• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III OBYEK PENELITIAN. III.1.1 Gambaran Umum Kantor Wilayah DJP Jakarta Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III OBYEK PENELITIAN. III.1.1 Gambaran Umum Kantor Wilayah DJP Jakarta Barat"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

OBYEK PENELITIAN

III.1 Latar Belakang Obyek Penelitian

III.1.1 Gambaran Umum Kantor Wilayah DJP Jakarta Barat

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (KANWIL DJP) Jakarta Barat beralamat di Jl. Gatot Subroto No. 40 – 42 Jakarta. KANWIL DJP Jakarta Barat menaungi 11 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) se-Jakarta Barat yaitu diantaranya, KPP Madya Jakarta Barat, KPP Pratama Jakarta Palmerah, KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan, KPP Pratama Jakarta Taman Sari Satu, KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua, KPP Pratama Jakarta Tambora, KPP Pratama Jakarta Cengkareng, KPP Pratama Jakarta Kalideres, KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Satu, KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua dan KPP Pratama Jakarta Kembangan.

Secara garis besar Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak memiliki fungsi sebagai pengawas dan pembina suatu wilayah kerja, selain itu Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak juga bertugas untuk membimbing, mengawasi dan mendukung tindakan penagihan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak yang ada di wilayah kerjanya.

Berdasarkar Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 03/PJ.04/2009 Tentang Kebijakan Penagihan Pajak Tahun 2009. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak diwajibkan untuk melaksanakan hal-hal sebagai berikut:

(2)

a. Membuat pemetaan dan melakukan analisis atas jumlah piutang pajak selain PBB dan BPHTB di wilayah kerjanya berdasarkan kategori umur piutang pajak sebagaimana yang tercantum dalam S- 28/PJ.045/2009 tanggal 3 Maret 2009 tentang Laporan Rutin Penagihan;

b. Membuat pemetaan dan melakukan analisis atas piutang pajak PBB dan BPHTB di wilayah kerjanya, yang didasarkan atas beberapa kriteria sebagai berikut:

1) Sektor ketetapan (sektor pedesaan, perkotaan, perkebunan, perhutanan, dan pertambangan);

2) Wilayah kerja (kabupaten/kotamadya, kecamatan, desa/kelurahan);

3) Tahun Pajak;

4) Buku Ketetapan, yaitu buku ketetapan I s.d. buku ketetapan V;

c. Melaksanakan pengawasan melekat untuk mencegah terjadinya kesalahan prosedur atau penyalahgunaan wewenang dan jabatan dalam pelaksanaan tindakan penagihan;

d. Melakukan pengawasan atas bedah tunggakan terhadap 200 penunggak pajak terbesar dan profiling penunggak pajak yang dilakukan oleh KPP di wilayah kerjanya;

(3)

e. Melakukan penelitian dan evaluasi atas analisis probabilitas pencairan piutang terhadap 200 penunggak pajak terbesar yang dilakukan oleh KPP di wilayah kerjanya;

f. Melakukan pengawasan dan pemantauan proses kegiatan penagihan dan pencairan piutang pajak dengan prioritas 200 penunggak pajak terbesar yang dilaporkan oleh masing-masing KPP di wilayah kerjanya;

g. Mengawasi dan meneliti saldo piutang pajak pada masing-masing laporan rutin penagihan secara periodik dan berkesinambungan sehingga terjadi kesesuaian angka, khususnya yang berkaitan dengan Wajib Pajak pindah dan pembentukan KPP baru;

h. Meneliti daftar klasifikasi kualitas piutang pajak yang dibuat oleh KPP terutama untuk kriteria piutang pajak kurang lancar, perhatian khusus, diragukan dan macet, serta melihat kondisi piutang pajak dan permasalahannya. Selanjutnya hasil penelitian tersebut dapat digunakan untuk melakukan reklasifikasi kriteria kualitas piutang pajak sesuai dengan kondisi yang seharusnya;

i. Mengawasi pelaksanaan perekaman seluruh data piutang pajak berdasarkan fisik ketetapan pajak kondisi per 30 Juni 2007 yang dilakukan oleh KPP di wilayah kerjanya dan melaporkan pelaksanaan kegiatan validasi piutang pajak yang dilakukan oleh KPP di wilayah kerjanya tersebut ke KPDJP (format laporan terlampir);

(4)

j. Melakukan pengujian kembali Daftar Usulan Penghapusan Piutang Pajak yang diusulkan dari KPP antara lain:

