Lampiran II : PERATURAN BUPATI PESAWARAN NOMOR :
TANGGAL :
FORMULIR PERMOHONAN PENELITIAN SSPD BPHTB Lamp : 1 (satu) set
Perihal : Penyampaian SSPD BPHTB untuk Diteliti Yth. Kepala Badan_______________
Kabupaten Pesawaran
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Pemohon : _____________________________________________ Alamat :_____________________________________________ No. Tlp. :_____________________________________________ Nama Wajib Pajak :_____________________________________________ Alamat :_____________________________________________ Desa / Kelurahan :_____________________________________________ Kecamatan :_____________________________________________ Kabupaten/Kota : _____________________________________________
Bersama ini disampaikanSSPD BPHTB untuk diteliti atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan sebagai berikut :
NOP : _________________________________ Atas Nama : _________________________________ Luas : Tanah ______m2 Bangunan ______m2 Alamat : _________________________________
Kampung : _______________ Desa/Kelurahan : _______________
Kecamatan : _______________ Kabupaten Pesawaran Terlampir dokumen sebagai berikut :
a. SSPD BPHTB yang telah diregistrasi
b. Fotocopy KTP Pemohon/Wajib Pajak, apabila dikuasakan disertakan Surat Kuasa dan fotocopy KTP penerima kuasa.
c. Foto Copy SPPT PBB dan STTS Terakhir d. Surat Setoran Bank/bukti penerimaan bank
e. dokumen yang membuktikan/menunjukan terjadinya perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan yang dijadikan dasar pembuatan akta.
f. Bukti tidak memiliki tunggakan PBB. g. Fotocopy Sertipikat Tanah
h. ________________________
Gedong tataan, ______________ 20__
Petugas Penerima Berkas, Pemohon,
______________ ______________
BUPATI PESAWARAN,
Lampiran III : PERATURAN BUPATI PESAWARAN NOMOR :
TANGGAL :
I. BERITA ACARA VERIFIKASI LAPANGAN
Pada hari ini _______ tanggal ________ bulan ________ tahun 20__, telah dilakukan verifikasi lapangan atas obyek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dengan rincian:
NOP : _________________________________
Atas Nama : _________________________________
Alamat : _________________________________
Luas : Tanah (Bumi) : _______m2 Bangunan : _______m2
Jenis Perolehan Hak : __________________________
Harga Transaksi/Nilai Pasar yang tercantum dalam SSPD No Register _____________ sebesar Rp ______________
Berdasarkan hasil verifikasi lapangan atas obyek BPHTB tersebut, diperoleh data/informasi bahwa :
1. Luas sebenarnya :
a. Tanah (Bumi) : _______m2 b. Bangunan : _______m2
2. Harga Transaksi sebenarnya adalah Rp ______________ 3. Nilai Pasar yang berlaku adalah Rp ______________
Demikian berita acara ini dibuat dengan sebenarnya untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Petugas Verifikasi Lapangan
___________________ NIP : Mengetahui, Ketua RT _____ ___________________ Ketua RW _____ ___________________ Kepala Desa/Lurah _____ ___________________ Pihak Lainnya _____ ___________________
II. INFORMASI HASIL PENELITIAN DAN ESTIMASI KURANG BAYAR No Boking : ...
Identitas Wajib Pajak Nama : ... NOP : ... Lokasi OP : ... Dasar/ Catatan ... Rekomendasi ... Hasil Estimasi Uraian Fisik Nilai Pasar Jumlah LT ... x ... ... LB ... x ... ... Nilai Pasar/ Nilai
Estimasi ... a. NPOP = ... b. NPOPTKP = ... C. NPOPKP (a-b) = ... d. BPHTB (c x 5% = ... e. Sudah dibayar = ... f Kurang bayar (d - e) = ... BUPATI PESAWARAN, DENDI RAMADONA K. Data Pengajuan Uraian Fisik NJOP Jumlah LT ... x ... ... LB ... x ... ... NJOP PBB ... NJOP Perolehan ...
Lampiran IV : PERATURAN BUPATI PESAWARAN
Nomor :
Tanggal Penerbitan : Tanggal Jatuh Tempo :
I
Nama Wajib Pajak :
NPWPD :
Alamat Wajib Pajak : Blok/Kav/Nomor :
Desa/Kelurahan : RT/RW : Kecamatan :
Kabupaten/Kota : Kode Pos :
atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunannya dengan : Jenis Perolehan Hak :
Akta/Risalah Lelang/Pendaftaran Hak* Nomor Tanggal
SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH KURANG BAYAR (SKPDKB) BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB)
PEMERINTAH KABUPATEN PESAWARAN BADAN PENDAPATAN DAERAH
Berdasarkan Ketentuan Pasal 16 Peraturan Daerah Kabupaten Pesawaran Nomor 2 Tahun 2011 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, telah dilakukan pemeriksaan atau berdasarkan keterangan lain mengenai kewajiban Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan terhadap :
NOMOR : TANGGAL : Tanggal NOP PBB : Lokasi : Blok/Kav/Nomor : Desa/Kelurahan : Kecamatan :
Kabupaten Bogor Kode Pos :
II 1 Rp. 2 Rp. 3 Rp. 4 Rp 5 Rp 6 Rp 7 Rp. 8 a. Pokok STPD BPHTB Rp. b. Pengurangan Rp. c. Jumlah (a + b) Rp. d. Dikurangi pokok SKPDLB/SK……… Rp. e. Jumlah (c - d) Rp. 9 Rp 10 Rp 11 Rp 12 Rp Gedong Tataan, ... Jumlah yang masih harus dibayar ( 10 + 11 )
Dengan huruf :
Dari pemeriksaan atau keterangan lain tersebut diatas, jumlah yang masih harus dibayar adalah sebagai berikut :
BPHTB yang telah dibayar
Jumlah yang dapat diperhitungkan ( 7 + 8.e.) BPHTB yang kurang dibayar ( 6 - 9 )
Sanksi administrasi berupa bunga :
……… bulan x 2% x Rp. ……… Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP)
Diperhitungkan :
Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak (NPOPKP) BPHTB Terutang
Pengurangan ………% karena ………. BPHTB yang seharusnya dibayar
Mengetahui, Petugas Peneliti : Kepala Bidang Pendaftaran dan Penetapan 1. ...
PBB-P2 dan BPHTB2
2. ...
BUPATI PESAWARAN,
LAMPIRAN IX : PERATURAN BUPATI PESAWARAN
NOMOR :
TANGGAL :
KOP GARUDA/KOP INSTANSI
KEPUTUSAN
BUPATI PESAWARAN/KEPALA BADAN... Nomor :...
