• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.5 Strategi Implementasi PKH di Kecamatan Bebesen Kabupaten

4.5.2 Pemberdayaan Kelompok Penerima Bantuan PKH d

Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) atau yang dikenal dengan Family Development Session (FDS) merupakan proses belajar peserta

PKH berupa pemberian dan pembahasan informasi praktis di bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi, pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga yang disampaikan melalui pertemuan kelompok bulanan. P2K2 ini bertujuan untuk: (a) Meningkatkan pengetahuan praktis mengenai kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan kesejahteraan keluarga; (b) Meningkatkan kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai anggota masyarakat; (c) Menjaga dan memperkuat perubahan perilaku positif terkait pendidikan, kesehatan, ekonomi dan kesejahteraan keluarga; (d) Meningkatkan keterampilan orang tua dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan kesejahteraan keluarga; (e) Meningkatkan kemampuan peserta untuk mengenali potensi yang ada pada diri dan lingkungannya agar dapat digunakan dalam peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat; (f) Memberikan pemahaman kepada peserta untuk menemukan potensi lokal agar dapat dikembangkan secara ekonomi. Program pemberdayaan ini bisa berupa Kelompok Usaha Bersama (KUBE), Askesos, danUsaha Ekonomi Produktif (UEP). Hal ini bertujuan agar penerima bantuan agar bisa mandiri artinya mengalami peningkatan dalam hal perekonomian, sehingga mampu memenuhi kebutuhannya setelah tidak lagi menerima bantuan PKH ini.

PKH di kecamatan Bebesen dalam proses P2K2 ini belum efektif. Program pemberdayaan kelompok penerima bantuan PKH belum terlaksana di Kecamatan Bebesen KabupatenAceh Tengah. Sejauh ini pertemuan kelompok hanya dimanfaatkan sebagai wadah silaturahmi dan sosialisasi mengenai informasi yang berkaitan dengan PKH di Kabupaten Aceh Tengah.

Program PKH di Kabupaten Aceh Tengah hanya ada satu kelompok yang sudah ada program pemberdayaannya yaitu Kecamatan Pegasing. Program pemberdayaan kelompok penerima PKH di Kecamatan Pegasing tersebut berbentuk kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang produksi keripik ubi. Dengan adanya program pemberdayaan ini penerima PKH di Kecamatan tersebut mampu meningkatkan perekonomian keluarga serta mampu memenuhi kebutuhan dasarn. Hal ini menunjukkan bahwa program PKH mampu menjadi program pengentasan kemiskinan berbasis keluarga. Beliau juga mengatakan akan mengupayakan untuk pelaksanaan program pemberdayaan penerima PKH di Kecamatan lainnya termasuk Kecamatan Bebesen. (wawancara. Zuraini. 6 April 2016)

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberpa informan diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan PKH sudah dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang telah ditetapkan, namum ada beberapa tujuan yang tidak bisa tercapai seperti pemberdayaan penerima bantuan PKH agar mandiri artinya masyarakat penerima bantuan PKH tersebut telah mampu memenuhi kebutuhan hidupnya tetapi tidak terealisasi dengan maksimal. Hal ini disebakan oleh banyak faktor salah satunya adalah kurangnya anggaran untuk pelaksanaan program pemberdayaan ini.

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan dari peneliti tentang implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) dalam peningkatan pendidikan di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah, maka dapat ditarik kesimpulan :

1. PKH merupakan program pengentasan kemiskinan yang terfokus pada dua aspek salah satunya peningkatan pendidikan. Untuk Pencapaian tujuan peningkatan pendidikan di kecamatan Bebesen sudah mulai terealisasi. Penerapan kosep bantuan tunai besyarat khususnya dibidang pendidikan dimana setiap anak penerima bantuan wajib hadir kesekolah minimal 85 peresen hari efektif selama satu tahun ajaran dapat meningkatkan pendidikan di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Hal ini dapat dilihat dari minat sekolah anak-anak yang berasal dari RTSM sudah meningkat, begitu juga dengan tingkat prestasinya disekolah.

