• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. KEGIATAN PEMBENIHAN

3.1.3 Pemberian Pakan

Gambar 24. Seleksi induk kerapu bebek

Jumlah induk yang ada di BBPBL adalah 26 ekor yang terdiri dari 13 induk jantan dan 13 induk betina. Jumlah induk yang akan dipijahkan ada 13 pasang induk. Induk betina mempunyai bobot antara 1,5 – 2,5 kg/ekor sedangkan induk jantan mempunyai bobot antara 3,0 – 4,5 kg/ekor. Induk yang digunakan merupakan induk F1 yang telah dikembangkan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung. Induk ditebar dengan kepadatan 1-2 ekor/m3. Aklimatisasi dilakukan dengan cara memasukkan induk secara perlahan-lahan ke dalam bak pemijahan.

3.1.3 Pemberian Pakan

Pakan yang diberikan sangat berpengaruh terhadap kematangan gonad dan kualitas telur yang dihasilkan. Pakan yang baik harus mempunyai syarat tepat mutu, jumlah dan waktu. Menurut Elliot (1979), perkembangan gonad pada induk terjadi jika terdapat kelebihan energi untuk pemeliharaan tubuh. Induk yang dipelihara diberi pakan berupa pakan ikan segar atau ikan rucah seperti ikan kuniran, ikan tanjan, ikan selar, ikan laying, dan cumi-cumi yang mempunyai kandungan protein tinggi. Pemberian protein yang tinggi sangat penting bagi induk ikan, karena protein merupakan sumber energi utama dibanding karbohidrat dan lemak. Menurut Mustahal (1995) pada umumnya ikan membutuhkan pakan berkadar protein berkisar antara 20–60%. Pemberian pakan dilakukan secara ad satiation atau sampai kenyang yaitu berkisar antara 1–3 % dari total berat tubuh ikan atau sekitar 5 kg/hari. Sebelum diberikan keinduk pakan rucah dibuang insang dan isi perutnya sedangkan cumi dibersihkan cairan tintanya dan dibuang kotorannya. Frekuensi pemberian pakan satu kali sehari pada pagi atau sore hari.

Untuk menjaga kualitas pakan ikan rucah tetap terjaga, maka pakan rucah disimpan dalam freezer (Gambar 25).

Gambar 25. Freezer tempat penyimpanan pakan ikan rucah

Tabel 6. Jadwal Pemberian Pakan Induk Kerapu Bebek

Hari Jadwal Pemberian Pakan

Senin Cumi-cumi + Vitamin E

Selasa Ikan Rucah

Rabu Ikan Rucah

Kamis Cumi-cumi + Premium C Akuatik

Jumat Ikan Rucah

Sabtu Ikan Rucah

Minggu Ikan Rucah

(a) (b)

Gambar 26. Pakan segar untuk induk induk (a) ikan kuniran, (b) cumi-cumi

Selain pemberian pakan ikan segar, untuk untuk merangsang pembentukan dan pematangan gonad serta meningkatkan kualitas telur yang dihasilkan maka dilakukan pengkayaan nutrisi berupa penambahan vitamin E dan Premium C akuatik (Gambar 27). Vitamin E yang digunakan adalah Natur E dengan dosisi 100 IU dan multivitamin dengan jenis Premium C akuatik denga dosis 50 mg/kg induk. Pemberian Natur E dan Premium C akuatik dilakukan sebanyak satu kali dalam seminggu. Vitamin E diberikan setiap hari Senin dan multivitamin diberikan setiap hari Kamis. Natur E dan multivitamin diberikan dalam bentuk

kapsul dengan cara memasukkan kapsul ke dalam ikan rucah setelah itu baru diberikan ke induk kerapu.

(a) (b)

Gambar 27. Vitamin untuk induk (a) Vitamin E, (b) Premium C akuatik 3.1.4 Pengelolaan Kualitas Air

Air yang digunakan untuk pemeliharaan induk berasal dari air laut langsung tanpa melewati proses penyaringan dan penampungan terlebih dahulu dalam tendon. Air langsung dialirkan melalui pipa paralon berdiameter 4 inci dengan sistem air mengalir (flow water). Pengolahan kualitas air untuk pemeliharaan induk hanya dengan perganttian air secara terus menerus selama 24 jam hingga 200 – 300%. Hal ini bertujuan agar kualitas air dalam bak pemeliharaan induk tetap baik. Pembuangan air dilakukan setiap pagi hari melaui saluran outlet pada bagian dasar sehingga kotoran yang mengendap dapat langsung terbuang dan menjelang sore diisi kembali dengan menutup outlet. Pembersihan bak dilakukan dengan cara menurunkan air sampai kedalaman 100 cm dari dasar bak kemudian dasar bak disikat dari pinggir atas bak dengan menggunnakan sikat yang diberi tangkai panjang. Dasar bak pemeliharaan induk disikat setiap tiga hari sekali dengan cara mendorong lumpur yang terdapat didasar bak kearah tengah bak sehingga kotoran akan terbuang dengan sendrinya akibat kekuatan arus yang keluar (Gambar 28). Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan oksigen, maka oksigen disuplai dari aerasi kuat yang dipasang disekeliling bak sebanyak 8 titik.

Berikut ini merupakan kisaran nilai kualitas media pemeliharaan induk ikan kerapu bebek.