TENTANG
PEMBERIAN PENGURANGAN/PEMBEBASAN ATAS
BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB)
BUPATI PESAWARAN/KEPALA BADAN ..., Menimban
g
: a. bahwaberdasarkansuratpermohonanPengurangan/Pembebasa n Bea PerolehanHakatas Tanah danBangunanatasnama …………. Tanggal ……….;
b. bahwa berdasarkan hasil penelitian terhadap permohonan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, terdapat cukup alasan untuk memberikan pengurangan/pembebasan BPHTB yang terutang;
c. bahwa berdasarkan ketentuan Peraturan Bupati Pesawaran Nomor ... Tahun ... tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan dan Pemungutan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, pemberian pengurangan/pembebasan atas BPHTB terutang ditetapkan dengan Keputusan Bupati Pesawaran/Kepala Badan ... Kabupaten Pesawaran;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hurufb, hurufc diatas, perlu menetapkan KeputusanBupati Pesawaran/Kepala Badan ... Kabupaten
Pesawarantentang Pemberian
Pengurangan/Keringanan/Pembebasan atas Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangungan (BPHTB) Terutang;
Mengingat : 1. Undang-UndangNomor 49 Tahun 1960
tentangPanitiaUrusanPiutang Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 156,
TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2104);
2. Undang-UndangNomor 8 Tahun 1981
tentangHukumAcaraPidana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
3. Undang-UndangNomor 19 Tahun 1997
Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686)
sebagaimanatelahdiubahdenganUndang-UndangNomor 19
Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesian Tahun 2000 Nomor 129, TambahanLembaran Negara Republik Indonesian Nomor 3987);
4. Undang-UndangNomor 14 Tahun 2002
tentangPengadilanPajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 27, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4189);
5. Undang-UndangNomor 17 Tahun 2003 tentangKeuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
6. Undang-UndangNomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
7. Undang-UndangNomor 12 Tahun
2011tentangPembentukanPeraturanPerundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
8. Undang-UndangNomor 15 Tahun 2004
tentangPemeriksaanPengelolaandanTanggungJawabKeuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
9. Undang-UndangNomor 23 Tahun 2014 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);
10. Undang-UndangNomor 33 Tahun 2004
tentangPerimbanganKeuanganantaraPemerintahPusatdanPem erintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
11. Undang-UndangNomor 33 Tahun 2007
tentangPembentukanKabupatenPesawaran di Provinsi
Lampung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 99, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4749);
12. Undang-UndangNomor 28 Tahun 2009tentangPajak Daerah danRetribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
tentangPelaksanaanUndang-UndangNomor 8 Tahun 1981
tentangHukumAcaraPidana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1981 Nomor 6, TambahanLembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3258)
diubahsebagaimanatelahdiubahdenganPeraturanPemerintahN omor 58 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 90, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5145);
14. PeraturanPemerintahNomor 91 Tahun 2010 tentangJenisPajak
Yang DibayarBerdasarkanPenetapanKepala Daerah
atauDibayarSendiriolehWajibPajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 153, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5179);
15. PeraturanMenteriKeuanganNomor 147/PMK.07/2010
tentangBadanatauPerwakilanLembagaInternasional yang
tidakdikenakan Bea PerolehanHakAtas Tanah danBangunan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 414);
16. Peraturan Daerah KabupatenPesawaranNomor 01 Tahun 2008 tentangUrusanPemerintahanKabupatenPesawaran (Lembaran
Daerah KabupatenPesawaranTahun 2008 Nomor 01,
TambahanLembaran Daerah KabupatenPesawaranNomor 01); 17. Peraturan Daerah KabupatenPesawaranNomor 03 Tahun 2008
tentangOrganisasidan Tata KerjaDinas Daerah
KabupatenPesawaran (Lembaran Daerah
KabupatenPesawaranTahun 2008 Nomor 03,
TambahanLembaran Daerah KabupatenPesawaranNomor 03); 18. Peraturan Daerah KabupatenPesawaranNomor 2 Tahun 2011
tentang Bea PerolehanHakAtas Tanah danBangunan,
perlumengatursistemdanprosedurpengelolaandanpemungutan Bea PerolehanHakatas Tanah danBangunan (BPHTB);
19. PeraturanBupatiPesawaranNomor 78 Tahun 2010
tentangSistemdanProsedurPengelolaandanPemungutan Bea PerolehanHakatas Tanah danBangunan (Berita Daerah KabupatenPesawaranTahun 2010 Nomor 78).
MEMUTUSKAN Menetapka
n
:
KESATU : Memberikan Pengurangan/Pembebasan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) kepada :
Nama Wajib Pajak : Alamat Wajib Pajak :
NOP :
Desa/Kelurahan :
Kecamatan :
Tahun BPHTB :
KEDUA : Besarnya Pengurangan/Pembebasan BPHTB sebagaimana
dimaksud dalam Diktum KESATU serta besarnya BPHTB terutang yang harus dibayar, sebagai berikut :
a. BPHTB yang seharusnyadibayar sebesar Rp ... b. Besarnya Pengurangan/Pembebasansebesar Rp ...
c. Jumlah BPHTB terutang sebesar Rp ...
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Gedong Tataan pada tanggal
BUPATI PESAWARAN/KEPALA BADAN...,
... TEMBUSAN :
1. Yth. Sekretaris Daerah Kabupaten Pesawaran; 2. InspekturKabupatenPesawaran;
3. Kepala Kantor PertanahanKabupatenPesawaran;
BUPATI PESAWARAN,
Nomor :
Tanggal Penerbitan : Tanggal Jatuh Tempo : I
Nama Wajib Pajak :
NPWPD :
Alamat Wajib Pajak : Blok/Kav/Nomor : Desa/Kelurahan : RT/RW : Kecamatan :
Kabupaten/Kota : Kode Pos :
atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunannya dengan : Jenis Perolehan Hak :
Akta/Risalah Lelang/Pendaftaran Hak* Nomor Tanggal
LAMPIRAN V : PERATURAN BUPATI PESAWARAN NOMOR :
TANGGAL :
SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH KURANG BAYAR TAMBAHAN (SKPDKBT) BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB)
PEMERINTAH KABUPATEN PESAWARAN BADAN PENDAPATAN DAERAH
Berdasarkan Ketentuan Pasal 16 Peraturan Daerah Kabupaten Pesawaran Nomor 2 Tahun 2011 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, telah dilakukan pemeriksaan atau berdasarkan
keterangan lain mengenai kewajiban Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan terhadap :
Tanggal NOP PBB :
Lokasi : Blok/Kav/Nomor :
Desa/Kelurahan : Kecamatan :
Kabupaten Pesawaran Kode Pos :
II 1 Rp. 2 Rp. 3 Rp. 4 Rp 5 Rp 6 Rp 7 Rp. 8 a. Pokok STPD BPHTB Rp. b. Pokok SKPDKB BPHTB Rp. c. Pengurangan Rp. d. Jumlah (a + b + c) Rp. e. Dikurangi pokok SKPDLB/SK……… Rp. f. Jumlah (d - e) Rp. 9 Rp 10 Rp 11 Rp 12 Rp
Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak (NPOPKP) BPHTB Terutang
Dari pemeriksaan atau keterangan lain tersebut diatas, telah ditemukan data baru atau data yang semula tidak terungkap sehingga jumlah yang masih harus dibayar adalah sebagai berikut :
Sanksi administrasi berupa bunga :
100% x BPHTB yang kurang dibayar Rp ……… Pengurangan ………% karena ……….
BPHTB yang seharusnya dibayar BPHTB yang telah dibayar Diperhitungkan :
Jumlah yang masih harus dibayar ( 10 + 11 ) Dengan huruf :
Jumlah yang dapat diperhitungkan ( 7 + 8.f.) BPHTB yang kurang dibayar ( 6 - 9 )
Mengetahui, Gedong Tataan, ... Kepala Bidang Pendaftaran dan Penetapan Petugas Peneliti :
PBB-P2 dan BPHTB2 1. ...
