• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. Pembiayaan Bermasalah

pembiayaan, seperti side streaming yaitu nasabah menggunakan dana tidak sesuai dengan ketentuan akad, nasabah beritikad tidak baik, tidak jujur, lalai, dan lain sebagainya. Dapat pula diidentifikasi penyebab timbulnya pembiayaan bermasalah antara lain karena perubahan politik dan peraturan perundangan, deregulasi sektor riil, keuangan dan ekonomi.7

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada tanggal 20 Agustus 2018, jumlah nasabah pembiayaan murabahah bermasalah dari tahun 2016 ke tahun 2018 mengalami penurunan. Pada tahun 2016 jumlah nasabah pembiayaan murabahah di BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat sejumlah 111 nasabah, ada 15 orang pembiayaan murabahah yang tergolong dalam pembiayaan bermasalah. Sedangkan pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2017 jumlah nasabah pembiayaan murabahah berjumlah 94 nasabah, ada 10 orang pembiayaan yang tergolong pembiayaan bermasalah, dan pada tahun 2018 jumlah nasabah pembiayaan berjumlah 105 nasabah, 6 diantaranya termasuk kedalama pembiayaan bermasalah.8 Artinya tingkat pembiayaan bermasalah pada BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat masih tergolong rendah, namun jika tidak segera diatasi maka pembiayaan bermasalah bisa meningkat setiap tahunnya.

BRI Syariah adalah salah satu bank syariah yang terletak dijalan utama dan juga berdekatan dengan pasar Dayamurni di Tulang Bawang

7 Nurjanah, Dewi Lela Hilyatin, “Strategi Penyelamatan., 65-66

8 Wawancara dengan bapak Miftahul Farid sebagai Account Officer Mikro, di BRI Syariah KCP tulang bawang barat, tanggal 30 agustus 2018

Barat. Dengan lokasi yang strategis, maka BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat menjadi salah satu alternatif favorit peminjam atau pembiayaan bagi para pedagang yang berada di sekitar lokasi. Produk pembiayaan yang banyak diminati oleh calon nasabah adalah pembiayaan KUR dengan angsuran ringan dan margin yang relatif rendah menjadi primadona bagi para pedagang atau petani.

Setiap tahunnya BRI Syariah menyediakan pembiayaan KUR iB untuk sektor pertanian dan perdangan yang dapat diakses oleh UMKM atau koperasi. Di BRI Syariah sendiri terdapat 3 AOM (Account Officer Mikro) yang akan memproses pengajuan pembiayaan sampai pada tahap pencairan. Masing-masing AOM diberi target oleh Pimpinan Cabang Pembantu + 300 juta setiap bulannya. Pada Agustus tahun 2018 kuota KUR iB di BRI Syariah hanya tersisa pembiayaan di sektor pedagangan, namun untuk memenuhi target, Pimpinan Cabang Pembantu menyarankan agar pembiayaan tersebut dialihkan ke sektor pertanian dikarenakan pembiayaan untuk sektor pertanian sudah habis, serta untuk memenuhi target pembiayaan yang akan disalurkan oleh AOM.

Tentu para petani menyambut dengan baik mengenai pembiayaan tersebut, karena para petani yang kekurangan modal untuk menanam atau merawat lahannya dapat mengajukan pembiayaan ke BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat. Namun prediksi dari pihak bank tidak selalu benar mengenai harga komoditi pertanian dan perkebunan di pasaran, perubahan cuaca yang menyebabkan gagal panen atau penurunan harga komoditi

pertanian secara tiba-tiba menyebabkan nasabah mengalami penurunan pendapatan.

Pihak BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat tentu saja tidak tidak menginginkan pembiayaan tersebut mengalami permasalahan, akan tetapi permasalahan tersebut kerap kali muncul. Oleh karena itu bank syariah akan melakukan upaya untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalah tersebut, agar dana yang telah disalurkan oleh bank syariah dapat diterima kembali. Akan tetapi, mengingat dana yang telah dipergunakan oleh bank syariah dalam memberikan pembiayaan berasal dari dana masyarakat yang ditempatkan di bank syariah, dan bank syariah dalam memberikan pembiayaan wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank syariah dan kepentingan nasabahnya yang telah mempercayakan dananya. Untuk meminimalisir potensi kerugian akibat pembiayaan bermasalah tersebut, pihak bank perlu melakukan beberapa tindakan. Tindakan-tindakan pembiayaan bermasalah diantaranya adalah dengan menawarkan restrukturisasi.9

Restrukturisasi pembiayaan oleh bank umum syariah dilakukan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 13/9/PBI/2011 Tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia nomor 10/18/PBI/2008 Tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Restrukturisasi pembiayaan adalah upaya yang dilakukan bank dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya.10 Restrukturisasi pembiayaan yang ditawarkan oleh BRI Syariah KCP Tulang

9 Wawancara dengan bapak Subli sebagai Pimpinan Cabang Pembantu, di BRI Syariah KCP tulang bawang barat, tanggal 20 agustus 2018

Bawang Barat berupa rescheduling (penjadwalan ulang) apabila nasabah pembiayaan masih mampu, hanya saja mengalami penurunan kemampuan dalam membayar angsuran.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai metode BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat dalam melakukan penanganan dan penyelesaian terhadap nasabah pembiayaan bermasalah y.ang kemudian akan dilakukan penelitian dengan judul, “Penyebab dan Penyelesaian Pembiayaan Murabahah Bermasalah di BRI

Syariah KCP Tulang Bawang Barat”.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan penelitian adalah apa penyebab pembiayaan bermasalah dan bagaimana penyelesaiannya di BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui penyebab pembiayaan murabahah bermasalah dan penyelesaiannya di BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat.

2. Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam melakukan kajian terkait penyebab dan penyelesaian pembiayaan murabahah bermasalah.

b. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi lembaga keuangan syariah terkait penyebab dan penyelesaian pembiayaan murabahah bermasalah.

D. Penelitian Relevan

Penelitian relevan atau yang disebut tinjauan pustaka (Prior Research) berisi tentang uraian sistematis mengenai hasil penelitian terhadulu (Prior

Research) tentang persoalan yang akan dikaji dengan skripsi.11 Diantara beberapa kajian yang yang relevan dengan judul diatas, adalah:

1. Penelitian skripsi Ade Abdul Mukti yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah, Penelitian pada Karyawan Bank Muamalat Indonesia Cabang Cirebon”, yang menganalisa faktor

penyebab pembiayaan bermasalah, serta bagaimana pengaruhnya terhadap pembiayaan bermasalah.12 Penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Ade Abdul Mukti diatas, kesamaannya yaitu membatasi pada faktor-faktor penyebab pembiayaan bermasalah, namun berbeda dalam hal objek dan tempat penelitian, penyebab pembiayaan bermasalah dan penelitian ini dibatasi oleh pembiayaan murabahah.

2. Penelitian skripsi Bunga Novita Sari yang berjudul “Strategi dalam Menangani Pembiayaan Bermasalah pada PT. Bank Sumut Cabang Syariah Medan”, yang menganalisa penyebab pembiayaan bermasalah

11 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jurai Siwo Metro, Pedoman Skripsi

Karya Ilmiah, (Metro: 2015), 39

12 Ade Abdul Mukti, “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah, Penelitian Pada Karyawan Bank Muamalat Indonesia Cabang Cirebon”, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon 2013

dan strategi dalam menangani pembiayan bermasalah.13 Penelitian ini berbeda dengan yang dilaksanakan oleh Bunga Novita Sari, kesamaannya dengan peneliti adalah strategi penyelesian pembiayaan bermasalah. Tidak dibatasi pada pembiayaan murabahah, penelitian ini juga berbeda dalam hal objek dan tempat penelitian serta penyebab pembiayaan bermasalahnya.

3. Penelitian skripsi karya Laili Maulistina yang berjudul “Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Terhadap Akad Murabahah dalam Perspektif Ekonomi Islam Studi Pada Bank Pembiayaan Rakyar Syariah Bandar Lampung”, yang menganalisa wanprestasi pada pembiayaan

bermasalah.14

Penelitian ini berbeda dengan yang dilaksanakan oleh Laili Maulistina, kesamaan yaitu membatasi pada akad murabahah, namun berbeda dalam hal objek dan tempat penelitian, penyebab pembiayaan bermasalah.

