SITUASI UPAYA KESEHATAN
C. PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR 1. Penyakit Menular Langsung
a. Penyakit TB Paru
Upaya Pemerintah dalam menanggulangi penyakit TB Paru setiap tahun menunjukkan kemajuan. Dimana dapat dibuktikan dengan meningkatnya jumlah penderita yang ditemukan dan disembuhkan setiap tahun. Case Detectian Rate (CDR) atau angka penemuan kasus TB Paru BTA (+) menggambarkan proporsi antara penemuan Tb Paru TB BTA (+) dengan jumlah perkiraan kaus TB Paru. Indikator lain untuk mengendalikan penyakit TB Paru adalah Success Rate (SR) atau angka keberhasilan pengobatan.
Pada Tahun 2012 ini, Jumlah penderita BTA (+) baru yang ditemukan sebanyak 721 orang dengan CDR sebesar 53,49%. Capaian ini belum mencapai target CDR yang ditetapkan yaitu 70%. Kondisi ini menunjukkan masih rendahnya penemuan kasus TB Paru. Angka capaian CDR tahun 2012 ini menurun bila dibandingkan dengan capaian tahun 2011 yaitu sebesar 56,53%.
Upaya untuk meningkatkan angka cakupan penemuan penderita baru BTA (+) pada tahun 2012 adalah menjalin kemitraan dengan LSM keagamaan (Aisyiyah Cabang Jombang) dengan membentuk kader TB di 10 (sepuluh) kecamatan dan memperluas jangkauan ekspansi program DOTS ke UPK lain (RSUD dan RS Swasta di Kabupaten Jombang).
Dalam mengukur keberhasilan pengobatan TB digunakan Angka Keberhasilan Pengobatan (Succes Rate = SR) yang mengindikasikan persentase pasien TB paru BTA positif yang menyelesaikan pengobatan, baik yang sembuh maupun yang menjalani pengobatan lengkap diantara pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat. Tahun 2012 diketahui SR di Kabupaten Jombang adalah 89,50% menurun sedikit dibanding tahun 2011 dimana SR mencapai 89,78%. Hal ini disebabkan oleh kurang optimalnya koordinasi lintas sector dan lintas program.
Gambar 4.23
Persentase Keberhasilan Pengobatan Penderita TB Paru (Success Rate) menurut Puskesmas dan Rumah Sakit Kabupaten Jombang Tahun 2012
Sumber : Seksi P2P Dinkes Kab. Jombang
Dari gambar di atas terlihat bahwa sebagian besar puskesmas maupun rumah sakit telah menunjukkan keberhasilan pengobatan untuk penyakit TB Paru sesuai target capaian.
Gambar 4.24
Persentase Penemuan Kasus Baru (CDR) dan Keberhasilan Pengobatan Penderita TB Paru (SR) di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
Sumber : Seksi P2P Dinkes Kab. Jombang
Grafik di atas menunjukan adanya tren naik dalam hal dan keberhasilan pengobatan tapi menurun dalam hal penemuan kasus baru penyakit TB Paru.
b. Kusta
Dalam upaya pengendalian penyakit kusta maka digunakan indikator penemuan kasus baru atau New Case Detection Rate (NCDR), proporsi cacat tingkat II, dan proporsi kasus anak di antara kasus baru.
NCDR menggambarkan jumlah kasus baru terhadap 100.000 penduduk, untuk mengetahui tingkat penularan di masyarakat dapat dilihat melalui angka proporsi cacat tingkat II. Proporsi cacat tingkat II menunjukkan adanya keterlambatan dalam penemuan penderita, sedangkan proporsi anak menunjukkan masih adanya sumber penularan di masyarakat.
Pada tahun 2012 ini capaian NCDR sebesar 10,35 per 100.000 penduduk, penderita anak (0-14 tahun) sebesar 5,56%, tahun 2011 tercapai 4,59% dan tingkat kecacatan II sebesar 23,81% angka ini menurun dibanding tahun 2011 (24,77%).
Untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit kusta dilakukan melalui penemuan penderita secara aktif dan pasif, pengobatan dengan MDT, untuk mencegah kecacatan dilakukan pemeriksaan POD (Prevention of Disability) setiap bulan selama masa pengobatan dan rehabilitasi medis.
c. Penyakit HIV AIDS
Upaya pelayanan kesehatan dalam rangka penanggulangan penyakit HIV/AIDS disamping ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan juga diarahkan pada upaya pencegahan melalui penemuan penderita secara dini yang dilanjutkan dengan kegiatan konseling.
