• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN TESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN TESIS"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2014 TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

ii

HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

TESIS

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

Komisi Pembimbing

Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Dr. Nunuk Suryani, M.Pd NIP. 196611081990320001

Pembimbing II dr. Ari Natalia Probandari, MPH,Ph.D. NIP. 197512212005012001

Telah dinyatakan memenuhi syarat pada tanggal __________2014

Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Program Pascasarjana UNS

Dr. dr. Hari Wujoso., Sp.F., M.M. NIP. 196210221995031001

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)

iii

HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

TESIS Oleh :

PETA PUSPITA DEWI S541302087

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Dr.dr. Hari Wujoso., Sp.F., M.M. NIP. 196210221995031001

Sekretaris Prof. Dr. dr. Didik Gunawan Tamtomo, PAK., MM., M.Kes

NIP. 194803131976101001

Anggota Penguji

Dr. Nunuk Suryani, M.Pd NIP. 196611081990320001

dr. Ari Natalia Probandari, MPH,Ph.D. NIP. 197512212005012001

Telah dipertahankan di depan penguji Dinyatakan telah memenuhi syarat

pada tanggal 2014

Direktur Program Pascasarjana UNS

Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus., M.S. NIP. 196107171986011001

Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Program Pascasarjana UNS

Dr.dr. Hari Wujoso., Sp.F., M.M. NIP. 196210221995031001 TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(4)

iv Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa :

1. Tesis yang berjudul : ―HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No 17, tahun 2010).

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila dalama waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Magister Kedokteran Keluarga PPs UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Magister Kedokteran Keluarga PPs UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta, Oktober 2014

Peta Puspita Dewi S541302087

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(5)

v

Assalamualaikum Wr. Wb.,

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan taufik, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis mendapatkan kesempatan untuk menyelesaikan usulan tesis dengan judul “Hubungan Lama

Pemberian ASI dan Pola Makan Dengan Obesitas Pada Anak Usia 2-5 Tahun”.

Penulis memahami bahwa penulisan usulan tesis ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, melalui pengantar ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi., M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan mengikuti pendidikan di Universitas Sebelas Maret Surakarta,

2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus., M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta,

3. Dr. dr. Hari Wujoso., Sp.F., M.M., selaku Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan mengikuti pendidikan di Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta,

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(6)

vi

Maret Surakarta dan Pembimbing II yang telah memberikan masukan, saran dan dukungannya,

5. Dr. Nunuk Suryani., M.Pd., selaku Ketua Minat Pendidikan Profesi Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dalam penulisan usulan tesis,

6. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan usulan tesis ini.

Penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sebagai sarana penyempurnaan usulan tesis ini dan membangun wawasan penulis sehingga dapat lebih baik lagi.

Wassalamualaikum Wr. Wb.,

Surakarta, Oktober 2014

Penulis TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(7)

vii

Probandari, MPH., PhD. Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

ABSTRAK

Latar belakang: Obesitas pada anak adalah masalah gizi yang dapat membahayakan kesehatan dan harus ditangani sejak dini. Anak-anak yang mengalami obesitas berisiko tinggi menjadi obesitas pada masa dewasa. Pemberian ASI dan pola makan yang baik merupakan cara sederhana dalam mencegah terjadinya obesitas pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara lama pemberian ASI dan pola makan dengan obesitas pada anak usia 2-5 tahun.

Metode: Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan kasus kontrol. Subjek terdiri dari 117 kelompok kasus (obesitas) dan 117 kelompok kontrol (tidak obesitas) yang dipilih secara matching terhadap usia dan jenis kelamin dengan menggunakan teknik cluster sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Analisis data menggunakan analisis regresi logistik.

Hasil: Lama pemberian ASI dan pola makan berhubungan dengan kejadian obesitas pada anak usia 2-5 tahun (p<0,05). Lama pemberian ASI secara signifikan dapat menurunkan risiko obesitas sebesar 15% (OR: 0,855; CI 95%= 0,797 - 0,907; p = 0,000). Sedangkan pola makan anak dapat meningkatkan risiko terjadinya obesitas sebesar 1,055 kali, artinya semakin banyak jumlah, jenis, dan frekuensi makanan yang dikonsumsi pada anak maka semakin berpeluang untuk terjadi obesitas (OR: 1,055; CI 95%= 1,004 - 1,110; p = 0,035).

Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara lama pemberian ASI dan pola makan secara bersama-sama dengan kejadian obesitas pada anak usia 2-5 tahun. Kata kunci: Lama Pemberian ASI, Pola Makan, Obesitas

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(8)

viii

MPH., Ph.D. Masters Program in Family Medicine (Medical Education Track), Graduate Program, Sebelas Maret University, Surakarta. Central Java. Indonesia.

ABSTRACT

Background: Obesity among children is a nutrition-associated problem, which can be vulnerable to health and shall be tackled since its early stage. Children experiencing obesity has higher risk to become obese when they reach adolescent. Breastfeeding and proper dietary are considered good ways of preventing obesity among children. This study aims to analyze the correlation between the breastfeeding duration and dietary intake, with obesity among children aged 2 to 5 years old.

Methods: This study employed observational analysis using case control. The respondents consist of 117 groups of case (obese children) and 117 control groups of case (non-obese children). The respondents were selected on the basis of matching techniques, which involves age and gender. Cluster sampling was adopted to obtain research participants. Questionnaire and observation list were used as instrument for gathering of data. Logistic regression was employed for analyzing the data.

Results: Breastfeeding duration and dietary intake correlated with obesity among children aged 2 to 5 years old (p<0,05). Breastfeeding duration was crucially able to reduce the risk of obesity up to15 % (OR: 0.855; CI 95%= 0,797 - 0,907; p = 0,000). Meanwhile, dietary intake can leverage the risk of obesity at 1,055 fold, which means the more food, types of food, and frequent food consumption children do, the higher chances of suffering from obesity (OR: 1,055; CI 95%= 1,004 - 1,110; p = 0,035).

Conclusions: This study found, there was significant correlation between the duration of breastfeeding and dietary with obesity rate among children with age of 2 to 5 years old.