Peneliti memiliki kajian yang sama dengan penelitian terdahulu yaitu membahas mengenai penyebab dan penyelesaian pembiayaan bermasalah. Sedangkan perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah penelitian ini dibatasi pada akad murabahah dan penyelesian pembiayaan

murabahah bermasalah di BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat.

13 Bunga Novita Sari, “Strategi dalam Menangani Pembiayaan Bermasalah pada PT. Bank Sumut Cabang Syariah Medan”, universitas islam negeri sumatera utara, 2018.

14 Laili Maulistina, “Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Terhadap Akad

Murabahah dalam Perspektif Ekonomi Islam Studi Pada Bank Pembiayaan Rakyar Syariah

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembiayaan Murabahah

1. Pengertian Pembiayaan Murabahah

Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan mendefinisikan pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah sebagai penyedia uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.15

Akad Murabahah adalah akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati.16

Jadi, murabahah adalah jual beli barang dengan menyertakan harga perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Dengan demikian pihak bank syariah diwajibkan menjelaskan terkait harga beli dan tambahan keuntungan yang diinginkan kepada nasabah.

Pembiayaan murabahah berdasarkan Peraturan Bank Indonesia 10/16/PBI/2008 adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah.17

15 Edi Susilo, Analisis Pembiayaan dan Resiko Perbankan Syari’ah Jilid I ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), 110

2. Dasar Hukum Pembiayaan Murabahah a. Al-Qur’an                        

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”18

b. Hadits

ُللا َيِص َر ٍبْيَهُس ْنَع

َّبنلا َّنَأ ُهْنَع

ِ

َاَق َم َ َّلَس َو ِهْيَلَع للا ىَّلَص َّي

: َل

َث َلاَث

َقِملْاَو ٍلَجَأ ىَلِإ ُعْيَ بْلَا : ُةَكْرَ بلْا َّنَهْ يِف

ِّرُ بْلا ُطْلَخَو ُةَضَرا

)هج ام نبا هاور( ِعْيَ بْلِل َلا ِتْيَ بْلِل ِرْيِعَّشلاِب

Artinya: Dari Suhaib ar-Rumi radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah

Saw. Bersabda, “tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah)19

3. Rukun dan Syarat Pembiayaan Murabahah a. Rukun Murabahah

Rukun Murabahah adalah sebagai berikut:20

1) Pelaku akad, yaitu ba’i (penjual) adalah pihak yang memiliki barang untuk dijual, dan musytari adalah pihak yang memerlukan dan akan membeli barang;

2) Objek akad, yaitu mabi’ (barang dagangan) dan tsaman (harga); 3) Shighah, yaitu ijab dan qabul.

17 Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/16/PBI/2008, h. 4

18 QS. An-Nisa’ (4): 29

19 Darsono et.al, Perbankan Syariah di Indonesia Kelembagaan dan Kebijakan serta

Tantangan ke Depan, (Jakarta: Rajawali Press, 2017), 222

b. Syarat Murabahah

Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No. 7/46/PBI/2005 kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan

Murabahah berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut:21

1) Bank menyediakan dana pembiayaan berdasarkan perjanjian jual beli barang.

2) Jangka waktu pembayaran harga barang oleh nasabah kepada bank ditentukan berdasarkan kesepakatan Bank dan nasabah. 3) Bank dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian

barang yang telah disepakati kualifikasinya.

4) Dalam hal Bank mewakilkan kepada nasabah (wakalah) untuk membeli barang, maka akad Murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank.

5) Bank dapat meminta nasabah untuk membayar uang muka atau

urbun saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan barang

oleh nasabah.

6) Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan agunan tambahan selain barang yang dibiayai Bank.

7) Kesepakatan marjin harus ditentukan satu kali pada awal Akad dan tidak berubah selama periode Akad.

8) Angsuran pembiayaan selama periode Akad harus dilakukan secara proporsional.

Agar jual-beli sah dan halal, transaksi yang berlangsung haruslah memenuhi rukun dan syarat jual beli. Syarat merupakan suatu perkara yang wajib dilaksanakan untuk menentukan sah atau tidakanya suatu perbuatan atau ibadah, namun letaknya berada diluar perbuatan atau ibadan itu sendiri. Jika syarat jual-beli belum atau kurang terpenuhi maka jual-beli tersebut dikatakan tidak sah.

