• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM TENTANG DIREKSI PERSEROAN TERBATAS

B. Tata Cara Pemilihan dan Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terbatas

5. Pemberhentian Direksi

42

UUPT 2007 memperkenalkan dua jenis pemberhentian anggota direksi (removal of directors). Pertama, pemberhentian sewaktu-waktu. Hal itu diatur

Pemberhentian anggota direksi adalah menghentikan yang bersangkutan dari jabatan direksi sebelum masa jabatan yang ditentukan dalam anggaran dasar atau keputusan RUPS berakhir.

40 Rudhi Prasetya. Teori dan Praktek Perseroam Terbatas, PT. Sinar Grafika, Jakarta, Hal

30. 41

M. Yahya Harahap. Op.Cit, Hal 369.

pada pasal 105. Kedua, pemberhentian sementara (schorshing, suspension) diatur pada pasal 106 UUPT 2007.43

Anggota Direksi dapat diberhentikan sewaktu-waktu berdasarkan keputusan RUPS dengan menyebutkan alasannya setelah yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri dalam RUPS. Dengan demikian kedudukannya sebagai anggota Direksi berakhir.

a. Pemberhentian sewaktu-waktu

44

Pemberhentian sementara maksudnya: b. Pemberhentian sementara

45

1) Anggota Direksi dapat diberhentikan sementara oleh RUPS atau oleh Komisaris dengan menyebutkan alasannya yang diberitahukan secara tertulis kepada anggota Direksi yang bersangkutan, sehingga anggota Direksi yang bersangkutan tidak berwenang melakukan tugasnya. Mengingat pemberhentian hanya dapat dilakukan dalam RUPS yang memerlukan waktu untuk pelaksanaannya, maka untuk kepentingan perseroan tidak dapat ditunggu sampai dilakukan RUPS. Oleh karena itu, wajar sebagai organ pengawas diberi kewenangan untuk melakukan pemberhentian sementara

2) Paling lambat tiga puluh hari setelah tanggal pemberhentian sementara itu, harus dilakukan RUPS dan yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri. Panggilan RUPS harus dilakukan oleh organ perseroan yang memberhentikan sementara itu.

3) RUPS dapat mencabut keputusan pemberhentian tersebut atau memberhentikan anggota Direksi yang bersangkutan.

4) Apabila dalam tiga puluh hari tidak diadakan RUPS, pemberhentian sementara tersebut batal.

5) Dalam anggaran dasar daitur ketentuan mengenai pengisian sementara jabatan Direksi kosong, atau dalam hal Direksi diberhentikan untuk sementara atau berhalangan.

Dalam anggaran dasar diatur ketentuan mengenai, tata cara pengunduran diri anggota Direksi, tata cara pengisian jabatan anggota direksi yang lowong dam pihak yang berwenang menjalankan pengurusan dan mewakili perseroan dalam hal seluruh anggota Direksi berhalangan atau diberhentikan untuk sementara.46

Biasanya seorang Direksi dapat diberhentikan, baik karena sebab tertentu (for cause) maupun tanpa menyebutkan alasan/sebab tertentu (no cause). Menurut

43 M. Yahya Harahap. Op.Cit, Hal 416.

44 I.G Ray Wijaya. Op.Cit, Hal 66.

45

Ibid., Hal 67.

UUPT, secara eksplisit menyatakan bahwa pemberhentian direksi (dalam hal ini RUPS) haruslah dengan menyebutkan alasannya dan harus pula kepada Direksi tersebut diberikan kebebasan untuk membela diri, pembelaan diri tersebut dilakukan dalam RUPS yang bersangkutan.

Akan tetapi, meskipun pemberhentian direksi harus disertai dengan alasan tertentu, penilaian (judgment) terhadap alasan tersebut ada di tangan RUPS. Meskipun begitu, pihak direksi dapat mempersoalkannya ke pengadilan seandainya alasan pemberhentian dirinya sebagai direksi dapat pula berhenti dari jabatannya karena sebab-sebab sebagai berikut.47

1) Masa jabatannya telah berakhir dan tidak lagi diangkat untuk masa jabatan berikutnya.

2) Berhenti atas permintaan direksi yang bersangkutan, dengan atau tanpa sebab apa pun.

3) Tidak lagi memenuhi syarat sebagai direksi sebagaimana diatur dalam anggaran dasar atau dalam perundang-undangan yang berlaku.

4) Direktur secara pribadi dinyatakan pailit oleh pengadilan.

