• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.3 Teknik Pendederan Ikan Gurame

3.3.4 Pemberian Pakan

C (Badan Standardisasi Nasional, 2006).

Para pembudidaya gurame Desa Petir memberikan pakan untuk pemeliharaan gurame dari ukuran kuaci (2-2,5 cm) hingga ukuran korek (10-11 cm) yakni berupa postal dan tepung pelet. Postal (Gambar 7) merupakan campuran dari bahan sekam padi, kotoran ayam dan dedak. Postal dapat berfungsi sebagai pupuk tambahan. Pemberian postal dilakukan pada pagi hari yakni sekitar pukul 09.00 WIB setiap hari.

Gambar 7. Postal

Dosis penggunaan postal ditentukan berdasarkan perhitungan 1 kg postal untuk 500 ekor ikan gurame. Sehingga korelasi antara penggunaan postal dengan jumlah benih berpengaruh secara nyata (Gambar 8). Semakin banyak jumlah benih yang akan ditebar maka kebutuhan postal akan semakin banyak.

Gambar 8. Grafik Korelasi Antara Jumlah Benih Gurame dengan Postal di Desa Petir, Kecamatan Dramaga

24 Cara pemberian postal ini yakni dengan menebarkannya ke kolam. Setelah masa pemeliharaan mencapai 85 hari, maka yang diberikan bukan hanya postal akan tetapi diberikan pula tepung pelet. Tepung pelet merk PS-P merupakan pakan benih yang memiliki kandungan protein 40%, lemak 10%, serat kasar 8%

dan kadar air 12%. Sebelum tepung pelet diberikan maka tepung dibuat seperti adonan pasta yakni dengan mencampurkan air 250-300 ml kedalam1 kg tepung pelet. Selain itu terkadang para pembudidaya memberikan pakan berupa daun sente yang sudah ditumbuk secara halus. Semakin banyak jumlah benih yang ditebar maka kebutuhan tepung pelet semakin banyak pula. Akan tetapi penggunaan tepung pelet pada masing-masing pembudidaya beragam, sehingga korelasi antara jumlah benih dengan tepung pelet tidak teratur (Gambar 9). Hal ini disebabkan karena para pembudidaya memperhitungkan biaya produksi. Sehingga pemberian tepung pelet disesuaikan dengan kondisi biaya yang dimiliki.

Gambar 9. Grafik Korelasi Antara Jumlah Benih Gurame dengan Tepung Pelet di Desa Petir, Kecamatan Dramaga

Pemberian pakan untuk gurame menurut Badan Standarisasi Nasional (2009) untuk gurame ukuran 3-5 cm pakan yang diberikan seharusnya berupa pelet berdiameter 1-2 mm dengan kandungan protein yang disesuaikan dengan ukuran ikan, yakni dengan kadar protein 38%. Sedangkan ukuran ikan 5-15 cm dengan diameter pelet 2-3 mm kadar proteinnya 32%. Para pembudidaya Desa Petir lebih memilih postal karena harga postal sangat terjangkau sedangkan pelet memiliki harga yang cukup tinggi. Sehingga postal dan tepung pelet dipilih sebagai pakan untuk pendederan gurame.

25 3.3.5 Pencegahan Hama dan Penyakit

Gurame termasuk jenis ikan yang relatif tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Pemeliharaan gurame secara intensif lebih mudah dalam mengatasi hama dan penyakit. Serangan hama dan penyakit terutama mengancam kelangsungan hidup gurame dari stadium telur, benih, mulai menetas hingga pendederan. Gurame yang dipelihara dalam kolam atau sawah lebih mudah diserang hama (Khairuman, 2003). Umumnya, hama dikenal juga sebagai predator atau pemangsa. Hama terdiri dari hewan atau binatang, baik yang hidup di dalam air maupun yang hidup di darat.

Untuk hama yang sering datang pada kolam pendederan gurame di Desa Petir yakni berupa burung pemakan ikan (blekok) yang datang pada saat tengah malam menuju pagi hari. Selain itu ular dan sero juga sekali-kali muncul dikolam dan memakan ikan. Tindakan pencegahan dilakukan secara mekanis yakni dengan membunuh langsung hama tersebut apabila ditemukan. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan memasang berbagai jenis perangkap. Menurut Khairuman (2003) pencegahan yang paling efektif adalah menjaga kebersihan kolam dan membatasi seluruh area kolam dengan membuat pagar sehingga hama tidak dapat leluasa masuk ke areal perkolaman.