Keywords: Breastfeeding duration, Dietary intake, Obesity. TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(9)

ix

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Obesitas... ... 8

a. Definisi... ... 8

b. Etiologi... ... 9

c. Faktor Penyebab ... 10

d. Cara Mengukur Obesitas ... 12

2. Lama Pemberian ASI... ... 15

a. Definisi... ... 15

b. Manfaat ASI ... ... 16 TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(10)

x

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI ... 19

f. Metode Penilaian Konsumsi Makan ... 19

g. Hubungan ASI dengan Obesitas ... 20

3. Pola Makan... ... 21

a. Definisi... ... 21

b. Tingkat Asupan Makan Anak Balita ... 22

c. Pola Makan Balita ... 23

d. Frekuensi dan Porsi Makan Anak Balita ... 26

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Makan ... 28

f. Metode Penilaian Konsumsi Makan ... 29

g. Hubungan Pola Makan dengan Obesitas... 31

B. Penelitian Relevan ... 32

C. Kerangka Pikir ... 35

D. Hipotesis ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

B. Jenis Penelitian ... 38

C. Populasi dan Sampel ... 39

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 41

E. Teknik Pengumpulan Data ... 43

F. Teknik dan Instrumen untuk Mengumpulkan Data ... 44 TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(11)

xi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ... 51

B. Pengujian Hipotesis ... 55

C. Pembahasan ... 59

D. Keterbatasan Penelitian ... 68

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 69

B. Implikasi ... 69

C. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71

LAMPIRAN... 78 TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(12)

xii

Tabel 2.1 Penilaian Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/U, TB/U, BB/TB .... 13

Tabel 2.2 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia ... 14

Tabel 2.3 Kebutuhan Zat Gizi Balita Berdasarkan AKG ... 22

Tabel 2.4 Angka Kecukupan Energi dan Protein Anak ... 23

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 42

Tabel 3.2 Kisi– Kisi Kuesioner Pola Makan Anak Usia 2-5 tahun ... 45

Tabel 3.3 Panduan Skoring Kuesioner Pola Makan ... 46

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kelompok Umur Ibu ... 51

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat pendidikan Ibu ... 52

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu ... 52

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pendapatan Keluarga ... 53

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Anak ... 53

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Berat Badan Lahir ... 54

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif ... 54

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Lama pemberian ASI, Pola makan, BB, TB, Z-Score ... 55

Tabel 4.9 Regresi logistik sederhana asosiasi lama pemberian ASI dengan obesitas ………...……… 56

Tabel 4.10 Regresi logistik sederhana asosiasi pola makan dengan obesitas.. 56

Tabel 4.11 Analisis Regresi Logistik Ganda ………...……… 57 TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(13)

Gambar 2.1 Piramida makanan ... 25 Gambar 2.2 Kerangka Pikir Asosiasi Lama Pemberian ASI dan Pola

Makan dengan Obesitas Anak ... 35 Gambar 3.1 Skema Rancangan Kasus Kontrol ... 39

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(14)

Lampiran I Time Schedule Penelitian ... 79

Lampiran II Pengantar Kuesioner ... ... 80

Lampiran III Persetujuan Menjadi Responden... ... 81

Lampiran IV Kuesioner Penelitian ... 82

Lampiran V Tabel Hasil Analisis Penelitian ... 86

Lampiran VI Surat Izin Penelitian ... 100

Lampiran VII Lembar Konsultasi ... 101 TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(15)

A. Latar Belakang

Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia, bahkan World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global, sehingga obesitas sudah merupakan suatu problem kesehatan yang harus segera ditangani (Hidayati, 2013). Obesitas (kegemukan) bisa menyerang siapa saja di segala usia. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang abnormal atau berlebihan, diakibatkan oleh pemasukan energi (kalori) yang berlebihan dibandingkan dengan energi yang dipergunakan sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan (WHO, 2013).

Prevalensi obesitas di negara maju ataupun negara berkembang telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan, baik dilihat dari sosial ekonomi, usia, jenis kelamin atau etnis (Panagiotakos et al, 2006). Di seluruh dunia, setidaknya 2,8 juta orang meninggal setiap tahun disebabkan karena gizi lebih dan obesitas. Prevalensi obesitas tertinggi di Amerika (26% ), diikuti dengan wilayah Mediterania Timur (24%) dan Eropa (23%), sedangkan yang terendah berada di wilayah Asia Tenggara (3%). Diperkirakan lebih dari setengah miliar orang dewasa di dunia (205 juta laki-laki dan 297 juta wanita) mengalami obesitas (WHO, 2014).

Prevalensi obesitas anak di seluruh dunia meningkat dari 4,2 % pada tahun 1990 menjadi 6,7% pada tahun 2010. Pada tahun 2011, diperkirakan

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(16)

lebih dari 40 juta anak usia dibawah 5 tahun di dunia mengalami gizi lebih, 30 juta diantaranya berada di negara-negara berkembang dan 10 juta di negara-negara maju, diperkirakan obesitas akan meningkat sampai 9,1 % atau 60 juta jiwa pada tahun 2020 (de Onis et al, 2010; WHO, 2013).

Hasil dari National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 2009-2010 dengan mengukur tinggi dan berat badan menunjukkan bahwa diperkirakan 16,9 % dari anak-anak dan remaja di Amerika Serikat usia 2-19 tahun mengalami obesitas. Obesitas pada anak-anak prasekolah usia 2-5 tahun meningkat dari 5,0% menjadi 12,1 % antara tahun 1976-1980 dan 2009-2010 dan pada anak usia 6-11 tahun meningkat dari 6,5% menjadi 18,0% (Ogden et al. 2012). Hasil penelitian Lazorick et al (2011) menyatakan bahwa 20 % anak usia 3-5 tahun dan 25 % anak usia 13-16 tahun di North Carolina Amerika Serikat mengalami obesitas.

Obesitas pada anak merupakan resiko mayor untuk mengalami penyakit-penyakit kronik seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, gangguan musculoskeletal dan beberapa kanker (WHO, 2013). Obesitas pada anak juga dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit respiratorik (asma, sleep apneu) dan masalah ortopedi (slipped femoral capital epiphyses) akibat beban tubuh yang terlalu berat. Selain itu, anak yang obesitas cenderung memiliki rasa percaya diri yang rendah dan bisa menimbulkan depresi hingga gangguan psikologis (Nirwana, 2012; Soetjiningsih, 2012).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2010, prevalensi obesitas pada balita secara nasional sebesar 14%, terjadi peningkatan HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN

OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(17)

dibanding hasil riset serupa tahun 2007, yaitu 12,2%, sedangkan prevalensi obesitas untuk anak usia 6-12 tahun sebesar 9,2%, usia 13-15 tahun sebesar 2,5% dan usia 13-18 tahun sebesar 3,9%. Di Yogyakarta, terjadi peningkatan prevalensi obesitas pada balita dari 12,5% tahun 2007 menjadi 13,6 % tahun 2010 (Riskesdas 2007; Riskesdas 2010). Di kabupaten Bantul angka obesitas tahun 2013 sebesar 6,27% (Data Primer Status Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, 2013).