5) Sakit terus-menerus yang dapat menghambat pelaksanaan tugas Direktur. Menderita tekanan mental atau gangguan jiwa yang dapat menghambat pelaksanaan tugas Direktur.

6) Dihukum penjara karena bersalah dalam waktu yang relatif lama sehingga dapat menghambat pelaksanaan tugas Direktur.

7) Meninggalkan tugas atau menghilang tanpa berita secara terus-menerus.

C. Kewenangan dan Kewajiban Direksi

Ruang lingkup kewenangan direksi dalam pengurusan perseroan yang diamanatkan oleh UUPT No. 40 Tahun 2007 sangatlah luas dan menunjukkan ciri suatu sistem. Sistem yang digunakan untuk menunjukkan pengertian skema atau

metode pengaturan organisasi atau susunan sesuatu metode tata cara.48

Tanggung jawab adalah kewajiban seseorang individu (direksi) untuk melaksanakan aktivitas yang ditugaskan kepadanya sebaik mungkin, sesuai dengan kemampuannya.

Mengenai kewenangan direksi sebagaimana ketentuan ayat (3), direksi mewakili perseroan adalah tidak terbatas dan tidak bersyarat, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang dan Anggaran Dasar atau keputusan RUPS.

Adapun kewenangan direksi perseroan demi hukum berakhir dengan dipailitkannya perseroan tersebut, dimana kewenangan direksi tersebut beralih kepada kurator sepanjang kewenangan direksi berkaitan dengan pengurusan dan perbuatan pemilikan harta kekayaan perseroan pailit. Agar direksi sebagai organ perseroan yang mengurus perseroan sehari-hari dapat mencapai prestasi terbesar untuk kepentingan perseroan, maka ia harus diberi kewenangan-kewenangan tertentu untuk mencapai hasil yang optimal dalam mengurus perseroan. Dari kewenangan yang diberikan, ia perlu diberi tanggung jawab untuk mengurus perseroan. Hal ini berarti dalam membicarakan kewenangan direksi, diperlukan pemahaman tentang tanggung jawab.

49

Tanggung jawab direksi timbul apabila direksi yang memiliki wewenang atau direksi yang menerima kewajiban untuk melaksanakan pengurusan Tanggung jawab dapat berlangsung terus atau dapat berhenti apabila tugas tertentu yang dibebankan kepadanya telah selesai dilaksanakan. Dalam perseroan biasanya antara wewenang dan tanggung jawab seorang direksi harus mempunyai tingkatan yang sama. Dengan demikian, wewenang seorang direksi memberikan kepadanya kekuasaan untuk membuat serta menjalankan keputusan-keputusan yang berhubungan dengan bidang tugasnya yang telah ditetapkan dan tanggung jawab dalam bidang tugasnya tersebut menimbulkan kewajiban baginya untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut dengan jalan menggunakan wewenangan yang ada untuk mencapai tujuan perseroan.

48 Tatang M. Amrin. Pokok-Pokok Teori Sistem, PT Raja grafindo Persada, Jakarta, 1996,

Hal.7. 49

Nindyo Pramono. Winardi. Tanggung Jawab dan Kewajiban Pengurus PT menurut UUPT, Pradnya Pramita, Jakarta, 1983, Hal 20.

perseroan, mulai menggunakan wewenangnya tersebut. Agar wewenang atau kewajiban direksi tersebut dilaksanakan untuk kepentingan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan, maka idealnya wewenang itu dapat dilaksanakan sesuai dengan wewenang yang ada.50

Apabila direksi bertindak melampaui wewenang yang diberikan kepadanya tersebut, direksi tersebut ikut bertanggung jawab secara pribadi. Jika perusahaan yang bersangkutan kemudian jatuh pailit, beban tanggung jawab tidak cukup ditampung oleh harta perusahaan (harta pailit), maka direksi pun ikut bertanggung jawab secara renteng.51

Direksi diberikan kewenangan untuk mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar Pengadilan. Untuk dan atas nama perseroan kewenangan ini ditegaskan pada Pasal 1 angka (5) dan Pasal 99 ayat (1). Sehubungan dengan kewenangan direksi, M. Yahya Harahap, membaginya ke dalam 3 (tiga) hal, yaitu :52

a. Kualitas kewenangan direksi mewakili perseroan tidak terbatas dan tidak bersyarat. Artinya dalam hal bertindak untuk perseroan direksi tidak perlu mendapatkan kuasa dari perseroan sebab kuasa yang dimilikinya atas nama perseroan adalah kewenangan yang melekat secara inherent pada diri dan jabatan direksi berdasarkan undang-undang.