2. ...
DENDI RAMADHONA K. BUPATI PESAWARAN,
LAMPIRAN V : PERATURAN BUPATI PESAWARAN
Berdasarkan Ketentuan Pasal 16 Peraturan Daerah Kabupaten Pesawaran Nomor 2 Tahun 2011 tentang
DENDI RAMADHONA K. BUPATI PESAWARAN,
Nomor :
Tanggal Penerbitan : Tanggal Jatuh Tempo : I
Nama Wajib Pajak :
NPWPD :
Alamat Wajib Pajak : Blok/Kav/Nomor :
Desa/Kelurahan : RT/RW : Kecamatan :
Kabupaten/Kota : Kode Pos :
atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunannya dengan : Jenis Perolehan Hak :
Berdasarkan Ketentuan Pasal 20 Peraturan Daerah Kabupaten Pesawaran Nomor 2 Tahun 2011 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, telah dilakukan penelitian mengenai kewajiban Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan terhadap :
SURAT TAGIHAN PAJAK DAERAH (STPD)
BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) PEMERINTAH KABUPATEN PESAWARAN
LAMPIRAN VI : PERATURAN BUPATI PESAWARAN NOMOR :
TANGGAL :
BADAN PENDAPATAN DAERAH
Akta/Risalah Lelang/Pendaftaran Hak* Nomor Tanggal
NOP PBB :
Lokasi : Blok/Kav/Nomor :
Desa/Kelurahan : Kecamatan :
Kabupaten Pesawaran Kode Pos :
II 1 Rp 2 Rp. 3 Rp. 4 Rp 5 Rp 6 Rp 7 Rp
Mengetahui, Gedong Tataan, ... Kepala Bidang Pendaftaran dan Penetapan Petugas Peneliti :
PBB-P2 dan BPHTB2 1. ...
2. ...
Pokok BPHTB yang harus dibayar
Jumlah yang masih harus dibayar ( 5 + 6 ) Dengan huruf :
Jumlah yang dapat diperhitungkan ( 2 + 3 )
Dari penelitian tersebut diatas, jumlah yang masih harus dibayar adalah sebagai berikut :
Pengurangan
Telah dibayar tanggal ……….
Sanksi administrasi berupa bunga :
……… bulan x 2% x Rp. ……… Kurang dibayar ( 1 - 4 )
BUPATI PESAWARAN,
Berdasarkan Ketentuan Pasal 20 Peraturan Daerah Kabupaten Pesawaran Nomor 2 Tahun 2011 LAMPIRAN VI : PERATURAN BUPATI PESAWARAN
LAMPIRAN VII : PERATURAN BUPATI PESAWARAN NOMOR :
TANGGAL :
BERITA ACARA PENELITIANSSPD BPHTB
Pada hari ini _______ tanggal ________ bulan ________ tahun 20__, telah dilakukan penelitian atas Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dengan rincian sebagai berikut :
No. Register SSPD :
Nama Wajib Pajak : _________________________________ NOP : _________________________________ Atas Nama : _________________________________ Alamat : _________________________________
Luas : Tanah (Bumi) : _______m2 Bangunan : _______m2 Jenis Perolehan Hak: __________________________
Harga Transaksi/Nilai Pasar yang tercantum dalam SSPD sebesar Rp ______________ BPHTB terutang yang telah dibayar sebesar Rp _______________
Berdasarkan hasil penelitian SSPD BPHTB serta hasil verifikasi lapangan atas obyek BPHTB tersebut, dengan ini dinyatakan bahwa BPHTB terutang atas obyek pajak tersebut telah lunas dibayar dan diterima di Rekening Kas Umum Daerah.
Demikian berita acara ini dibuat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Petugas Peneliti
___________________ NIP :
Mengetahui, Koordinator Peneliti Wilayah ...
___________________ NIP : Kepala Seksi.../ Ketua Tim ... ___________________ NIP : BUPATI PESAWARAN, DENDI RAMADHONA K.
LAMPIRAN VIII : PERATURAN BUPATI PESAWARAN NOMOR :
TANGGAL :
PERJANJIAN
ANGSURAN/CICILAN/PENUNDAAN PEMBAYARAN
BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN (BPHTB) NOMOR :__________
Pada hari ini, ... tanggal ...bulan ...tahun ..., yang bertanda tangan di bawah ini :
1. ______________ : Kepala Badan …… Kabupaten Pesawaran, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kabupaten Pesawaran berkedudukan di Kelurahan ….., Kecamatan ….., Kabupaten Pesawaran, selanjutnya disebut PIHAK KESATU;
2. ______________ : berkedudukan di _______________, bertindak untuk dan atas nama sendiri, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA;
PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA selanjutnya disebut PARA PIHAK PARA PIHAKterlebih dahulu menerangkan sebagai berikut:
a. bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Pesawaran Nomor 02 Tahun 2011 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, Bupati atau pejabat dapat memberikan keringanan pajak berdasarkan permohonan wajib pajak;
b. bahwa berdasarkan Peraturan Bupati Pesawaran Nomor .... Tahun ... tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan dan Pemungutan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, keringanan pajak berupa pembayaran secara mencicil/mengangsur atau penundaan pembayaran dituangkan dalam perjanjian angsuran/cicilan/penundaan pembayaran;
c. bahwa Sdr. _________ telah mengajukan permohonan keringanan pembayaran BPHTB yang harus dibayar dengan rincian sebagai berikut :
a. Nomor Obyek Pajak :
b. Luas :
- Tanah :
- Bangunan :
c. Alamat Obyek Pajak : d. Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) : e. Harga Transaksi/Nilai Pasar :
d. bahwa berdasarkan huruf a, huruf b, dan dan huruf c, PARA PIHAK sepakat untuk mengadakan perjanjian angsuran/cicilan/penundaan pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dengan ketentuan sebagai berikut :
Pasal 1
(1) PIHAK KESATU mengabulkan permohonan PIHAK KEDUA berupa pembayaran BPHTB secara diangsur/dicicil atau penundaan pembayaran BPHTB atas :
a. Nomor Obyek Pajak :
b. Luas :
- Bangunan : c. Alamat Obyek Pajak :
- 2 -
(2) Pembayaran BPHTB dengan cara diangsur atau dicicil/penundaan pembayaran BPHTB sebagaimana dimaksud dalam Pasal (1), dihitung berdasarkan jumlah BPHTB yang harus dibayar dan Bunga;
(3) Jumlah BPHTB yang harus dibayar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dihitung sebagai berikut :
a. Harga Transaksi/Nilai Pasar/NJOP: Rp xxxxxx (dipilih berdasarkan nilai terbesar)
b. NPOPTKP : Rp xxxxxx (disesuaikan dengan jenis perolehan)
