• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III :TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBIAYAAN

C. Pembiayaan pada Bank Syariah

1. Pengertian pembiayaan

Istilah pembiayaan pada intinya berarti I believe, I trust, “saya percaya” atau “saya menaruh kepercayaan”. Perkataan pembiayaan yang artinya kepercayaan (trust), berarti lembaga pembiayaan selaku shahibul mal menaruh kepercayaan kepada seorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan. Dana tersebut harus digunakan dengan benar, adil, dan harus disertai dengan ikatan dan syarat-syarat yang jelas dan saling mengntungkan bagi kedua belah pihak.

39

Perumusan pengertian pembiayaan secara yuridis dapat dilihat dalam ketentuan umum Pasal 1 butir 25 yang menyatakan:

Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:

a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah

b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik

c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna

d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh dan

e. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multi jasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan, tanpa imbalan, atau bagi hasil.

2. Jenis-Jenis Pembiayaan

Berdasarkan tujuan penggunaan dana yang diperoleh nasabah dari pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah pembiayaan dapat digolongkan kedalam beberapa kelompok aktifitas pembiayaan. Pembagian jenis pembiayaan ini sangat penting dalam hal menentukan metode analisa pemberian pembiayaan dan jenis akad yang digunakan agar jenis usaha tertentu dapat diterima permohonan pembiayaannya. Jenis-jenis pembiayaan yang umum ditemukan dalam usaha perbankan syariah adalah sebagai berikut:

2.1 Pembiayaan Modal Kerja Syariah

Secara umum yang dimaksud dengan pembiayaan modal kerja syariah adalah pembiayaan jangka pendek yang diberikan kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal kerja usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Unsur-unsur modal kerja terdiri dari komponen-komponen alat likuid (cash), piutang dagang, dan persediaan yang umumnya terdiri dari persediaan bahan baku,persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. Oleh karena itu, pembiayaan modal kerja merupakan salah satu atau kombinasi dari pembiayaan persediaan.

Fasilitas pembiayaan modal kerja syariah dapat diberikan kepada seluruh sektor /subsektor ekonomi yang dinilai prospek, tidak bertentangan dengan syariat Islam dan tidak dilarang oleh ketentuan perundang-undangan yang berlaku serta yang dinyatakan jenuh oleh Bank Indonesia. Pemberian fasilitas pembiayaan modal kerja kepada debitur/calon debitur dengan tujuan untuk mengeliminasi risiko dan mengoptimalkan keuntungan Bank. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan analisa pemberian pembiayaan antara lain:40

a. Jenis usaha. Kebutuhan modal kerja masing-masing jenis usaha berbeda-beda.

b. Skala usaha. Besarnya kebutuhan modal kerja suatu usaha sangat tergantung kepada skala usaha yang dijalankan. Semakin besar skala usaha yang dijalankan maka kebutuhan modal kerja akan semakin membesar.

40

c. Tingkat kesulitan usaha yang dijalankan. Untuk menentukan tingkat kesulitan dari usaha yang dijalankan, bank dapat mengajukan pertanyaan:

1) Apakah proses produksi membutuhkan tenaga ahli/terdidik/terlatih dengan menggunakan peralatan canggih?

2) Apakah perusahaan memiliki tenaga ahli dan peralatan yang dibutuhkan untuk menunjang proses produksi?

3) Apakah perusahaan memiliki sumber pasokan bahan baku yang tetap yang dapat menjamin kesinambungan proses produksi? 4) Apakah perusahaan memiliki pelanggan tetap?

d. Karakter transaksi dalam sektor usaha yang akan dibiayai. Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah:

1) Bagaimana sistem pembayaran pembelian bahan baku? 2) Bagaimana sistem penjualan hasil produksi?

Berdasarkan akad yang digunakan dalam produk pembiayaan syariah, jenis pembiayaan modal kerja dapat dibagi menjadi 5 macam, yakni:41

1. Pembiayaan Modal Kerja Mudharabah

2. Pembiayaan Modal Kerja Istishna 3. Pembiayaan Modal Kerja Salam 4. Pembiayaan Modal Kerja Murabahah 5. Pembiayaan Modal Kerja Ijarah

41

Dalam melakukan penetapan akad Pembiayaan Modal Kerja Syariah, proses analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut:42

1. Hal pertama yang harus dilihat bank adalah jenis proyek yang akan dibiayai tersebut apakah sudah memiliki kontrak atau belum.