1. Tindakan penagihan terakhir terkait dengan jangka waktu daluwarsa penagihan;

2. Kesesuaian antara daftar rincian piutang pajak yang diusulkan untuk dihapuskan dengan jumlah rekapitulasi piutang yang diusulkan untuk dihapuskan; dan

3. Kelengkapan data-data pendukung sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: KMK 539 dan KEP-15

k. Menetapkan standar prestasi jurusita dengan mempertimbangkan kondisi masing-masing KPP yang berada di wilayah kerjanya;

l. Meningkatkan koordinasi regional/lokal dengan instansi terkait untuk kelancaran kegiatan penagihan berdasarkan prinsip kebersamaan tugas sebagaimana yang telah disepakati pada MoU antara Dirjen Pajak dengan Kapolri/Menteri Kehakiman dan HAM/Gubernur/Walikota/Bupati serta kerja sama dengan pihak perbankan dengan tetap memperhatikan ketentuan Pasal 34 UU KUP.

III.1.2 Visi Direktorat Jendral Pajak

Menjadi institusi pemerintahan yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesional yang tinggi.

(5)

III.1.3 Misi Direktorat Jendral Pajak

Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan undang-undang perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan belanja negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.

III.1.4 Struktur Organisasi

(6)

Gambar 3.1

Struktur Organisasi Kanwil DJP Jakarta Barat

(7)

III.1.3 Uraian Jabatan Kantor Wilayah DJP Jakarta Barat.

1. Kepala Kantor Wilayah.

Ikhtisar jabatan Kepala Kantor Wilayah adalah melaksanakan koordinasi, bimbingan teknis, pengendalian, analisis, evaluasi, penjabaran kebijakan serta pelaksanaan tugas dibidang perpajakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Tugas Kepala Kantor Wilayah diantaranya sebagai berikut:

a. Menetapkan Rencana Strategis dan Rencana Kerja Tahunan Kantor Wilayah melalui pembahasan dengan para Kepala Bagian sebagai pedoman pelaksanaan tugas

b. Menentapkan metode atau cara rencana pencairan data dalam rangka intensifikasi perpjakan.

c. Menetapkan proses sosialisasi program intensifikasi perpajakan.

d. Menetapkan proses pelaksanaan kerjasama perpajakan dalam rangkapembentukan bank data perpajakan.

e. Menetapkan proses pengolahan data program intensifikasi perpajakan.

f. Menetapkan proses pelaksanaan bimbingan teknis dan administratif Direktorat Jenderal Pajak di wilayah kerja Kantor Wilayah.

g. Menetapkan proses pelaksanaan bimbingan, pemantauan dan penyuluhan perpajakan untuk meningkatkan pelayanan dan kepatuhan masyarakat Wajib Pajak. Menetapkan proses pelaksanaan penanganan keluhan Wajib Pajak yang disalurkan melalui complaint center. Menetapkan proses pengolahan dan penyajian informasi perpajakan sesuai dengan ketentuan

(8)

yang berlaku. Menetapkan proses pelaksanaan kebijakan teknis operasional pemungutan Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dalam rangka meningkatkan penerimaan negara. Menetapkan proses pelaksanaan penanganan keberatan dan banding Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung Lainnya serta Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

h. Menetapkan proses pelaksanaan pembetulan surat ketetapan pajak.

i. Menetapkan proses pengawasan terhadap Kantor Pelayanan Pajak.

j. Menetapkan proses pemeriksaan dan penyidikan di bidang perpajakan serta tindak lanjutnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

k. Menetapkan proses penagihan serta tindak lanjutnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

l. Menetapkan proses pelaksanaan penatausahaan penerimaan perpajakan.

m. Menetapkan proses pelaksanaan tindak lanjut atas Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dari instansi pengawasan fungsional.

n. Menetapkan proses pemantauan penerapan Kode Etik Pegawai di ingkungan Kantor Wilayah.

o. Menetapkan proses pelaksanaan administrasi kepegawaian, keuangan, rumah tangga, tata usaha dan bantuan hukum Kantor Wilayah. Membina pegawai di lingkungan Kantor Wilayah untuk meningkatkan motivasi dan prestasi kerja.

(9)

p. Menetapkan Pengukuran Kinerja dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kantor Wilayah sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.

q. Menyetujui usulan pengembangan atau penyempurnaan Standard OperatingProcedures (SOP) di Kantor Wilayah yang berorientasi pada system penjaminan mutu.