c. BPHTB Terutang : Rp xxxxxx (a - b)
d. Pengurangan __% karena _________ : Rp xxxxxx (apabila ada pengurangan) e. BPHTB yang harus dibayar : Rp xxxxxx (c - d)
Pasal 2 Angsuran/cicilan
(1) Jumlah/frekuensi angsuran ditetapkan sebanyak ___kali
(2) Jatuh tempo pembayaran atas angsuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut :
1. Angsuran I : ______________ (tanggal, bulan, dan tahun) 2. Angsuran II : ______________ (tanggal, bulan, dan tahun) 3. Angsuran III : ______________ (tanggal, bulan, dan tahun) 4. Angsuran IV : ______________ (tanggal, bulan, dan tahun)
(3) Jumlah pembayaran pada setiap angsuran yang jatuh tempo ditetapkan sebagai berikut :
Angsuran I
BPHTB yang harus dibayar : Rp xxxxx
Angsuran I : Rp xxxxx(BPHTB yang harus dibayar dibagi dengan frekuensi angsuran)
Sisa BPHTB yang harus dibayar : Rp xxxxx
Bunga 2% : Rp xxxxx(2% dikali Sisa BPHTB yang harus dibayar)
Angsuran II
BPHTB yang harus dibayar : Rp xxxxx(Sisa BPHTB yang harus dibayar pada Angsuran I)
Angsuran II : Rp xxxxx(BPHTB yang harus dibayar dibagi dengan frekuensi angsuran)
Sisa BPHTB yang harus dibayar : Rp xxxxx
Bunga 2% : Rp xxxxx(2% dikali Sisa BPHTB yang harus dibayar)
Jumlah Angsuran II : Rp xxxxx
Angsuran III
BPHTB yang harus dibayar : Rp xxxxx(Sisa BPHTB yang harus dibayar pada Angsuran II)
Angsuran III : Rp xxxxx(BPHTB yang harus dibayar dibagi dengan frekuensi angsuran)
Sisa BPHTB yang harus dibayar : Rp xxxxx
Bunga 2% : Rp xxxxx(2% dikali Sisa BPHTB yang harus dibayar)
Jumlah Angsuran III : Rp xxxxx
Angsuran IV
BPHTB yang harus dibayar : Rp xxxxx(Sisa BPHTB yang harus dibayar pada Angsuran IV)
Angsuran IV : Rp xxxxx(BPHTB yang harus dibayar dibagi dengan frekuensi angsuran)
Sisa BPHTB yang harus dibayar : Rp xxxxx
Bunga 2% : Rp xxxxx(2% dikali Sisa BPHTB yang harus dibayar)
- 3 -
Penundaan pembayaran
(1)BPHTB yang harus dibayar beserta bunganya akan dilunasi sekaligus pada tanggal _____________ (tanggal, bulan, dan tahun).
(2)Jumlah BPHTB yang harus dibayar beserta bunganya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut :
BPHTB yang harus dibayar : Rp xxxxx Bunga 2% x BPHTB yang harus dibayar x Jumlah
bulan penundaan pembayaran : Rp xxxxx
Jumlah pembayaran : Rp xxxxx
Pasal 3
(1)Dalam hal PIHAK KEDUA tidak membayar sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, dikenakan sanksi tambahan berupa bunga sebesar 2% per bulan dari jumlah BPHTB yang harus dibayar dikali dengan rentang waktu keterlambatan membayar.
(2)Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibayar pada saat jatuh tempo pembayaran berikutnya/sebelum berakhirnya tahun anggaran berjalan. (3)Dalam hal PIHAK KEDUA tidak membayar sampai dengan berakhirnya tahun
anggaran, maka PIHAK KESATU dapat melakukan penagihan dengan menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) atau penagihan secara paksa sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Pasal 4
Keadaan Memaksa (Force Majeur)
(1)Apabila terjadi suatu keadaan memaksa di luar kekuasaan manusia (Force Majeur) yang menyebabkan perjanjian ini tidak dapat dilaksanakan, maka para pihak dibebaskan dari segala hak dan kewajiban yang mengikat sebagaimana disebutkan dalam perjanjian ini.
(2)Force majeur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa bencana alam, bencana non alam dan/atau bencana sosial antara lain :
a. gempa bumi; b. gunung meletus; c. banjir; d. kebakaran; e. angin topan; f. tanah longsor; g. epidemi; h. wabah penyakit;
i. konflik sosial antar kelompok; dan j. huru-hara.
Pasal 5 Penutup
(1) Hal-hal yang belum cukup diatur dalam perjanjian ini akan diatur lebih lanjut dalam perjanjian tambahan sebagai addendum dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan perjanjian ini.
- 4 -
(2) Perjanjian ini dibuat oleh para pihak dengan sebenar-benarnya dan dapat dipertangjawabkan, ditandatangani dalam rangkap 6 (enam), 2 (dua) diantaranya bermaterai cukup serta sisanya tanpa materai yang mempunyai kekuatan hukum yang sama
Demikian perjanjian ini ditandatangani di Gedong Tataan pada hari dan tanggal tersebut di atas oleh kedua belah pihak, masing-masing dalam keadaan sehat, dilandasi itikad baik tanpa unsur paksaan dari pihak manapun.
PIHAK KEDUA, _________________ PIHAK PERTAMA, _________________ BUPATI PESAWARAN, DENDI RAMADONA K.
LAMPIRAN X : PERATURAN BUPATI PESAWARAN
Nomor :
Tanggal Penerbitan : Tanggal Jatuh Tempo :
I
Nama Wajib Pajak :
NPWPD :
Alamat Wajib Pajak : Blok/Kav/Nomor :
Desa/Kelurahan : RT/RW : Kecamatan :
Kabupaten/Kota : Kode Pos :
atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunannya dengan : Jenis Perolehan Hak :
Akta/Risalah Lelang/Pendaftaran Hak* Nomor
SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH LEBIH BAYAR (SKPDLB) BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB)
PEMERINTAH KABUPATEN PESAWARAN BADAN PENDAPATAN DAERAH
Berdasarkan Ketentuan Pasal 23 Peraturan Daerah Kabupaten Pesawaran Nomor 2 Tahun 2013 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, telah dilakukan pemeriksaan mengenai pelaksanaan kewajiban Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan terhadap :
NOMOR : TANGGAL :
Akta/Risalah Lelang/Pendaftaran Hak* Nomor
Tanggal
NOP PBB :
Lokasi : Blok/Kav/Nomor :
Desa/Kelurahan : Kecamatan :
Kabupaten Pesawaran Kode Pos :
II 1 Rp. 2 Rp. 3 Rp. 4 Rp 5 Rp. 6 Rp 7 Rp 8 Rp Mengetahui, Pesawaran, ...
Kepala Bidang Pendaftaran dan Penetapan Petugas Peneliti :
PBB-P2 dan BPHTB2 1. ...
2. ...
BPHTB yang lebih bayar/tidak seharusnya terutang ( 9 - 6 ) Pengurangan ………% karena ……….