Tabel 7. Kisaran nilai kualitas air media pemeliharaan induk ikan kerapu bebek

No Parameter Hasil Pengukuran

1. Suhu (°C) 28 – 32 2. Salinitas (‰) 30-32 3. Kesadahan(Mg/l) 80 – 120 4. Ph 7-8 5. DO (Mg/l) 6,5 – 7,5 6. Amonia (Mg/l) 0,02 - 0,1

Gambar 28. Penyikatan dasar kolam 3.1.5 Pengelolaan Kesehatan

Induk yang akan dipijahkan harus benar-benar sehat, hal ini akan berpengaruh dalam proses pemijahan dan penentuan kualitas telur yang akan dihasilkan oleh induk tersebut. Penyakit pada induk ikan kerapu juga digolongkan menjadi dua golongan yaitu penyakit patogenik dan non patogenik. Penyakit patogenik dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa maupun metazoa. Sedangkan faktor non patogen antara lain lingkungan perairan, biotoksin, polutan, rendahnya mutu pakan dan akibat penggunaan bahan kimia dalam penanganan penyakit. Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain adalah pengelolaan kualitas air, mengurangi penanganan yang kasar terhadap induk, pemberian pakan yang cukup, serta mencegah penyebaran organisme penyebab penyakit.

Penyakit parasiter dapat disebabkan oleh parasit golongan protozoa maupun metazoa. Berdasakan letak serangannya parasit digolongkan menjadi dua yaitu endoparasit (menyerang pada organ dalam tubuh) dan ektoparasit (menyerang bagian luar tubuh). Penyakit parasiter yang biasa menyerang pada induk tertera pada tabel 8.

Tabel 8. Jenis parasit yang menyerang induk ikan kerapu (Kurniastuty et al., 2004)

Jenis Parasit serangan Lokasi Penanganan

Isopoda Insang, rongga mulut dan tenggorokan Tidak ada senyawa yang efektif, penanganan dilakukan dengan pengambilan parasit secara manual. Pseudorhabdosinocus sp. Haliotrema sp. Diplectanum sp. Benedenia sp. Neobenedenia sp. Insang Insang Insang Kulit Kulit Perendaman :

Hidrogen peroksida 150 ppm selama setengah jam

Oodonium sp. Insang, kulit. 125 mg Copper Sulfat/m3 air.

Cryptocaryon sp Insang Hidrogen peroksida 150 ppm

selama setengah jam

Trichodina sp Insang Hidrogen peroksida 150 ppm selama

setengah jam

Penyakit Bakterial pada ikan kerapu sebagian besar disebabkan oleh bakteri gram positif dan gram negatif. Serangan oleh bakteri tahan asam sangat jarang ditemukan di perairan Lampung. Bakteri tahan asam yang biasa menyerang adalah Mycobacterium marinum.

Penanganan penyakit oleh bakteri dapat dilakukan dengan menggunakan senyawa antibakterial yang sesuai. Desinfektan mutlak diperlukan dalam rangka eradikasi bibit kuman pada fasilitas budidaya. Infeksi pada permukaan tubuh cukup ditangani melalui perendaman dengan antiseptik, sedangkan untuk infeksi sistemik dan saluran pencernaan dilakukan melalui pakan. Penggunaan antibiotik yang sesuai untuk penanganan penyakit bakterial sangat tergantung pada tingkat resistensi kuman terhadap masing-masing antibiotik. Pada tabel 9 tercantum penyakit bakterial pada induk kerapu.

Tabel 9. Penyakit Bakterial Pada Induk

Nama Penyakit

Penggolongan agen penyakit berdasarkan pewarnaan

gram Pengobatan

Streptococcosis Bakteri gram positif Antibiotik spesifik gram positif (Contoh : Erytromycin, Colystin) Vibriosis

Pasteurellosis Aeromoniasis Pseudomoniasis

Bakteri golongan gram negatif Antibiotik spesifik gram positif (Contoh : Oxolinic acid)

Infeksi campuran Antibiotik spektrum luas (contoh : Ampicillin, Enrofloxacin) atau kombinasi 2 antibiotik/lebih yang kompatibel (Contoh : Ampicillin-Colistin, Erythromycine-Doksisiklin)

Penyakit viral yang utama pada ikan adalah penyakit yang disebabkan oleh Iridovirus dan Nodavirus. Iridovirus menyerang pada ikan-ikan berukuran besar dan dapat menyebabkan kematian. Serangan Nodavirus pada induk tidak mematikan, namun demikian sangat mematikan terhadap larva yang dihasilkan. Penyakit oleh Nodavirus lebih dikenal dengan VNN (Viral Nervous Necrosis). Upaya penanggulangan penyakit viral dapat dilakukan dengan mengeliminasi induk yang terinfeksi.

Penyakit non patogenik dapat disebabkan oleh perubahan lingkungan perairan budidaya maupun pakan. Penyakit oleh lingkungan perairan budidaya lebih dikenal dengan istilah Water Quality Diseases, sedangkan penyakit karena faktor pakan disebut sebagai Penyakit Nutrisi (Nutritional Diseases). Penyakit oleh lingkungan perairan dapat berupa alkalosis, acidosis, Gas bubble diseases, dan keracunan (baik oleh biotoksin yang dikeluarkan oleh plankton atau senyawa kimia polutan).

Penyakit Nutrisi sering terjadi pada induk, terutama induk-induk hasil budidaya. Penyakit yang sering muncul adalah penyakit defisiensi dan lipoid liver diseases. Lipoid liver diseases terkait dengan rendahnya kualitas pakan dan defisiensi vitamin E. Akibat lebih lanjut penyakit ini adalah terjadinya sirosis hati. Untuk mencegah terjadinya penyakit dapat dilakukan dengan pemberian vitamin E secara teratur dan senyawa antioksidan metabolik dalam pakan. Defisiensi beberapa vitamin dapat dilakukan dengan pemberian multivitamin dalam pakan sekali dalam setiap bulan.

Dokumen terkait