• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

A. Urusan Wajib yang dilaksanakan 1. Pendidikan

11. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak merupakan komitmen nasional sebagai bagian integral dari pembangunan sumber daya manusia, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status, posisi, dan kondisi perempuan agar dapat mencapai kemajuan yang setara. Masih rendahnya partisipasi perempuan dalam pembangunan dan masih adanya berbagai bentuk praktek diskriminasi terhadap perempuan, juga masih terdapatnya kesenjangan partisipasi politik kaum perempuan yang bersumber dari ketimpangan struktur sosio-kultural masyarakat.

Pelaksanaan perlindungan perempuan dan anak sesuai

penyelenggaraan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan dilaksanakan melalui beberapa hal sebagai berikut: upaya pencegahan dan penanganan tindak kekerasan kepada perempuan dan anak yang bersifat pencegahan, pelayanan dan pemberdayaan berupa Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perlindungan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan, peraturan daerah memberikan perlindungan kepada perempuan dan anak korban sesuai

dengan SPM Bidang Layanan Terpadu Tindak Kekerasan Perempuan dan Anak serta operasional Gugus Tugas Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO); pengembangan lembaga layanan melalui penguatan dan peningkatan kapasitas jaringan serta peningkatan sumber daya manusia yang terlatih melalui berbagai pendidikan dan pelatihan untuk menangani upaya pencegahan dan tindak kekerasan pada perempuan dan anak, seperti pelatihan bagi konselor, Forum Group Discussion lintas jejaring pelaksana SPM dan intervensi lembaga P2TP2A melalui peningkatan ekonomi dan advokasi hukum dan psikologi bagi korban dan keluarganya; dan data tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak disediakan oleh lembaga layanan perempuan dan anak.

a. Program pembangunan yang dilaksanakan meliputi:

1). Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan;

2). Program Penguatan Kelembagaan Pengarustamaan Gender dan Anak; 3). Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan

Perempuan; dan

4). Program Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Gender Dalam Pembangunan.

b. Realisasi pelaksanaan program dan kegiatan sebagai berikut:

Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

pada tahun 2014 telah dialokasikan anggaran sebesar Rp1.101.389.000,- dan terealisasi sebesar Rp1.098.719.000,- sisa

sebesar Rp2.670.000,-.

Adapun program dan kegiatan yang telah dilaksanakan pada Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak sebagai berikut : 1). Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan

Perempuan, dengan alokasi anggaran sebesar Rp359.887.500,- dan terealisasi sebesar Rp359.887.500,- sisa Rp0,- dengan rincian kegiatan sebagai berikut:

No Kegiatan Belanja Keluaran

Anggaran Realisasi Sisa

1 Pelaksanaan Kebijakan Perlindungan Perempuan di Daerah 336.907.500 336.907.500 0 Jumlah sub kegiatan untuk fasilitasi/ sosialisasi/pela tihan untuk peningkatan kualitas perempuan 5 sub kegia-tan 2 Fasilitasi Upaya Perlindungan Perempuan Terhadap Tindak Kekerasan 22.980.000 22.980.000 0 Jumlah peserta ToT konselor layanan pengaduan 80 orang

2). Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak, dengan alokasi anggaran sebesar Rp266.045.000,- dan terealisasi sebesar Rp266.045.000,- sisa Rp.0,- dengan rincian kegiatan sebagai berikut:

No Kegiatan Belanja Keluaran

Anggaran Realisasi Sisa

1 Pengembangan KIE 82.250.000 82.250.000 0 Jumlah media KIE tentang PUG, PP dan PA 8 jenis media 2 Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak

38.260.000 38.260.000 0 Jumlah lemba-ga/instansi peserta penguatan Pokja KLA dan PUG 54 orang 3 Peningkatan Kapasitas dan Jaringan Kelembagaan Pemberdayaan Perempuan dan Anak 64.105.000 64.105.000 0 Jumlah fasilitasi Forum Anak dan Jejaring Penanganan Kekerasan 4 fasili-tasi 4 Pengembangan Sistem Informasi Gender dan Anak

81.430.000 81.430.000 0 Jumlah Buku Profil Data Terpilah Gender 100 eks.

3). Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan, dengan alokasi anggaran sebesar Rp206.199.000,- dan terealisasi sebesar Rp206.199.000,- sisa Rp0,- dengan rincian kegiatan sebagai berikut:

No Kegiatan Belanja Keluaran

Anggaran Realisasi Sisa

1 Perumusan Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan 60.268.000 60.268.000 0 Jumlah forum pembahasan rancangan regulasi dan draft rumusan kebijakan 9 kali 2 Pelaksanaan Sosialisasi yang Terkait dengan Kesetaraan Gender Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 145.931.000 145.931.000 0 Jumlah peserta fasilitasi pengemba-ngan KLA dan PKHP di ting-kat SKPD/ Kecamatan

1.540 orang

4). Program Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Gender

dalam Pembangunan, dengan alokasi anggaran sebesar Rp269.257.500,- dan terealisasi sebesar Rp266.587.500,- sisa

Rp2.670.000,- dengan rincian kegiatan sebagai berikut:

No Kegiatan Belanja Keluaran

Anggaran Realisasi Sisa

1 Pendidikan dan Pelatihan Kesetaraan Gender 122.675.000 122.675.000 0 Jumlah peserta diklat kesetaraan gender 265 orang 2 Penyuluhan Bagi Ibu Rumah Tangga dalam Membangun Keluarga Sejahtera 72.227.500 72.227.500 0 Jumlah peserta penyuluhan di desa sasaran P2WKSS 1.000 orang

No Kegiatan Belanja Keluaran

Anggaran Realisasi Sisa

3 Bimbingan Manajemen Usaha bagi Perempuan dalam Mengelola Usaha 55.550.000 55.550.000 0 Jumlah kelompok P3EL 6 kelompok 4 Monitoring dan Evaluasi 18.805.000 16.135.000 2.670.000 Jumlah laporan PUG dan KLA

3 jenis laporan

Adapun hasil/outcome serta manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan program pada Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak sebagai berikut:

1). Meningkatnya keserasian kebijakan pusat dan daerah melalui harmonisasi dan diseminasi peraturan perundangan serta kelengkapan perangkat kebijakan di daerah untuk mengembangkan dan menyediakan sebuah dasar penyusunan perencanaan bagi pemangku kepentingan yang dapat mengakselerasi pencapaian sasaran dan mengoptimalkan pemanfaatan alokasi sumber daya terkait penyelenggaraan program dan kegiatan dengan cara mendorong perangkat daerah/SKPD untuk menyusun dan mengidentifikasi rencana kerja dengan analisa yang mendalam tentang peran, akses, manfaat dan kontrol untuk memastikan bahwa pelaksanaan pembangunan dapat dinikmati secara seimbang dan bermanfaat bagi perempuan dan laki-laki dan berbagai segmen dan tingkatan usia. Menyelenggarakan fasilitasi, asistensi dan mendorong ketersediaan data daerah dan diskusi terarah terkait penyusunan dokumen perencanaan dan penganggaran yang resposif gender secara komprehensif dituangkan menjadi kerangka acuan kerja oleh setiap SKPD Tahun 2014 untuk penggunaan alokasi sumber daya yang lebih efektif, efisien, akuntabel dan berkeadilan;

2). Meningkatnya pemahaman dan pengetahuan para pemangku kepentingan tentang kesetaraan dan pengarusutamaan gender, pemberdayaan perempuan dan pemenuhan hak anak serta perlindungan perempuan kelompok rentan, melalui upaya diseminasi Hukum dan HAM, sosialisai peraturan perundang-undangan dan penyelenggaraan kebijakan penguatan dan perlindungan bagi anak dan perempuan untuk mendorong peran dan fungsi setiap lini, mulai dari unsur legislatif dan eksekutif, serta yudikatif sebagai komponen instansi vertikal dan jajarannya. Mitra jejaring, penggiat, akademisi dan kelompok serta tokoh masyarakat dapat menjadi unsur penguat dan kontrol agar kesetaraan, pemberdayaan dan perlindungan yang dibangun, senantiasa mengutamakan partisipasi masyarakat, akses dan pengelolaan sistem pendidikan dan pendekatan budaya serta tradisi khas masyarakat yang sesuai dengan nilai kehidupan yang demokratis dan agamis;