b. Setiap anggota direksi berwenang mewakili perseroan. Ketentuan UUPT yang berkenaan dengan ini dalam Pasal 98 ayat (2) yaitu apabila anggota direksi terdiri dari lebih dari 1 (satu) orang, maka setiap anggota direksi itu berwenang mewakili perseroan.

c. Dalam hal tertentu anggota direksi tidak berwenang mewakili perseroan. Yaitu, sesuai dengan Pasal 99 UUPT dalam hal :53

1) Terjadi perkara di Pengadilan antara perseroan dengan anggota direksi yang bersangkutan;

2) Anggota direksi yang bersangkutan mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan.

Wewenang direksi erat kaitannya dengan kewajiban direksi, maka dalam UUPT kewajiban direksi itu dapat kita lihat di dalam Pasal 100 ayat (1) yang menyatakan bahwa kewajiban direksi itu adalah :54

50

Ibid.,Hal 2.

51 Munir. Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek Buku Ketiga, PT. Citra Aditya

Bakti, Bandung, 1994, Hal 93.

52 M Yahya. Harahap,Op.Cit, Hal 349-35.

53

Undang-Undang Perseroan Terbatas, Op.Cit. Pasal 99. 54 Ibid., Pasal 100 (1).

a. Membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS dan risalah rapat direksi;

b. Membuat laporan tahunan sebagaimana dimaksud Pasal 66 dan dokumen keuangan perseroan sebagaimana dimaksud dalam UU tentang Dokumen Perusahaan;

c. Memelihara seluruh daftar, risalah dan dokumen keuangan dan dokumen lainnya.

Selanjutnya Pasal 101 ayat (1) menentukan anggota direksi wajib melaporkan kepada PT mengenai saham yang dimilikinya dan/atau keluarganya dan PT lain untuk selanjutnya dicatat dalam daftar khusus, anggota direksi yang tidak melaksanakan kewajiban tersebut dan menimbulkan kerugian PT, ia akan dipertanggung jawabkan secara pribadi atas kerugian PT. Kemudian kewajiban direksi yang lain adalah sebagaimana diatur di dalam Pasal 102 adalah direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk :55

55 Ibid., Hal 350.

a. Mengalihkan kekayaan perseroan;

b. Menjadikan jaminan utang kekayaan perseroan, yang merupakan lebih dari 50% jumlah kekayaan bersih perseroan dalam satu transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak.

Kewajiban direksi membuat laporan tahunan telah diperintahkan juga oleh Pasal 66 UUPT No. 40 Tahun 2007. Direksi wajib membuat dan menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS setelah ditelaah oleh Dewan Komisaris dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku perseroan berakhir.

Anggota direksi diangkat oleh RUPS untuk mengurus perseroan. Dalam tugasnya melakukan mengurus perseroan, diwajibkan mengurus perseroan berdasarkan prinsip itikad baik. Kewajiban tersebut ditegaskan dalam pasal 85 ayat 1 UUPT, bahwa setiap anggota direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan. Dengan berlandaskan itikad baik, undang-undang bermaksud agar setiap anggota direksi dapat menghindari perbuatan yang menguntungkan kepentingan pribadi dengan merugikan kepentingan perseroan.

Makna itikad baik dalam konteks pelaksanaan pengurusan perseroan oleh anggota direksi dalam praktik dan doktrin hukum, memiliki jangkauan yang luas, antara lain sebagai berikut :56

1. Wajib dipercaya (fiduciary duty)

2. Wajib melaksanakan pengurusan untuk tujuan yang wajar (duty to act for a proper purpose)

3. Wajib patuh menaati peraturan perundang-undangan (statutory duty) 4. Wajib loyal terhadap perseroan (loyalty duty)

5. Wajib menghindari benturan kepentingan (avoid conflict of interest) Ruang lingkup kewajiban anggota direksi menghindari benturan kepentingan dalam melaksanakan pengurusan perseroan, meliputi :57

a. Kewajiban untuk tidak mempergunakan uang dan kekayaan (money and property) perseroan untuk kepentingan pribadinya.

b. Mempergunakan informasi perseroan untuk kepentingan pribadi.

c. Tidak mempergunakan posisi untuk memperoleh keuntungan perusahaan untuk kepentingan pribadi, seperti menerima sogokan atau suap.

d. Tidak menahan atau mengambil sebagian dari keuntungan perusahaan untuk kepentingan pribadi.

e. Dilarang melakukan transaksi antara pribadinya dengan perseroan.

f. Larangan bersaing dengan perseroan. Demikian luas jangkauan atau ruang lingkup makna dan aspek itikad baik pengurusan perseroan yang wajib dilaksanakan anggota direksi.