2. Komunikasi yang terjalin antara pelaksana PKH pusat dam daerah sudah terlaksana dengan baik. Begitu juga dengan komunikasi yang terjalin anatara pelaksana PKH di Kabupaten Aceh Tengah dengan penerima bantuan sudah terjalin baik. Namun seperti yang peneliti temukan dilapangan, masih ada beberapa penerima bantuan yang tidak mengerti sama sekali program ini. Banyak faktor yang mempengaruhi terjdinya kendala dalam proses sosialisasi mengenai PKH ini salah

satunya adalah beberapa penerima bantuan tidak bisa memahami bahasa Indonesia dengan baik sehingga pendamping harus mahir menggunakan bahasa daerah dalam proses sosialisasi.

3. Sumberdaya dalam pelaksanaan PKH di Kecamtan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah dari segi sumber daya manusianya sudah sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan PKH ini. Namun dari sumber daya dana atau anggaran masih dirasa belun cukup untuk menunjang pelaksanaan PKH di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah 4. Disposisi implementator pada pelaksanaan PKH di Kecamatan

Bebesen Kabupten Aceh Tengah sudah baik. Pelaksana PKH di Kabupaten Aceh tengah khusunya Kecamatan Bebesen sudah melaksanakan program ini dengan jujur dan terbuka.

5. Struktur birokrasi UPPKH Kabupaten Aceh Tengah sudah sesuai dengan pedoman kelembagaan yang ditetapkan oleh pemerintah dimana struktur birokrasi tim pelaksana PKH dirancang tidak terlalu panjang dan berbelit-belit.

6. Kendala yang dialami dalam pelaksanaan PKH di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah Adalah kurangnya dana atau anggaran untuk menunjang pelaksanaan PKH ini, sulitnya menjangkau beberapa daerah penerima bantuan akibat jarak yang terlalu jauh dan daerah yang terisolir, kecemburuan sosial, kemudian kendala yang terakhir adalah banyak penerima bantuan ini sebenarnya ekonominya sudah meningkat dan seharusnya sudah dikeluarkan sesuai dengan

peraturannya, tetapi kenyataannya masih banyak yang sudah meingkat perekonomiannya tapi tetap menerima bantuan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis terkait Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) dalam peningkatan Pendidikan di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah, maka penulis ingin memberikan masukan ataupun saran, yaitu :

1. Sebaiknya ada ketentuan jadwal tanggal pasti pencairan dana PKH dari UPPKH pusat. Karena waktu pembayaran yang tidak pasti, akan membuat kegiatan persiapan pembayarannya tersebut terkesan terburu-buru.

2. Perlu ada peningkatan fasilitas baik sarana maupun prasarana pada UPPKH Kabupaten Aceh Tengah agar pelaksanaan PKH lebih maksimal.

3. Koordinasi dengan berbagai pihak yang berkecimpung dalam pengentasan kemiskinan perlu dilakukan oleh pendamping. Pengentasan kemiskinan tidak akan bisa diwujudkan oleh satu program yaitu PKH, jadi program ini perlu disinergikan dengan program-program lain yang memang berhak didapatkan oleh RTSM

4. Program ini masih perlu diperluas sehingga mampu mencakup sebagian besar keluarga sangat miskin di Kecamatan Bebesen. Metode pendataan dan penentuan prioritas sasaran harus lebih tepat lagi. Tim pendata harus melibatkan tim independen misalnya ada komisioner seperti LSM, wartawan, aparat pemerintah, dan institusi antara pemerintah dan

masyarakat seperti PKK, Karang Taruna, bahkan kalangan intelektual. Jadi melibatkan tim terpadu dalam melakukan pendataan. Jadi, tidak ada alasan untuk mengeluh karena semua pihak turut dalam pendataan. Bila ada data yang salah, maka itu merupakan kesalahan bersama. Pendataan tidak dimonolopi oleh satu pihak saja. Kemudian perlu satu rumusan yang utuh tentang kriteria kemiskinan dan bisa diterima berbagai pihak yang menyelenggarakan pembangunan terkait pengentasan kemiskinan.

