• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembiayaan Akuisisi

Dalam dokumen BAB II LANDASAN TEORI (Halaman 33-37)

B. Cost of Debt

2.7 Pembiayaan Akuisisi

2.7.1 Metode Pembayaran Tunai

Pemgakuisisi cenderung membiayai akuisisi dengan kas jika ada kesempatan besar untuk tumbuh. Pemegang saham target menyerahkan saham-saham mereka dengan imbalan uang tunai. Pembayaran secara tunai lebih menarik dan lebih disukai baik pemegang saham perusahaan target maupun perusahaan pengakuisisi. Jika pengakuisisi membayar secara tunai berarti pengakuisisi harus menyediakan kas yang cukup besar. Dana ini bisa ditambah dengan cadangan dan kumulatif laba ditahan yang dimiliki pengakuisisi. Meskipun pengakuisisi mempunyai daba yang cukup untuk mengakuisisi, namun tetap memperhatikan dampaknya terhadap aktifitas operasional pengakuisisi. Dengan kata lain pengakuisisi harus mempertimbangkan

likuiditas pasca akuisisi, jika perusahaan target mampu memberikan cash flow yang relatif cepat, hal ini tidak terlalu mengganggu likuiditas pengakuisisi. Jika sebaliknya hal ini dapat membahayakan likuiditas pengakuisisi.

2.7.2 Metode Pembayaran dengan Hutang (Leverage Buy Out)

2.7.2.1 Pengertian LBO

Leverage Buy Out (LBO) adalah akuisisi/ pembelian perusahaan atau divisi

bisnis yang tehnik pembiayaannya sebagian besar bersumber dari hutang. Namun juga dapat dikombinasikan dengan kas dan saham. Dalam hal ini jika perusahaan pengakuisisi tidak cukup memiliki kas maka pengakuisisi harus mencari sumber dana dari pihak ketiga dalam bentuk hutang. Dengan demikian LBO merupakan pembelian perusahaan secara tunai tetapi sebagian besar diperoleh dari pinjaman atau hutang.

Perusahaan yang berstatus LBO, bekerja dalam kondisi yang berat karena harus membayar hutang sesuai dengan jadwal pelunasan. Secara teoritis perusahaan memiliki risiko kebangkrutan yang tinggi karena proporsi hutang yang dimiliki sedemikian besar disbanding dengan modal sendiri. Sebaliknya jika LBO ini berhasil, maka perusahaan yang berstatus LBO ini akan dapat mengembalikan hutang-hutangnya sekaligus mengambil alih perusahaan.

2.7.2.2 Karakteristik Calon LBO

Perusahaan target yang diakuisisi dengan cara LBO harus mampu untuk meningkatkan kinerjanya sehingga lebih baik kondisinya disbanding sebelum di akuisisi. Secara umum perusahaan calon LBO harus memiliki manajemen yang solid, memiliki posisi yang mapan dalam industri dan memiliki keuntungan yang stabil.

Karena LBO mengindikasikan adanya risiko yang lebih tinggi akibat pembiayaan dengan hutang, dengan demikian tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan setelah akuisisi harus lebih tinggi dibanding dengan pembiayaan hutang. Disamping itu perusahaan harus mampu mengembalikan hutang ditambah bunga dalam periode yang direncanakan. Kinerja perusahaan target setelah akuisisi harus menunjukan keadaan-keadaan sebagai berikut :

• Adanya peningkatan kinerja manajemen

• Kemampuan untuk menurunkan dan memangkas biaya sehingga tercapai

Economics of scale atau economics of scope.

• Mampu menghasilkan arus kas yang stabil • Mampu mencapai efisiensi penggunaan dana.

Karakteristik perusahaan yang menjadi target LBO adalah sebagai berikut : • Premium Companies

Perusahaan yang memiliki kualitas kinerja baik yang ditunjukan oleh cash flow dan keuntungan yang stabil, manajemen berpengalaman, memiliki produk yang sukses di pasar dan memiliki posisi financial yang kuat.