2. Kepala Bagian Umum

Ikhtisar jabatan Kepala Bagian Umum adalah Menjamin pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga, dan tata usaha serta bantuan hukum untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas Kantor Wilayah berdasarkan ketentuan yang berlaku.

Tugas Kepala Bagian Umum diantaranya sebagai berikut;

a. Menyetujui rencana kerja Bagian Umum sebagai bahan penyusunan rencana kerja Kantor Wilayah.

b. Mengarahkan penyusunan rencana strategik Kantor Wilayah.

c. Mengarahkan urusan tata persuratan, ekspedisi, dan kearsipan Kantor Wilayah untuk menunjang kelancaran tugas penatausahaan.

d. Mengarahkan pemberian bantuan hukum di lingkungan Kantor Wilayah.

e. Mengarahkan pelaksanaan urusan kepegawaian dalam wilayah wewenang Kantor Wilayah untuk mencapai tertib administrasi kepegawaian.

(10)

f. Melaksanakan pemantauan penerapan Kode Etik Pegawai di lingkungan Kantor Wilayah. Mengarahkan pengelolaan keuangan Kantor Wilayah untuk kelancaran dan ketertiban administrasi keuangan.

g. Mengarahkan pelaksanaan urusan administrasi penggajian, TKPKN dan IPK pegawai di lingkungan Kantor Wilayah.

h. Mengarahkan penyelenggaraan perpustakaan Kantor Wilayah.

i. Menyetujui konsep tindak lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dari instansi pengawasan fungsional.

j. Menyetujui penyusunan laporan berkala Bagian Umum sebagai bahan penyusunan laporan berkala Kantor Wilayah.

k. Menyetujui penyusunan konsep Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kantor Wilayah.

l. Mengarahan penyusunan konsep Surat Keputusan Pemberhentian Pembayaran (SKPP) Gaji, TKPKN Kantor Wilayah bila ada pegawai yang dipindahkan dan yang akan pensiun.

Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari Kepala Bagian Umum di dukung oleh Kasubbag Kepegawaian, Kasubbag Keuangan, Kasubbag Bantuan Hukum dan Pelaporan serta Kasubbag Tata Usaha dan Rumah Tangga.

(11)

3. Kepala Bagian Dukungan Teknis dan Konsultasi

Ikhtisar jabatan Kepala Bagian Dukungan Teknis dan Konsultasi adalah Mengarahkan pelaksanaan pemberian dukungan teknis komputer, bimbingan konsultasi,bimbingan penggalian potensi perpajakan, pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data serta penyajian informasi perpajakan.

Tugas Kepala Bagian Dukungan Teknis dan Konsultasi diantaranya sebagai berikut:

a. Menyetujui penyusunan rencana kerja Bidang Dukungan Teknis dan Konsultasi sebagai bahan penyusunan rencana kerja Kantor Wilayah.

b. Mengarahkan pelaksanaan kegiatan pemberian dukungan teknis komputer di Kantor Wilayah (Kanwil) dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP).

c. Mengarahkan pemeliharaan dan pengawasan serta teknis penerapan perangkat keras dan perangkat lunak komputer agar perasional computer berjalan lancar.

d. Mengarahkan pemeliharaan dan perbaikan jaringan komputer serta penggunaan program aplikasi perpajakan.

e. Mengarahkan pelaksanaan pengolahan data serta pelaksanaan back up data.

f. Mengarahkan pemberian bantuan teknis terhadap permasalahan aplikasi elektronik (e-SPT) sehingga user dapat menggunakan dengan baik.

(12)

g. Mengarahkan pemberian bimbingan teknis konsultasi selain teknis peraturan perpajakan kepada Kantor Pelayanan Pajak di daerah wewenang Kantor Wilayah untuk menunjang kelancaran tugas operasional.

h. Mengarahkan pemberian bimbingan teknis intensifikasi kepada Kantor Pelayanan Pajak di daerah wewenang Kantor Wilayah untuk menunjang kelancaran tugas operasional.

i. Mengarahkan pemberian bimbingan dan pemantauan pelaksanaan kebijakan teknis pemenuhan kewajiban perpajakan.

j. Menyetujui konsep rencana pencarian dan pengumpulan data dalam rangka intensifikasi perpajakan.

k. Mengarahkan pelaksanaan pengolahan data makro/mikro.

l. Mengarahkan evaluasi pelaksanaan, penerimaan, pengolahan dan pengiriman data untuk mengetahui pemanfaatan data.

m. Menyetujui konsep Statistik Perpajakan untuk mengetahui potensi perpajakan di wilayah kerja Kantor Wilayah.