5. Selain melakukan sosialisasi intensif yang dipahami sebagai proses memberikan informasi kepada penerima bantuan tentang aturan operasional program dan esensi dari program, sosialisasi pembinaan moral juga harus dilakukan. Peserta PKH perlu diberi motivasi untuk bersyukur terhadap apa yang dimiliki, berterima kasih terhadap pemberian orang lain, dan berusaha dengan kemampuan sendiri untuk mengubah nasib bukan bergantung karena ketidakmampuannya.

6. Pendamping harus terus mengawal pemanfaatan bantuan ini agar hasilnya memberi manfaat yang tepat bagi peserta PKH. Fitur penting lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah mekanisme pembayarannya. Pembayaran yang dilakukan melalui bank akan memberi manfaat karena mereka dapat belajar menabung, dan tabungan dapat digunakan di kemudian hari daripada dihabiskan untuk kebutuhan konsumtif.

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Danin (2002:41), penelitian deskriptif adalah penelitian yang memusatkan perhatian terhadap masalah- masalah atau fenomena- fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta- fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian yang sesuai dengan kenyataan sebagaimana adanya dan mencoba menganalisa untuk memberikan kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007: 3), penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang- orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.

Pendekatan penelitian merupakan suatu cara bagaimana melihat dan mempelajari gejala atau realitas sosial. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif yaitu mencari referensi sebanyak-banyaknya melalui data-data yang sudah ada kemudian menggunakan referensi sebanyak-banyaknya melalui buku-buku yang didukung oleh ahli-ahli dibidangnya. Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian langsung kelapangan ( observasi ) dan menggunakan referensi melalaui

karya tulis dari peneliti terdahulu yang kemudian dikembangkan pola pikirnya kearah yang lebih kompleks dan melakukan evaluasi dari tulisan-tulisan terdahulu. Dalam pendekatan ini peneliti juga hanya melakukan pengumpulan data melalui buku-buku dan tulisan terdahulu.

Dalam hal ini peneliti juga mengumpulkan referensi data yang selengkap- lengkapnya mengenai hal-hal yang bersangkutan dengan pelaksanan Program Keluarga Harapan dalam meningkatkan taraf kesehatan dan Pendidikan Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. 2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada Kantor Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Aceh Tengah di Jln. Time Ruang, Kemili No. 89 Takengon. Pemilihan tempat ini berdasarkan bahwa Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kabupaten Aceh Tengah merupakan unsur pelaksana Program Keluarga Harapan (PKH) di daerah. Serta di beberapa kelurahan yang menerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) yaitu kelurahan Blang Kolak I dan kelurahan Blang Kolak II Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah.

2.3 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yamg memahami objek penelitian (Bungin, 2007: 76).

Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian secara mendalam, ada beberapa tahapan yang dilakukan peneliti yaitu peneliti melakukan wawancara kepada tiap-tiap informan yang menjadi sumber data bagi peneliti untuk mengetahuai lebih dalam lagi tentang implementasi program keluarga harapan yang sedang diteliti. Adapun pertanyaan yang diajukan kepada informan penelitian merupakan pertanyaan-pertanyaan yang berasal dari pedoman wawancara yang telah penulis susun sebelumnya. Namun dalam proses wawancara tersebut, Pertanyaan-pertanyaan tersebut mengalami perkembangan sesuai dengan permasalahan penelitian.

Setelah melakukan penelitian dan mengumpulkan data dilapangan melalui wawancara dan pengamatan secara lansung, maka diperoleh data informan yang berkaitan dengan implementasi program keluarga harapan dalam peningkatan pendidikan didesa blang kolak 1 kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah yaitu :

1. Kepala Bidang Bina Partisipasi Sosial Masyarakat yaitu Ibu Dra. Zuraini, MM. Berdasarkan buku pedoman kelembagaan PKH kepala Dinas Sosial berperan sebagai pengarah dalam pelaksanaan UPPKH di Kabupaten dan kepala bidang dinas sosial penanggung jawab PKH selaku ketua UPPKH Kabupaten. Dengan begitu pelaksanaan PKH di Kabupaten Aceh Tengah secara otomatis merupakan tanggung jawab ibu Dra. Zuraini, MM selaku Kabid Bina Partispasi Sosial Masyarakat.