4. Murabahah dalam Perbankan Syariah

Praktik pembiayaan murabahah yang diaplikasikan pada bank syariah, diawali dengan proses pengajuan pembiayaan oleh nasabah. Apabila telah disetujui maka berlanjut pada proses pencairan. Pada praktik penyaluran pembiayaan murabahah, bank bertindak sebagai pihak penyedia dana, baik sebagian atau seluruh dana yang dibutuhkan untuk membeli barang yang sesuai dengan kualifikasi nasabah. Selanjutnya, pembayaran oleh pihak nasabah dapat dilakukan secara tangguh sesuai dengan kesepakatan kadua pihak.22

2.1 Skema Pembiayaan Murabahah

Skema diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pak Hasan (nasabah) mengajukan pembelian sebuah rumah dengan mengajukan spesifikasi tertentu kepada Lembaga Keuangan Syariah (LKS)

b. LKS mewakilkan kepada pak Hasan untuk mencari dan membeli rumah sesuai dengan spesifikasi yang diajukan.

c. LKS membeli rumah dari suplier seharga 450 juta, harga tersebut diketahui oleh Pak Hasan, kemudian menjualnya kepada Pa Hasan dengan harga 500 juta dengan akad murabahah angsuran.

d. Setelah pemesanan rumah sudah dapat, nasabah dan LKS mengadakan akad murabahah dengan kesepakatan mengenai besaran uang muka, besaran laba, jumlah angsuran yag harus dibayarkan serta jangka waktu angsuran.

e. Pak hasan membayar uang muka sesuai dengan kesepakatan yaitu 140 juta

f. Pak Hasan membayar angsuran sebesar 10 juta setiap bulan selama tiga tahun atau 36 bulan.

g. Setelah angsuran selesai atau lunas, LKS memberikan sertifikat rumah kepada Pak Hasan.

Pada BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat terdapat dua jenis pembiayaan, diantaranya yaitu Murabahah KUR dan Murabahah Komersil. Berikut ini perbedaannya

Table 2.2 perbedaan Murabahah KUR dan Murabahah Komersil

No Murabahah KUR Murabahah Komersil

1 Plafon pembiayaan maksimal 25 juta

- Mikro 25iB plafon pembiayaan 5–25 juta

- Mikro 75iB plafon pembiayaan 5–75 juta

- Mikro 500iB plafon pembiayaan >75-500 juta

2 Margin 7% per tahun - Mikro 25iB dengan margin 1,2

%

- Mikro 75iB dengan margin 1 % - Mikro500iB dengan margin

0,9%

3 Pembiayaan modal kerja

jangka waktu maksimal 3-36 bulan

- Mikro 25iB tenor 6-36 bulan - Mikro 75iB tenor 6-36 bulan - Mikro 500iB tenor 6-36 bulan,

6-48 bulan, 6-60 bulan. 4 Telah melakukan usaha aktif

minimal 6 bulan.

- Untuk mikro 75iB dan 500iB , lama usaha minimal 2 tahun - Untuk mikro 25iB lama usaha

minimal 3 tahun

5 Agunan tidak wajib - Mikro 25iB tanpa agunan

- Mikro 75iB agunan berupa kendaraan bermotor, kios, los

tanah kosong, tanah dan

bangunan, deposito BRI Syariah - Mikro 500iB agunan berupa

kendaraan bermotor, kios, los

tanah kosong, tanah dan

bangunan, deposito BRI Syariah 6 Tidak ada biaya administrasi Biaya administrasi mengikuti

syarat dan ketentuan yang berlaku.

B. Pembiayaan Bermasalah

1. Pengertian Pembiayaan Bermasalah

Pembiayaan bermasalah atau Non Performing financing (NPF) adalah penyaluran dana oleh lembaga syariah yang dalam pelaksanaan pembayaran kembali pembiayaan tidak memenuhi persyaratan yang dijanjikan, serta tidak menepati jadwal angsuran hingga memberikan dampak yang merugikan.23

Pembiayaan bermasalah ini dapat digolongkan menjadi tiga kriteria yaitu, pembiayaan kurang lancar, diragukan dan macet.24 Adiwarman A Karim menjelaskan bahwa risiko pembiayaan adalah resiko yang disebabkan oleh adanya kegagalan counterparty dalam memenuhi kewajibannya. Dalam bank syariah, resiko pembiayaan mencakup risiko terkait produk dan risiko terkait pembiayaan korporasi.25