Di Indonesia masalah obesitas pada anak belum mendapat perhatian yang cukup, karena pemerintah masih fokus pada masalah gizi kurang. Meskipun di Indonesia belum menjadi masalah gizi utama namun obesitas pada anak perlu mendapat perhatian karena ada kecenderungan prevalensi obesitas yang terus meningkat. Selain itu, obesitas pada anak juga berisiko tinggi menjadi obesitas pada masa dewasa karena obesitas pada anak-anak sudah membentuk sel yang jumlahnya lebih dari normal (Sudarmoko, 2013). Penelitian Weekly (2013) menyatakan bahwa anak-anak prasekolah yang mengalami obesitas lima kali lebih mungkin untuk menjadi obesitas pada waktu dewasa dibandingkan dengan anak-anak dengan berat badan normal.

Obesitas pada anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu jenis kelamin, riwayat obesitas orangtua, pendidikan orangtua, berat lahir tinggi, durasi menyusui dan jam tidur di malam hari (Dieu et al. 2007). Menonton TV oleh ibu dan anak, konsumsi sarapan, dan status berat badan ibu juga dapat menyebabkan terjadinya obesitas pada anak (Veldhuis et al, 2013). Hasil penelitian Schuch et al (2013) menyatakan bahwa jumlah anggota HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN

OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(18)

keluarga, pendidikan ibu, status perkawinan orangtua, jumlah anak, usia ibu saat kelahiran anak pertama, usia kehamilan, dan berat lahir berhubungan dengan kejadian obesitas pada anak.

Tingkat pendapatan, pola makan, faktor genetik dan lama pemberian ASI juga berpengaruh terhadap obesitas anak (Owen et al, 2005; Fatmasari, 2011). ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi karena mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan bayi dalam jumlah yang sesuai dan zat imunologik yang melindungi bayi dari infeksi. Pemberian ASI dapat mencegah kejadian obesitas pada anak karena anak yang diberi ASI dapat mengatur asupan energi yang berhubungan dengan respon internal dalam menyadari rasa kenyang. Bayi yang diberikan ASI mempunyai kadar insulin dan hormon leptin yang lebih seimbang. Leptin berperan dalam mengatur keseimbangan energi melalui pengaturan selera makan. Leptin bekerja dengan cara menghambat jalur anabolisme dan memicu jalur katabolisme. Hasil akhir dari leptin adalah mengurangi asupan makanan dan meningkatkan pengeluaran energi. Jika leptin dalam tubuh tidak seimbang maka keseimbangan energi tidak tercapai sehingga dapat mengakibatkan terjadinya obesitas (Weyermann

et al, 2006).

Beberapa penelitian menyebutkan pemberian ASI dapat menurunkan risiko terjadinya obesitas pada anak. Penelitian Scott et al (2012) menyatakan bahwa pemberian ASI selama 6 bulan atau lebih dapat menjadi pelindung terhadap kelebihan berat badan dan obesitas pada populasi anak-anak di Australia. Penelitian Sulanto et al (2012) juga menyatakan bahwa menyusui HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN

OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(19)

dapat menurunkan risiko obesitas pada anak-anak berusia 6-8 tahun. Selain itu, obesitas dapat terjadi pada anak yang ketika masih bayi tidak dibiasakan mengkonsumsi ASI tetapi menggunakan susu formula dengan jumlah asupan yang melebihi porsi yang dibutuhkan (Sartika, 2011). Akan tetapi hal ini bertentangan dengan penelitian Vafa (2012) di Teheran ibukota Iran pada tahun 2008 yang menyatakan bahwa pemberian ASI tidak berpengaruh terhadap terjadinya obesitas pada anak usia 7 tahun.

Faktor penyebab obesitas lainnya adalah kualitas makanan yang dikonsumsi, waktu pertama kali anak mendapat asupan berupa makanan padat, dan pola makan yang tidak teratur. Pola makan pada balita sangat berperan penting dalam proses pertumbuhan, pemiliharaan tubuh serta perkembangan otak balita, karena dalam pola makan yang baik tersebut mengandung makanan sumber energi, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur. Pola makan yang baik perlu dibentuk sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan gizi dan pola makan yang tidak baik akan menyebabkan asupan berlebih ataupun berkurang. Asupan berlebih menyebabkan kelebihan berat badan dan penyakit lain yang disebabkan oleh kelebihan gizi (Toschke et al, 2005; Sjarif, 2011; Sulistyoningsih, 2011; Almatsier et al. 2011).

Pemberian ASI dan pola makan yang baik merupakan cara sederhana dalam mencegah terjadinya obesitas pada anak. Pola makan yang baik mulai terkondisi dan terlatih sejak bulan-bulan pertama kehidupan. Oleh karena itu, perlu perhatian khusus dari sudut perubahan pola makan sehari-hari karena HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN

OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(20)

makanan yang biasa dikonsumsi sejak masa anak-anak akan membentuk pola kebiasaan makan selanjutnya, sehingga pemantauan pola makan sejak masa bayi dan balita perlu dilakukan. Begitu juga dengan pemberian ASI, bayi yang diberikan ASI dapat mengatur jumlah susu yang dikonsumsi, sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya obesitas. Pemberian ASI dan pola makan terhadap obesitas pada anak masih jarang diteliti dan masih memerlukan bukti-bukti empirik, khususnya yang berkaitan dengan obesitas pada anak balita. Atas dasar tersebut maka akan dilakukan penelitian tentang ―Asosiasi antara lama pemberian ASI dan pola makan dengan obesitas pada anak usia 2-5 tahun.‖

B. Rumusan Masalah

―Apakah ada hubungan lama pemberian ASI dan pola makan dengan obesitas

pada anak usia 2-5 tahun?‖ C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan lama pemberian ASI dan dan pola makan dengan obesitas pada anak usia 2-5 tahun.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan lama pemberian ASI dengan obesitas pada anak usia 2-5 tahun.

b. Untuk mengetahui hubungan pola makan dengan obesitas pada anak usia 2-5 tahun.

HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(21)

c. Untuk mengetahui hubungan lama pemberian ASI dan pola makan dengan obesitas pada anak usia 2-5 tahun.

D. Manfaat Penelitian 1. Bidang Akademik

Sebagai masukan bagi instansi pendidikan, kesehatan, media informasi dan komunikasi serta pihak-pihak lain yang terkait dalam melaksanakan pendidikan maupun penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai manfaat pemberian ASI dan pola makan dalam mengurangi tingkat kejadian obesitas pada balita.

2. Bidang Pengabdian Masyarakat

a. Penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan kepedulian dan kepekaan masyarakat dalam mencari informasi yang benar mengenai pola makan dan manfaat ASI terhadap kejadian obesitas pada balita. b. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai informasi tentang

permasalahan pencapaian program di Puskesmas agar lebih menggalakkan penyuluhan dan pendidikan tentang pentingnya pemberian ASI dan pola makan yang baik untuk mencegah terjadinya obesitas pada balita.

3. Bidang Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan pengembangan penelitian tentang peranan ASI dan pola makan dalam mencegah terjadinya obesitas pada balita.

HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(22)

A. Kajian Teori

1. Obesitas Anak Balita a. Definisi

Obesitas adalah ―penumpukan lemak yang berlebihan ataupun abnormal yang dapat mengganggu kesehatan‖ (WHO, 2013). Nurmalina (2011) juga menyatakan bahwa obesitas adalah akumulasi lemak yang abnormal atau berlebihan yang berpeluang menimbulkan beberapa resiko kesehatan pada seorang individu sehingga menimbulkan efek buruk pada kesehatan. Sedangkan Nugraha (2009) menyatakan bahwa obesitas merupakan penyakit multifaktorial yang diduga disebabkan karena interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain aktivitas fisik, gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional yaitu perilaku makan dan pemberian makanan padat terlalu dini pada bayi.

Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris, 2006). Sedangkan menurut Sutomo dan Anggraeni (2010), Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Anak balita merupakan kelompok yang

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(23)

menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya (Sediaoetama 2008).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa obesitas anak balita adalah keadaan menumpuknya lemak yang berlebihan secara menyeluruh di bawah kulit dan jaringan lainnya dalam tubuh yang disebabkan karena ketidakseimbangan antara makanan yang masuk dan yang digunakan sehingga dapat mengganggu kesehatan.

b. Etiologi

Terjadinya obesitas secara umum berkaitan dengan keseimbangan energi di dalam tubuh, dimana asupan energi (energy intake) lebih tinggi dibandingkan dengan yang diperlukan (energy expenditure) oleh tubuh. Keseimbangan energi ditentukan oleh asupan energi yang berasal dari zat gizi penghasil energi yaitu karbohidrat, lemak dan protein (Gwartney, 2005). Keseimbangan energi di dalam tubuh dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari dalam tubuh yaitu regulasi fisiologis dan metabolisme ataupun dari luar tubuh yang berkaitan dengan gaya hidup (lingkungan) yang akan mempengaruhi kebiasaan makan dan aktivitas fisik. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa obesitas (peningkatan lemak tubuh) ±70% dipengaruhi oleh lingkungan dan ±30% oleh genetik (Hill, 2006).

HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(24)

c. Faktor Penyebab

Faktor penyebab obesitas ada bermacam-macam, diantaranya 1) Faktor Genetik. Gemuk atau kurus badan seseorang sesungguhnya bergantung pada faktor DNA. Sel penyebab kegemukan sudah ada pada diri manusia sejak awal kelahiran bayi. Sejumlah sel penyebab kegemukan akan bertambah seiring bertambahnya usia yang terus mengadakan reaksi sampai pada usia lanjut (Sitorus, 2008). Selain itu, ada beberapa sindrom genetik seperti Prader - Willi , Turne, dan Lawrence - Moon- Biedl sindrom yang diketahui dapat menyebabkan obesitas (Peebles, 2008). 2) Makanan. Makanan merupakan sumber dari asupan energi. Di dalam makanan yang akan diubah menjadi energi adalah zat gizi penghasil energi yaitu karbohidrat, protein dan lemak. Apabila asupan karbohidrat, protein dan lemak berlebih, maka karbohidrat akan disimpan sebagai glikogen dalam jumlah terbatas dan sisanya lemak, protein akan dibentuk sebagai protein tubuh dan sisanya lemak, sedangkan lemak akan disimpan sebagai lemak (Gee et al, 2008). 3) Pemberian ASI. Anak-anak yang diberi ASI dapat mengatur jumlah susu yang mereka konsumsi, kemampuan mengatur sendiri pemasukan energi ini berhubungan dengan respons internal mereka untuk menyadari rasa kenyang yang lebih baik daripada anak-anak yang diberi susu botol (Nirwana, 2012; Nguyen, 2005). 4) Status sosial ekonomi. Anak yang berasal dari latar belakang keluarga berpendapatan rendah mempunyai resiko lebih besar mengalami HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN

OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(25)

obesitas. Hal ini disebabkan karena mereka tidak pernah memperhatikan sehat atau tidaknya makanan yang mereka konsumsi. Keluarga dengan pendapatan rendah cenderung mengkonsumsi makanan yang kurang bergizi sehingga sering mengantarkan mereka pada kondisi buruk. Selain pendapatan keluarga, faktor sosial ekonomi juga mencakup pendidikan, pekerjaan dan budaya keluarga (Nurmalina, 2011; Nirwana, 2012; Supariasa, 2012). 5) Aktifitas Fisik. Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan energi, sehingga apabila aktivitas fisik rendah maka kemungkinan terjadinya obesitas akan meningkat karena kurangnya pembakaran lemak dan sedikitnya energi yang dipergunakan (Nugraha, 2009; Mustofa, 2010). Menurut Kopelman (2004) aktivitas fisik yang rendah mempunyai risiko peningkatan berat badan sebesar ≥ 5 kg. 6)