BPHTB yang seharusnya dibayar BPHTB yang telah dibayar
Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP)
Dari pemeriksaan atau keterangan lain tersebut diatas, jumlah yang masih harus dibayar adalah sebagai berikut :
BUPATI PESAWARAN, Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP)
Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak (NPOPKP) BPHTB Terutang
LAMPIRAN X : PERATURAN BUPATI PESAWARAN
Berdasarkan Ketentuan Pasal 23 Peraturan Daerah Kabupaten Pesawaran Nomor 2 Tahun 2013 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, telah dilakukan pemeriksaan mengenai
NOMOR PIHAK YANG MENGALIHK AN PIHAK YANG MEMPEROL EH
TANAH BANG NOP NJOP/m²
(Rp.000) NOMOR TANGGAL
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
LAMPIRAN XI : PERATURAN BUPATI PESAWARAN NOMOR : TANGGAL : HARGA TRANSAKSI/ NILAI PASAR PENGALIHAN HAK SPPT PBB SSPD BPHTB HARI/ TANGGAL 3
LAPORAN BULANAN PEMBUATAN AKTA OLEH PPAT BULAN ... TAHUN .... Lap AKTA BENTUK PERBUATAN/ PERISTIWA HUKUM
NAMA, ALAMAT DAN NPWP JENIS DAN NOMOR HAK LETAK TANAH DAN BANGUNAN LUAS (m²) JUMLAH ... ... ... ………. 20… PPAT ……… BUPATI PESAWARAN, DENDI RAMADHONA K.
Rp.000 TANGGAL Rp.000
16 17 18 19
LAMPIRAN XI : PERATURAN BUPATI PESAWARAN
SSP KET ... ... ………. 20… ……… BUPATI PESAWARAN, DENDI RAMADHONA K.
Lampiran XI Peraturan Bupati Pesawaran Nomor :
NOMOR PIHAK YANG
MENGALIHKAN
PIHAK YANG
MEMPEROLEH TANAH BANG NOP
NJOP/m² (Rp.000) NOMOR TANGGAL Rp.000 1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 KET HARI/ TANGGAL 3
LAPORAN BULANAN PENERBITAN RISALAH LELANG
BULAN ... TAHUN ....
No
RISALAH LELANG NAMA, ALAMAT DAN NPWP JENIS DAN
NOMOR HAK
LETAK TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
LUAS (m²) NILAI YANG
DITETAPKAN DALAM RISALAH SPPT PBB SSPD BPHTB JUMLAH ... ... ... ...
………. 20…
Kepala KPKNL,
………
BUPATI PESAWARAN,
DENDI RAMADONA
SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN DAN PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Menimbang : a. b. Mengingat : 1. 2. 3.
BUPATI PESAWARAN
PROVINSI LAMPUNG
PERATURANBUPATI PESAWARAN NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANGSISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN DAN PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN,
a. bahwa dalam rangka pelaksanaan
Peraturan Daerah Kabupaten Pesawaran Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, perlu diatur S
Prosedur Pengelolaan dan Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a diatas
Peraturan Bupati Pesawaran t
Prosedur Pengelolaan dan Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB);
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000
Perubahan atas Undang-UndangNomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 129, Tambahan Lem Indonesia Nomor 3987);
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak (Lembaran
Indonesia Tahun 2002 Nomor 27,
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4189); Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 t
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
BUPATI PESAWARAN
SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN DAN PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
bahwa dalam rangka pelaksanaan Ketentuan Peraturan Daerah Kabupaten Pesawaran Nomor 2 entang Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, perlu diatur Sistem dan an Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB);
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana diatas, perlu membentuk Peraturan Bupati Pesawaran tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan dan Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB);
Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686) sebagaimana telah diubah dengan Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang UndangNomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa baran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik
Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak (Lembaran Negara Republik Tahun 2002 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4189);
Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Kabupaten Pesawaran di Provinsi Lampung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4749);
9. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5234);
11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5597) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015tentang Pemerintahan Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5145); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang
Jenis Pajak Yang Dibayar Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5179);
14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147/PMK.07/2010 tentang Badan atau Perwakilan Lembaga Internasional yang tidak dikenakan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 414); 15. Peraturan Daerah Kabupaten Pesawaran Nomor 3
Tahun 2011 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (Lembaran Daerah Kabupaten Pesawaran Tahun 2011 Nomor 02, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Pesawaran Nomor 15);
Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN DAN PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Pesawaran.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah yang memimpin pelaksanaan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah otonom.
3. Bupati adalah Bupati Pesawaran.
4. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang perpajakan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
5. Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Pesawaran yang selanjutnyadisebut Badan adalah Perangkat Daerah (PD) yang mempunyai tugas dan fungsi untuk melaksanakan pengelolaan dan pemungutan Pajak Daerah.
6. Kantor Pertanahan adalah Kantor Pertanahan Kabupaten Pesawaran. 7. Kantor Lelang Negara adalah Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan
8. Badan Usaha adalah sekumpulan orang dan modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha, yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif, dan bentuk usaha tetap.
9. Peraturan Daerah yang selanjutnya disingkat Perda adalah Peraturan Daerah Kabupaten Pesawaran Nomor 3 Tahun 2011 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.
10. Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
11. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak.
12. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.
13. Nilai Jual Objek Pajak yang selanjutnya disingkat NJOP adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau NJOP pengganti.
14. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang selanjutnya disingkat BPHTB adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. 15. Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah perbuatan atau
peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan oleh orang pribadi atau badan.
16. Hak atas Tanah dan Bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan diatasnya, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang di bidang pertanahan dan bangunan.
17. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak, penentuan besarnya pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada Wajib Pajak serta pengawasan penyetorannya.
18. Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh Bupati untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah.
19. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar selanjutnya disingkat SKPDKB adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.
20. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKPDKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
21. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDLB adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang.
22. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil yang selanjutnya disingkat SKPDN adalah Surat Keputusan yang menentukan jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
23. Surat Tagihan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat STPD adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga.
24. Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SSPD adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk membayar atau menyetor pajak yang terutang ke Kas Daerah atau tempat lain yang ditentukan oleh Bupati dan sekaligus untuk melaporkan data perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.
25. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan daerah yang terdapat dalam Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, Surat Tagihan Pajak Daerah, Surat Keputusan Pembetulan, atau Surat Keputusan Keberatan.
26. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.
27. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.
28. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode tahun pajak tersebut.
29. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.
BAB II RUANG LINGKUP
Pasal 2
Ruang lingkup sistem dan prosedur pengelolaan dan pemungutan BPHTB, terdiri dari :
a. prosedur pemungutan BPHTB;
b. tata cara pengurangan, keringanan, dan pembebasan BPHTB;
c. tata cara pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan, dan penghapusan atau pengurangan sanksi administratif;
d. tata cara pengembalian kelebihan pembayaran; e. kewajiban pembukuan bagi Wajib Pajak;
f. tata cara pelaporan BPHTB; g. Penentuan NPOP.
BAB III
PROSEDUR PEMUNGUTAN BPHTB Bagian Kesatu
Pengurusan Akta Pemindahan Hak atas Tanah dan Bangunan Pasal 3
(1) Wajib Pajak selaku penerima hak atas tanah dan/atau bangunan mengurus akta perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan melalui Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)sesuai peraturan perundang-undangan.
(2) Akta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan dokumen legal pemindahan hak atas tanah dan bangunan.
(3) Dalam hal perolehan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan peraturan perundang-undangan, PPAT menyiapkan draft akta pemindahan hak atas tanah dan/atau bangunan.
(4) PPAT melakukan penelitian atas objek pajak yang diperoleh oleh wajib pajak.