n. Menyetujui konsep rencana penerimaan Kantor Wilayah per Kantor Pelayanan Pajak, per bulan, dan per jenis pajak sesuai dengan potensinya.

o. Mengarahkan pelaksanaan rekonsiliasi penerimaan perpajakan di lingkungan Kantor Wilayah.

p. Mengarahkan pelaksanaan bimbingan tentang pelaksanaan Tata Usaha Penerimaan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak di daerah wewenang

(13)

Kantor Wilayah dalam rangka pembinaan dan kelancaran pelaksanaan administrasi penerimaan.

q. Menyetujui konsep tindak lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dari instansi pengawasan fungsional.

r. Memberdayakan pegawai pegawai pada Bidang Dukungan Teknis dan Konsultasi untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan profesionalisme.

s. Mengarahkan penyusunan laporan berkala Bidang Dukungan Teknis dan Konsultasi sebagai bahan penyusunan laporan berkala Kantor Wilayah.

t. Menyetujui konsep Rencana Strategis, Rencana Kerja Tahunan, Penetapan Kinerja, dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kantor Wilayah sebagai bahan masukan untuk penyusunan Renstra, RKT, PK, dan LAKIP DJP.

Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari Kepala Bidang Dukungan Teknis dan Konsultasi di dukung oleh Kasi Dukungan Teknis Komputer, Kasi Bimbingan Konsultasi serta Kasi Data dan Potensi.

4. Kepala Bidang Pemeriksaan, Penyidikan, dan Penagihan Pajak

Ikhtisar jabatan Kepala Bidang Pemeriksaan, Penyidikan, dan Penagihan Pajak adalah mengelola bimbingan teknis dan penagihan pajak, pemantauan pemeriksaan dan penagihan pajak, penelaahan hasil pekerjaan peejabat fungsional pemeriksa pajak (peer review), bantuan penagihan, serta

(14)

pelaksanaan addministrasi penyidikan termasuk pemeriksaan bukti permulaan tindak pidana dibidang perpajakan.

Tugas Kepala Bidang Pemeriksaan, Penyidikan, dan Penagihan Pajak diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Menelaah konsep penyesuaian rencana kerja pemeriksaan, penyidikan dan penagihan pajak dari Kantor Pusat DJP

b. Memantau pemebrian bimbingan dan pelaksanaan kebijakan teknis pemeriksaan dan penagihan pajak untuk megetahui produktivitas dan efektivitas pelaksanaan tugas

c. Menelaah evalusi pelaporan pemeriksaan dan penagihan

d. Menelaah dan menindaklanjuti usulan pemeriksaan dari Kantor Pelayanan Pajak.

e. Menelaah dan menindaklanjuti usulan perpanjangan batas waktu penyelesaian pemeriksaan.

f. Meneliti hasil penelaahan atas pekerjaan pejabat fungsional Pemeriksaan Pajak (peer review).

g. Menelaah konsep surat usulan pemeriksaan bukti permulaan/ penyidikan.

h. Menelaah Surat Perintah pemeriksaan bukti permulaan dan penyidikan pajak.

i. Menelaah Surat Perintah Pemeriksaan dalam rangka keberatan.

j. Meneliti dan menyetujui surat tanggapan atas permasalahan dan pertanyaan mengenai pemeriksaan, penyidikan dan penagihan pajak.

(15)

k. Menelaah konsep surat usulan pencegahan ke luar negeri terhadap penanggung pajak.

l. Menelaah surat permintaan pencegahan dan atau pencabutan pencegahan ke luar negeri terhadap tersangka dan atau saksi.

m. Menelaah konsep surat usulan penghapusan piutang pajak dari Kantor Pelayanan Pajak.

n. Memantau bantuan pelaksanaan penagihan.

o. Menelaah konsep surat persetujuan/penolakan pelaksanaan Deliquency Audit.

p. Menelaah pengadministrasian dan pemantauan pelaksanaan pengamatan, pemeriksaan bukti permulaan yang dilakukan oleh tenaga fungsional pemeriksaan pajak kantor pelayanan pajak dan penyidikan pajak yang dilakukan oleh tenaga fungsional pemeriksa pajakk di kantor wilayah.

q. Mengarahkan penyusunan dan penyajian data penetapan angka kredit bagi tenaga fungsional pada kantor wilayah dalam rangka pembinaan karier pegawai.

r. Mengkoordinasikan penyusunan berkas perkara tindak pidana perpajakan dilimpahkan kepada POLRI

s. Mempersiapkan pelaksanaan gelar perkara atau expose sebagai bahan penyempurnaan berkas perkara sebelum dilimpahkan kepada POLRI.

t. Memantau pelaksanaan siding penagihan tindak pidana dibidang perpajakan.