2. Koordinator Pendamping PKH Kabupaten Aceh Tengah yaitu Bapak Warsono, S.Pd. Pada awalnya PKH di kecamatan Bebesen didampingi

oleh Bapak Hadi. Pada tahun 2015 beliau mengundukan diri dari pendamping PKH Kecamatan Bebesen. Oleh sebab itu Bapak Warsono, S.Pd selaku koordinator pendamping di Kabupaten Aceh tengah mengmbil alih tugas pendamping PKH untuk Kecamatan Bebesen hingga rekrutmen pendamping wilayah Aceh Tengah dibuka.

3. Ketua Kelompok penerima bantuan PKH Desa Blang Kolak 1 Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah yaitu Ibu Yani (49 Tahun). Beliau menerima bantuan PKH sejak tahun 2014 lalu. Ketua kelompok ini bertugas untuk membantu pendamping untuk mengontrol peserta PKH. Setiap Desa penerima bantuan PKH akan dibentuk kelompok dan setiap kelompok memiliki ketua kelompok. Kelompok ini dibentuk sesuai dengan petunjuk pelaksanaan PKH guna memudahkan implementator PKH melakukan sosialisasi dan melakukan kegiatan pemberdayaan penerima bantuan PKH

4. Beberapa masyarakat penerima bantuan PKH di Desa Blang Kolak 1 Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah yaitu ibu Julaiha 44 tahun dengan pendidikan terakhir SLTP dan ibu Nursiah 46 Tahun dengan pendidikan SLTP.

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah dengan memanfaatkan data sebaik-baiknya yang kemudian dihubungkan secara benar langsung ke topik permasalahan dalam penelitian yang kemudian data tersebut di analisis dengan sebaik-baiknya tanpa meninggalkan data-data sekecil apa pun.

Untuk memperoleh data dan informasi, keterangan- keterangan dan datadata yang diperlukan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Teknik Pengumpulan Data Primer, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh langsung ke lokasi penelitian (field research) untuk mencari data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data primer tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Metode Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data melalui pengamatan dan penginderaan. Dalam penelitian penulis menggunakan observasi tidak terstruktur. Observasi tidak tersetruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Dalam melakukan pengamatan, peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan. Oleh karena itu peneliti dapat melakukan pengamatan bebas, mencatat berbagai hal yang menarik kemudian menganalisis dan menyimpulkan hasil pengamatan. Peneliti melakukan observasi pada bulan maret samapai april 2016. Adapun kendala yang dihadapi tidak begitu signifikan, karena jarak tempuh ke lokasi penelitian hanya berjarak sekitar 15 km atau dapat ditempuh dalam waktu 20 menit dan peneliti mengenal koordinator pendamping dengan baik, sehingga komunikasi berjalan lancar dam memudahkan dalam pengumpulan data.

b. Metode wawancara atau interview adalah teknik memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara. Subyek penelitian ini berjumlah enam orang, seorang ketua UPPKH Kabupaten Aceh Tengah, seorang Koordinator Pendamping dan empat orang peserta PKH di desa Blang Kolak 1 Kecamatan Bebesen.Tipe wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah tipe wawancara berstruktur, dimana sebelum melakukan wawancara, terlebih dahulu peneliti menyusun pedoman wawancara, pertanyaan- pertanyaan yang disajikan disusun sesuai dengan permasalahan yang berhubungan dengan pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH). Namun didalam proses wawancara yang peneliti lakukan muncul pertanyaan- pertanyaan baru yang berkaitan dengan pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) sehingga dapat menggali informasi- informasi yang lebih mendalam dari para informan. Kendala yang dialami peneliti dalam proses wawancara yang dilakukan dengan responden antara lain penulis menngalami kesulitan dalam melakukan wawancara langsung karena informan lebih memahami komunikasi menggunakan bahasa Gayo sedangkan peneliti kurang memahami bahasa Gayo. Namun hal ini bisa peneliti atasi dengan meminta informan berbahasa Indonesia dan juga peneliti menggunkan bahasa Indonesia yang sederhana agar mudah dipahami.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder untuk mendukung data primer. Penulis menggunakan cara untuk memperoleh data sekunder sebagai berikut :

a. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui buku- buku ilmiah, tulisan, karangan ilmiah yang bekaitan dengan penelitian. b. Dokumentasi yaitu dengan mengggunakan catatan- catatan yang ada

dalam lokasi penelitian serta sumber- sumber lain yang relevan dengan masalah penelitian. Pada teknik pengumpulan data skunder peneliti memanfaatkan kamera Handphone untuk mendokumentasikan segala kegiatan yang berkaitan dengan topik penelitian ini.

2.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yaitu menguraikan serta menginterpretasikan data yang di peroleh di lapangan dari para key informan. Penganalisaan ini didasarkan pada kemampuan nalar dalam menghubungkan fakta, data dan informasi, kemudian data yang diperoleh akan dianalisis sehingga diharapkan muncul gambaran yang dapat mengungkapkan permasalahan penelitian. Miles dan Huberman ( Sugiyono, 2008: 91 ) mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus- menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Adapun langkah-langkah dalam melakukan analisis data yaitu :

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal- hal pokok, memfokuskan pada hal- hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Dalam mereduksi data, peneliti memfokuskan pada pelaksanaan progam PKH dalam hal ini dikhususkan pada bidang pendidikan.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan dan hubungan antar kategori. Dengan menyajikan data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

3. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang- remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, atau teori.

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbanyak keempat setelah Amerika Serikat. Meningkatnya penduduk ini berdampak pada meningkatnya permasalah-permasalah sosial, salah satunya adalah kemiskinan. Problema kemiskinan terus menjadi masalah besar sepanjang sejarah negara Indonesia. Menurut Bank Dunia dalam buku Analisis Data Kemiskinan (Kementerian Sosial RI, 2011), kemiskinan adalah deprivasi dalam kesejahteraan. Berdasarkan definisi tersebut kemiskinan dapat dipandang dari beberapa sisi. Dari pandangan konvensional kemiskinan dipandang dari sisi moneter, dimana kemiskinan diukur dengan membandingkan pendapatan atau konsumsi individu dengan beberapa batasan tertentu, jika mereka berada di bawah batasan tersebut, maka mereka dianggap miskin.

Pandangan mengenai kemiskinan berikutnya dalam buku Analisis Data Kemiskinan (Kementerian Sosial RI, 2011) adalah bahwa kemiskinan tidak hanya sebatas ukuran moneter, tetapi juga mencakup miskin nutrisi yang diukur dengan memeriksa apakah pertumbuhan anak-anak terhambat. Selain itu, juga bisa dari miskin pendidikan, misalnya dengan menggunakan indikator angka buta huruf. Pandangan yang lebih luas mengenai kemiskinan adalah kemiskinan ada jika masyarakat kekurangan kemampuan dasar, sehingga pendapatan dan pendidikan

yang dimiliki tidak memadai, kesehatan yang buruk, ketidakamanan, kepercayaan diri yang rendah, rasa ketidakberdayaan, atau tidak adanya hak bebas berpendapat. Berdasarkan pandangan ini, kemiskinan adalah fenomena multi dimensi, dan solusi untuk mengatasinya tidaklah sederhana. Penanggulangan kemiskinan secara sinergis dan sistematis harus dilakukan agar seluruh warganegara mampu menikmati kehidupan yang bermartabat. Oleh karena itu, sinergi seluruh pemangku kepentingan sangat diperlukan.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik Indonesia, jumlah penduduk di Indonesia yang ada di garis kemiskinan pada tahun 2013 per September 2013 adalah 28,55 juta. Jumlah ini berarti 11,47% dari keseluruhan penduduk di Indonesia. Dan jumlah ini seringkali bertambah jika ternyata ada kebijakan kenaikan BBM atau kenaikan bahan pokok makanan semacam beras. Begitu juga dengan Provinsi Aceh yang merupakan salah satu bagian dari negara Indonesia yang tidak luput dari masalah kemiskinan.