2. Jika proyek tersebut memliki kontrak, langkah berikutnya yang harus dicermati adalah apakah proyek tersebut untuk pembiayaan konstruksi atau pengadaan barang. Jika untuk pembiayaan konstruksi, pembiayaan yang layak diberikan adalah pembiayaan istishna. Namun jika bukan untuk pembiayaan konstruksi, melainkan untuk pengadaan barang maka pembiayaan yang patut diberikan adalah pembiayaan mudharabah.

3. Jika proyek tersebut bukan untuk pembiayaan konstruksi ataupun pengadaan barang, maka bank tidak layak untuk memberikan pembiayaan.

4. Dalam hal proyek tidak memiliki kontrak, maka faktor selanjutnya yang harus dilihat oleh bank adalah apakah proyek tersebut untuk pembelian barang atau penyewaan barang.

2.2 Pembiayaan Investasi Syariah

Investasi adalah kegiatan pengikutsertaan dana dalam suatu kegiatan ekonomi dengan maksud untuk memperoleh manfaat atau keuntungan dikemudian

42

hari. Pembiayaan investasi merupakan pembiayaan jangka menengah atau jangka panjang untuk pembelian barang-barang modal yang diperlukan untuk:43

a. Pendirian proyek baru, yakni pendirian atau pembangunan proyek/pabrik dalam rangka usaha baru

b. Rehabilitasi, yakni penggantian mesin/peralatan lama dengan mesin/peralatan baru yang lebih modern

c. Ekspansi, yaitu penambahan peralatan/mesin baru disamping yang telah ada dalam rangka peningkatan kegiatan usaha

d. Relokasi proyek yang sudah ada, yakni pemindahan lokasi proyek atau pabrik secara keseluruhan ketempat yang lebih baik dan lebih menguntungkan.

Akad yang digunakan untuk pembiayaan investasi syariah dapat berupa: a. Pembiayaan investasi Murabahah

b. Pembiayaan investasi Ijarah Muntahia Bit Tamlik c. Pembiayaan investasi Salam

d. Pembiayaan investasi Istishna

Dalam menetapkan akad pembiayaan investasi syariah, langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:44

a. Mengidentifikasikan apakah pembiayaan investasi tersebut untuk barang-barang yang termasuk ready stock atau goods in process.

43

Veitzal Rifai dan Arviyan Arivin, Islamic Banking Teori, Konsep, dan Aplikasi,

Jakarta, PT. Bumi Aksara, hal 120

44

b. Jika ready stock yang harus diperhatikan apakah barang tersebut sensitive dengan tax issues atau tidak. Jika sensitive maka pembiayaan yang dilakukan adalah ijarah muntahia bit tamlik, jika tidak maka yang digunakan pembiayaan murabahah.

c. Jika barang investasi tersebut termasuk goods in process, harus dilihat apakah proses barang tersebut memerlukan waktu kurang dari 6 bulan atau lebih. Jika kurang dari 6 bulan pembiayaan yang diberikan menggunakan akas salam, jika melebihi 6 bulan pembiayaan yang diberikan adalah pembiayaan istishna.

2.3 Pembiayaan Konsumtif Syariah

Pembiayaan konsumtif adalah jenis pembiayaan yang diberikan untuk tujuan diluar usaha dan umumnya bersifat perorangan.45

a. Pembiayaan konsumen akad Murabahah

Menurut jenis akadnya dalam produk pembiayaan di bank syariah, pembiayaan konsumtif dibagi dalam lima bagian yaitu:

b. Pembiayaan konsumen akad Ijarah muntahia bit tamlik c. Pembiayaan konsumen akad Ijarah

d. Pembiayaan konsumen akad Istishna

e. Pembiayaan konsumen akad Qard dan Ijarah

Untuk menentukan jenis akad yang akan digunakan dalam pembiayaan konsumtif, langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah: 46

45

Veitzal Rifai dan Arviyan Arivin, Op.cit., hal 120

46

a. Apabila kegunaan pembiayaan yang dibutuhkan nasabah adalah untuk kebutuhan konsumtif semata, maka harus dilihat apakah pembiayaan tersebut untuk pembelian barang atau pengadaan jasa.

b. Untuk pembelian barang, jika barang tersebut bersifat ready stock digunakan akad pembiayaan murabahah. Jika barang tersebut termasuk bersifat goods in process harus dilihat berapa lama waktu yang diperlukan untuk prosesnya, jika kurang dari 6 bulan maka digunakan akad pembiayaan salam. Jika waktu yang diperlukan lebih dari 6 bulan maka digunakan akad pembiayaan istishna.

c. Pembiayaan konsumtif yang dibutuhkan nasabah dalam bidang jasa digunakan akad ijarah.

Dokumen terkait