D.Direksi Sebagai Pengurus dan Wakil Perseroan 1. Direksi sebagai pengurus perseroan

Tugas atau fungsi utama Direksi, menjalankan dan melaksanakan “pengurusan” (beheer, administration or management) perseroan. Jadi perseroan diurus, dikelola atau dimanage oleh Direksi. Hal ini ditegaskan dalam beberapa ketentuan, seperti: pasal 1 angka 5 yang menegaskan, Direksi sebagai organ perseroan, berwenang dan bertanggung jawab penuh atas “pengurusan” perseroan

56

Ibid., Hal 355.

untuk kepentingan perseroan dan pasal 92 ayat (1) mengemukakan, Direksi menjalankan “pengurusan” perseroan untuk kepentingan perseroan.58

Pengertian umum pengurusan Direksi dalam konteks Perseroan, meliputi tugas atau fungsi melaksanakan kekuasaan pengadministrasian dan pemeliharaan harta kekayaan perseroan. Dengan kata lain, melaksanakan pengelolaan atau menangani bisnis perseroan dalam arti sesuai dengan maksud dan tujuan serta kegiatan perseroan dalam batas-batas kekuasaan atau kapasitas yang diberikan undang-undang dan Anggaran Dasar kepadanya.59

Direksi sebagai pengurus (beheerder, administrator or manager) perseroan, adalah “pejabat” perseroan. Jabatannya adalah anggota Direksi atau Direktur perseroan (a Director is an officier of the company). Anggota Direksi atau Direktur bukan pegawai atau karyawan ( he is not an employee). Oleh karena itu, dia tidak berhak mendapat pembayaran prefensial (preferential payment) apabila perseroan dilikuidasi.60

Banyak pendapat yang menentang bahwa pemegang saham adalah pemilik dari korporasi dengan dasar konsistensi pada konsep korporasi yang merupakan entitas mandiri, sedangkan pemilik hanya sebagai pemilik saham dari korporasi tersebut, tetapi tetap saja logika hukum dan praktik ekonomi menunjukkan bahwa korporasi tersebut adalah milik pemegang saham. Hal ini karena berdasarkan konsep property law yang salah satu cirinya adalah transferable, contoh yang paling konkret adalah saham. Saham merupakan suatu bentuk kepemilikan properti karena dapat diperjulbelikan atau dialihkan kepemilikannya.

Pengurusan oleh Direksi sangat terkait dengan pertanyaan untuk siapa pengurusan tersebut? Terdapat dua mazhab besar yang melihat kepentingan dari pengurusan sautu perseroan. Pertama, mazhab sahreholder interest. Pemikiran ini dipelopori oleh Adolph A. Berle, dimana pengurusan perseroan semata-mata untuk kepentingan pemegang saham sebagai pemilik dari korporasi.

61 58 Ibid., Hal 346. 59 Ibid., Hal 347. 60 Ibid., Hal 348.

Kedua, mazhab stakeholder interest, dimana tujuan korporasi tidak semata-mata mencari keuntungan bagi pemegang saham, tetapi juga untuk kepentingan lainnya, termasuk di dalamnya kepentingan sosial. Mazhab inilah yang kemudian akan melahirkan team production doctrine dan Director primary doctrine. Menurut Nindyo Pramono, dalam hukum korporasi modern, kepentingan kepengurusan pada pokoknya adalah untuk kepentingan pemegang saham dan kepentingan perseroan itu sendiri (het vennootschap belang), dan dikaitkan dengan penerapan prinsip tata kelola korporasi yang baik dan benar (good corporate governance), dimasukkan pula kepentingan lain, seperti kepentingan karyawan, kepentingan pihak ketiga atau kreditur, kepentingan loyal society.62

Seperti Nindyo Pramono yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan perbuatan pengurusan (beheer van daden) adalah tiap-tiap perbuatan yang perlu atau termasuk golongan perbuatan yang biasa dilakukan untuk mengurus atau memelihara perserikatan perdata, termasuk perseroan. Aiman Nariman Mohamad Sulaiman mengatakan bahwa pengurusan sehari-hari adalah implementasi dari standart of care seorang Direksi.