Makanan Cepat Saji (Fast Food). Makanan cepat saji ataupun makanan yang sudah dikemas dan penambahan gula pada setiap makanan yang dikonsumsi merupakan faktor pemicu terjadinya obesitas (Bowman et al, 2004). 7) Faktor keluarga. Pola makan keluarga dapat mempengaruhi obesitas pada anak. Hal ini sebagai akibat dari karakteristik orang tua. Jika orang tua selalu membeli makanan ringan, seperti biskuit, chips, dan makanan tinggi kalori yang lain, maka hal ini berkontribasi pada peningkatan berat badan anak (Peebles, 2008; Nirwana, 2012). 8) Pemberian susu formula. Pemberian susu formula dapat menyebabkan obesitas karena HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN

OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(26)

kandungan protein dan lemak yang terlalu tinggi sehingga dapat mengganggu metabolisme dalam tubuh bayi. 9) Berat badan lahir. Berat badan lahir berhubungan dengan waktu pengenalan makanan pendamping ASI. Mekanisme ini mungkin melibatkan perubahan permanen biologis yang secara langsung berkaitan dengan regulasi berat badan, seperti adipogenesis, pengendalian nafsu makan, atau efek pada system saraf pusat yang kemudian berhubungan dengan perilaku yang mengarah pada obesitas (Gunter et al, 2007; Nielsen et al, 2010). d. Cara Mengukur Obesitas

1) Antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Antropometri digunakan untuk mengetahui keseimbangan antara asupan protein dan energi. Keseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh, seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. Metode antropometri terdiri dari berbagai indeks, diantaranya berat badan menurut umur (BB/U) yang mencerminkan status gizi masa lalu, tinggi badan menurut umur (TB/U) yang menggambarkan status gizi seseorang saat ini dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) indikator untuk menilai status gizi saat ini (sekarang). Indeks ini lebih baik digunakan karena pada keadaan normal perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Selain itu, indeks ini juga dapat membedakan proporsi HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN

OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(27)

badan (gemuk, normal dan kurus) (Supariasa et al. 2012; Istiani dan Rusilanti, 2013). Dibawah ini dijelaskan mengenai penilaian status gizi:

Tabel 2.1 .Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometri WHO-NCHS

No Indeks Ambang Batas (Z-score)

Kategori Status Gizi

1 Berat Badan menurut umur (BB/U) 3 Berat Badan menurut

Tinggi Badan Sumber : Depkes RI, 2011

2) IMT ( Indeks Massa Tubuh )

Indeks Masa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) adalah alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN

OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(28)

khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan (WHO, 2014). Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun, dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, olahragawan, dan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti edema, asites, hepatomegaly. Rumus dari IMT adalah:

IMT =

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Di Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di negara berkembang, maka diambil kesimpulan amabang batas IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

Kategori IMT

Kurus

Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 Kekurangan berat badan tingkat

ringan

17,0 – 18,5

Normal >18,5 – 25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan > 25,0 – 27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0 Sumber: Supariasa, 2012

3) Standar Deviasi Unit (SD)

Standar deviasi unit disebut juga Z-score. WHO menyarankan menggunakan cara ini untuk meneliti dan memantau pertumbuhan. Pengukuran Z-score dapat diperoleh dengan HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN

OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(29)

mengurangi Nilai Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan (NMBR) pada umur yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR) atau dengan menggunakan rumus:

Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR

Penentuan status gizi dengan cara z-skor lebih akurat karena hasil hitung telah dibakukan menurut simpangan baku sehingga dapat dibandingkan untuk setiap kelompok umur dan indeks antropometri (Supariasa et al, 2012).

4) Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur skinfold thickness

(tebal lipatan kulit/TLK). Sebagai indikator obesitas bila TLK Triceps > persentil ke 85 (Suandi, 2010)

2. Lama Pemberian ASI a. Definisi

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang di sekresi oleh kelenjar mammae ibu yang berguna sebagai makanan bagi bayinya (WHO, 2014).

ASI adalah cairan putih yang merupakan suatu emulsi lemak dan larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang dikeluarkan oleh kelenjar mammae pada manusia. ASI merupakan satu-satunya makanan alami yang dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita melalui proses laktasi, disediakan bagi bayi sejak lahir hingga HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN

OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(30)

berusia 2 tahun atau lebih (Siregar, 2006; Proverawati dan Asfuah, 2009).

Pemberian ASI merupakan cara pemberian makanan alami yang terbaik bagi bayi dan anak baduta. Pemberian ASI saja segera setelah bayi lahir sampai umur 6 bulan tanpa makanan atau cairan lain termasuk air putih disebut ASI eksklusif (Nirwana, 2012; Istiani dan Rusilanti, 2013).

b. Manfaat ASI

Ada beberapa manfaat ASI, diantaranya adalah 1) Mengandung komposisi yang tepat. ASI terdiri dari zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi (Kristiyansari, 2009; Proverawati dan Asfuah, 2009). 2) Mengandung zat pelindung. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan C4. ASI dapat melindungi bayi dari infeksi gastrointestinal, penyakit kronis, mengurangi terjadinya diabetes dan obesitas pada bayi (Gupte, 2004; Nirwana, 2012). 3) Meningkatkan kecerdasan bayi. Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega 3 untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi yang mendapat ASI akan tumbuh optimal dan terbebas dari rangsangan kejang hingga sel-sel saraf otak. 4) Tidak menyebabkan alergi. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi. 5) Mempunyai efek psikologis yang HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN

OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(31)

menguntungkan. Waktu menyusui kulit bayi akan menempel pada kulit ibu. Kontak kulit yang dini ini akan sangat besar pengaruhnya pada perkembangan bayi kelak. Interaksi yang timbul waktu menyusui antara ibu dan bayi akan menimbulkan rasa aman bagi bayi (Kristiyansari, 2009) 6) Pertumbuhan dan perkembangan bayi akan baik. Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir dan mengurangi kemungkinan obesitas. 7) Perkembangan psikomotorik lebih cepat. Berdasarkan penelitian, bayi yang mendapat ASI bisa berjalan dua bulan lebih cepat daripada yang diberi susu formula. 8) Mencegah perdarahan pasca persalinan dan mempercepat kembalinya rahim ibu kebentuk semula. Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Bila perdarahan pasca pesrsalinan tidak terjadi maka risiko kekurangan darah yang menyebabkan anemia akan berkurang. Dengan menyusui, rahim ibu akan berkontraksi yang dapat menyebabkan pengembalian rahim keukuran sebelum hamil 9) Menyusui secara eksklusif dapat menunda kesuburan dan menjarangkan kehamilan (Kristiyansari, 2009; Proverawati dan Asfuah, 2009).