Bagian Kedua Perhitungan BPHTB
Pasal 4
(1) Besaran BPHTB terutang dihitung oleh Wajib Pajak dan ditulis dalam formulir SSPD BPHTB.
(2) Formulir SSPD BPHTB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Badan.
(3) Dalam setiap formulir SSPD BPHTB, tercantum nomor seri dari Badan yang digunakan sebagai pengendalian.
(4) Bentuk dan tata cara pengisian formulir SSPD BPHTB sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tercantum dalam Lampiran I merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
Pasal 5
(1) Unsur penghitungan besaran BPHTB terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, paling kurang terdiri dari Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP), Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP), dan tarif pajak.
(2) Dalam hal pemindahan hak terdiri dari beberapa transaksi namun berasal dari pemilik yang sama, maka NPOPTKP berlaku untuk akumulasi transaksi.
(3) Pemilik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah pihak yang mengalihkan hak kepemilikan atas tanah dan/atau bangunan.
(4) Pengenaan NPOPTKP atas akumulasi transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku apabila terjadi pengalihan hak dari 1 (satu) pemilik kepada 1 (satu) penerima hak.
(5) Pengalihan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (4), yaitu : a. apabila terdiri dari beberapa Nomor Objek Pajak (NOP), maka :
1. NPOPTKP hanya dikenakan kepada objek pajak dengan nilai transaksiterbesar;
2. BPHTB terutang atas transaksi yang tidak dikenakan NPOPTKP, berdasarkan hasil perkalian antara NPOP dengan tarif BPHTB untuk masing-masing transaksi;
3. setiap transaksi menggunakan formulir SSPD BPHTB yang terpisah.
b. apabila terdiri dari 1 (satu) Nomor Objek Pajak (NOP), maka : 1. seluruh transaksi dianggap sebagai 1 (satu) transaksi; 2. NPOPTKP dikenakan hanya 1 (satu) kali;
3. pembayaran BPHTB terutang hanya menggunakan 1 (satu) formulir SSPD BPHTB.
(6) Dalam hal pengalihan hak terjadi dari 1 (satu) pemilik kepada beberapa orang penerima hak yang tidak memiliki hubungan keluarga antara sesama penerima hak, maka NPOPTKP dikenakan untuk masing-masing penerima hak.
(7) Pengenaan NPOPTKP sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berlaku juga atas perolehan hak berdasarkan putusan pengadilan, putusan lelang, dan waris.
Pasal 6
(1) Atas Akta Pembagian Hak Bersama (APHB) dikenakan BPHTB Waris dan BPHTB APHB.
(2) BPHTB APHB sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hanya dikenakan kepada ahli waris yang memperoleh hak melebihi porsi waris yang seharusnya.
(3) Porsi waris sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dihitung berdasarkan hukum waris menurut agama yang dianut oleh pewaris atau Kitab Undang-Undang Hukum Perdata sepanjang agama yang dianut oleh pewaris tidak mengatur tentang porsi pembagian warisan.
(4) Pengenaan BPHTB APHB atas kelebihan porsi waris sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dihitung dengan cara :
a. mengalikan jumlah kelebihan porsi dengan nilai pasar atau NJOP sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan sehingga diperoleh NPOP;
b. NPOP sebagaimana dimaksud pada huruf a, dikurangi dengan NPOPTKP yang berlaku untuk hibah sehingga diperoleh NPOPKP; c. NPOPKP sebagaimana dimaksud pada huruf b, dikalikan dengan tarif
BPHTB.
Bagian Ketiga
Penandatanganan Dokumen/Pendaftaran Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
Pasal 7
(1) Wajib Pajak membayar BPHTB terutang ke rekening kas umum daerah atau rekening penerimaan daerah dengan menggunakan formulir SSPD BPHTB.
(2) PPAT hanya dapat menandatangani akta perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan setelah Wajib Pajak menyerahkan bukti pembayaran BPHTB.
(3) PPAT yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dikenakan sanksi administratif untuk setiap pelanggaran sebagaimana tertuang dalam Perda.
(4) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disetorkan ke rekening kas umum daerah dan merupakan bagian dari penerimaan daerah.
Pasal 8
(1) Dalam hal tanah dan/atau bangunan diperoleh dari waris, putusan pengadilan, putusan pemberian hak baru, dan/atau putusan lelang, maka dokumen perolehan hak berpedoman kepada ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Kepala KPKNL hanya dapat menandatangani risalah lelang pemindahan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan setelah Wajib Pajak menyerahkan bukti pembayaran BPHTB.
(3) Kepala Kantor Pertanahan hanya dapat melakukan pendaftaran Hak atas Tanah setelah Wajib Pajak menyerahkan bukti pembayaran BPHTB.
(4) Kepala KPKNL yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dikenakan sanksi administratif untuk setiap pelanggaransebagaimana tertuang dalam Perda.
(5) Kepala Kantor Pertanahan yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
(6) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disetorkan ke rekening kas umum daerah dan merupakan bagian dari penerimaan daerah.
Pasal 9
Bukti pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), Pasal 8 ayat (2) dan ayat (3) berupa SSPD BPHTB yang telah divalidasi oleh :
a. bank tempat rekening kas umum daerah atau rekening penerimaan daerah berada dan ;
b. Badan.
Bagian Keempat Pembayaran BPHTB
Pasal 10
(1) Wajib Pajak melakukan pembayaran BPHTB terutang dengan menggunakan formulir SSPD BPHTB yang telah ditandatangani oleh wajib pajak dan PPAT/Kepala KPKNL/Kepala Kantor Pertanahan.
(2) Pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Wajib Pajak/kuasa Wajib Pajak ke rekening kas umum daerah atau rekening penerimaan melalui bank umum yang ditunjuk oleh Bupati.
(3) Tata cara penunjukan bank umum sebagai tempat penyimpanan uang daerah serta pembukaan rekening kas umum daerah atau rekening penerimaan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 11
(1) Bank umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2), menerima SSPD BPHTB dan uang pembayaran BPHTB terutang dari Wajib Pajak. (2) Bank umum melakukan pemeriksaan atas kelengkapan pengisian SSPD
BPHTB dan kesesuaian besaran nilai BPHTB terutang dengan uang pembayaran yang diterima dari wajib pajak.
(3) Dalam hal pengisian SSPD BPHTB telah memenuhi persyaratan dan jumlah uang yang dibayar oleh Wajib Pajak telah sesuai dengan SSPD BPHTB, maka bank :
a. memvalidasi SSPD BPHTB dalam bentuk pembubuhan tanda tangan serta stempel bank;
c. menerbitkan bukti setor yang telah diregistrasi dan divalidasi sebagai bukti bahwa pembayaran BPHTB telah diterima oleh bank;
d. memberikan sisa lembar SSPD BPHTB serta bukti setoran kepada wajib pajak.
Pasal 12
Dalam hal BPHTB terutang atau Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak bernilai nihil, maka formulir SSPD BPHTB cukup ditandatangani oleh Wajib Pajak dan PPAT/Kepala KPKNL/Kepala Kantor Pertanahan tanpa validasi dari bank.
Bagian Kelima
Penyampaian SSPD BPHTB Pasal 13
(1) Badan wajib meneliti setiap pembayaran BPHTB oleh Wajib Pajak.
