• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembentukan Kelompok Studi

Dalam dokumen Gerakan Mahasiswa Di Jakarta (1981-1990) (Halaman 68-75)

BAB III Metode Gerakan Mahasiswa 1981-1990 di Jakarta

3.3 Metode Gerakan Mahasiswa 1981-1990 di Jakarta …

3.3.2 Pembentukan Kelompok Studi

Fenomena kelompok studi (KS) seakan mengingatkan kita kembali kepada

salah satu metode perjuangan founding fathers kita di awal abad ke-20. Misalnya

saja, kita mengenal Kelompok Studi Umum (Algemeene Studieclub) yang

dikembangkan oleh Soekarno dan Kelompok Studi Indonesia (Indonesische

Studieclub) yang dimotori oleh Soeteomo. Setidaknya ada tiga alasan penting

terbentuknya KS ketika itu.

Pertama, kekecewaan pemuda terhadap parpol yang ada seperti PKI, dan

SI. Umumnya mereka kecewa dalam hal perbedaan ideologi. Kedua, anggapan

KS sebagai media alternatif pada waktu itu. Dalilnya adalah sangat

membahayakan bagi mereka jika menghadapi kolonialisme dengan cara-cara yang

represif. Ketiga, KS adalah media yang sifatnya lintas agama, suku dan daerah.

52 Ibid.

Sehingga tidak terjadi kesenjangan sosial dan dapat membina persaudaraan.53

Kini sejarah berulang. Fenomena kelompok studi kembali hadir di era

80-an. Tentunya dengan jiwa atau semangat zaman (zeitgeist) yang berbeda.

Pembentukan KS tentunya mempunyai latar belakang seperti KS yang terbentuk

pada awal pergerakan nasional. Menurut Rizal Mallarangeng pembentukan KS

adalah sebuah perubahan gerakan mahasiswa akibat tindakan represif pemerintah

(militer) terhadap mahasiswa.

Tujuan mereka sendiri sangat tegas: Indonesia merdeka.

Perubahan ini juga sebagai ketidakpuasan mahasiswa terhadap lembaga

kepemudaan yang merepresentasikan kepentingan mahasiswa seperti Komite

Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) dan Resimen Mahasiswa (Menwa).54 Sebab

lain kelahiran KS adalah terputusnya gerakan politik praktis mahasiswa. Apalagi

semenjak diberlakukannya konsep NKK/BKK.55

53

Adi Suryadi Culla, Op., Cit., hal., 25-26. Dan juga lihat Frank Dhont, Nunung Prajarto (ed.), Nasionalisme Baru Intelektual Indonesia Tahun 1920-an, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005, hal., 30-47

Dengan kata lain KS adalah

metamorfosis gerakan mahasiswa akibat tidak mendukungnya sistem politik

ketika itu: depolitisasi dan tindakan represif penguasa.

54

Rizal Mallarangeng, PRD dan Megawati dalam majalah Gatra, 10 Agustus 1996 55

Kondisi ini sama halnya dengan KS pada awal ke-20. Hanya saja yang

menjadi subyek pembuat sistem politik yang dehumanisasi berasal dari kekuasaan

luar (asing), yaitu pemerintah Kolonial Belanda. KS pada periode 1980-an,

tepatnya pada tahun 1984-1986, tentunya berdiri dengan fungsi yang mengikuti

zamannya. Oleh karena kondisi saat itu tidak bersahabat dengan gerakan

mahasiswa, maka fungsi utama hadirnya KS adalah sebagai sense of intelektual.

Hal ini dapat dilihat pada tiga kondisi:

1. Format kegiatan mahasiswa pada periode ini adalah menekankan

terhadap aksi informasi.

2. Jika mahasiswa sebelumya terjebak dalam kegiatan politik praktis,

maka pada periode ini gerakan mahasiswa mempunyai tipe gerakan

berupa penyadaran, dakwah atau diskusi. Dan umumnya tema

diskusi tersebut berkisar di permasalahan politik, ekonomi dan

sosial budaya.

3. Karena bentuknya adalah kelompok studi, maka gugatan atau

tuntutan gerakan mahasiswa saat itu adalah gugatan politik berupa

teori atau konsep terhadap kebijakan yang ada.56

56

Pada umumnya kelompok studi-kelompok studi terkonsentrasikan di

kota-kota besar antara lain, di Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. Hal ini dapat saja

dimaklumi karena konstelasi politik nasional sangat dominan di pulau Jawa

(tentunya tanpa mengucilkan peranan atau kontribusi dari daerah lainnya,

terkhusus dari luar pulau Jawa). Untuk di Jakarta sendiri ada beberapa KS yang

menghiasi pergerakan mahasiswa pada periode 80-an.