(16)

u. Menyetujui konsep rencana strategis, rencana kerja tahunan, penetapan kinerja, dan laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) kantor wilayah sebagai bahan masukan untuk penyusunan Renstra, RKT, PK, dan LAKIP DJP.

v. Mengrahkan pegawai untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan profesionalisme di bidang pemeriksaan, penyidikan dan penagihan pajak.

Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari Kepala Bidang Pemeriksaan, Penyidikan, dan Penagihan Pajak didukung oleh Kepala Seksi Bimbingan Pemeriksaan, Kepala Seksi Administrasi Penyidikan serta Kepala Seksi Bimbingan Penagihan.

5. Kepala Bidang Penyuluhan, Pelayanan dan Humas

Ikhtisar jabatan Kepala Bidang Penyuluhan, Pelayanan dan Humas adalah mengarahkan pelaksanaan bimbingan dan pemantauan penyuluhan dan pelayanan perpajakan, pelaksanaan urusan Hubungan Masyarakat, serta pelaksanaan penyuluhan dan pelayanan perpajakan yang menjadi tanggung jawab kantor wilayah.

Tugas Kepala Bidang Penyuluhan, Pelayanan dan Humas diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Mengarahkan pelaksanaan bimbingan dan bantuan penyuluhan kepada wajib pajak.

(17)

b. Mengarahkan pemeliharaan dan pemuktahiran website dan informasi perpajakan.

c. Mengarahkan pelaksanaan bimbingan pelayanan kepada wajib pajak oleh kantor pelayanan pajak.

d. Mengarahkan pelaksanaan pelayanan perpajakan yang menjadi tanggung jawab kantor wilayah.

e. Mengarahkan penyeragaman penafsiran ketentuan perpajakan.

f. Mengarahkan pelaksanaan kegiatan Complaint Center.

g. Mengarahkan pelaksanaan hubungan masyarakat.

h. Mengrahkan kegiatan kerjasama di bidang perpajakan.

i. Menyetujui konsep Rencana Strategis, Rencana Kerja Tahunan, Penetapan Kerja, dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Bidang Penyuluhan, Pleyanan, dan Hubungan Masyarakat sebagai bahan masukan untuk penyusunan Renstra, RKT, PK, dan LAKIP Kantor Wilayah.

j. Menyetujui konsep tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan dari instansi pengawasab fungsional.

k. Menyetujui usulan pengembangan atau penyempurnaan Standard Operating Procedures I (SOP) di bidang penyuluhan, pelayanan, dan

hubungna masyarakat yang berorientasi pada system penjaminan mutu.

l. Mengarahkan pegawai untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan profesionalisme di Bidang Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat.

(18)

m. Mengarahkan penyusunan laporan berkala Bidang Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat sebagai bahan penyusunan laporan berkala kantor wilayah.

Dalam pelaksanaa tugas sehari-hari Kepala Bidang Penyuluhan, Pelayanan dan Humas di dukung oleh Kepala Seksi Bimbingan Penyuluhan, Kepala Seksi Bimbingan Pelayanan serta Kepala Seksi Hubungan Masyarakat.

6. Kepala Bidang Penguragan, Keberatan dan Banding

Ikhtisar jabatan Kepala Bidang Pengurangan, Keberatan dan Banding adalah megarahkan pelaksanaan bimbingan dan urusan penyelesaian keberatan, pembetulan ketetapan pajak, pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar, pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, pengurangan sanksi administrasi, proses banding, proses gugatan, dab peninjauan kembali.

Tugas Kepala Bidang Pengurangan, Keberatan dan Banding diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Menyetujui konsep Rencana Strategis, Rencana Kerja Tahunan, Penetapan Kinerja, dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIP) Kantor Wilayah sebagai bahan masukan untuk penyusunan Renstra, RKT, PK, dan LAKIP DJP.