Berdasarkan undang-undang Perseroan Terbatas bahwa Direksi menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan, antara lain pengurusan sehari-hari perseroan. Sejalan dengan pengaturan undang-undang Perseroan Terbatas yang menyebutkan bahwa pengurusan ditujukan untuk kepentingan perseroan. Dalam sistem hukum common law, terdapat pula konsep serupa yang penerapannya terdapat dalam putusan perkara Guttman Huang.

Pengadilan Delaware menyebutkan bahwa seorang Direksi tidak dapat dikatakan bertindak loyal kepada korporasi, kecuali kalau dia bertindak dengan itikad baik dan tindakan itu untuk kepentingan terbaik (best interest) bagi korporasi. Adapun anak kalimat “pengurusan sehari-hari perseroan” atau “day to day activities” dalam undang-undang Perseroan Terbatas adalah sejalan dengan pandangan para ahli hukum.

63

62

Ibid., Hal 40-41.

2. Direksi sebagai wakil perseroan

Direksi sebagai salah satu organ atau alat perlengkapan perseroan, selain mempunyai kedudukan dan kewenangan mengurus perseroan, juga diberi wewenang untuk “mewakili” perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama perseroan. Kewenangan ini ditegaskan pada:

a. Pasal 1 angka 5; Direksi sebagai organ perseroan berwenang mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan AD;

b. Pasal 99 ayat (1) Direksi mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan.64

Kualitas kewenangan Direksi mewakili perseroan tidak terbatas dan tidak bersyarat kapasitas atau kewenangan yang dimiliki Direksi mewakili perseroan karena undang-undang. Artinya, undang-undang sendiri dalam hal ini Pasal 1 angka 5 dan Pasal 92 ayat (1) UUPT 2007 yang memberi kewenangan itu kepada Direksi untuk mewakili perseroan di dalam maupun di luar pengadilan. Oleh karena itu, kapasitas mewakili yang dimilikinya, adalah kuasa atau perwakilan karena undang-undang (wettelijke vertegenwoordig, legal or statutory representative). Dengan demikian, untuk bertindak mewakili perseroan, tidak memerlukan kuasa dari perseroan. Sebab kuasa yang dimilikinya atas nama perseroan adalah kewenangan yang melekat secara inherent pada diri dan jabatan Direksi berdasar undang-undang.

65

Sehubungan dengan itu, sesuai dengan kapasitasnya sebagai kuasa mewakili perseroan berdasar undang-undang, Direksi berwenang memberi kuasa kepada orang yang ditunjuknya untuk bertindak mewakili perseroan. Tindakan pemberian kuasa yang demikian dapat dilakukan Direksi tanpa memerlukan persetujuan dari organ perseroan yang lain. Tidak memerlukan persetujuan RUPS maupun Dewan Komisaris.66

Akan tetapi, apa yang dijelaskan di atas merupakan ketentuan dan prinsip umum. Namun, hal itu tidak menutup kemungkinan, untuk melakukan tindakan tertentu harus lebih dahulu mendapat kuasa atau persetujuan dari RUPS, apabila

64 Op.Cit., Hal 349.

65

M. Yahya. Harahap. Op.Cit., Hal 350. 66 Ibid., Hal 351.

hal itu ditentukan dalam Anggaran Dasar. Kemungkinan yang demikian dijelaskan dalam Pasal 98 ayat (2).67

Menurut pasal ini, pada dasarnya kewenangan Direksi untuk mewakili perseroan adalah tidak terbatas (unlimited) dan tidak bersayarat (unconditional), kecuali UU ini, Anggaran Dasar atau keputusan RUPS menentukan lain.68

a. Setiap Anggota Direksi Berwenang Mewakili Perseroan Pada prinsipnya, setiap anggota Direksi berwenang mewakili perseroan, kecuali ditentukan lain dalam Anggaran Dasar. Hal itu ditegaskan dalam pasal 98 ayat (1) bahwa Dalam hal anggota Direksi terdiri lebih dari 1 (satu) orang, yang berwenang mewakili perseroan adalah setiap anggota Direksi, kecuali ditentukn lain dalam anggaran dasar.69

b. Pasal 98 ayat (2) menegakkan prinsip bahwa tiap-tiap anggota Direksimewakili perseroan. Menurut penjelasan pasal ini, UUPT 2007 pada dasarnya menganut sistem perwakilan kolegial.

c. Dalam hal tertentu anggota Direksi tidak berwenang mewakili perseron. Berdasarkan Pasal 99 UUPT 2007 ditegaskan bahwa:

1) Anggota Direksi tidak berwenang mewakili perseroan apabila:

a) terjadi perkara di pengadilan antara perseroan dengan anggota Direksi yang bersangkutan; atau

b) anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan.