Second-tier Companies

Perusahaan yang memiliki kinerja yang cukup baik tetapi juga memiliki banyak kekurangan/ defisiensi. Sebagai contoh perusahaan yang memiliki asset-aset yang cukup bernilai tetapi tidak memiliki cash flow yang stabil.

Troubled Companies

Perusahaan ini dicirikan memiliki kinerja yang kurang bagus, misalnya memiliki hutang yang cukup besar, manajemen yang kurang berhasil atau cash flow yang sangat tidak stabil sehingga kurang baik sebagai calon LBO. Keuntungan membeli perusahaan tipe ini adalah pengakuisisi memiliki bargaining yang tinggi untuk mengambil alih/ membeli perusahaan seperti ini.

2.7.2.3 Struktur Pembiayaan LBO

Struktur pembiayaan LBO sebagian besar adalah dengan hutang pihak ketiga. Perggunaan hutang ini dengan sendirinya memaksa perusahaan untuk membayar beban tetap yang berupa pembayaran pokok pinjaman dan bunga. Pembayaran beban tetap akan berdampak pada cash flow perusahaan dan kemampuan likuiditas. Dalam situasi tertentu pengakuisisi bisa menjual sebagian asset yang kurang berfungsi untuk membayar sebagian pinjaman pada awal-awal periode pengembalian. Selanjutnya pembayaran hutang ini harus disiapkan dari cash flow perusahaan.

Hutang jangka penjang memiliki proportsi yang paling besar dibandingkan denganjenis yang lain, disusul dengan saham preferen. Penggunaan hutang jangka pendek atau menengah memiliki proporsi yang kecil karena jangka waktu pengembalian yang pendek. Penggunaan jenis hutang jangka penjang adalah menghindari resiko tidak terbayarnya hutang (default)yang segera jatuh tempo. Tabel berikut adalah contoh struktur pembiayaan dalam LBO :

Jenis Pembiayaan Persentase Sumber

Hutang jangka Panjang 40-80 % Perusahaan Asuransi, Bank LBO Funds Hutang jangka pendek dan menengah 5-20% Bank Komersial

Saham preferen 10-20% Perusahaan lain, investor-individu

2.7.2.4 Risiko LBO

Risiko yang dihadapi oleh LBO lebih tinggi dibandingkan dengan akuisisi dengan kas atau akuisisi dengan pertukaran saham. hal ini sangat wajar mengingat biaya LBO diperoleh dari dana pinjaman pihak luar. Terdapat tiga maca risiko yaitu :

Risiko bisnis (Business Risk)

Risiko bisnis adalah kemungkinan tidak terpenuhinya target pendapatan/keuntungan akibat faktor persaingan dan faktor iklim perekonomian makro yang tidak menguntungkan. Risiko ini dihadapi oleh Semua bentuk akuisisi.

Risiko Perusahaan (Corporate Risk)

Risiko ini berasal dari perusahaan itu sendiri akibat ketidakmampuan perusahaan tersebut untuk meningkatkan kinerja setelah akuisisi.

Risiko Default (Default Risk)

Risiko ini merupakan kemungkinan tidak terbayarnya hutang dan bunga pinjaman oleh perusahaan LBO.

2.7.3 Metode Pembayaran dengan Saham

Metode pembayaran dengan saham merupakan alternative yang bisa diambil oleh pengakuisisi. Saham pengakuisisi yang masih dalam portepel akan dipertukarkan dengan saham perusahaan target (share swap) dengan rasio tukar yang disepakati melalui negosiasi kedua belah pihak. Jika kedua perusahaan tersebut telah Go Public dasar pertimbangannya adalah harga pasar saham. Cara pertukaran saham akan lebih kompleks karena masing-masing perusahaan memiliki harga saham yang berbeda.

Dalam dokumen BAB II LANDASAN TEORI (Halaman 33-37)

Dokumen terkait