(19)

b. Mengrahkan pelaksanaan urusan penyelesaian keberatan.

c. Mengrahkan pelaksanaan pembetulan surat keputusan keberatan, pengurangan sanksi administrasi baik berdasarkan permohonan wajib pajak maupun secara jabatan.

d. Mengarahkan pelaksanaan pengurangan sanksi administrasi.

e. Mengarahkan pelaksanaan proses banding.

f. Mengarahkan proses pembuatan konsep memori/kontra memori peninjauan kembali atas putusan banding apabila diminta oleh tim banding dan gugatan c.q tim teknis DJP.

g. Menyetujui konsep tindak lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dari instansi pengawasan fungsional.\

h. Mengrahkan pegawai untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan profesionalisme di Bidang Pengurangan, Keberatan, dan Banding.

i. Mengkoordinasikan penyusunan laporan berkala Bidang Pengurangan, Keberatan, dan Banding sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.

Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari Kepala Bidang Pengurangan, Keberatan dan Banding di dukung oleh Kepala Seksi Pengurangan, Keberatan dan Banding I, Kepala Seksi Pengurangan, Keberatan dan Banding II, Kepala Seksi Pengurangan, Keberatan dan Banding III, Kepala Seksi Pengurangan, Keberatan dan Banding IV.

(20)

III.2 Metode Penelitian III.2.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian di lakukan di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Barat yang beralamat di Jl. Gatot Subroto No. 40 – 42 Jakarta. Dengan ruang lingkup yang dibatasi pada bagaimana efektifitas Pelaksanaan penagihan pajak yang dilaksanakan oleh Seksi Penagihan di seluruh KPP Pratama yang berada dibawah Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Barat.

Untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan penagihan pajak yaitu dengan menggunakan data Laporan Kegiatan Penagihan Pajak Triwulan IV Tahun 2008 dan Laporan Perkembangan Tunggakan Pajak Bulan Desember Tahun 2008 untuk seluruh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di wilayah Jakarta Barat.

III.2.2 Metode Pengumpulan Data

Bila dilihat dari suber datanya, proses pengumpulan data dapat menggunakan data primer maupun data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh dari sumber langsung (tidak melalui perantara), sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak diperoleh secara langsung, misalnya melalui orang lain atau dokumen tertentu yang berkaitan dengan data yang diperlukan.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah :

1) Penelitian Lapangan

(21)

Pada metode penelitian lapangan, penulis menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu:

a. Pengamatan

Melakukan pengamatan dan peninjauan secara langsung ke KPP yang menjadi onjek penelitian untuk memperoleh informasi dan data yang akurat.

b. Dokumentasi

Melakukan pengumpulan data baik berupa dokumen maupun catatan- catatan lainnya yang terkait dengan penelitian.

c. Wawancara

Melakukan tanya-jawab kepada pihak-pihak yang terkait guna mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan penelitian.

2) Penelitian Kepustakaan

Untuk mendapatkan dasar yang kuat dalam pembahasan permasalahan, penulis menggunakan metode penelitian pustaka dengan cara mengumulkan dan membaca informasi yang diperoleh dari buku-buku, artikel-artikel, jurnal, peraturan-peraturan perpajakan dan literatur lainnya yang berhubungan dengan penelitian.

(22)

III.2.3 Metode Analisis Data

Dalam penulisan skripsi ini metode analisis data yang digunakan untuk menganalisis data adalah Metode Analisis Kualitatif dan Metode Analisis Kuantitatif.

1. Metode Analisis Kualitatif

Dalam metode penulis menyusun teori-teori yang berhubungan dengan Efektifitas Pelaksanaan Penagihan Pajak. Data-data diperoleh dari buku-buku tertentu, Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Keuangan yang terkait dengan Penagihan Pajak, serta Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak.

 

Referensi

Dokumen terkait

Rumus merupakan bagian terpenting dari Program Microsoft Excel , karena setiap tabel dan dokumen yang kita ketik akan selalu berhubungan dengan rumus dan fungsi...

Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah I, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perusahaan dengan book-tax differences dalam jumlah besar serta bernilai positif dan negatif (large positive book tax

perbankan syariah di Indonesia ini tidak lepas dari peran Bayt al-Ma>l wa at-Tamwi>l sebagai salah satu bagian dari Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS)

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DALAM NEGERI KELOMPOK B (JAKARTA) • Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai Rupiah, stabilitas sistem keuangan,

1. Pada dasarnya seluruh WP harus dilakukan pengawasan pembayaran masa. Untuk KPP di lingkungan Kanwil DJP Wajib Pajak Besar, Kanwil DJP Jakarta Khusus dan KPP

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah bahwa nutrisi yang dikonsumsi oleh sapi Bali jantan muda yang dipelihara di BPT- HMT Serading Sumbawa belum cukup

Namun pada variabel pengakuan profesional dan lingkungan kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa akuntansi sebagai akuntan publik dan akuntan