3). Meningkatnya kapasitas kelembagaan dan jaringan berbasis perempuan dan Perlindungan anak berupa : (1). Peran Lembaga Pendidikan, seperti Pusat Study Wanita (PSW) Universitas Negeri Malang, PSG UIN Maliki, Pusat Study Gender (PSG) Universitas Brawijaya Malang, Pusat Penelitian Gender dan Kependudukan (PPGK) Universitas Brawijaya Malang, Pusat Study Wanita (PSW) Universitas Wisnuwardana Malang dan Lembaga Pengkajian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak (LP3A) UNMUH Malang; (2). Eksistensi Gabungan Organisasi Wanita (GOW) sebagai agent of transfer mengakomodasi peran perempuan lintas lembaga yang terdiri dari 26 organisasi wanita di Kabupaten Malang, terdiri dari berbagai organisasi yaitu: IWAPI, BHAYANGKARI, PERWARI, DHARMA PERTIWI, WHDI, IISPI, PIVERI, KOWAVERI, PERIP, Muslimat NU, AL Hidayah, WKRI, Aisiyah, PIDHI, IBI, DWP, Fayatat NU, HARPI Melati, PWRI, IPBI, Nasyiatul Aisiyah, Yatnawati Kertini,

Wirawati Catur Panca, HWK dan Dharmayukti Karini; (3). Peran organisasi Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga, sebagai mitra kerja Pemerintah Kabupaten Malang melalui 10 program pokok peningkatan kesejahteraan dan pemberdayaan di lingkungan keluarga dan rumah tangga yang didukung oleh peran kader dan penggerak PKK di setiap kecamatan, desa/kelurahan, sampai dengan RW/RT dan sejumlah 28.259 dasawisma, yang mencakup 89.035 orang kader umum; (4). Lembaga Non Pemerintah meliputi Lembaga Konsultasi Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (LKP3A), Lembaga Pengkajian Kemasyarakatan dan Pembangunan (LPKP), JARAK, PARAMITRA, Ruang Untuk Perempuan (RUMPUN) serta Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A); dan (5). Pelembagaan partipasi dan kegiatan swadaya masyarakat dalam berbagai

jenis tercatat yaitu: (i). Posyandu sebanyak 2.799 yang terdiri dari 312 posyandu pratama, 933 posyandu madya, 1.459 posyandu purnama, dan 95 posyandu mandiri; (ii).

Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak berupa tempat penitipan anak terdiri dari 32 lembaga; (iii). Lembaga layanan pendidikan terdiri dari PAUD : 1.718; SD/MI : 1.478; Satap : 28; SMP/MTs : 480; SMP terbuka : 9; SMK/SMA/MA : 197; SMA terbuka : 1; SLB : 22 (9 SD, 8 SMP, 5 SMA) dan 58 PKBM; (iv). Lembaga layanan kesehatan 1816 (RSU, RSAU, RSAD, RS Khusus Bedah, RS Swasta, Rumah Sakit Bersallin, Rumah Sakit Jiwa, Rumah Bersalin, Praktek Dokter Bersama, Praktek Dokter Perorangan, Praktek Pengobatan Tradisional, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Pusaling, Balai Pengobatan, Polindes, Poskesdes, Ponkesdes, Desa Siaga); (v). Wahana rekreasi seni dan budaya 833 sanggar; dan Kelompok Bina Keluarga Balita (BKB) berjumlah 911 dan Bina Keluarga Remaja (BKR) mencapai 154 kelompok.

Meningkatnya kualitas hidup dan perlindungan terhadap perempuan dan anak melalui: (1). Berbagai bentuk dan pola-pola pemberdayaan perempuan untuk mendorong pembentukan embrio usaha pada kelompok Perempuan Pengembang Ekonomi Lokal (P3EL) dan Perempuan Pekerja Rumahan (PPR); (2). Kelompok Usaha Ekonomi Produktif yang difasilitsi oleh lintas SKPD terkait Usaha Menengah, Kecil dan Mikro sebanyak 273.053 kelompok, Usaha Ekonomi Produktif (UEP) sebanyak 517 (diskopumkm), Simpan Pinjam yang dikelola Perempuan (SPP) sebanyak 1.728 (BPM) kelompok; (3). Perlindungan Perempuan Kelompok Rentan sebagaimana amanat Perda Nomor 12 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Perempuan Kelompok Rentan, dengan bina keluarga TKI, perempuan lanjut usia, perempuan penyandang disabilitas, perempuan tuna wisma, perempuan pekerja rumah tangga, perempuan kepala keluarga, perempuan Tenaga Kerja Indonesia, perempuan mantan warga binaan lembaga pemasyarakatan, perempuan korban bencana, perempuan pekerja seks komersial; (4). Penguatan Pokjatap serta Kader Gerakan Sayang Ibu (GSI) dan upaya perlindungan perempuan dan anak terhadap tindak kekerasan melalui upaya peningkatan layanan pengaduan, advokasi, pendampingan, rehabilitasi dan reintegrasi bagi korban sesuai dengan Standart Pelayanan Minimum (SPM) bidang Perlindungan Perempuan dan Korban Kekerasan; (5). Pemenuhan hak-hak anak yang meliputi pencatatan kelahiran, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan sosial, perlindungan khusus dan partisipasi anak, tercatat 1.009.504 anak telah mendapatkan hak sipil berupa pencatatan kelahiran, layanan kesehatan dan pendidikan, ketersediaan lembaga pendidikan berkebutuhan khusus yang terdiri dari 10 lembaga pendidikan berkebutuhan khusus, 6 sekolah dasar inklusif, serta partisipasi anak melalui forum anak tingkat kecamatan dan kabupaten dalam musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang).