c. Kandungan Gizi dalam ASI

Kandungan gizi yang terdapat dalam ASI diantaranya 1) Karbohidrat. Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa, yang HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN

OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(32)

kadarnya paling tinggi dibanding susu mamalia lain (7gr%). Laktosa berfungsi sebagai salah satu sumber untuk otak, mempertinggi absorbsi kalsium dan merangsang pertumbuhan Lactobasillus bifidus. 2) Lemak. Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak. Sekitar 50% kalori ASI berasal dari lemak. Kadar lemak dalam ASI antara 3,5-4,5%. Walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi, tetapi mudah diserap oleh bayi karena trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecah menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim lipase yang terdapat dalam ASI. 3) Protein. Kadar protein ASI sebesar 0.9%, 60% diantaranya adalah whey yang lebih mudah dicerna dibanding kasein. Protein berguna untuk pembentukan sel pada bayi yang baru lahir. 4) Taurin. Taurin adalah suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat pada ASI. Taurin berfungsi sebagai neuro transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak. 5) Vitamin. ASI cukup mengandung vitamin yang diperlukan bayi. Vitamin K berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah, vitamin D berfungsi untuk pembentukan tulang bayi baru lahir, vitamin E berfungsi penting untuk ketahanan dinding sel darah merah, Vitamin A berfungsi untuk kesehatan mata, selain itu untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. Selain itu adapula vitamin B, asam folat, dan vitamin C yang larut dalam air. 6) Zat besi. Bayi aterm normal biasanya lahir dengan hemoglobin tinggi (16-22 gr/dl), yang berukuran cepat setelah lahir. Bayi memiliki persediaan zat besi dalam jumlah banyak cukup HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN

OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(33)

untuk setidaknya 4-6 bulan. 7) Mineral. Mineral berfungsi sebagai pembentukan atau pembuatan darah dan pembentukan tulang (Badriul, 2008; Prasetyo, 2009; Roesli, 2009; Proverawati dan Asfuah, 2009). d. Pola Pemberian ASI

Sebelum tahun 2001 WHO merekomendasikan untuk memberikan ASI eksklusif selama 4-6 bulan. Namun pada tahun 2001, setelah melakukan telaah artikel penelitian secara sistematik dan berkonsultasi dengan para pakar, WHO merevisi rekomendasi ASI eksklusif tersebut dari 4-6 bulan menjadi 6 bulan dan dilanjutkan pemberian ASI sampai usia 2 tahun (WHO, 2014).

e. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI

Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI diantara adalah 1) Pengetahuan, dengan adanya pengetahuan yang cukup diharapkan informasi tentang kesehatan dan perilakunya akan lebih mudah berubah dan diterima. 2) Usia. Usia ibu dapat menentukan kesehatan maternal yang berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan, nifas serta cara mengasuh dan menyusui bayinya. 3) Pendidikan. Pendidikan ibu mempengaruhi pola pikir ibu untuk menentukan tindakannya baik yang menguntungkan ataupun tidak. Diharapkan ibu yang berpendidikan tinggi dan berpengetahuan luas akan lebih bisa menerima alasan untuk memberikan ASI sampai usia 2 tahun karena pola pikirnya yang lebih realistis dibandingkan yang berpendidikan rendah. 4) Pekerjaan. Kegiatan atau pekerjaan ibu sering kali dijadikan HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN

OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(34)

alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif maupun ASI sampai usia 2 tahun, terutama yang tinggal di perkotaan (Prasetyono, 2009). 5) Sosial budaya. Kurangnya kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung, gencarnya promosi susu formula, dukungan suami dan keluarga, serta masalah payudara ibu merupakan penghambat pemberian ASI (Departemen kesehatan RI, 2008; Khasanah, 2011).

f. Hubungan ASI dengan Obesitas

Hubungan antara lamanya pemberian ASI dengan menurunnya risiko obesitas mungkin disebabkan oleh berbagai mekanisme biologik. Menurut Grummer-Strawn dan Mei (2004) ada beberapa kemungkinan mekanisme biologik yang berhubungan dengan lama durasi pemberian ASI dengan menurunnya risiko terjadinya obesitas yaitu yang pertama, anak-anak yang diberi ASI dapat mengatur jumlah susu yang mereka konsumsi, kemampuan mengatur sendiri pemasukan energi ini berhubungan dengan respons internal mereka untuk menyadari rasa kenyang yang lebih baik daripada anak-anak yang diberi susu botol.

Kemungkinan kedua adalah kadar insulin dalam darah pada anak-anak yang diberikan susu formula lebih tinggi dan memiliki respon insulin yang lebih panjang daripada anak-anak yang diberi ASI, hal ini menstimulasi lebih banyak deposisi jaringan lemak, yang HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN

OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(35)

mengakibatkan bertambahnya berat badan, obesitas dan resiko Diabetes Melitus tipe 2.

Kemungkinan yang ketiga adalah konsentrasi leptin (hormon yang berfungsi untuk menghambat nafsu makan dan mengatur lemak dalam tubuh) ditemukan dalam konsentrasi yang lebih seimbang pada anak-anak yang diberikan ASI daripada anak-anak yang diberi susu formula. Leptin memiliki fungsi regulatorik pada balita dengan menghambat nafsu makan dan jalur anabolik serta menstimulasi jalur katabolik (Nguyen, 2010).

Penelitian Sulanto et al (2012) menyatakan bahwa pemberian ASI dapat menurunkan risiko obesitas pada anak-anak berusia 6-8 tahun. Pemberian ASI memiliki banyak keuntungan, diantaranya murah, dan efek sampingnya rendah. Pemberian ASI sangatlah berguna untuk melawan tingkat obesitas yang terus meningkat di negara maju maupun negara berkembang.

3. Pola Makan Anak Balita a. Definisi

Pola makan (food pattern) adalah cara seseorang atau sekelompok orang dalam memilih pangan dan makanannya yang tersedia serta mengkonsumsinya sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologi, psikologi, budaya dan sosial. Pola makan dinamakan pula kebiasaan makan, kebiasaan pangan atau pola pangan (Almatsier, 2011). Menurut Departemen kesehatan RI (2009) ―pola makan adalah HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN

OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(36)

suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit‖.

b. Tingkat Asupan Makan Anak Balita

Zat gizi adalah zat atau unsur-unsur kimia yang terkandung dalam pangan yang diperlukan untuk metabolisme dalam tubuh secara normal. Manusia memerlukan zat gizi agar dapat hidup dengan sehat dan mempertahankan kesehatannya. Oleh karena itu, jumlah zat gizi yang diperoleh melalui konsumsi pangan harus mencukupi kebutuhan tubuh untuk melakukan kegiatan internal dan eksternal, pemeliharaan tubuh dan pertumbuhan, serta untuk aktivitas.

