• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung Jawab Pegadaian terhadap Penebusan Jaminan Gadai Tanpa Surat

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN :

4.2 Tanggung Jawab Pegadaian terhadap Penebusan Jaminan Gadai Tanpa Surat

Dalam hal ini kasus peneliti yaitu penebusan jaminan gadai yang dilakukan oleh pihak ketiga tanpa surat kuasa, yang mana pemilik asli telah meninggal dunia dan penebusannya dilakukan oleh pihak ketiga dengan ini tanpa surat kuasa. Sebelumnya penulis telah melakukan wawancara syarat penebusan jaminan gadai jika si pemilik asli telah meninggal dunia dan penebusannya dilakukan oleh pihak ketiga.

Berdasarkan wawancara dengan Saudara Galang sebagai salah satu Karyawan pada Pegadaian Cabang Sukaria atau sebagai tenaga pendukung transaksi kas terkait tanggungjawab penebusan jaminan gadai oleh pihak ketiga tanpa surat kuasa yaitu :

“kasusnya pemilik asli jaminan gadai meninggal dunia, tidak perlu surat kuasa tetap pada prosedur dalam penebusan adanya surat bukti gadai, uang penebusan, KTP dan tambahannya surat kematian asli diserahkan kepada pegadaian, untuk tanggungjawab pegadaian itu adanya santunan 50% dari pinjaman”56

56 Ibid.,

Dalam hal ini pihak pegadaian bertanggung jawab atas penebusan jaminan gadai oleh pihak ketiga yang mana pemilik asli dari jaminan gadai telah meninggal dunia. Terkait dengan pemberian santunan 50% hal tersebut telah diatur oleh perusahaan pegadaian itu sendiri. Berbeda jika penebusan jaminan gadai dilakukan oleh pihak yang tidak berhak melakukan penebusan tanpa surat kuasa maka pihak pegadaian tidak bertanggung jawab atau tidak ingin memberikan emas yang digadaikan kepada orang yang melakukan penebusan jaminan gadai tanpa adanya pembuktian pemberian kuasa, hal ini tidak sesuai dengan pasal 1977 KUHPerdata, tetapi pegadaian juga menerapkan pasal ini namun, adanya syarat-syarat tertentu jika yang melakukan penebusan jaminan gadai itu bukan pemilik asli.

Kemudian berdasarkan penelitian di kantor pegadaian dalam hal tanggung jawab pegadaian telah dijelaskan dalam perjanjian utang piutang antara pihak nasabah dan pihak pegadaian dalam surat bukti gadai bagian belakang, namun untuk santunan yang diberikan oleh pihak pegadain kepada penebusan jaminan gadai oleh pihak ketiga dengan pemilik asli telah meninggal dunia hal tersebut sesuai dengan aturan dari perusahaan pegadaian itu sendiri, tidak tertera di dalam perjanjian utang piutang antara nasabah dengan pihak pegadaian. Menurut penulis bentuk tanggung jawab hukum pegadaian ini. Kemudian tanggungjawab lain pihak pegadaian yaitu dalam perjanjian utang piutang antara pihak nasabah dan pihak pegadaian pada angka ke- 4 yang menyatakan bahwa “PT Pegadaian (persero) akan memberikan ganti kerugian apabila barang jaminan yang berada dalam

penguasaan PT Pegadaian (Persero) mengalami kerusakan atau hilang yang tidak disebabkan oleh suatu bencana alam (Forje Majeure) yang ditetapkan pemerintah.

Ganti rugi diberikan setelah diperhitungkan dengan uang pinjaman, sewa modal dan biaya lainnya (jika ada) atau dalam bentuk barang yang memilik nilai sama/setara seperti tertera pada SBG, sesuai ketentuan dan peraturan penggantian yang berlaku di Pegadaian (Persero).”

Berdasarkan dari hak dan kewajiban pemegang gadai, pihak pegadaian telah memenuhi kewajibannya atas tanggungjawab jika barang gadai hilang, maka dalam hal ini pihak pegadaian dalam penebusan jaminan gadai membutuhkan bukti-bukti yang kuat, di dalam pasal 1977 KUHperdata menurut penulis pihak pegadaian menerapkannya namun dengan menambahkan syarat-syarat dalam praktek penebusannya agar tidak merugikan pihak debitur, jika hanya menentukan barang siapa yang mengusai surat bukti jaminan barang bergerak dianggap sebagai pemilik, maka hal ini bisa merugikan pihak debitur sebagai pemilik asli dari jaminan gadai jika surat bukti gadai ditemukan oleh pihak yang tidak berhak melakukan penebusan jaminan gadai.

BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan

1. Penebusan jaminan gadai tanpa surat kuasa di Pegadaian Sukaria ternyata dapat dilakukan oleh pihak ketiga dengan syarat-syarat adanya Surat Bukti Gadai (SBG) dan KTP dari pihak debitur pemberi gadai beserta uang penebusan. Selanjutnya pengaturan penebusan objek gadai oleh pihak ketiga yang debitur pemberi gadainya telah wafat maka, ditentukan oleh Pegadaian harus ada bukti kematian dan KTP pihak ketiga yang dating menebus, serta kartu keluarga dari pihak debitur pemberi gadai.

2. Tanggung jawab Pegadaian terhadap penebusan jaminan gadai tanpa surat kuasa oleh pihak ketiga dalam hal ini karena debitur pemberi gadai meninggal dunia, maka pegadaian meminta Surat Bukti Gadai dan identitas pihak ketiga yang menebus, kartu keluarga serta surta bukti kematian dan diserahkan kepada pegadaian. Bentuk tanggung jawab pegadaian yaitu memberikan santunan sebesar 50% dari pinjaman. Hal tersebut sesuai dengan aturan perusahaan itu sendiri, dan tanggung jawab lainnya telah diatur di dalam perjanjian utang piutang antara pihak nasabah dan pihak pegadaian pada Surat Bukti Gadai.

67

5.2 Saran

1. Kepada Pihak Pegadaian disarankan supaya dalam penebusan jaminan gadai tanpa surat kuasa supaya pihak pegadaian memberikan syarat-syarat yang lebih teliti lagi supaya tidak mudahnya dilakukan penebusan jaminan gadai oleh pihak ketiga tanpa surat kuasa, jika hanya penandatanganan pemberian kuasa pada bagian belakang suarat bukti gadai hal ini bisa saja dipalsukan oleh pihak yang tidak berhak atas jaminan gadai tersebut.

2. Kepada Pihak Pegadaian disarankan supaya memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada nasabah jika akan dilakukan penebusan jaminan gadai karena si debitur pemberi gadai meninggal dunia.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi Miru & Sakka Pati, 2020, Hukum Perjanjian Penjelasan Makna Pasal-Pasal Perjanjian Bernama dalam KUH Perdata BW, Jakarta, Sinar Grafika.

Asep Rian Bintang. 2016. Eksekusi Benda Gadai Milik Pihak Ketiga Dalam Hal Debitur Wanprestasi. Hal 4-5. Tanggal akses 22 Mei 2020.

Frieda Husni Hasbullah. 2005. Hukum Kebendaan Perdata Hak-Hak yang memberi Jaminan. Ind-Hill-Co, Jakarta.

Hartono Hadisoeprapto. 1984. Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan.

Liberty, Yogyakarta.

Hermansyah. 2005. Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Prenadamedia Group, Jakarta.

Liliana Tedjosaputro, Kajian Hukum Pemberian Kuasa Sebagai Perbuatan Hukum Sepihak dalam Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan, Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 2/Oktober 2016

Munir Fuady. 2016. Konsep Hukum Perdata. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Moch. Isnaeni. 2016. Pengantar Hukum Jaminan Kebendaan. PT Revka Petra Media,

Surabaya.

Racmadi Usman. 2009. Hukum Jaminan Keperdataan. Sinar Grafika, Jakarta

……….., 2013. Hukum Kebendaan. Sinar Grafika, Jakarta Ronald Saija. 2016. Hukum Perdata. Deepublish,Yogyakarta

Salim HS. 2011. Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Sartika Anggriani Djaman. 2013. ’’Penerapan Klausula Baku Pada Perjanjian Gadai Pada PT. PEGADAIAN (PERSERO)”. Lex et Societatis, Vol.I/No.1

Trisadini Prasastinah Usanti & Leonara Bakarbessy. 2013. Buku Referensi Hukum Perbankan Hukum Jaminan. PT Revka Petra Media, Surabaya

69

Sumber Tambahan :

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Undang-Undang Jaminan Fidusia

71

L A M

P

I

R

A

N

Dokumen terkait