Meningkatnya peran serta perempuan dan kesetaraan gender dalam pembangunan melalui : Peran serta perempuan dalam proses pembangunan di segala bidang ditandai dengan kesempatan bagi perempuan berperan di lembaga

pemerintahan baik eksekutif PNS perempuan berjumlah 8.183 orang dari keseluruhan PNS sejumlah 16.378 orang

dengan persentase sebesar 49,99% dan untuk lembaga legislatif mencapai angka 18%. Dari angka dimaksud partisipasi perempuan di lembaga pemerintah dibandingkan jumlah pekerja perempuan adalah sebesar 1,46% dari tahun sebelumnya yaitu 1,39%. Partisipasi perempuan di lembaga non pemerintah maupun sektor informal tercatat 560.613 orang perempuan dibandingkan jumlah angkatan kerja perempuan sebesar 902.479 orang, sehingga Angka Partisipasi Perempuan mencapai 62,1%, meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 61,4%;

4). Meningkatnya komitmen pemerintah daerah dalam pengembangan dan penggunaan data terpilah gender dan anak dalam perencanaan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi atas kebijakan program dan kegiatan, dengan pembentukan kelembagaan Pusat Data Daerah (PD2), yang dimulai dengan inisiasi dan strukturisasi lembaga untuk persiapan pembentukan pusat data terpadu di lingkungan Pemerintah Daerah, sebagai data basis untuk mengolah informasi secara statistik terkait keberhasilan pembangunan dan capaian indikator pembangunan;

5). Prestasi yang telah diraih antara lain :

a). Terbaik Tingkat Nasional dan Tingkat Provinsi, Pengelola Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS), a.n. Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;

b). Pelaksana Terbaik I Tingkat Provinsi, Program Gerakan Sayang Ibu/ Kecamatan Sayang Ibu, a.n. Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

c. Permasalahan dan solusi dalam Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak sebagai berikut:

1). Perlu ditingkatkan Capaian Realisasi RAD KLA, dengan melakukan percepatan capaian RAD KLA, Forum Anak dan Upaya Lintas Sektor menuju Kabupaten Malang Layak Anak dan GN AKSA;

2). Perlunya peningkatan peran pemangku kepentingan dalam Implementasi PUG sebagai strategi pembangunan, dengan meningkatkan kemampuan pemangku kepentingan untuk menginternalisasi peran dan mengintegrasikan pug dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program dan kegiatannya;

3). Masih terbatasnya ketersediaan data terpilah untuk bahan perumusan kebijakan bidang pemberdayaan perempuan dan pemberdayaan anak, sehingga perlu data yang update dan sistematis yang semakin handal dan tersaji oleh Pusat Data Daerah (P2D);

4). Jauhnya jangkauan kelompok perempuan dan kelompok rentan yang perlu mendapat penguatan, peningkatan keterampilan dan motivasi, sehingga perlu meningkatkan efektifitas serta memperluas jangkauan pembinaan kelompok perempuan dan kelompok rentan bekerjasama dengan jejaring; dan

5). Embrio kelompok usaha ekonomi produktif perempuan perlu mendapat pelatihan keterampilan, motivasi, dan peralatan, sehingga perlu mengalokasikan anggaran untuk kegiatan dimaksud.

Dokumen terkait