Angka Kecukupan Gizi (AKG) dapat digunakan untuk menilai tingkat kecukupan zat gizi individu. Untuk mengetahui kecukupan gizi dan asupan makan anak balita digunakan AKG tahun 2012, yang disajikan pada tabel 2.3. Kecukupan gizi tersebut dianjurkan untuk dipenuhi dari konsumsi pangan anak balita setiap harinya.

Tabel 2.3 Kebutuhan Zat Gizi Balita Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) Rata-Rata Per Har

Kelompok

HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(37)

Tabel 2.4. Angka Kecukupan Energi (AKE) Dan Protein (AKP) Anak No. Umur Energi (kkal) Protein (gr)

1. 0-6 bulan 550 10

2. 7-12 bulan 650 16

3. 1-3 tahun 1000 25

4. 4-6 tahun 1550 39

Sumber : Departemen kesehatan RI, 2012

Pada dasarnya makanan bagi balita harus bersifat lengkap artinya kualitas dari makanan harus baik dan kuantitas makanan pun harus cukup, dan bergizi artinya makanan mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan, dengan memperhitungkan penambahan konsumsi zat pembangun karena tubuh anak sedang berkembang pesat, penambahan bahan makanan sebagai sumber energi, serta penambahan zat pembangun untuk perkembangan mental dan pertumbuhan jaringan otak yang mempengaruhi kecerdasannya.

c. Pola Makan Anak Balita

Telah kita ketahui bahwa pola makan merupakan perilaku yang ditempuh seseorang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam konsumsi pangan setiap hari meliputi jenis makanan, jumlah makanan dan frekuensi makanan yang berdasarkan pada faktor-faktor sosial, budaya dimana mereka hidup. Menurut Baliwati (2007) pola makan yang baik mengandung makanan pokok, lauk-pauk, buah-buahan dan sayur-sayuran serta dimakan dalam jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan. Dengan pola makan yang baik, frekuensi yang benar dan jenis hidangan yang beraneka ragam dapat menjamin HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN

OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(38)

terpenuhinya kecukupan sumber tenaga, zat pembangun dan zat pengatur bagi kebutuhan gizi seseorang.

Pola makan yang baik untuk mencapai status gizi ideal adalah pola makan yang memenuhi pedoman umum gizi seimbang (PUGS) dan piramida makanan. PUGS merupakan petunjuk terperinci tentang cara memperbaiki pola makan yang memuat aneka ragam makanan dan mengandung seluruh sumber zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. PUGS dikembangkan dengan maksud untuk mencegah dan mengatasi masalah gizi ganda, yaitu gizi lebih dan gizi kurang. Ada 13 pesan dasar PUGS, yaitu:

Makanlah aneka ragam makanan, makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi, makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi, batasi konsumsi lemak dan minyak seperempat dari kecukupan energi, gunakan garam beryodium, makanlah makanan sumber zat besi, berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan MP-ASI sesudahnya, biasakan makan pagi, minumlah air bersih yang aman dan cukup jumlahnya, lakukan aktivitas fisik secara teratur, hindari minuman beralkohol, makanlah makanan yang aman bagi kesehatan, bacalah label pada makanan yang dikemas.

(Khomsan dan Anwar, 2008; Adiningsih, 2010).

Sedangkan untuk pengelompokan bahan makanan, didasarkan pada tiga fungsi utama zat-zat gizi, yaitu sumber zat energi/tenaga (padi-padian, tepung-tepungan, umbi-umbian, sagu, dan pisang), sumber zat pengatur (sayuran dan buah-buahan), dan sumber zat pembangun (ikan, ayam, telur, daging, susu, kacang-kacangan dan hasil olahnya, seperti tempe, tahu, dan oncom)

HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(39)

Ketiga golongan bahan makanan tersebut digambarkan dalam bentuk piramida (kerucut) yang diurutkan berdasarkan banyaknya jumlah yang digunakan dalam hidangan sehari-hari. (Almatsier, 2011) Gambar tersebut disebut piramida makanan, seperti gambar berikut:

Gambar 2.1. Piramida makanan

Piramida makanan menggambarkan 4 prinsip gizi seimbangyang mengandung 4 prinsip dasar, yaitu aneka ragam makanan sesuai kebutuhan, kebersihan, aktivitas fisik dan memantau berat badan ideal. Luasnya potongan piramida makanan menunjukkan porsi makanan yang harus dikonsumsi setiap orang per hari dengan dilapisi oleh air putih pada tiap potongannya. Air putih tersebut merupakan bagian terbesar dan zat gizi esensial bagi kehidupan untuk hidup sehat dan aktif.

Kebutuhan air putih untuk tubuh minimal 2 liter (8 gelas) perhari. Setelah itu, di atasnya terdapat potongan besar yang merupakan golongan makanan pokok (sumber karbohidrat). Golongan ini HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN

OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(40)

dianjurkan dikonsumsi 3—8 porsi. Kemudian di atasnya lagi terdapat golongan sayur dan buah sebagai sumber vitamin dan mineral. Jumlah sayur yang harus dilahap setiap hari sedikit lebih besar (3-5 porsi) daripada buah (2—3 porsi). Selanjutnya, di lapisan ketiga dari bawah ada golongan protein, seperti daging, telur, ikan, susu dan produk susu (yogurt, mentega, keju, dan lain-lain) di potongan kanan, sedangkan di potongan kiri ada kacang-kacangan serta hasil olahan seperti tahu, tempe, dan oncom.