Jadi pembiayan bermasalah merupakan penyaluran dana yang dilakukan bank syariah yang dalam pelaksanaan pembayaran pembiayaannya nasabah tersebut tidak dapat memenuhi kewajibannya. Pembiayaan bermasalah ini masuk kedalam golongan kurang lancar, diragukan dan macet. Pembiayaan bermasalah juga berakibat pada

23 Daniatu Listanti, Moch Dzulkirom, Topoijono, “Upaya Penanganan Pembiayaan

Murabahah Bermasalah di Lembaga Keuangan Syariah,” Administrasi Bisnis Vol. 1 No. 11

Januari 2015, 3.

24 Ibid.

25Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014), 260

kerugian bank yaitu kerugian karena tidak di terimanya kembali dana yang telah disalurkan, maupun pendapatan keuntungannya.

Sebelum mengalami pembiayaan yang bermasalah terlebih dahulu akan terdapat tanda-tanda bermasalah seperti: menurunnya jumlah penjualan, ketidak mampuan dalam merencanakan sebuah usaha, ataupun

key person meninggal. Pada tanda-tanda tersebut bank syariah perlu

melakukan beberapa tindakan sehingga tidak menimbulkan kerugian. Untuk mengurangi timbulnya pembiayaan bermasalah Bank Syariah perlu melakukan evaluasi terhadap calon nasabah, dan cara paling mudah yang dapat dilakukan dengan menggunakan pedoman 5C yaitu: character, capacity, capital, collateral, dan conditional. Serta melakukan analisis 5P yaitu: party, purpose, payment, profitability dan

protection. Strategi tersebut perlu dilakukan agar Bank Syariah tidak

banyak mengalami kerugian dan dalam pemberian pembiayaan

murabahah tetap dapat terlaksana.26

2. Kolektibilitas Pembiayaan

Ketidaklancaran nasabah membayar angsuran pokok maupun bagi hasil/ profit margin pembiayaan menyebabkan adanya kolektabilitas pembiayaan. 27 Secara umum kolektabilitas pembiayaan dikategorikan menjadi lima macam, yaitu: 28

a. Pembiayaan lancar (pass)

1) Pembayaran angsuran pokok dan/ bunga tepat waktu 2) Memiliki mutasi rekening yang aktif

26 Daniatu Listanti, Moch Dzulkirom, Topoijono, “Upaya Penanganan, 4

27 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN), 312

3) Bagian dari pembiayaan yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral).

b. Perhatian khusus (special mention)

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ bunga bagu hasil yang belum melampaui sembilan puluh hari.

2) Kadang-kadang terjadi cerukan; atau 3) Mutasi rekening tidak aktif; atau

4) Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan 5) Didukung pinjaman baru.

c. Kurang lancar (substandard)

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bagi hasil 2) Sering terjadi cerukan; atau

3) Frekuensi mutasi rekening terlalu rendah;atau

4) Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari sembilan puluh hari

5) Terjadinya indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur 6) Dokumentasi pinjaman yang lemah.

d. Diragukan (doubtful)

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga. 2) Terjadi cerukan yang bersidat permanen

3) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari. 4) Terjadi kapitalisasi bunga.

5) Dokumentasi huku yang lemah baik untuk perjanjian pembiayaan maupun pengikatan jaminan.

e. Macet (loss)

1) Terjadi tunggakan angsuran pokok dan bunga 2) Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru

3) Baik segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan dengan nilai wajar.

Pembiayaan dengan kolektabilitas lancar (pass)adalah masuk dalam criteria Performing Loan, sedangkan pembiayaan dengan kolektabilitas dalam perhatian khusus (special mention), kurang lancar (substandard), diragukan (doubtfull), dan pembiayaan macet masuk dalam kriteria kredit bermasalah (non-performing loan).29

3. Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah

Keadaan turunnya mutu pembiayaan tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi selalu memberikan “warning Sign” atau faktor-faktor

penyebab terlebih dahulu dalam masa pembiayaan. Ada beberapa faktor penyebab pembiayaan bermasalah sebagai berikut:30

a. Faktor intern, yaitu:

1) Naluri bisnis dan kemampuan melakukan analisa kredit yang belum memadai.