Tabel 1.1

Data Kemisikinan Aceh 2013-2014

Wilayah 2013 2014 Jumlah Penduduk Miskin (Ribu Jiwa) Persentase Penduduk Miskin Indeks Kedalaman Kemiskinan Indeks Keparahan Kemiskinan Garis Kemiskinan (Rupiah) ACEH 856.89 17.72 3.2 0.83 348172.08 SIMEULUE 17.8 20.57 3.46 0.91 305600

ACEH SINGKIL 20.72 18.73 2.77 0.66 316319 ACEH SELATAN 29.3 13.44 2.09 0.44 283446 ACEH TENGGARA 27.78 14.39 1.78 0.37 206797 ACEH TIMUR 64.44 16.59 2.92 0.8 319392 ACEH TENGAH 33.61 17.76 2.21 0.39 370670 ACEH BARAT 44.32 23.7 3.68 0.85 413061 ACEH BESAR 63.89 16.88 2.89 0.76 352451 PIDIE 85.8 21.12 2.99 0.67 361707 BIREUEN 73.94 17.65 2.8 0.67 292308 ACEH UTARA 115.36 20.34 2.65 0.54 274799 ACEH BARAT DAYA 25.74 18.92 2.64 0.63 283117 GAYO LUES 19 22.33 4.1 1.06 279420 ACEH TAMIANG 40.82 15.13 2.09 0.56 331218 NAGAN RAYA 32.66 21.75 3.34 0.87 353231 ACEH JAYA 14.6 17.53 3.04 0.83 303209 BENER MERIAH 30.93 23.47 3.34 0.73 327652 PIDIE JAYA 32.59 22.7 3.34 0.83 373497 BANDA ACEH 19.43 8.03 1.41 0.35 493558 SABANG 5.92 18.31 4.06 1.2 451218 LANGSA 20.27 12.62 1.89 0.39 298749 LHOKSEUMAWE 22.98 12.47 2.05 0.49 293788 SUBULUSSALAM 15 20.69 2.39 0.42 241189

Tabel 1.2

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Aceh Menurut Daerah, Maret 2014-Maret 2015

Sumber : Badan Pusat Statistika Aceh, 2015

Pemerintah saat ini memiliki berbagai program penanggulangan kemiskinan yang terintegrasi mulai dari program penanggulangan kemiskinan berbasis bantuan sosial, program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat, serta program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan usaha kecil, yang dijalankan oleh berbagai elemen pemerintah baik pusat maupun daerah. Untuk meningkatkan efektifitas upaya penanggulangan kemiskinan, Presiden telah mengeluarkan Perpres No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan yang bertujuan untuk mempercepat penurunan angka kemiskinan hingga 8% sampai 10% pada akhir tahun 2014.

Untuk memenuhi target angka kemiskinan tersebut, pemerintah Republik Indonesia kemudian mengambil kebijakan untuk mendorong percepatan penanggaulangan kemiskinan dengan berbagai pendekatan, mulai dari pendekatan kelembagaaan dengan membentuk Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Lembaga ini dibentuk sebagai wadah koordinasi lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan di tingkat pusat untuk melakukan percepatan penanggulangan kemiskinan dengan tugas:

1. Menyusun kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan

2. Melakukan siergi melalui sinkronisasi, harmonisasi, dan integrasi program-program penanggulangan kemiskinan di kementerian/lembaga. 3. Melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan program dan

kegiatan penanggulan kemiskinan.

Terdapat empat strategi dasar yang telah ditetapkan dalam percepatan penanggulangan kemisikinan, yaitu :

1. Menyempurnakan program perlindungan sosial. 2. Peningkatkan akses masyarakat miskin terhadap . 3. Pemberdayaan masyarakat.

4. Pembangunan yang inklusif.

Terkait dengan strategi tersebut, pemerintah telah menetapkan instrumen penanggulangan kemiskinan yang dibagi berdasarkan beberapa klaster, yaitu:

1. Klaster I - Program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga.

Dokumen terkait