Terakhir dan menempati puncak piramida makanan dalam potongan yang sangat kecil adalah minyak, gula, dan garam, yang dianjurkan dikonsumsi seperlunya. Pada bagian bawah tumpeng terdapat prinsip gizi seimbang lain, yaitu pola hidup aktif dengan berolahraga, menjaga kebersihan dan pantau berat badan. Karena prinsip gizi seimbang didasarkan pada kebutuhan zat gizi yang berbeda menurut kelompok umur, status kesehatan, dan jenis aktivitas, maka diperlukan beberapa macam piramida makanan untuk ibu hamil dan menyusui, bayi dan balita, remaja, dewasa, dan usia lanjut (Khomsan dan Anwar, 2008; Gibney, 2009; Devi, 2010).

d. Frekuensi dan Porsi Makan Anak Balita

Khomsan (2010) menyatakan bahwa frekuensi konsumsi pangan per hari merupakan salah satu aspek dalam kebiasaan makan. Frekuensi konsumsi pangan pada anak, ada yang terikat pada pola makan 3 kali per hari tetapi banyak pula yang mengkonsumsi pangan HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN

OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(41)

antara 5 sampai 7 kali per hari atau lebih. Frekuensi konsumsi pangan bisa menjadi penduga tingkat kecukupan gizi, artinya semakin tinggi frekuensi konsumsi pangan, maka peluang terpenuhinya kecukupan gizi semakin besar. Suatu hasil pengamatan terhadap anak-anak di negara Barat memperlihatkan bahwa pada kelompok anak yang frekuensi konsumsi pangannya kurang dari 4 kali per hari mengkonsumsi energi, protein, vitamin C, dan zat besi (Fe) lebih rendah dari rata-rata konsumsi anak-anak yang seumur. Sedangkan konsumsi pada kelompok anak yang frekuensi konsumsi pangannya lebih dari 6 kali per hari ternyata lebih tinggi dari rata-rata konsumsi anak yang seumur.

Porsi makan bagi orang dewasa dan balita sangatlah jauh berbeda, porsi makan anak balita lebih sedikit karena kebutuhan gizi esensial jumlahnya lebih sedikit yang harus dipenuhi. Selain itu karakteristik pertumbuhan dan aktivitasnya juga berbeda. Porsi makan bagi anak balita harus mempunyai kandungan air dan serat yang sesuai dengan daya toleransi, tekstur makanannya agak lunak agar mudah dicerna, memberikan rasa kenyang (Komsatiningrum, 2009).

Makanan selingan perlu diberikan kepada balita terutama jika porsi makan utama yang dikonsumsi belum mencukupi. Pemberian makanan selingan tidak boleh berlebihan karena akan mengakibatkan berkurangnya nafsu makan akibat terlalu kenyang makan makanan selingan.

HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(42)

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Makan

Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan, yaitu 1) Umur ibu. Orang tua muda, terutama ibu, cenderung kurang pengetahuan dan pengalaman dalam merawat anak sehingga mereka umumnya merawat anak didasarkan pada pengalaman orang tua terdahulu. Selain itu, faktor usia muda juga cenderung menjadikan seorang ibu akan lebih memperhatikan kepentingannya sendiri daripada kepentingan anaknya, sehingga kuantitas dan kualitas perawatan kurang terpenuhi. Sebaliknya, ibu yang lebih berumur cenderung akan menerima perannya dengan sepenuh hati. 2) Pengetahuan gizi ibu. Pengetahuan tentang gizi sangat diperlukan agar dapat mengatasi masalah-masalah yang timbul akibat konsumsi gizi. Jika ibu rumah tangga memiliki pengetahuan gizi yang baik ia akan mampu untuk memilih makanan-makanan yang bergizi untuk dikonsumsi. 3) Pendidikan ibu. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam kesehatan dan gizi. 4) Pekerjaan ibu. Orang tua yang bekerja terutama ibu akan mempunyai waktu yang lebih sedikit untuk memperhatikan dan mengasuh anaknya (Sediaoetama, 2008). 5) Pendapatan keluarga. Berbagai upaya perbaikan gizi biasanya berorientasi pada tingkat pendapatan. Seiring makin meningkatnya pendapatan, maka kecukupan akan makanan HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN

OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(43)

dapat terpenuhi. 6) Jumlah anggota keluarga. Banyaknya anggota keluarga akan mempengaruhi konsumsi pangan. Jumlah anggota keluarga yang semakin besar tanpa diimbangi dengan meningkatnya pendapatan akan menyebabkan pendistribusian konsumsi pangan akan semakin tidak merata.

f. Metode Penilaian Konsumsi Makan

Penilaian konsumsi makanan adalah salah satu metode yang digunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau kelompok. Berikut ini dijelaskan beberapa metode penilaian konsumsi makan untuk individu/perorangan, yaitu 1) Meode food recall. Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat ukuran rumah tangga (URT), misalnya sendok, gelas, piring dan lain-lain atau ukuran lainnya yang biasa dipergunakan sehari-hari. Agar data yang dihasilkan representative, maka recall 24 jam sebaiknya dilalakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut. 2) Metode food frequency. Metode food frequency adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan atau tahun. 3) Metode perkiraan makanan (estimated food records). Metode ini disebut juga food records atau diary records, yang digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi. Pada metode ini HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN POLA MAKAN DENGAN

OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PETA PUSPITA DEWI S541302087

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Gambar

Gambar 2.2 Kerangka Pikir Asosiasi Lama Pemberian ASI dan Pola  TESIS
Tabel 2.1 .Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, TESIS
Tabel 2.2 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia
Tabel 2.3 Kebutuhan Zat Gizi Balita Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) Rata-Rata Per Har PETA PUSPITA DEWI S541302087
+7

Referensi

Dokumen terkait

menjadi sebuah data dimana E adalah hasil yang akan dicari seperti varian rasa. coklat, keju, dan blueberryDan H merupakan hipotesa bahwa E adalah

Literature Structure Sound and Sense' United

[r]

Banyak sekali tanah-tanah di Sumatera Timur pada umumnya dan di perkebunan tembakau Bandar Chalipah yang dipakai oleh orang-orang tanpa ijin dari pengusaha perkebuanan

produksi lateks ke 3, 10 hari setelah aplikasi ke 9 di bulan ke 3 dengan perlakuan klon tanaman dan konsentrasi asam akorbat.. Produksi lateks ke 4, 10 hari setelah aplikasi ke

Hasil penelitian ini tidak konsisten jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Novius (2011), yaitu tidak terdapat perbedaan kinerja saham rata-rata

Dalam analisis yang mengacu pada teori, pendapat ahli Hukum Humaniter Internasional, prinsip Hukum Humaniter Internasional, dan Konvensi Den Haag IV

Pada paper tersebut dijelaskan sebuah metode yang memungkinkan enkripsi dilakukan menggunakan kunci yang bersifat publik.. Metode tersebut dinamakan dengan Sistem Kriptografi