
PKBM adalah tempat yang digunakan untuk kegiatan belajar bagi
d. Pengelolaan PKBM
1) Strategi Pengelolaan
Strategi dalam hal ini dimaksudkan sebagai kiat, atau cara
yang digunakan dalam mendinamisasikan keberadaan PKBM.
Pengelolaan PKBM merupakan aktivitas seluruh pengelola PKBM
yang sangat penting. Berhasil-tidaknya dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya banyak bergantung dari pengelola dalam hal ini ketua
PKBM dan jajarannya. PKBM merupakan intistusi memiliki yang
telah ditetapkan. Tujuan akan tercapai dengan efektif dan efisien
apabila pengelolaannya mantap, melalui perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian yang baik.
Menurut Umberto Sihombing (1999: 130) aspek dalam
mengelola PKBM dapat ditinjau dari empat fungsi manajemen, yaitu:
a) Perencanaan, yaitu proses menentukan apa- apa yang akan yang
akan dilakukan, siapa yang melakukan, bagaimana melakukannya,
kapan dilakukan, di mana dilakukan, pembiayaan terhadap
berbagai program pendidikan masyarakat yang akan dilaksanakan,
dengan tujuan agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik.
b) Pengorganisasian, yaitu mencakup strukur pengelolaan personel
serta tugas dan fungsi masing- masing anggotanya.
c) Pelaksanaan, yaitu merupakan operasionalisasi dari apa yang
d) Pengawasan yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menjamin bahwa
pelaksanaan program tidak menyimpang dari yang diharapkan.
2) Variasi Pengelolan PKBM
Dalam pelaksanaan pengelolaan PKBM sangat variatif ada
banyak kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu ada yang dirintis dan
dikelola oleh a) Petugas Dikmas, b) Petugas Dikmas bersama TLD, c)
Penilik Dikmas bersama toikoh masyarakat, d) Petugas Dikmas
dengan LSM, e) Pamong Belajar SKB, f) TLD sendiri, g) Tokoh
masyarakat sendiri, h) LSM, dan i) oleh perusahaan.
3) Pola Pembiayaan PKBM
Pola pembiayaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang
akan lebih banyak menggali potensi masyarakat perlu terus
dipertahankan dan dikembangkan sehingga suatu saat PKBM dapat
menjadi lembaga yang mandiri yang merupakan swadaya murni
masyarakat.
4) Program Prioritas
Program prioritas yang dikembangkan yakni Program yang
mengutamakan pelayanan pembangunan manusia seutuhnya yang
mampu memecahkan persoalan kebutuhan hidup masyarakat.
5) Materi Belajar dan Bahan
Bahan dan materi belajar yang baik adalah yang mampu
menggugah minat dan motivasi belajar dari pembacanya, dengan
melaksanakan pengetahuan yang telah diperoleh dari hasil bacaannya
untuk memenuhi keinginannya secara nyata.
Kegiatan yang diselenggarakan PKBM mengacu pada program
kerja yang telah dibuat oleh lembaga. Gagasan tersebut muncul karena
adanya tuntutan akan peningkatan mutu layanan pendidikan,
khususnya pendidikan luar sekolah, pemuda dan olah raga. Pendidikan
Luar Sekolah (PLS) sudah banyak mendapat pengakuan dari berbagai
pihak, hal ini bisa terlihat dari banyaknya berdiri kelompok –
kelompok belajar yang di laksanakan Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM) tapi apabila ditinjau dari aspek kualitasnya
hasilnya belum sesuai dengan tujuan yang diharapakan. Program
pendidikan yang dibuat oleh PKBM harus memiliki kualitas yang
unggul, sehingga patut dicontoh oleh masyarakat maupun lembaga
lain.
Paralel dengan keberhasilan penyelenggaraan pendidikan
non formal oleh PKBM, pengelolaan Tutor secara profesional
merupakan salah satu prasyarat yang harus terpenuhi.
Peningkatan kemampuan tutor kesetaraan belajar selalu berkejaran
dengan harapan masyarakat yang semakin meningkat. Dalam kondisi
ini, tutor dipacu untuk terus meningkatkan mutu dan kompetensi
profesionalisme.
tempat pembuatan percontohan dan pengendalian mutu dengan
harapan agar kegiatan PNF dapat berjalan dengan baik dan bermutu,
tetapi ternyata PKBM nampaknya belum mampu memberikan
sumbangan yang memadai dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan luar sekolah, pemuda, dan olahraga.