(2) Dalam rangka penelitian pembayaran BPHTB, wajib pajak diwajibkan menyampaikan SSPD BPHTB beserta dokumen pendukungnya kepada Bupati melalui Kepala Badan menggunakan formulir permohonan penelitian SSPD BPHTB.
(3) Kepala Badan menunjuk petugas untuk menerima dokumen SSPD beserta dokumen pendukungnya.
(4) Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (3), antara lain berupa :
a. fotokopi identitas wajib pajak;
b. Surat Kuasa dari Wajib Pajak dan fotokopi identitas penerima kuasa Wajib Pajak apabila dikuasakan;
c. fotokopi kartu Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD) bagi wajib pajak badan;
d. SSPD BPHTB dan bukti setor BPHTB yang telah divalidasi oleh bank; e. fotokopi SPPT dan/atau STTS tahun terakhir;
f. surat keterangan atau dokumen lainnya yang membuktikan bahwa wajib pajak tidak mempunyai tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dari instansi yang berwenang;
g. dokumen yang membuktikan/menunjukkan terjadinya perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan sebagai dasar pembuatan akta atau dokumen legal perolehan hak lainnya;
h. dokumen pendukung lain yang diperlukan.
(5) Berkas permohonan yang telah diterima selanjutnya diperiksa oleh petugas yang ditunjuk untuk memeriksa kelengkapan dokumen.
(6) Dalam hal dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) telah lengkap, maka petugas :
a. menerima dan meregister dokumen yang diserahkan oleh wajib pajak;
b. menandatangani penerimaan formulir permohonan penelitian SSPD BPHTB.
(7) Dalam hal dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak lengkap, maka petugas mengembalikan dokumen tersebut kepada pemohon dan/atau memberitahukan pemohon untuk melengkapi dokumen.
(8) Penunjukan petugas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Badan.
(9) Bentuk formulir Permohonan Penelitian Dokumen SSPD BPHTB sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tercantum dalam Lampiran II merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
Bagian Keenam Penelitian SSPD BPHTB
Pasal 14
(1) Petugas yang menerima berkas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3), menyerahkan berkas wajib pajak yang diterima kepada petugas peneliti SSPD BPHTB berdasarkan wilayah kerja masing-masing.
(2) Penyerahan berkas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling lama 1 (satu) hari kerja sejak tanggal penerbitan surat tanda terima permohonan dokumen SSPD BPHTB.
(3) Penunjukan petugas peneliti beserta wilayah kerjanya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Badan.
Pasal 15 (1) Petugaspeneliti SSPD BPHTB bertugas :
a. mencocokan Nomor Objek Pajak (NOP) yang tercantum dalam SSPD BPHTB dengan NOP yang tercantum dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) atau Surat Tanda Terima Setoran (STTS) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);
b. mencocokan besarnya NJOP bumi dan/atau bangunan permeter persegi yang dicantumkan dalam SSPD dengan NJOP bumi dan/atau bangunan per-meter persegi pada basis data PBB;
c. meneliti kebenaran penghitungan BPHTB yang meliputi komponen NPOP, NPOPTKP, tarif, pengenaan atas objek tertentu, besarnya BPHTB yang terutang, dan BPHTB yang harus dibayar;
d. meneliti kebenaran penghitungan BPHTB yang telah dibayar, termasuk besarnya pengurangan yang dihitung sendiri.
(2) Objek pajak tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi perolehan hak karena waris, hibah wasiat, atau pemberian hak pengelolaan.
(3) Penelitian SSPD BPHTB dilaksanakan paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal diterimanya berkas wajib pajak dari petugas penerima berkas kecuali diperlukan adanya verifikasi lapangan.
Pasal 16
(1) Apabila terdapat indikasi data yang dicantumkan dalam SSPD BPHTB tidak benar, maka dapat dilakukan verifikasi lapangan oleh petugas verifikasi lapangan sesuai dengan wilayah kerja tempat objek pajak berada.
(2) Verifikasi lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk menguji kebenaran atas:
a. harga transaksi/nilai pasar yang tercantum dalam SSPD BPHTB dengan harga yang sebenarnya berlaku di lapangan;
b. data luas tanah (bumi) dan/atau bangunan yang tercantum dalam SSPD BPHTB dengan luas tanah (bumi) dan/atau bangunan yang sebenarnya;
c. data lainnya yang tercantum dalam SSPD BPHTB dengan keadaan sebenarnya di lapangan.
(3) Hasil verifikasi lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam Berita Acara Verifikasi Lapangan.
(4) Verifikasi Lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya permohonan verifikasi lapangan dari petugas peneliti SSPD BPHTB.
(5) Berita Acara Verifikasi Lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diserahkan kepada petugas peneliti SSPD BPHTB.
(6) Petugas verifikasi lapangan dan wilayah kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Badan.
(7) Format berita acara verifikasi lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tercantum dalam Lampiran III merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
Pasal 17
(1) Terhadap SSPD BPHTB yang telah diteliti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dan Pasal 16, dapat diterbitkan :
a. SKPDKB apabila berdasarkan hasil penelitian atau keterangan lain ternyata jumlah BPHTB terutang kurang bayar;
b. SKPDKBT apabila ditemukan data baru dan/atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang setelah diterbitkan SKPDKB; dan
c. STPD apabila pajak yang terutang tidak dibayar, atau Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga.
(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a :
a. dihitung dengan mengakumulasikan terlebih dahulu BPHTB yang seharusnya dibayar kemudian dikurangi dengan BPHTB yang telah dibayar.
b. dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua perseratus) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar.
(3) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus perseratus) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
(4) Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dikenakan jika Wajib Pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan penelitian SSPD BPHTB. (5) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua perseratus) setiap bulan. (6) Format SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, tercantum
dalam Lampiran IV merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
(7) Format SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, tercantum dalam Lampiran V merupakan bagianyang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
(8) Format STPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, tercantum dalam Lampiran VI merupakan bagianyang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
Pasal 18
(1) SKPDKB/SKPDKBT/STPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, disampaikan kepada wajib pajak.
(2) Wajib pajak membayar pajak yang terutang dan/atau sanksi administrasi sebagaimana tercantum dalam SKPDKB/SKPDKBT/STPD.
(3) Tata cara pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku ketentuan Pasal 10 dan Pasal 11.
(4) Penerimaan dari sanksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) merupakan bagian dari penerimaan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.
Pasal 19
(1) Petugas peneliti SSPD BPHTB membuat Berita Acara Penelitian serta memvalidasi SSPD BPHTB yang disampaikan oleh Wajib Pajak.
(2) Penerbitan Berita Acara dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan apabila :
a. pajak terutang dan/atau denda telah dibayar seluruhnya oleh wajib pajak;
b. data yang tercantum dalam SSPD telah sesuai dengan hasil penelitian.
(3) Validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pembubuhan tanda tangan dan stempel.
(4) Petugas peneliti SSPD BPHTB menyimpan lembar SSPD BPHTB yang diperuntukan bagi Badan dan Kantor Pelayanan Pajak.
(5) Sisa lembar SSPD BPHTB yang telah divalidasi, diserahkan kepada Wajib Pajak/kuasa wajib pajak yang bersangkutan.