2) Para anggota komite pemutus kredit tidak memiliki integritas yang baik, sehingga keputusan pemberian kredit diambil tidak secara mandiri, misalnya dipengaruhi tekanan dari luar.

3) Pengawasan terhadap penggunaan kredit tidak memadai

4) Pemberian kredit tidak cukup atau berlebihan jumlahnya dibandingkan dengan jumlah kebutuhan yang sesungguhnya. 5) Kreditur tidak mempunyai informasi yang cukup mengenai atak

dan track record debitur.

b. Faktor ekstern yang mengabaikan debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya terhadap kreditur, yaitu:31

1) Karakter nasabah tidak amanah (tidak jujur dalam memberikan informasi dan laporan tentang kegiatannya).

2) Melakukan sidestreaming penggunaan data.

30 Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, (Jakarta: Kencana, 2007), 76

3) Kemampuan pengelolaan nasabah tidak memadai sehingga kalah dalam persaingan usaha.

4) Usaha yang dijalankan relatif baru. 5) Bidang usaha nasabah terlalu jenuh.

6) Tidak mampu menaggulangi masalah/kurang menguasai bisnis. 7) Meninggalnya key person.

8) Perselisihan sesame direksi. 9) Terjadi bencana alam

10) Adanya kebijakan pemerintah: peraturan suatu produk atau sektor ekonomi atau industri dapat berdampak positif maupun negatif bagi perusahaan yang berkaitan dengan industry tersebut.

4. Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah

Secara garis besar, upaya untuk mengatasi pembiayaan bermasalah dapat dilakukan melalui upaya-upaya yang bersifat preventif dan represif/kuratif.32 Upaya yang bersifat preventif (pencegahan) dilakukan oleh bank sejak permohonan pembiayaan diajukan nasabah, pelaksanaan analisia yang akurat terhadap data pembiayaan, pembuatan perjanjian pembiayaan yang benar, pengikatan agunan yang menjamin kepentingan bank sampai dengan pemantauan atau pengawasan terhadap pembiayaan yang diberikan. Sedangkan upaya yang bersifat represif atau

kuratif adalah upaya mengatasi pembiayaan bermasalah yang bersifat penyelamatan atau penyelesaian terhadap pembiayaan bermasalah.

Penyelamatan pembiayan dilakukan bank dalam usaha mengatasi permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh debitur yang masih memiliki prospek usaha yang baik, namun mengalami kesulitan pembayaran pokok dan/atau kewajiban-kewaiban lainnya, agar debitur dapat memenuhi kembali kewajibannya.

Adapun penyelesaian yang ditempuh oleh pihak bank untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalah adalah dengan menawarkan restrukturisasi. Restrukturisasi pembiayaan adalah upaya yang dilakukan bank dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya.33 Restrukturisasi pembiayaan dilakukan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/9/PBI/2009 Tentang Perubahan atas

Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/18.PBI/2008 Tentang

Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah. Antara lain melalui:

a. Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan jadwal pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya;

b. Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau seluruh persyaratan Pembiayaan tanpa menambah sisa pokok keajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada Bank, antara lain meliputi:

1) Perubahan jadal pembayaran; 2) Perubahan jadwal angsuran; 3) Perubahan jangka waktu;

4) Perubahan nisbah dalam pembiayaan mudharabah atau

musyarakah;

5) Perubahan proyeksi bagi hasil dalam pembiayaan mudharabah atau musyarakah; dan/atau

6) Pemberian potongan.

c. Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan persyaratan Pembiayaan yang antara lain meliputi:

1) Penambahan dana fasilitas Pembiayaan Bank; 2) Konversi akad Pembiayaan;

3) Konversi Pembiayaan menjadi surat berharga syariah berjangka aktu menengah; dan/atau

4) Konversi Pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan nasabah, yang dapat disertai dengan

rescheduling atau reconditioning.

Pelaksanaan restrukturisasi pembiayaan yang bermasalah merupakan salah satu strategi perbaikan kualitas aktiva produktif, diluar strategi pemutusan hubungan dengan nasabah yang dapat dilakukan baik dengan penyelesaian melalui jalur hukum, penghapusan pembiayaan

maupun dengan tidak memperpanjang lagi pembiayaan yang jatuh

Dokumen terkait