BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2. Lama Pemberian ASI
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang di sekresi oleh kelenjar mammae ibu yang berguna sebagai makanan bagi bayinya (WHO, 2014).
ASI adalah cairan putih yang merupakan suatu emulsi lemak dan larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang dikeluarkan oleh kelenjar mammae pada manusia. ASI merupakan satu-satunya makanan alami yang dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita melalui proses laktasi, disediakan bagi bayi sejak lahir hingga HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN
OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Minat Pendidikan Profesi Kesehatan
Oleh:
PETA PUSPITA DEWI S541302087
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2014
berusia 2 tahun atau lebih (Siregar, 2006; Proverawati dan Asfuah, 2009).
Pemberian ASI merupakan cara pemberian makanan alami yang terbaik bagi bayi dan anak baduta. Pemberian ASI saja segera setelah bayi lahir sampai umur 6 bulan tanpa makanan atau cairan lain termasuk air putih disebut ASI eksklusif (Nirwana, 2012; Istiani dan Rusilanti, 2013).
b. Manfaat ASI
Ada beberapa manfaat ASI, diantaranya adalah 1) Mengandung komposisi yang tepat. ASI terdiri dari zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi (Kristiyansari, 2009; Proverawati dan Asfuah, 2009). 2) Mengandung zat pelindung. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan C4. ASI dapat melindungi bayi dari infeksi gastrointestinal, penyakit kronis, mengurangi terjadinya diabetes dan obesitas pada bayi (Gupte, 2004; Nirwana, 2012). 3) Meningkatkan kecerdasan bayi. Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega 3 untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi yang mendapat ASI akan tumbuh optimal dan terbebas dari rangsangan kejang hingga sel-sel saraf otak. 4) Tidak menyebabkan alergi. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi. 5) Mempunyai efek psikologis yang HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN
OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Minat Pendidikan Profesi Kesehatan
Oleh:
PETA PUSPITA DEWI S541302087
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2014
menguntungkan. Waktu menyusui kulit bayi akan menempel pada kulit ibu. Kontak kulit yang dini ini akan sangat besar pengaruhnya pada perkembangan bayi kelak. Interaksi yang timbul waktu menyusui antara ibu dan bayi akan menimbulkan rasa aman bagi bayi (Kristiyansari, 2009) 6) Pertumbuhan dan perkembangan bayi akan baik. Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir dan mengurangi kemungkinan obesitas. 7) Perkembangan psikomotorik lebih cepat. Berdasarkan penelitian, bayi yang mendapat ASI bisa berjalan dua bulan lebih cepat daripada yang diberi susu formula. 8) Mencegah perdarahan pasca persalinan dan mempercepat kembalinya rahim ibu kebentuk semula. Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Bila perdarahan pasca pesrsalinan tidak terjadi maka risiko kekurangan darah yang menyebabkan anemia akan berkurang. Dengan menyusui, rahim ibu akan berkontraksi yang dapat menyebabkan pengembalian rahim keukuran sebelum hamil 9) Menyusui secara eksklusif dapat menunda kesuburan dan menjarangkan kehamilan (Kristiyansari, 2009; Proverawati dan Asfuah, 2009).
c. Kandungan Gizi dalam ASI
Kandungan gizi yang terdapat dalam ASI diantaranya 1) Karbohidrat. Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa, yang HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN
OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Minat Pendidikan Profesi Kesehatan
Oleh:
PETA PUSPITA DEWI S541302087
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2014
kadarnya paling tinggi dibanding susu mamalia lain (7gr%). Laktosa berfungsi sebagai salah satu sumber untuk otak, mempertinggi absorbsi kalsium dan merangsang pertumbuhan Lactobasillus bifidus. 2) Lemak. Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak. Sekitar 50% kalori ASI berasal dari lemak. Kadar lemak dalam ASI antara 3,5-4,5%. Walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi, tetapi mudah diserap oleh bayi karena trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecah menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim lipase yang terdapat dalam ASI. 3) Protein. Kadar protein ASI sebesar 0.9%, 60% diantaranya adalah whey yang lebih mudah dicerna dibanding kasein. Protein berguna untuk pembentukan sel pada bayi yang baru lahir. 4) Taurin. Taurin adalah suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat pada ASI. Taurin berfungsi sebagai neuro transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak. 5) Vitamin. ASI cukup mengandung vitamin yang diperlukan bayi. Vitamin K berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah, vitamin D berfungsi untuk pembentukan tulang bayi baru lahir, vitamin E berfungsi penting untuk ketahanan dinding sel darah merah, Vitamin A berfungsi untuk kesehatan mata, selain itu untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. Selain itu adapula vitamin B, asam folat, dan vitamin C yang larut dalam air. 6) Zat besi. Bayi aterm normal biasanya lahir dengan hemoglobin tinggi (16-22 gr/dl), yang berukuran cepat setelah lahir. Bayi memiliki persediaan zat besi dalam jumlah banyak cukup HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN
OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Minat Pendidikan Profesi Kesehatan
Oleh:
PETA PUSPITA DEWI S541302087
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2014
untuk setidaknya 4-6 bulan. 7) Mineral. Mineral berfungsi sebagai pembentukan atau pembuatan darah dan pembentukan tulang (Badriul, 2008; Prasetyo, 2009; Roesli, 2009; Proverawati dan Asfuah, 2009). d. Pola Pemberian ASI
Sebelum tahun 2001 WHO merekomendasikan untuk memberikan ASI eksklusif selama 4-6 bulan. Namun pada tahun 2001, setelah melakukan telaah artikel penelitian secara sistematik dan berkonsultasi dengan para pakar, WHO merevisi rekomendasi ASI eksklusif tersebut dari 4-6 bulan menjadi 6 bulan dan dilanjutkan pemberian ASI sampai usia 2 tahun (WHO, 2014).
e. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI
Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI diantara adalah 1) Pengetahuan, dengan adanya pengetahuan yang cukup diharapkan informasi tentang kesehatan dan perilakunya akan lebih mudah berubah dan diterima. 2) Usia. Usia ibu dapat menentukan kesehatan maternal yang berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan, nifas serta cara mengasuh dan menyusui bayinya. 3) Pendidikan. Pendidikan ibu mempengaruhi pola pikir ibu untuk menentukan tindakannya baik yang menguntungkan ataupun tidak. Diharapkan ibu yang berpendidikan tinggi dan berpengetahuan luas akan lebih bisa menerima alasan untuk memberikan ASI sampai usia 2 tahun karena pola pikirnya yang lebih realistis dibandingkan yang berpendidikan rendah. 4) Pekerjaan. Kegiatan atau pekerjaan ibu sering kali dijadikan HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN
OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Minat Pendidikan Profesi Kesehatan
Oleh:
PETA PUSPITA DEWI S541302087
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2014
alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif maupun ASI sampai usia 2 tahun, terutama yang tinggal di perkotaan (Prasetyono, 2009). 5) Sosial budaya. Kurangnya kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung, gencarnya promosi susu formula, dukungan suami dan keluarga, serta masalah payudara ibu merupakan penghambat pemberian ASI (Departemen kesehatan RI, 2008; Khasanah, 2011).
f. Hubungan ASI dengan Obesitas
Hubungan antara lamanya pemberian ASI dengan menurunnya risiko obesitas mungkin disebabkan oleh berbagai mekanisme biologik. Menurut Grummer-Strawn dan Mei (2004) ada beberapa kemungkinan mekanisme biologik yang berhubungan dengan lama durasi pemberian ASI dengan menurunnya risiko terjadinya obesitas yaitu yang pertama, anak-anak yang diberi ASI dapat mengatur jumlah susu yang mereka konsumsi, kemampuan mengatur sendiri pemasukan energi ini berhubungan dengan respons internal mereka untuk menyadari rasa kenyang yang lebih baik daripada anak-anak yang diberi susu botol.
Kemungkinan kedua adalah kadar insulin dalam darah pada anak-anak yang diberikan susu formula lebih tinggi dan memiliki respon insulin yang lebih panjang daripada anak-anak yang diberi ASI, hal ini menstimulasi lebih banyak deposisi jaringan lemak, yang HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN
OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Minat Pendidikan Profesi Kesehatan
Oleh:
PETA PUSPITA DEWI S541302087
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2014
mengakibatkan bertambahnya berat badan, obesitas dan resiko Diabetes Melitus tipe 2.
Kemungkinan yang ketiga adalah konsentrasi leptin (hormon yang berfungsi untuk menghambat nafsu makan dan mengatur lemak dalam tubuh) ditemukan dalam konsentrasi yang lebih seimbang pada anak-anak yang diberikan ASI daripada anak-anak yang diberi susu formula. Leptin memiliki fungsi regulatorik pada balita dengan menghambat nafsu makan dan jalur anabolik serta menstimulasi jalur katabolik (Nguyen, 2010).
Penelitian Sulanto et al (2012) menyatakan bahwa pemberian ASI dapat menurunkan risiko obesitas pada anak-anak berusia 6-8 tahun. Pemberian ASI memiliki banyak keuntungan, diantaranya murah, dan efek sampingnya rendah. Pemberian ASI sangatlah berguna untuk melawan tingkat obesitas yang terus meningkat di negara maju maupun negara berkembang.
3. Pola Makan Anak Balita