(6) Format Berita Acara Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum pada Lampiran VII merupakan bagianyang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
Bagian Ketujuh Penagihan BPHTB
Pasal 20
(1) Kepala Badan melaksanakan penagihan pajak dalam hal utang pajak sebagaimana tercantum dalam SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, tidak dilunasi sampai dengan tanggal jatuh tempo.
(2) SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya oleh Wajib Pajak.
Pasal 21
(1) STPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, dapat diterbitkan apabila : a. pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar;
b. dari hasil penelitian SSPD BPHTB terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung;
c. Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga.
(2) Jumlah pajak yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dalam STPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dan huruf b ditambah sanksi administrasi setiap bulan sebagaimana tertuang dalam Perda untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan sejak saat terutangnya pajak.
(3) Bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didasarkan pada nilai pajak terutang yang harus dibayar.
Pasal 22
(1) Penagihan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) dilakukan dengan terlebih dahulu menerbitkan Surat Teguran.
(2) Surat Teguran disampaikan kepada wajib pajak paling lama 7 (tujuh) hari sejak tanggal jatuh tempo pelunasan.
(3) Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diterbitkan terhadap penanggung pajak yang telah disetujui untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak.
Pasal 23
(1) Dalam hal wajib pajak tidak melunasi jumlah pajak yang terutang setelah 21 (dua puluh satu) hari sejak tanggal diterimanya Surat Teguran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, dapat ditagih dengan Surat Paksa.
(2) Proses penagihan dengan surat paksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai penagihan pajak dengan surat paksa.
BAB IV
PEMBERIAN PENGURANGAN, KERINGANAN, DAN PEMBEBASAN BPHTB Pasal 24
Dengan alasan tertentu Bupati atau Kepala Badan berdasarkan permohonan wajib pajak dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak.
Bagian Kesatu Pengurangan BPHTB
Pasal 25
(1) Pengurangan BPHTB berdasarkan pertimbangan : a. kemampuan membayar Wajib Pajak; dan b. kondisi tertentu objek pajak.
(2) Pengurangan berdasarkan pertimbangan kemampuan membayar Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan pengurangan yang diberikan terhadap wajib pajak yang memperoleh hak baru melalui program pemerintah/pemerintah daerah dan tidak mempunyai kemampuan secara ekonomis.
(3) Pengurangan berdasarkan kondisi tertentu objek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri dari :
a. kondisi tertentu Wajib Pajak yang ada hubungannya dengan objek pajak;
b. kondisi Wajib Pajak yang ada hubungannya dengan sebab-sebab tertentu;
c. tanah dan/atau bangunan digunakan untuk kepentingan sosial atau pendidikan yang semata-semata tidak untuk mencari keuntungan antara lain untuk panti asuhan, panti jompo, rumah yatim piatu, sekolah yang tidak ditujukan mencari keuntungan, rumah sakit swasta milik institusi pelayanan sosial masyarakat.
(4) Kondisi tertentu Wajib Pajak yang ada hubungannya dengan objek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, yaitu:
a. Wajib Pajak badan yang memperoleh hak baru selain hak pengelolaan dan telah menguasai tanah dan/atau bangunan secara fisik lebih dari 20 (dua puluh) tahun yang dibuktikan dengan surat pernyataan Wajib Pajak dan surat keterangan dari pejabat yang berwenang;
b. Wajib Pajak orang pribadi yang memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan Rumah Sederhana (RS), Rumah Sangat Sederhana (RSS), Rumah Sederhana Sehat (RSH) yang diperoleh langsung dari pengembang dan dibayar secara angsuran;
c. Wajib Pajak orang pribadi yang menerima hibah dari orang pribadi yang mempunyai hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat keatas atau satu derajat kebawah.
(5) Kondisi Wajib Pajak yang ada hubungannya dengan sebab-sebab tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, yaitu:
a. Wajib Pajak yang memperoleh hak atas tanah melalui pembelian dari hasil ganti rugi pemerintah yang nilai ganti ruginya dibawah Nilai Jual Objek Pajak;
b. Wajib Pajak yang memperoleh hak atas tanah sebagai pengganti atas tanah yang dibebaskan oleh pemerintah untuk kepentingan umum; c. Wajib Pajak yang memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan
yang tidak berfungsi lagi seperti semula disebabkan bencana alam atau sebab-sebab lainnya seperti kebakaran, banjir, tanah longsor, gempa bumi, gunung meletus, dan huru-hara yang terjadi dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak penandatanganan akta; d. Wajib Pajak orang pribadi Veteran, Pegawai Negeri Sipil (PNS), TNI, POLRI, Pensiunan PNS, Purnawirawan TNI/POLRI dan/atau janda/duda-nya yang memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan rumah dinas Pemerintah;
e. Wajib Pajak Badan KORPRI yang memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan dalam rangka pengadaan perumahan bagi anggota KORPRI.
Pasal 26
Besarnya pengurangan BPHTB ditetapkan sebagai berikut:
a. sebesar 25 % (dua puluh lima perseratus) dari pajak yang terutang untuk Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (4) huruf b;
b. sebesar 50 % (lima puluh perseratus) dari pajak yang terutang untuk Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3) huruf c, ayat (4) huruf a, huruf c, ayat (5) huruf a, huruf b, dan huruf c;
c. sebesar 75 % (tujuh puluh lima perseratus) dari pajak yang terutang untuk Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (5) huruf d;
d. sebesar 100 % (seratus perseratus) dari pajak yang terutang untuk Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (5) huruf e.
Bagian Kedua Keringanan BPHTB
Pasal 27
(1) Keringanan pajak berupa pembayaran pajak secara mengangsur/mencicil atau menunda pembayaran dengan dikenakan bunga sebagaimana tertuang dalam Perda.
(2) Angsuran/cicilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling banyak 4 (empat) kali berturut-turut.
(3) Penundaan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lama sampai berakhirnya tahun anggaran berjalan.
(4) Cara pembayaran angsuran/cicilan/penundaan BPHTB serta bunganya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berlaku ketentuan Pasal 10 dan Pasal 11 dengan mencantumkan keterangan angsuran/cicilan/ penundaan/bunga pada formulir SSPD BPHTB.
(5) Pemberian keringanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan lebih lanjut dalam perjanjian angsuran/cicilan/penundaan.
(6) Format perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (5), tercantum dalam Lampiran VIII merupakan bagianyang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
Bagian Ketiga Pembebasan BPHTB
Pasal 28
(1) Pembebasan pajak merupakan pembebasan kewajiban wajib pajak untuk membayar BPHTB terutang.
(2) Kriteria wajib pajak yang memperoleh pembebasan BPHTB, ditetapkan dengan KeputusanKepala Badan.
Bagian Keempat
Permohonan Pengurangan, Keringanan, dan Pembebasan BPHTB
Pasal 29
(1) Wajib Pajak mengajukan permohonan pengurangan/ keringanan/pembebasan BPHTB kepada Bupati melalui Kepala Badan.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia disertai dengan alasan yang jelas;
b. melampirkan dokumen yang dijadikan dasar pertimbangan dalam pemberian pengurangan/ keringanan/pembebasan BPHTB;