2) Dalam hal terdapat keadaan sebagimana dimaksud pada ayat (1), yang berhak mewakili perseroan adalah:

a) Anggota Direksi lainnya yang tidak mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan.

b) Dewan komisaris dalam hal seluruh anggota Direksi mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan, atau

c) Pihak lain yang ditunjuk oleh RUPS dalam hal seluruh anggota Direksi atau Dewan Komisaris mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan.

67 Ibid., Hal 352.

68

UUPT. Op.Cit, pasal 98 ayat 3.

BAB I

PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Direksi adalah organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 4 UUPT.4

Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

Undang-Undang menentukan dalam pasal 98 ayat (3) UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,5

Hal ini berarti perbuatan hukum dapat dilakukan oleh satu orang anggota Direksi mewakili Direksi untuk dan atas nama Perseroan, sepanjang anggaran dasar tidak menentukan lain. Berkaitan dengan tanggungjawab direksi maka pembahasan mengenai direksi berkaitan dengan:

dalam hal anggota Direksi terdiri lebih dari 1 (satu) orang, yang berwenang mewakili Perseroan adalah setiap anggota Direksi, kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar. Dalam penjelasan pasal 98 ayat (2)

disebutkan, Undang-Undang ini pada dasarnya menganut sistem perwakilan kolegial, yang berarti tiap-tiap anggota Direksi berwenang mewakili Perseroan. Namun, untuk kepentingan Perseroan, anggaran dasar dapat menentukan bahwa Perseroan diwakili oleh anggota Direksi tertentu.

6

4 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 1 Hal 24

5 Ibid., Pasal 93 ayat 3 6

Rahmad Hendra, akses 28 oktober 2015.

1. Pengertian, Tugas dan Kewenangan Direksi a. Pengertian Direksi

Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mwakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

b. Tugas Direksi

Direksi dalam menjalankan perseroan memiliki, tugas-tugas, yaitu :7

1) Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas pengurusan Perseroan dengan tetap memperhatikan keseimbangan kepentingan seluruh pihak yang berkepentingan dengan aktivitas Perseroan

2) Direksi wajib tunduk pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Anggaran Dasar dan keputusan RUPS dan memastikan seluruh aktivitas Perseroan telah sesuai dengan ketentuan peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku, Anggaran Dasar, keputusan RUPS serta peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh Perseroan

3) Direksi dalam memimpin dan mengurus Perseroan semata-mata hanya untuk kepentingan dan tujuan Perseroan dan senantiasa berusaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas Perseroan

4) Direksi senantiasa memelihara dan mengurus kekayaan Perseroan secara amanah dan transparan. Untuk itu Direksi mengembangkan system pengendalian internal dan system manajemen resiko secara terstruktural dan komprehensif

5) Direksi akan menghindari kondisi dimana tugas dan kepentingan Perseroan berbenturan dengan kepentingan pribadi.

c. Kewajiban Direksi

Kewajiban Direksi di dalam perseroan, yaitu :8

1) Direksi wajib bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Sebagai organ yang wajib bertanggungjawab, Direksi mempertanggungjawabkan kepengurusan itu kepada RUPS

2) Direksi wajib membuat dan memelihara Daftar Pemegang Saham, Risalah RUPS dan Risalah Rapat Direksi, menyelenggarakan pembukuan Perseroan;

7 Op.Cit., Undang-Undang Perseroan Terbatas. Pasal 97 Hal 26

8

melaporkan kepemilikan sahamnya dan keluarga yang dimiliki pada Perseroan atau Perseroan lain.

3) Direksi wajib menyiapkan laporan tahunan (termasuk pertanggung jawaban tahunan) untuk RUPS.

4) Direksi wajib memberikan keterangan kepada RUPS mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan perseroan.

5) Direksi menyelenggarakan RUPS tahunan atau RUPS lain yang dianggap perlu (termasuk melakukan pemanggilan dan lain-lain).

6) Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk mengalihkan atau menjadikan jaminan sebagian besar atau seluruh kekayaan Perseroan.

7) Direksi wajib menyiapkan rencana penggabungan, peleburan atau pengambilalihan untuk diajukan kepada RUPS.

d. Kewenangan Direksi

Direksi memiliki kewenangan, yaitu :9

1) Direksi berwenang untuk mengusulkan kepada RUPS : a) Perubahan anggaran dasar

Dokumen terkait