Selain hama tentunya ada pula penyakit yang menyerang ikan gurame.

Menurut Khairuman (2003) ada dua kelompok yang dapat menyebabkan ikan sakit. Pertama, penyakit akibat gangguan jasad hidup atau biasa disebut dengan penyakit parasiter. Kedua penyakit yang disebabkan bukan oleh jasad hidup melainkan faktor fisika dan kimia perairan atau disebut dengan penyakit nonparasiter. Beberapa jenis jasad renik yang menyebabkan penyakit parasiter adalah virus, jamur, bakteri, protozoa, nematoda (cacing) dan udang renik.

Sementara itu penyakit nonparasiter selain disebabkan oleh sifat fisika dan kimia juga disebabkan oleh kualitas pakan yang kurang baik.

Untuk penyakit yang cukup terkenal di Desa Petir yakni disebut penyakit asang akibat bakteri Flavobacterium columnare dengan gejala klinis yang terjadi adalah ikan lemas, nafsu makan kurang, sirip/insang rontok. Penanganan yang dilakukan yakni dengan memberikan garam dapur yang sudah dilarutkan dalam air sebanyak 10 kg untuk kolam ikan yang terkena penyakit.

26 3.3.6 Pemanenan

Pemanenan dilakukan setelah pemeliharaan ikan selama 125 hari yakni sampai ukuran korek (10-11 cm) (Gambar 10). Pemanenan dapat dilakukan pada saat pagi hari ataupun sore hari. Sebelum dipanen ikan terlebih dahulu dipuasakan (tidak diberi pakan) dengan tujuan untuk mengeluarkan kotoran dari perut ikan dan mengurangi stres saat penanganan ikan. Proses pemanenan dilakukan dengan menyurutkan air sedikit demi sedikit sementara saluran air yang masuk diperkecil.

Kemudian jaring lembut dipasang pada outlet (lubang pengeluaran) untuk menampung benih atau bisa juga dengan membuat parit ditengah kolam menuju ke lubang pengeluaran. Setelah air kolam surut, benih digiring masuk ke petak kecil.

Gambar 10. Hasil Panen Gurame

Untuk pengiriman benih jarak dekat, maka ikan dimasukkan ke dalam jirigen (Gambar 11). Sedangkan untuk pengiriman jarak jauh bisa dilakukan dengan 2 cara yakni pengemasan secara terbuka dan secara tertutup.

Gambar 11. Jirigen (Keranjang Panen)

Untuk pengemasan tertutup yakni dengan menggunakan plastik panen dan diberi oksigen. Hal yang perlu diperhatikan untuk pengemasan dengan plastik panen untuk jarak jauh adalah padat tebar dalam satu plastik dan plastik kemasan itu

27 sendiri. Plastik kemasan yang digunakan adalah plastik ukuran 10 kg yang tebal, tidak kaku dan tidak mudah sobek serta berwarna putih jernih dengan kepadatan 200-300 ekor/kantong. Akan tetapi untuk pemanenan di Desa Petir biasanya pembeli datang sendiri ke tempat budidaya dan semua alat panen disiapkan oleh pembeli tersebut.

3.3.7 Pemasaran

Proses pemasaran yang dilakukan oleh tiap pembudidaya berbeda-beda.

Sebagian pembudidaya ada yang memasarkan hasil panen ke pengumpul, memasarkan ke pembudidaya pembesaran sekitar kecamatan dramaga dan memasarkan ke daerah lain seperti Ciseeng, Parung ataupun ke luar daerah. Benih hasil panen ukuran 10-11 cm atau biasa disebut korek ini dijual dengan harga Rp.

1.200,00. Untuk pemasaran ikan yang dijual ke pengumpul, para pembudidaya tidak perlu menyiapkan alat panen, semua alat panen dan pekerja disiapkan langsung oleh pengumpul.

Dokumen terkait