Diantaranya yaitu, Kelompkok Studi Proklamasi (KSP), Kelompok Studi

Indonesia (KSI), Kelompok Studi Forum Mahasiswa Ciputat (Formaci),

Kelompok Studi Lingkaran Studi Indonesia (LSI), Indonesian Students Forum for

International Studies (ISAFIS), dll. Namun, pada kesempatan ini, penulis hanya

akan membicarakan tiga KS saja: KSP, LSI dan Formaci.

3.3.2.1 Kelompok Studi Proklamasi (KSP)

Kata “Proklamasi” pada KSP didasarkan pada alamat KSP di jalan

Proklamasi, Jakarta Pusat. KSP sendiri berdiri pada tahun 1983. Mereka

melakukan diskusi bulanan di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara. Makanya, tak

heran anggota-anggota KSP didominasi dari STF Driyarkara. Selain ada juga

Agama Islam Negeri (IAIN) Hidayatullah, Universitas Nasional (Unas), dan IKIP

Jakarta yang sekarang berganti nama menjadi Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

Dalam kegiatan diskusi rutinnya, KSP mengambil topik-topik sekitar

dunia mahasiswa dan isu-isi politik dan ekonomi yang berkembang pada saat itu.

Seiring perjalanan waktu, KSP sempat memindahkan sekretariatnya ke daerah

Rawasari.

3.3.2.2 Kelompok Studi Lingkaran Studi Indonesia

Jika KSP concern pada permasalahan sosial-politik, maka LSI

terkonsentrasi kepada soal perlindungan konsumen di pedesaan. Dengan kata lain,

domain ekonomi mendapatkan porsi yang besar dalam kegiatan diskusi mereka,

meskipun tema-tema tentang sosial-politik juga tetap disinggung oleh mereka.

Para anggota LSI kebanyakan berasal dari mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan

Politik dan Fakultas Sastra UI. Pada perkembangannya, LSI juga terkadang aktif

mendatangkan pembicara atau pemateri dari luar negeri.

Kemampuan mereka mendatangkan pembicara dari luar menunjukkan

(logistik). Ini terbukti juga ketika LSI sering mengadakan diskusi di hotel. LSI

sendiri berdiri pada tahun 1989.

3.3.2.3 Kelompok Studi Diskusi Formaci

Kelompok Studi ini adalah sempalan atau pecahan dari KSP.

Dibandingkan KS sebelumnya, KS Formaci termasuk KS yang “pas-pasan” dalam

hal pendanaan. Ini terlihat ketika mereka hanya mampu mengadakan diskusi di

rumah-rumah kontrakan mereka sendiri. Dan untuk pembicara atau pemateri juga

lebih banyak berasal dari kalangan internal mereka saja. Namun, kondisi ini

bukan berarti mengakibatkan mereka tidak serius dalam menjalankan

kegiatannya.

Bahkan KS ini termasuk golongan KS yang “radikal” dalam hal

pemikiran. Ini bisa dimaklumi karena pola pikir mereka kebanyakan diserap dari

ide-ide “kiri”. Buku-buku tentang Marxisme menjadi bacaan “wajib” bagi KS

Formaci. Keradikalan mereka juga ditunjukkan dalam kuantitas diskusi yang

intensitasnya cukup tinggi, yaitu sebanyak empat kali dalam seminggu.57

57

Dari beberapa contoh KS di atas kiranya cukuplah jelas bahwa fokus

utama berdirinya KS adalah sebagai media penyadaran. Mereka hadir sebagai

sebuah counter product terhadap isu-isu politik yang ada. Dan pada akhirnya

berharap kegiatan mereka dapat memberikan pengaruh kepada mahasiswa

lainnya, bahkan juga kepada masyarakat sekitarnya. Di lain pihak, ada juga yang

menyebutkan pembentukan KS merupakan sebuah gerakan intelektual mahasiswa.

Tentunya intelektual yang menekankan pada banyaknya kegiatan diskusi.

Sisi positif KS adalah adanya bukti dari mahasiswa untuk tetap bisa berkreatifitas

di tengah-tengah himpitan pihak penguasa. Memang dari segi penciptaan

momentum, gerakan kelompok studi belum bisa mengimbangi para

pendahulunya. Dengan kata lain, KS tidak berhasil merombak srtuktur atau sistem

politik otoriter ketika itu.

Keberadaan kelompok studi dan LSM ternyata bukan satu-satunya media

“pelarian” mahasiswa ketika itu. Memang kedua lembaga ini bisa dikatakan lebih

dominan. Baik dari segi jumlah (kuantitas organisasi dan anggota) maupun dari

segi kegiatannya. Tetapi, gerakan mahasiswa periode 1980-an juga menghadirkan

beberapa elemen perjuangan lainnya. Yaitu, pers mahasiswa (Persmawa) dan

Dalam dokumen Gerakan Mahasiswa Di Jakarta (1981-1990) (Halaman 68-75)

Dokumen terkait