Upaya penemuan penderita secara aktif dilakukan dengan pemantauan pada kelompok beresiko Penderita Menular Seksual (PMS) seperti Wanita Penjaja Seks dilakukan oleh tenaga Manager Kasus (dari KPA dan Global Fund) dengan cara turun langsung pemeriksaan pada kelompok beresiko di lapangan oleh Tim VCT (Volountary Conselling Testing) atau KTS (Konseling Testing Sukrela. Kegiatan ini disebut dengan VCT mobile. Pemeriksaan dilakukan pada kelompok beresiko tinggi (Lokalisasi dan Lapas).
Upaya penanganan penyakit HIV/AIDS di Kabupaten Jombang dikomandani oleh KPAD (Komisi Penanggulangan AIDS Daerah) dengan beranggotakan Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, Kementerian Agama dan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa. Dimana tiap-tiap anggota menangani masalah HIV/AIDS sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) masing-masing. Dalam hal pendanaan juga dijalin kerja sama dengan Global Fund.
Selain itu penemuan penderita HIV/AIDS juga didapatkan melalui skrining HIV/AIDS terhadap darah donor. Informasi dari UPT PMI Kabupaten Jombang, dari 15.486 darah pendonor darah yang ada, diskreening HIV sebanyak 15.281 sampel darah (98,68%).
d. Pneumonia
Cakupan penemuan penderita pneumonia balita merupakan persentase jumlah Penderita pneumonia balita terhadap target penemuan pneumonia balita. Target penemuan Pneumonia balita adalah 10% dari jumlah balita yang ada. Jumlah balita penderita pneumonia yang dilaporkan di Kabupaten Jombang tahun 2012 adalah 1.518 balita sedangkan target penemuan pneumonia balita adalah 10.617 balita. Sehingga angka penemuan kasus pneumonia balita adalah 14,30%. ini meningkat dibandingkan tahun 2011 angka
Gambar 4.25
Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Balita di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
Sumber : Seksi P2P Dinkes Kab. Jombang
Upaya pemberantasan penyakit ini difokuskan pada upaya penemuan dini dan tatalaksana kasus yang cepat dan tepat pada penderita.
Gambar 4.26
Cakupan Penemuan dan Penanganan Pneumonia Balita menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
Sumber : Seksi P2P Dinkes Kab. Jombang
Cakupan penemuan penderita pneumonia balita di tiap puskesmas masih menunjukkan di bawah target SPM 100%. Hal ini di sebabkan oleh kecenderungan masyarakat memeriksakan balita dengan pneumonia ke rumah sakit atau dokter praktik swasta dan tidak dilaporkan ke Dinas Kesehatan serta sosialisasi tatalaksana kasus pneumonia belum optimal.
2. Penyakit Menular dengan Perantara Binatang a. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit menular yang sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa KLB. Perjalanan penyakit ini cepat dan dapat menyebabkan kematian.
Upaya pencegahan dan pemberantasan DBD dititikberatkan pada penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam pemberantasan sarang nyamuk (gerakan 3 M), pemantauan Angka Bebas Jentik (ABJ) dengan membentuk Jumantik serta pengenalan gejala DBD dan penanganannya di rumah tangga.
3. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi a. Penyakit Tetanus Neonatorum
Penanganan kasus tetanus neonatorum memang tidak mudah tetapi juga bukannya tidak mungkin untuk dicegah. Yang terpenting adalah upaya pencegahannya melalui pertolongan persalinan yang higienis ditunjang dengan imunisasi TT pada ibu hamil.
Adapun upaya yang telah dilakukan adalah dengan peningkatan pertolongan persalinan oleh tanaga kesehatan dan pemberian imunisasi TT 5 dosis serta perawatan tali pusat yang higienis (clean and safe delivery).
b. Penyakit Campak
Upaya untuk menekan kasus campak adalah dengan memberikan imunisasi dasar lengkap pada saat bayi sebelum usia 1 tahun dan anak SD kelas 1 (satu), serta pemberian makanan dengan menu gizi seimbang (peningkatan gizi).
c. Penyakit Difteri
Upaya menekan kasus Difteri dilakukan melalui imunisasi dasar pada bayi yaitu dengan vaksin DPT-HB sebanyak 3 kali sebelum usia 1 (satu) tahun, pemberian Imunisasi DT pada anak Sekolah Dasar kelas 1 (satu) dan Td pada anak Sekolah Dasar kelas 2 dan 3, serta rantai dingin penyimpanan vaksin. Selain itu juga dilaksanakan upaya peningkatan sosialisasi bahaya penyakit Difteri serta pentingnya Imunisasi.
d. Penyakit AFP
Upaya pencegahan dan pemberantasan suspect Polio (AFP) dilakukan melalui pemberian Imunisasi Polio lengkap pada saat bayi sebelum usia 1 (satu) tahun dan peningkatan surveilans aktif Rumah Sakit (HBS) maupun survelens aktif di masyarakat (CBS), terhadap kasus AFP usia <15 tahun.
D. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT