• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA

4.3 Profil Informan

4.4.1 Upaya Pemberdayaan Kelompok Tani Museum

4.4.1.1 Pemberdayaan Bidang Ekonomi Melalui PUAP(

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP) merupakan salah satu program yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan pembangunan. Salah satu program yang bertujuan terhadap pengentasan kemiskinan dipedesaan adalah PUAP( Pengembangan usaha agribisnis pedesaan). PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha bagi petani yang dikoordinasikan oleh Gapoktan.

Hasil penelitian memperlihatkan pelaksanaan program PUAP bagi kelompok tani Museum pada tahun 2008 ini, menyatakan bahwa dana PUAP secara terkoordinasi masuk ke rekening Kelompok Tani Museum, dengan adanya dana PUAP yang langsung dilimpahkan kepada kelompok tani Museum, maka secara otomatis ketua kelompok tani Museum beserta anggota kelompok musyawarah untuk membicarakan pengelolahan bantuan yang diperoleh sebesar 10 juta kepada kelompok tani Museum. Dana PUAP yang sebesar 10 juta tersebut yang terkoordinasi oleh Gabungan kelompok Tani (Gapoktan) Desa Raya. Dengan hasil musyawarah yang yang diputuskan oleh keanggotaan kelompok tani Museum bahwa memutuskan dana bantuan PUAP tersebut

dipergunakan untuk kegiatan simpan pinjam para anggota kelompok tani museum. Hal tersebut dituturkan oleh ketua Kelompok Tani Museum:

“ 2008 itu gapoktan dapat bantuan PUAP dana 100 juta untuk dana permodalan, baru uang itu dibagikan ke 10 kelompok tani, dikelompok tani museum ini uang yang 10 juta itu kita buat jadi modal pinjaman anggota kelompok museum dengan bunga 2% agar uang ini bertambah karena ada pertanggung jawaban kegapoktan, dengan 2% itu, 1% untuk Gapoktan 1% lagi untuk administrasi kelompok tani, meminjam uang itu harus dengan beberapa syarat yang neken itu harus ikut suami-istri, perjanjian peminjaman diatas kertas yang bermaterai”( D. Sembiring)

Hal yang sama juga dituturkan oleh bapak Jekson Kemit, dimana beliau selaku bendahara kelompok tani museum :

“dapat dana PUAP kemaren kelompok tani didesa kita ini, ya didiskusikanlah semua anggota dikemanakan dana PUAP yang 10 juta ini, sepakatnya dijadikanlah modal simpan pinjam untuk semua anggota museum”(Jekson Kemit)

Dari Penjelasan diatas bahwa dana program PUAP yang diberikan kepada kelompok tani Museum dialokasikan sebagai dana simpan pinjam kelompok tersebut. Pengelolahan dana PUAP yang dialokasikan menjadi kegiatan usaha simpan pinjam yang ada pada kelompok tani museum bersifat tertutup, tertutup dalam arti hanya dapat dimanfaatkan untuk anggota-anggota kelompok tani museum. Dengan berawal dari bantuan permodalan yang diberikan pemerintah melalui gabungan kelompok tani di Desa

Raya lalu disalurkan maka keanggotaan kelompok tani museum mengelola permodalan simpan pinjam.

Hal yang sama juga dituturkan oleh penyuluh pertanian yang mengetahui adanya bantuan program PUAP yang diberikan oleh dinas pertanian setempat kepada kelompok tani, termasuk kelompok tani museum pada saat itu, berikut penuturan Ibu Ripka Ginting selaku penyuluh pertanian:

“ itu dana PUAP di Desa Raya berkisar 100 juta diserahkan ke Gapoktan jadi dari gapoktan disalurkan kekelompok, jadi yang masuk terdaftar dana PUAP kemaren itu hanya 10 kelompok, jadi disini kita memfasilitasi bagaimana penyebarannya, jadi dana itu kelompok yang mengolah dalam bentuk simpan pinjam, jadi diberi dana itu bukan sekedar saja, tapi setiap anggota yang meminjam ada bunganya itu, itulah bunganya itu untuk kelompok tani sebagai pertanggjawaban, tapi disini bunganya hanya 1% itu untuk laporan ke gapoktan ajanya. “ (Ibu Ripka Ginting)

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan dorongan dan bantuan pemerintah terhadap kelompok tani maka kelompok tani museum berinisiatif untuk mengolah dana PUAP yang sebesar 10 juta tersebut kedalam kegiatan simpan pinjam dikeanggotaan kelompok tani museum. Dimana dalam penuturan ketua kelompok tani tersebut bahwa untuk dapat meminjam dana yang telah dilimpahkan untuk kegiatan simpan pinjam tersebut tidaklah sembarangan, terdapat syarat-syarat tertentu dalam kegiatan meminjam pada kelompok.

Sesuai dengan sifatnya yang lebih sebagai program dengan pendekatan delivery, maka tidak dapat dihindari pelaksanaanya yang juga bersifat top-down dan sentralistis. Walaupun dalam jangka pendek program-program tersebut dapat mengangkat masyarakat

terbawah dari kemiskinan, dalam jangka panjang akan menimbulkan sifat-sifat ketergantungan, terutama ketergantungan pada program-program dari luar khusunya pemerintah. Sebagai akibat lebih lanjut akan sulit tercipta proses pembangunan yang berkelanjutan, karena masyarakat akan melakukan aktivitas selama ada program saja, apabila program tersebut berhenti maka mereka juga berhenti dan menunggu turunya program-program berikutnya (Soetomo, 2006: 393).

Dengan berjalannya waktu, pengolahan permodalan simpan pinjam yang dilakukan oleh kelompok tani Museum semakin mandiri, dimana mereka dapat mengelola kegiatan simpan pinjam tersebut secara mandiri dan kreatif dengan mengelola simpan pinjam secara teratur dan terorganisasi sesuai dengan peraturan yang disepakati bersama oleh anggota kelompok. Dimana kesepakatan saat ini yang ada mengenai pengelolaan kegiatan simpan pinjam tersebut yang dikelola oleh anggota kelompok mengenai bunga pinjaman, yaitu hanya beban bunga sebesar 1%, dimana bunga yang 1% tersebut dipergunakan hanya untuk admistrasi peminjaman, dan bunga yang 1% tersebut digunakan untuk segala biaya admistrasi kelompok tani museum tersebut.

Selain berasal dari bantuan pemerintah, keanggotaan kelompok tani museum juga memiliki iuran bulanan, dimana iuran bulanan tersebut juga sebagai tambahan modal ekonomi kelompok yang dapat digunakan sebagai kegiatan simpan pinjam pada kelompok tersebut. Hal tersebut dituturkan oleh ketua kelompok tani Museum:

“Iuran perbulan sepuluh ribu tiap anggota, jadi uang yang dikumpul sepuluh ribu itu digunakan untuk anggota sama biaya-biaya pengeluaran pengurus umpamanya entah ada pertemuan rapat, jadi itu dikeluarkan sebagian dengan pembukuan yang jelas oleh bendahara, jadi uang yang

membutuhkan dengan biaya bunya 1%, sistemnya bergilir dipake 3 bulan sekali untuk anggota”( D. Sembiring)

Hal senada juga disampaikan oleh bapak Merga Ginting sebagai mana didalam keanggotaan sudah terstruktur dengan baik dan memiliki tugas masing-masing didalam bidangnya. Berikut hasil penuturan beliau:

“dari iuran yang kita kumpul tadi itukan, ada bendahara itulah pak jekson kemit itu yang mencatat berapa uang masuk sama uang keluar kita dari iuran yang dikumpul tadi, anggota yang menyetor itu dicatat, jadi semua jelas uang keluar sama uang masuknya, dari iuran kas itulah jadi simpan pinjam, jadi seperti tabungan juga sama kelompok”( Merga Ginting)

Mengacu dari penjelasan diatas, pemberdayaan ekonomi yang dibentuk oleh kelompok tani museum saat ini adalah kegiatan usaha simpan pinjam. Usaha simpan pinjam ini bukanlah merupakan suatu usaha pinjam, yaitu dimana seseorang dapat meminjam saja, tetapi suatu usaha yang juga membina anggotanya untuk menabung, oleh karena itu, usaha simpan pinjam harus mempunyai efek membawa kesejahteraan anggota, tidak hanya menanamkan sikap meminjam saja.

Kegiatan usaha simpan pinjam tersebut digunakan kelompok untuk sarana sebagai membantu anggota dalam menopang kebutuhan sehari-hari bagi anggota yang mengalami ekonomi yang kurang dalam segi keuangan, selain itu kegiatan usaha simpan pinjam ini berfungsi sebagai pinjaman modal usaha bagi anggota kelompok yang mengalami kekurangan modal untuk modal pertaniannya. Kegiatan usaha simpan pinjam yang berfungsi untuk sarana sebagai membantu anggota dalam menopang kebutuhan

sehari-hari petani merupakan fungsi manifest yang diterima oleh petani. Fungsi nyata (manifest) adalah konsekuensi objektif yang membantu penyesuaian atau adaptasi dari sistem dan disadari oleh partisipan dalam sistem tersebut( Poloma, 2010 : 39) . Dalam hal ini kegiatan simpan pinjam yang ada pada kelompok tani museum secara langsung petani merasakan tujuan dari adanya kegiatan simpan pinjam tersebut, petani langsung merasakan manfaat yang diperoleh berupa mereka dapat meminjam uang untuk keperluan sehari-hari anggota. Hal tersebut dapat terlihat dari penuturan dari seorang anggota yang secara langsung merasakan fungsi dari simpan pinjam tersebut:

“… memang kalo hidup sebagai petani sudah saling membantu, walaupun bapak berasal dari suku jawa sudah bapak rasakan dimanapun bapak tinggal, kelompok tani kami itu buat iuran bulanan supaya ada uang simpanan nanti kalo lagi habis habisnya uang kita, kayak bapak kemarin minjam dikelompok, kebetulan lagi ga bagus tanaman kita yang gunung kemaren itu, rusak semua tanaman bapak, gak ada lagi uang untuk sehari-hari makan bapak sama istri. ” (Pak Suadi)

Dari penjelasan diatas dapat dianalisa, dimana kegiatan simpan pinjam yang ada pada kelompok tani museum tersebut sangat membantu terhadap masa depan para anggota, kita ketahui banyak unsur- unsur yang mempengaruhi kegiatan produktivitas pertanian, salah satunya iklim, iklim yang kurang baik sangat mepengaruhi produktivitas pertanian petani, sehingga petani dapat dikatakan tidak memiliki penghasilan ataupun dapat dikatakan merugi jika melihat iklim yang kurang bersahabat terhadap produktivitas pertanian, hal tersebut mengakibatkan ketidakstabilan ekonomi petani, dimana petani tidak dapat mengahasilkan apa-apa dari pertaniannya sehingga sama sekali tidak memiliki penghasilan. Dengan adanya kegiatan simpan pinjam tersebut berdampak postif

pada petani, dimana kegiatan simpan pinjam tersebut menjadi salah satu bantuan yang diharapkan petani.

Fungsi kegiatan usaha simpan pinjam tersebut bukan hanya sekedar wadah meminjam uang bagi anggotanya, fungsi dari kegiatan usaha simpan pinjam ini juga mengajarkan kepada petani untuk hidup hemat, hidup hemat dalam arti disini bukan berarti hidup kikir. Hidup hemat ialah dapat menggunakan/mengatur penggunaan uang secara bijaksana, tanpa pemborosan, serta menabung setiap rupiah yang dapat disimpan. Dengan hidup hemat masyarakat petani dapat dipastikan kehidupan masyarakat petani dapat berjalan baik. Dimana setiap pengeluaran sehari-hari yang akan dikeluarkan oleh keluarga akan dapat dikontrol sehingga keuangan petani dapat dikatakan lebih baik dari sebelumnya. Fungsi dari kegiatan usaha simpan pinjam yang mengajarkan kepada petani untuk hidup hemat adalah fungsi yang diperoleh petani secara tidak sadar. Fungsi laten adalah fungsi yang tidak disadari oleh individu tersebut ( Poloma, 2010:39), dengan adanya iuran petani dalam kelompok tani yang dibayarkan setiap bulannya maka secara tidak langsung petani memperoleh pelajaran yang sangat berharga dimana petani dapat belajar menabung didalam kehidupan sehari-harinya. Selain itu, secara laten kegiatan usaha simpan pinjam ini berfungsi sebagai ikatan pemersatu kelompok. Kegiatan usaha simpan pinjam merupakan suatu kegiatan kerjasama antar manusia, maka perlu dipikirkan bagaimana manusia itu dapat kerjasama dengan baik. Memang dalam beberapa segi manusia ada pembeda, baik itu dalam hal apapun, dan hal ini tidak perlu dipaksakan untuk sama. Tetapi untunglah dalam kegiatan usaha simpan pinjam itu selalu ada sesuatu yang sama, persamaan yang sama itu disebut “common bond” atau “ ikatan pemersatu”. Inilah yang menjadi titik tolak pemersatu dalam kegiatan usaha simpan

pinjam tersebut ( Wiryanto. 1973: 140). Simpan pinjam yang berfungsi sebagai ikatan pemersatu dimaksudkan adalah dimana dengan adanya kegiatan simpan pinjam yang ada pada kelompok tani dapat menyatukan anggota kelompok tersebut dalam bidang ekonomi. Dimana terdapat rasa saling membantu sesama jika ada keluarga salah satu anggota kelompok yang mengalami kekurangan secara ekonomi.

Kegiatan usaha simpan pinjam juga berfungsi sebagai sarana pembangunan masyarakat melalui kerjasama, pembangunan masyarakat disini justru dicapai dengan suatu kegiatan sosial, karena usaha simpan pinjam bukanlah usaha perseorangan, tetapi merupakan suatu usaha kelompok bersama, baik secara struktural maupun secara fungsional, artinya bahwa usaha simpan pinjam ini mempunyai struktural sosial dan fungsi sosial dalam hubungan antara manusia. Hal tersebut yang menyebabkan bahwa usaha simpan pinjam itu disebut suatu sarana pembangunan masyarakat.

4.4.1.2Pemberdayaan Bidang Sosial Bertujuan Peningkatan Produktivitas

Dokumen terkait