Banyak indikator menunjukkan sulitnya ketenagaan yang
ada untuk mengoptimalisasikan program-program PNF. Proses
kepemimpinan Pengelola PKBM belum sepenuhnya maksimal
sehingga Tutor banyak yang merasa kesulitan dalam melakukan
identifikasi program, melaksanakan kegiatan sampai dengan
mengevaluasi program yang ada. Dampak dari permasalahan
kinerja tutor kesetaraan di PKBM tersebut di atas, apabila tidak
segera diatasi, maka PKBM sebagai ujung tombak pelaksanaa
kegiatan yang mempunyai fungsi membimbing dan mendidik
warga masyarakat akan dijauhi dan bahkan ditinggalkan oleh
masyarakat, karena PKBM dianggap tidak atau belum dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat.
Kinerja tutor juga berkaitan erat dengan proses kepemimpinan
ketua PKBM, kepemimpinan mengingat akan pentingnya proses
kepemimpinan, maka berdasarkan kenyataan diatas maka
kepemimpinan yang baik di PKBM Ngudi Kapinteran Semanu
Gunung Kidul perlu ditingkatkan. Karena kita ketahui Peran
ditawar sebab pemimpin memegang Peran dalam menentukan tercapai
atau tidaknya tujuan organisasi.
Seperti yang diungkapkan oleh Sondang P. Siagian (1983: 3)
bahwa: Demikian pentingnya peran kepemimpinan dalam usaha
mencapai sesuatu tujuan sehingga dapat dikatakan sukses atau
kegagalan yang dialami sebagian besar ditentukan oleh kualitas
kepemimpinan yang dimiliki oleh orang-orang yang diserahi tugas
untuk memimpin dalam organisasi itu.
Kunci untuk meningkatkan keefektifan kepemimpinan, adalah
keberanian untuk hidup berdasarkan visi yang kuat. Salah satu tema
visi yang paling sering dijumpai, yaitu membuat perbedaan dalam
artian keunggulan. Hal lain yang tidak kalah penting adalah
serangkaian harga diri, nilai-nilai yang di dasarkan pada standar
kesempurnaan tertinggi yang mungkin diraih. Sebagian nilai yang
paling memiliki sifat pemberdayaan diri adalah integritas, kejujuran,
kepercayaan, sikap optimis, tanggungjawab pribadi, menghormati
semua orang, dan terbuka terhadap perubahan. Nilai-nilai ini
membawa dampak mendalam terhadap kesehatan, kemakmuran, dan
kesuksesan hidup kita.
Dengan latar belakang di atas maka peran kepemimpinan ketua
PKBM merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap tugas
masyarakat (PKBM) dalam mendorong kinerja tutor kesetaraan
pendidikan luar sekolah di PKBM Ngudi Kapinteran Semanu” ini
dilakukan.
4. Kepemimpinan
a. Pengertian Kepemimpinan.
Benis (1959) seperti yang dikutip oleh Imam Moedjiono (2002:
04). Kepemimpinan adalah sebagai proses di mana seseorang
mempengaruhi bawahannya untuk bertingkah laku sesuai dengan apa
yang diharapkannya.
Ordway Tead (1935) dalam Imam Moedjiono (2002: 04)
kepemimpinan sebagai aktivitas mempengaruhi orang lain untuk bekerja
sama dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan pemimpin adalah orang
yang dapat mempengaruhi perilaku orang lain untuk diajak bekerja sama
dalam mencapai tujuan.
b. Fungsi Manajerial
Manajer adalah orang yang menjalankan fungsi-fungsi
manajemen. Diantara beberapa fungsi yang dikemukakan oleh para ahli
itu adalah Terry. Fungsi-fungsi manajemen menurut Terry adalah
Planning, Organizing, Actuating, Coordinating. Henry Fayol juga
mengemukakan fungsi manajemen yang agak berbeda dengan Terry
perbedaan mendasar tentang fungsi-fungsi manajerial antara para ahli
tidak jauh berbeda. Perbedaan terjadi pada definisi masing-masing fungsi
dengan fungsi lain.
Definisi fungsi-fungsi manajer berdasar pendapat Fayol (dalam
Hani Handoko, 1983: 168) adalah:
1) Planning
Perencanaan dalam hal ini diartikan sebagai suatu proses
memberikan definisi aktivitas yang masuk dalam proses
perencanaan:
a) Cara manajemen merancang struktur formal untuk penggunaan
yang paling efektif.
b) Bagaimana organisasi memberikan pembagian tugas kepada
personil yang ditempatkan distruktur organisasi.
c) Hubungan antar fungsi-fungsi, jabatan dan tugas para karyawan.
d) Cara para pemimpin membagi tugas yang harus dilakukan
anggota tim/ karyawan.
2) Organizing
Organizing adalah proses pengorganisasian. Proses pengorganisasian
didefinisikan dalam lingkup:
a) Penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan.
b) Perancangan dan pengembangan organisasi atau kelompok kerja
d) Pendelegasian wewenang pada personil yang diberikan
tanggung jawab.
3) Staffing
Adalah proses penarikan karyawan untuk menjalankan tugas proyek
atau organisasi. Dalam penyusunan personalia ini terlebih dahulu
dibuat job description. Hal ini berguna untuk menentukan kriteria
orang dengan kualifikasi apa dapat menjalankan tugas yang akan
dijalankan.
4) Actuating
Adalah membuat atau mendapatkan karyawan apa yang diinginkan.
Pada proses ini karyawan yang telah diberikan job description
diarahkan untuk mencapai misi oeganisasi.
5) Coordinating
Adalah penemuan dan penerapan cara/ peralatan untuk menjamin
rencana sesuai dengan yang ditetapkan. Tugas manajer adalah
memastikan bahwa pelaksanaan sesuai dengan rencana.
Perbedaan antara kepemimpinan dan manajemen. Cung dan
Megginson (dalam Wuradji, 2009 : 4) membandingkan antara pemimpin
dan manajer dalam aspek – aspek sebagai berikut:
1) Pemimpin memiliki pengikut, tidak semua manajer adalah
pemimpin. Manajer memiliki bawahan untuk diperintah dan
2) Pemimpin dalam menanamkan pengaruhnya terhadap pengikutnya
menggunakan daya tarik emosional. Sementara manajer dalam
menggunakan pengaruhnya dengan menggunakan rasional yang
kurang personal. Manajer dalam mengambil keputusannya selalu
menggunakan kewenangan formal dan pertimbangan rasional,
sementara pemimpin dalam mengambil keputusan menggunakan
kewibawaan, sehingga pengikutnya dalam melaksanakan
keputusannya tersebut dengan penuh kesadaran.
3) Pemimpin selalu berusaha memenuhi kebutuhan dan perasaan
anggotanya. Baik manajer maupun pemimpin memiliki
tanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan kelompok atau anggota
organisasinya, tetapi manajer lebih berorientasi pada terlaksananya
tugas- tugas yang harus dilakukan bawahannya (task orientation),
sementara pemimpin berorientasi human relationship lebih
mementingkan pada upaya pemenuhan kebutuhan dan perasaan –
perasaan pengikutnya.
4) Kepemimpinan merupakan alat manajemen. Manajer
mengembangkan kepemimpinan untuk mempengaruhi karyawannya
dalam mencapai tujuan- tujuan organisasi.
Konsep ini menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan bagian
dari manajemen. Cung dan Megginson (Wuradji, 2009: 4) ada sejumlah
1) Pemimpin berperan sebagai koordinator terhadap kegiatan kelompok
(coordinator)
2) Pemimpin berperan sebagai perencana kegiatan (planner)
3) Pemimpin berperan sebagai pengambil keputusan (polcy maker),
baik karena atas pertimbangannya sendiri, maupun setelah
mempertimbangkan pendapat kelompoknya.
4) Pemimpin berperan sebagai tenaga ahli (expert) yang secara aktual
berperan sebagai sumber informasi dan pengetahuan bagi
kelompoknya.
5) Pemimpin berperan sebagai wakil kelompok dalam urusan luar
(external group representative), yang bertugas mewakili kelompok
dalam hubungannya dengan kelompok lain.
6) Pemimpin berperan sebagai pemberi imbalan dan sanksi (as
purpeyor of rewards and punisment).
7) Pemimpin berperan sebagai arbritrasi dan mediator (arbitrator and
mediator),khusunya dalam menyelesaikan konflik internal ataupun
perbedaan diantara para anggotanya.
8) Pemimpin berperan sebagai teladan (example) yang dijadikan model
perilaku yang dapat diteladani pengikutnya.
9) Pemimpin berperan sebagai simbol dan identitas kelompok (as a
symbol of the group)
10) Pemimpin berperan sebagai pembenar (scapegoat) yang akan
c. Pendekatan Teori Sifat, Perilaku, dan Hubungan Kepemimpinan 1) Pedekatan Teori Sifat
Teori sifat, menyatakan individu yang memiliki sifat – sifat
tertentulah yang dapat menjadi seorang pemimpin. Individu tersebut
lebih dikenal sebagai orang yang super (great man). Teori ini
menegaskan ide bahwa ada beberapa individu dilahirkan memiliki
sifat – sifat tertentu yang secara alamiah menjadikan mereka seorang
pemimpin.