BAB II RUANG LINGKUP
PEMBERIAN PENGURANGAN, KERINGANAN, DAN PEMBEBASAN BPHTB
Pasal 24
Dengan alasan tertentu Bupati atau Kepala Badan berdasarkan permohonan wajib pajak dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak.
Bagian Kesatu Pengurangan BPHTB
Pasal 25
(1) Pengurangan BPHTB berdasarkan pertimbangan : a. kemampuan membayar Wajib Pajak; dan b. kondisi tertentu objek pajak.
(2) Pengurangan berdasarkan pertimbangan kemampuan membayar Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan pengurangan yang diberikan terhadap wajib pajak yang memperoleh hak baru melalui program pemerintah/pemerintah daerah dan tidak mempunyai kemampuan secara ekonomis.
(3) Pengurangan berdasarkan kondisi tertentu objek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri dari :
a. kondisi tertentu Wajib Pajak yang ada hubungannya dengan objek pajak;
b. kondisi Wajib Pajak yang ada hubungannya dengan sebab-sebab tertentu;
c. tanah dan/atau bangunan digunakan untuk kepentingan sosial atau pendidikan yang semata-semata tidak untuk mencari keuntungan antara lain untuk panti asuhan, panti jompo, rumah yatim piatu, sekolah yang tidak ditujukan mencari keuntungan, rumah sakit swasta milik institusi pelayanan sosial masyarakat.
(4) Kondisi tertentu Wajib Pajak yang ada hubungannya dengan objek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, yaitu:
a. Wajib Pajak badan yang memperoleh hak baru selain hak pengelolaan dan telah menguasai tanah dan/atau bangunan secara fisik lebih dari 20 (dua puluh) tahun yang dibuktikan dengan surat pernyataan Wajib Pajak dan surat keterangan dari pejabat yang berwenang;
b. Wajib Pajak orang pribadi yang memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan Rumah Sederhana (RS), Rumah Sangat Sederhana (RSS), Rumah Sederhana Sehat (RSH) yang diperoleh langsung dari pengembang dan dibayar secara angsuran;
c. Wajib Pajak orang pribadi yang menerima hibah dari orang pribadi yang mempunyai hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat keatas atau satu derajat kebawah.
(5) Kondisi Wajib Pajak yang ada hubungannya dengan sebab-sebab tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, yaitu:
a. Wajib Pajak yang memperoleh hak atas tanah melalui pembelian dari hasil ganti rugi pemerintah yang nilai ganti ruginya dibawah Nilai Jual Objek Pajak;
b. Wajib Pajak yang memperoleh hak atas tanah sebagai pengganti atas tanah yang dibebaskan oleh pemerintah untuk kepentingan umum; c. Wajib Pajak yang memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan
yang tidak berfungsi lagi seperti semula disebabkan bencana alam atau sebab-sebab lainnya seperti kebakaran, banjir, tanah longsor, gempa bumi, gunung meletus, dan huru-hara yang terjadi dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak penandatanganan akta; d. Wajib Pajak orang pribadi Veteran, Pegawai Negeri Sipil (PNS), TNI, POLRI, Pensiunan PNS, Purnawirawan TNI/POLRI dan/atau janda/duda-nya yang memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan rumah dinas Pemerintah;
e. Wajib Pajak Badan KORPRI yang memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan dalam rangka pengadaan perumahan bagi anggota KORPRI.
Pasal 26
Besarnya pengurangan BPHTB ditetapkan sebagai berikut:
a. sebesar 25 % (dua puluh lima perseratus) dari pajak yang terutang untuk Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (4) huruf b;
b. sebesar 50 % (lima puluh perseratus) dari pajak yang terutang untuk Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3) huruf c, ayat (4) huruf a, huruf c, ayat (5) huruf a, huruf b, dan huruf c;
c. sebesar 75 % (tujuh puluh lima perseratus) dari pajak yang terutang untuk Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (5) huruf d;
d. sebesar 100 % (seratus perseratus) dari pajak yang terutang untuk Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (5) huruf e.
Bagian Kedua Keringanan BPHTB
Pasal 27
(1) Keringanan pajak berupa pembayaran pajak secara mengangsur/mencicil atau menunda pembayaran dengan dikenakan bunga sebagaimana tertuang dalam Perda.
(2) Angsuran/cicilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling banyak 4 (empat) kali berturut-turut.
(3) Penundaan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lama sampai berakhirnya tahun anggaran berjalan.
(4) Cara pembayaran angsuran/cicilan/penundaan BPHTB serta bunganya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berlaku ketentuan Pasal 10 dan Pasal 11 dengan mencantumkan keterangan angsuran/cicilan/ penundaan/bunga pada formulir SSPD BPHTB.
(5) Pemberian keringanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan lebih lanjut dalam perjanjian angsuran/cicilan/penundaan.
(6) Format perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (5), tercantum dalam Lampiran VIII merupakan bagianyang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
Bagian Ketiga Pembebasan BPHTB
Pasal 28
(1) Pembebasan pajak merupakan pembebasan kewajiban wajib pajak untuk membayar BPHTB terutang.
(2) Kriteria wajib pajak yang memperoleh pembebasan BPHTB, ditetapkan dengan KeputusanKepala Badan.
Bagian Keempat
Permohonan Pengurangan, Keringanan, dan Pembebasan BPHTB
Pasal 29
(1) Wajib Pajak mengajukan permohonan pengurangan/ keringanan/pembebasan BPHTB kepada Bupati melalui Kepala Badan. (2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia disertai dengan alasan yang jelas;
b. melampirkan dokumen yang dijadikan dasar pertimbangan dalam pemberian pengurangan/ keringanan/pembebasan BPHTB;
(3) Permohonan diajukan paling lama 3 (tiga) bulan sejak terutang BPHTB. (4) Wajib pajak/pemohon harus meminta tanda terima penyampaian
permohonan dari Badan yang akan dijadikan dasar penghitungan waktu penerbitan keputusan atas permohonan.
(5) Dalam hal permohonan disampaikan melalui pos, dasar penghitungan waktu penerbitan keputusan adalah stempel pos tercatat.
Pasal 30
(1) Berkas permohonan yang telah didisposisi oleh pejabat struktural Badan, diserahkan kepada petugas peneliti SSPD BPHTB untuk dilakukan pengkajian.
(2) Dalam hal permohonan yang tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), maka tidak dianggap sebagai permohonan sehingga tidak diproses lebih lanjut.
(3) Tata cara pengkajian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku ketentuan Pasal 15 dan Pasal 16 serta pertimbangan objektif sesuai Peraturan Perundang-Undangan.
(4) Hasil pengkajian permohonan dilaporkan kepada Bupati sesuai dengan mekanisme tata naskah di lingkungan Pemerintah Daerah.
Bagian Kelima
Keputusan atas Permohonan Pengurangandan Pembebasan BPHTB
Pasal 31
(1) Keputusan terhadap permohonan pengurangan/ pembebasan BPHTB diterbitkan paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya permohonan.
(2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengabulkan sebagian, atau mengabulkan seluruhnya, atau menolaknya.
(3) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa :
a. Keputusan Kepala Badan apabila nilai BPHTB terutang sampai dengan Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah);
b. Keputusan Bupati apabila nilai BPHTB terutang lebih besar dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
(4) Salinan dokumen keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), disampaikan kepada pemohon.
(5) Bentuk keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam Lampiran IX merupakan bagianyang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
BAB V
PEMBETULAN, PEMBATALAN, DAN PENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN